Sampai dengan tahun 1949, yaitu saat berlangsung KMB di Den Haag
yang salah satu keputusan pentingnya adalah penyerahan kedaulatan Indonesia
kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat, utusan pemerintah masih
mengalami kesulitan untuk mengusahakan agar Bank Negara Indonesia yang telah
dirikan sejak tahun 1946 ditetapkan sebagai bank sentral Republik lndonesia
Serikat. Pemerintah Indonesia dengan terpaksa tetap menerima De Javasche Bank
sebagai bank sentral. Pada saat tersebut De Javasche Bank masih tetap melakukan
kegiatan komersial (F.X. Sugiyono dan Ascarya, 2003: 9).
Pada tahun 1960 timbul gagasan dari Pemerintah untuk mendirikan "bank
tunggal” milik negara dengan nama Bank Negara lndonesia. Dengan Penetapan
Presiden Nomor "17 Tahun 1965, Bank Indonesia bersama-sama dengan bank-
bank milik negara lainnya, kecuali Bank Dagang Negara, yaitu Bank Koperasi
Tani dan Nelayan, Bank Negara Indonesia, Bank Umum Negara dan Bank
Tabungan Negara dilebur ke dalam bank tunggal dengan nama Bank Negara
Indonesia. yang mempunyai beberapa unit menurut spesifikasinya sesuai dengan
Penetapan Presiden Nomor 9 Tahun 1965, Penetapan. Presiden Nomor 10 Tahun
1965, Penetapan Presiden Nomor 11 Tahun 1965 dan Penetapan Presiden Nomor
13 Tahun 1965. Bank Negara Indonesia yang didirikan pada tahun 1946 menjadi
Bank Negara lndonesia Unit III. Bank Indonesia diintegrasikan dan menjalankan
usaha sebagai Bank Negara Indonesia Unit l yang berfungsi sebagai bank sentral
dan bank umum.
Sejak keberadaan Bank lndonesia sebagai bank sentral hingga tahun 1968,
tugas pokok Bank Indonesia selain menjaga stabilitas moneter, mengedarkan uang,
dan mengembangkan sistem perbankan, juga masih tetap melaksanakan beberapa
fungsi sebagaimana dilakukan oleh bank komersial. Namun demikian, tanggung
jawab kebijakan moneter berada di tangan pemerintah melalui pembentukan
Dewan Moneter yang tugasnya menentukan kebijakan moneter yang harus
dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Selain itu, Dewan Moneter juga bertugas
memberikan petunjuk kepada direksi Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan
nilai mata uang dan memajukan Perkembangan perkreditan dan perbankan.
Kesemuanya itu mencerninkan bahwa kedudukan Bank Indonesia pada periode
1953-1968 tersebut masih merupakan bagian dari pemerintah (F. X. Sugiyono dan
Ascarya, 2003:9-10).
Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat
dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945 tidak lagi menyebut nama Bank
Indonesia sebagai bank sentral. Namun dalam Pasal 23D Undang-Undang Dasar
1945 dinyatakan bahwa Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan
undang-undang. Dengan demikian berdasarkan Pasal 23D Undang-Undang Dasar
1945, maka akan dibentuk suatu bank sentral dengan undang-undang tersendiri,
yang sekaligus mengatur mengenai susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensi bank-sentral yang bersangkutan.
juga tentang hal macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-
undang. Ini penting karena kedudukan uang itu besar pengaruhnya atas
masyarakat. Uang terutama adalah alat penukar dan pengukur harga. Sebagai
alat penukar untuk memudahkan pertukaran jual-beli dalam masyarakat.
Berhubung dengan itu perlu ada macam dan rupa uang yang diperlukan oleh
rakyat sebagai pengukur harga untuk dasar menetapkan harga masing-masing
barang yang dipertukarkan.'Barang yang menjadi pengukur harga itu, mestilah
tetap harganya, jangan naik turun karena keadaan uang yang tidak teratur. Oleh
karena itu, keadaan uang itu harus ditetapkan dengan undang-undang.
Berhubung dengan itu, kedudukan Bank Indonesia yang akan mengeluarkan dan
mengatur peredaran uang kertas, ditetapkan dengan undang-undang.
Selain itu penempatan fungsi pengawasan bank berada di tangan Bank Indonesia
akan mempermudah koordinasi dalam rangka restrukturisasi perbankan. Oleh
karena itu, dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 telah ditetapkan bahwa
penerbitan izin usaha perbankan dilakukan Bank Indonesia, maka logis bila
pengawasan juga dilakukan oleh lembaga yang sama. Diharapkan, koordinasi
"satu atap” ini tidak akan mengulang kesalahan dan miskoordinasi antara dua
instansi dalam penanganan masalah yang sama antara dua instansi dalam
penanganan masalah yang sama (Didik ]. Rachbini dan Suwidi Tono, et.al., 2000:
15).
Terdapat tiga pilar untuk mencapai tuju uan tunggal Bank lndonesia itu
sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 3 Tahun 2004,
bahwa untuk mencapai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
Bank lndonesia mempunyai tugas dan wewenang, yaitu:
Guna mendukung tercapainya tujuan Bank Indonesia secara efektif dan efisien,
maka ketiga tugas tersebut harus saling mendukung, karena ketiga tugas tersebut
mempunyai keterkaitan satu sama lainnya dalam mencapai kestabilan nilai rupiah
(bandingkan F. X. Sugiyonu dan Ascarya, 2003: 15).
sistem perbankan yang sehat, yang merupakan sasaran tugas mengatur dan
mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan, yang sehat akan mendukung
pengendalian moneter mengingat pelaksanaan kebijakan moneter terutama
dilakukan melalui sistem perbankan.
Pelaksanaan kebijakan moneter ini tidak dapat dilepaskan dari sistem nilai
tukar dan sistem devisa. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 12 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2004, Bank indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan
sistem nilai tukar yang telah ditetapkan. Bank lndonesia antara lain dapat
melakukan, yaitu pertama, devaluasi atau revaluasi terhadap mata uang asing pada
saat sistem nilai tukar yang dianut adalah sistem nilai tukar tetap; kedua,
intervensi pasar pada saat sistem nilai. tukar mengambang; dan ketiga, penetapan
nilai tukar harian serta lebar pita intervensi pada saat sistem nilai tukar yang
dianut adalah mengambang terkendali. Ketiga sistem nilai tukar ini pernah
diterapkan di Indonesia, dan sejak tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah
menetapkan sistem nilai tukar yang dianut adalah sistem nilai tukar mengambang.
Berkaitan dengan fungsi Bank Indonesia sebagai lender of the last resort,
dewasa ini Bank Indonesia tidak lagi memberikan kredit kepada pemerintah dan
kredit likuiditas dalam rangka kredit program, serta hanya dapat melakukan
penyertaan modal pada perusahaan yang sangat diperlukan dalam menunjang
pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat, lancar, dan aman meru-
pakan salah satu prasyarat dalam keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan
moneter. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia diberi wewenang untuk
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui kewenangannya
dalam menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur penyelenggaraan
jasa sistem pembayaran.
Secara umum terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu alat pembayaran
tunai dan alat pembayaran nontunai. Bank Indonesia diberikan wewenang untuk
menetapkan penggunaan alat pembayaran tunai maupun alat pembayaran nontunai.
Kewenangan penggunaan alat pembayaran tunai tersebut meliputi mengeluarkan
dan mengedarkan uang rupiah, serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang
dimaksud dari peredaran; serta menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan
dikeluarkan, bahan yang diguna-kan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat
pembayaran yang sah. Sebagai konsekuensi dari kewenangan-kewenangan
tersebut, Bank lndonesia diharuskan menjamin ketersediaan uang di masyarakat
dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Selain itu, Bank Indonesia
juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan penukaran
uang dalam pecahan yang sama dan pecahan lainnya, melakukan penukaran uang
yang cacat atau dianggap tidak layak untuk diedarkan, dan menukarkan uang yang
rusak sebagian karena terbakar atau sebab lain dengan nilai yang sama atau lebih
kecil dari nilai nominalnya yang bergantung pada tingkat kerusakannya serta
melakukan pemusnahan uang yang dianggap tidak layak untuk diedarkan kembali.
Tugas pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas yang
penting khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat pada
akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Hal itu mengingat
bahwa lembaga perbankan selain menjalankan fungsi intermediasi, juga berfungsi
sebagai media transmisi kebijakan moneter serta pelayanan jasa sistem
pembayaran. Selain itu, antara fungsi pengawasan bank dan pengendalian moneter
memiliki sifat yang interdepen, sehingga kedua fungsi tersebut harus sejalan.
Dengan demikian akan memudahkan dalam memantau dan menindaklanjuti
dampak kebijakan moneter terhadap perbankan, data dan informasi hasil
pengawasan bank sangat diperlukan dalam mengambil keputusan dan
melaksanakan kebijakan moneter, dan demikian pula sebaliknya (F, X. Sugiyono
dan Ascarya, 2003: 20).
Jumlah anggota Dewan Gubernur atau Executive Board atau Policy Board
pada umumnya bervariasi. Sebagai contoh, Bank of japan (Boj) memiliki seorang
Gubernur, dua Deputi Gubernur dan enam anggota Policy Board. The
Bundesbank memiliki seorang presiden, seorang wakil dan enam anggota
Executive Board. The Federal Reserve System (FedRes) memiliki seorang
Chairman, seorang wakil, dan lima anggota Dewan Gubernur. Sementara itu,
Barapean Central Bank (ECB) memiliki seorang presiden, seorang wakil, dan
empat anggota Executive Board (F. X. Sugiyono dan Ascarya, 2003: 26).
Untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Gubernur Bank lndonesia, calon
yang bersangkutan harus memenuhi syarat:
Dalam hal calon Gubernur, Deputi Gubernur Senior, atau Deputi Senior
Gubernur Bank Indonesia seperti tersebut di atas tidak disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, Presiden wajib mengajukan calon baru. Jika calon yang
diusulkan untuk kedua kalinya tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
Presiden wajib mengangkat kembali Gubernur, Deputi Gubernur Senior, atau
Deputi Gubernur untuk jabatan yang sama, atau dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat mengangkat Deputi Gubernur Senior atau Deputi Gubernur
untuk jabatan yang lebih tinggi di dalam struktur jabatan Dewan Gubernur dengan
memperhatikan masa jabatan anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Penggantian anggota Gubernur Bank Indonesia yang dilakukan secara berkala
tersebut dimaksudkan untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan dan
pelaksanaan tugas pengelolaan Bank Indonesia.
Dalam keadaan darurat dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak
dapat diselenggarakan karena jumlah anggota Dewan Gubernur yang hadir tidak
memenuhi ketentuan, Gubernur atau minimal dua orang anggota Dewan Gubernur
dapat menetapkan kebijakan dan atau mengambil keputusan. Kebijakan dan/atau
keputusan Gubernur atau Deputi Gubernur sebagaimana dimaksud di atas wajib
dilaporkan selambat-lambatnya dalam Rapat Dewan Gubernur berikutnya. Apa
yang dimaksud dalam keadaan darurat, undang undang menentukan, yaitu situasi
dan kondisi kritis yang apabila tidak diambil tindakan tertentu dapat berdampak
negatif baik bagi Bank Indonesia maupun terhadap pelaksanaan tugas yang
diberikan kepada Bank Indonesia berdasarkan undang-undang.
Secara garis besar, tugas Bank Indonesia dilaksanakan melalui 4 sektor satuan
kerja, yaitu sektor moneter, sektor perbankan, sektor sistem pembayaran, dan
sistem manajemen intern sebagai pendukung, kemudian dilengkapi dengan Kantor
Bank Indonesia (KBI), dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kesemuanya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur Bank Indonesia
(bandingkan Bank Indonesia, 2008: 3).
Sesuai dengan tugas dan beban pekerjaannya, struktur Organisasi Bank
Indonesia di bawah Gubernur Bank Indonesia
b. untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri;
Di samping itu, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama
pemerintah dalam menerima pinjaman luar negeri untuk kepentingan pemerintah,
kemudian menata usahakan ya serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban
keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri. Dalam kaitannya dengan
menyelesaikan kewajiban pemerintah terhadap luar negeri, Bank lndonesia
melakukan pembayaran kewajiban pemerintah atas beban rekening pemerintah
pada Bank Indonesia berdasarkan ketentuan yang telah disepakati antara
pemerintah dan pemberi pinjaman.
1. kerja sama yang dilakukan atas nama Bank. lndonesia sendiri dengan bank
sentral negara lainnya dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya;
2. kerja sama yang dilakukan Bank Indonesia untuk dan atas nama negara
Republik Indonesia sebagai anggota dengan organisasi dan lembaga
internasional, di mana negara sebagai anggotanya.
3. hubungan koresponden;
3. The Executives Meeting of East Asian and Pacific Center Banks (BMEP);
a. Tujuan
Tujuan tunggal akan membuat bank sentral lebih terpercaya dibandingkan dengan
bank sentral yang mempunyai tujuan ganda karena ada konflik diantara tujuan
ganda tersebut sehingga tidak jelas pengukurannya
Jumlah anggota Badan Supervisi ini berjumlah lima orang anggota yang
terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan empat orang anggota yang
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan diangkat oleh Presiden untuk masa
jabatan tiga tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya. Keanggotaan Badan Supervisi tersebut diusulkan oleh Presiden
minimal 10 orang. Ketua Badan Supervisi dipilih dari dan oleh anggota Badan
Supervisi.
Sesuai dengan status dan tugasnya, maka Badan Supervisi tidak dapat:
1. menghadiri Rapat Dewan Gubernur;