Pembubaran atau likuidasi bank dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
bahwa likuidasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi
pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para
pemegang saham (persero). Dapat dijelaskan bahwa likuidasi bank itu bukan sekedar
pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank, tetapi berkaitan dengan proses
penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut izin usahanya. Setelah
suatu bank dicabut izin usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses pembubaran badan hukum
bank yang bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses pemberesan berupa penyelesaian
seluruh hak dan kewajiban (piutang dan utang) bank sebagai akibat dari pencabutan izin
usaha dan pembubaran badan hukum bank.
Pasal 5
Modal disetor untuk mendirikan Bank ditetapkan paling kurang sebesar
Rp3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah).
Pasal 6
(1) Bank hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau
b. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara
asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan.
(2) Kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling banyak sebesar 99% (sembilan puluh sembilan
persen) dari modal disetor Bank.
Hal-hal yang diuraikan diatas merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh
pemohon dalam rangka permohonannya untuk memperoleh izin prinsip, dan BI berkewajiban
untuk menangani permohonan tersebut apabila kelengkapan persyaratan dari pemohon telah
dipenuhi. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak dokumen permohonan
diterima secara lengkap dituntut harus memberikan pernyataan atas permohonan persetujuan
prinsip tersebut baik disetujui maupun ditolak.
Sedangkan untuk memperoleh izin usaha BPR, maka permohonan yang diajukan oleh
si pemohon harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 9 Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tentang BPR, yaitu:
1. Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang
(SYR) Materi Kuliah Hukum Bisnis Bab IV – Hal. 58
2. Data kepemilikan berupa: daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya
masing-masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi.
3. Daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi
4. Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja termasuk susunan personalia
5. Bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk fotokopi bilyet deposito
6. Bukti kesiapan operasional antara lain berupa: daftar aktiva tetap dan inventaris; bukti
penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan dan atau perjanjian sewa menyewa
gedung kantor; foto gedung kantor dan tata letak ruangan; contoh formulir/warkat yang
akan digunakan untuk operasional bank; NPWP dan Tanda Daftar Perusahaan
7. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi, bahwa pelunasan modal tersebut tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas
pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia, juga tidak
berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
8. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota dewan komisaris sebagai
anggota dewan komisaris pada lebih dari tiga bank lain atau sebagai anggota direksi
pada bank umum
9. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota direksi sebagai anggota
komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya pada lembaga perbankan, perusahaan,
atau lembaga lain
10. Surat pernyataan dari anggota dewan komisaris dan anggota direksi bahwa yang
bersangkutan tidak bersedia menjadi direksi selama sekurang-kurangnya 3 tahun sejak
BPR beroperasi dan tidak akan mengundurkan diri, kecuali mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari BI
11. Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
hubungan keluarga dengan anggota direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua
termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan suami
istri, juga dengan dewan komisaris dalam hubungan sebagai orangtua, anak dan suami
istri.
Berdasarkan salah satu alasan hukum tersebut, Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha suatu bank dan kemudian memerintahkan direksi bank yang dicabut izin usahanya
tersebut untuk segera membubarkan badan hukum dan melikuidasi bank yang bersangkutan.
(SYR) Materi Kuliah Hukum Bisnis Bab IV – Hal. 60
Likuidasi bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan ijin usaha bank.
Likuidasi bank dilakukan dengan cara:
1. Pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur, diikuti dengan
pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan atau
penagihan tersebut; atau
2. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang disetujui oleh BI.
Likuidasi bank adalah merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban
bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi,
likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank,
tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang
dicabut izin usahanya.
Sebagai akibat dari likuidasi terhadap bank nasional swasta terdapat pihak yang
menderita atau dirugikan yaitu :
1. Nasabah Deposan
Uang simpanan deposan dalam berbagai bentuk seperti giro, tabungan,deposito, dan
lain lain terancam keselamatannya. Ketika bank – bank tersebut dilikuidasi, pemerintah
(BI) mengumumkan bahwa deposan hanya diperbolehkan mengambil simpanannya
paling banyak Rp.20 juta, sedangkan sisanya menunggu pemberitahuan lebih lanjut
(menunggu ketentuan dari tim likuidasi bank yang akan dibentuk).
2. Nasabah Kredit
Sebagian dari nasabah kredit ini sudah menandatangani perjanjian kerja kredit (PK)
namun sebelum seluruh pinjamannya dicairkan atau ditarik oleh nasabah. Hal ini
disebabkan oleh adanya klausul dalam PK pencairan nasabah kredit dilakukan secara
bertahap, disesuaikan dengan proyek yang dibiayai kredit bank.
Adapun calon dari Tim Likuidasi wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Bank
Indonesia. Kemudian pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 menyatakan
bahwa apabila Rapat Umum pemegang saham tidak dapat diselenggarakan dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin usaha, atau dapat diselenggarakan
namun tidak berhasil memutuskan pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim
Likuidasi, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada Pengadilan untuk mengeluarkan
penetapan yang berisi :
Berikut beberapa yang menjadi tugas atau kewajiban dari Tim Likuidasi di antaranya:
1) Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan di Panitera Pengadilan Negeri yang
meliputi tempat kedudukan bank yang bersangkutan mengenai pembubaran badan
hukum bank dan pembubaran badan hukum ini diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dan
diberitahukan kepada instansi yang berwenang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal pembentukan Tim Likuidasi;
2) Melakukan kepengurusan bank;
3) Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban bank dalam likuidasi serta
bertanggung jawab terhadap kekayaan bank tersebut;
4) Melakukan likuidasi aset melalui pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada
para debitur;
5) Membuat perencanaan serta melakukan pembayaran ataupun pemenuhan kewajiban
bank kepada kreditur maupun pihak ketiga lainnya dari hasil pencairan dan atau
penagihan piutang bank tersebut;
6) Meminta akuntan publik independen untuk melakukan audit atas neraca penutupan
pertanggal pencabutan izin usaha yang belum diaudit;
7) Menyusun neraca verifikasi;
8) Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain apabila
disetujui oleh Bank Indonesia;
9) Menyusun Neraca Akhir Likuidasi;
10) Membagikan sisa harta kepada para pemegang saham;
Status hukum badan yang dilikuidasi hapus sejak tanggal pengumuman berakhirnya
likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana hal ini di atur pada Pasal 21
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Mengacu pada ketentuan ini, maka status
hukum dari BDL adalah masih tetap berbadan hukum hingga berakhirnya likuidasi. Namun
meskipun masih berbadan hukum, akan tetapi BDL sudah tidak dapat lagi menjalankan
kegiatan usahanya sebagai bank.
(SYR) Materi Kuliah Hukum Bisnis Bab IV – Hal. 62
[1] Booklet Perbankan Indonesia, Edisi 1,Maret 2014
[2] Djoni S.Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta, 2012, hal 134
[3] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38289/4/Chapter%20I.pdf , diakes
tanggal 10 November 2014.
[4] Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta, 2005, hal 26
[5] Djoni S Gazali dan Rachmadi Usman, Op.Cit. Hlm 535
[6] Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung , 2003, hlm. 180
[7] Lukman Dendawijaya,Manajemen Perbankan, Bogor, 2009, hlm. 9