Anda di halaman 1dari 13

Nama: Burmawi / 180101029

Ringkasan buku Hukum Ekonomi Syari’ah substansi dan pendekatan karya Dr.
Ridwan Nurdin, MCL

BAB III

BANK INDONESIA (BI)

Bank Indonesia sebagai bank sentral telah mengalami pasang surut dalam
sejarah kehidupan bangsa. Diawali dengan perubahan dari De Javasce bank yaitu
bank yang berperan sebagai sirkulasi pada masa penjajahan Belanda , kemudian
dirubah menjadi Bank Indonesia. Kapankah Bank Indonesia menjadi Bank sentral
yang sebenarnya, adalah pertanyaan yang dijawab pada bagian ini. Jika dibagi, era
pemerintahan di Indonesia yaitu era orde lama (1945-1968), era orde baru (1969-
1998). Era reformasi (1998- sampai sekarang). Ketiga era ini Bank Indonesia
menampilkan dirinya secara berbeda. Segi struktur, seakan BI kedudukannya sama
dengan menteri (rawan intervensi), Karena itu, struktur dan kedudukannya mulai
ditata tetapi masih belum efektif, namun Bi mulai menemui arah masa depannya
setelah era reformasi.

Deksripsi Bank Indonesia sebagai Bank sentral mengalami hambatan sedari


awalnya karena berbagai kepentingan yang melingkupinya sehingga posisi yang
bagaimanakah dikehendaki dan mendekati ideal. Karena itu kondisi awal yang yang
begitu sulit baik kondidi social, politik, SDM dan sebagainya. Akibatnya
menguraikan sejarah awal Bank Indonesia suatu keharusan.

Sebelum kedatangan bangsa Barat, Nusantara telah berkembang menjadi


wilayah perdagangan Internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan
Internasional yang digunakan oleh para pedagang, jalur darat atau lebih terkenal
dengan “jalur sutra” dan jalur laut. Melalui jalur perniagaan yang kedua itulah
komiditi ekspor dari wilayah Nusantara yang antara lain berupa: rempah-rempah,
kayu wangi, kapur barus dan kemenyan. Sampai di pasaran India dan kekaisaran
Romawi (Byzantium). Pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat, ada dua
kerajaan utama di Nusantara yang memepunyai andil besar dalam meramaikan
perniagaan Internasional yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Dalam maraknya perniagaan
tersebut, belum ada mata uang baku yang dijadikan nilai standar.

Pada Abad ke-15 bangsa Eropa sedang berupaya memperluas wilayah


penjajahannya di berbagai belahan dunia termasuk Asia dan Nusantara. Penjajahan
tersebut dipelopori oleh Spanyol dan Portugis kemudian diikuti oleh Belanda. Pada
abad ke-16 dan 17 berbagai perkembangan terjadi di Eropa, antara lain yaitu
munculnya paham merkantilisme yaitu suatu sistem ekonomi yang memusatkan
wewenang pengaturan ekonomi di tangan pemerintah. Dengan merkantilisme, mereka
menghimpun dana untuk mendorong kegiatan penjelajahan. Selanjutnya pada akhir
abad ke-18 Revolusi Industri telah berlangsung di Eropa. Pusatnya perkembangan di
Eropa memicu tumbuhnya lembaga pemberi jasa keuangan yang merupakan cikal
bakal lembaga perbankan modern. Ramainya perdagangan di Asia pada abad ke 15
telah menjadi daya tarik yang mengantarkan kehadiran ekspedisi perdagangan bangsa
Eropa di Nusantara. Kedatangan bangsa Barat turut memperbanyak jenis mata uang
yang beredar di wilayah Asia Tenggara. Hal tersebut menyebabkan peranan mata
uang local semakin tersesak karena beredar tanpa aturan dan control yang jelas. Uang
kepeng Cina, cassie mendominasi jawa dan real Spanyol muncul sebagai mata uang
Barat yang paling digemari secara luas.

Untuk memperluas dan mempermudah aktifitas perdagangan VOC di


Nusantara, pada 1746 didirikan de bank van leening dan kemudia berubah menjadi de
bank courant en bank ven leening pada 1752. Bank van leening merupakan bank
pertama yang beroperasi di Nusantara. Pada abad ke 18 VOC mengalami
kemunduran bankan kebangkrutan. Maka kekuasaan VOC di Nusantara di ambil alih
oleh pemerintah kerajaan Belanda.
A. Sejaran dan Perkembangan Bank Indonesia

Terselenggaranta konferensi meja bundar (KMB) di Denhaag, Belanda pada


1949 telah menandai berakhirnya permusuhan antara Republik Indonesia dan
Kerajaan Belanda. Pada desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik
Indonesia sebagai Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada saat itu, sesuai dengan
keputusan KMB, fungsi Bank Sentral dapat dipercayakan kepada DJB. Republik
Indonesia sebagai Negara merdeka dan berdaukat seyogyanya harus memiliki
Bank Sentral yang bersifat nasional.

Sejarah perkembangan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-


Undang (UU no. 11/1953 tentang penetapan Undang-Undang pokok Bank
Indonesia pada tanggal 1 juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai Bank
sentral, bank Indonesia di pimpin oleh Dewan Moneter, direksi, dan dewan
penasehat. Di tangan dewan moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski
tanggung jawabnya berada pada pemerintah, setelah sempat dilebur kedalam Bank
tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah menjadi UU
no. 13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai
Bank Sentral sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan
menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan
Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan
Moneter.

Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya


melalui UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan
khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga Negara yang independen dan
bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lain. Namun, dalam
melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan,
Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di
bidang perekonomian.
B. Pengertian dan Dasar Hukum Bank Indonesia
Nama lain sebelum lahirnya Bank Indonesia disebut dengan De Javascha Bank
(DJB) yang merupakan Bank Sentral Republik Indonesia. Sebagai Bank Sentral,
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Pengertian Bank Sentral menurut Vera Smith dalam
bukunya berjudul The Rationale Of Central Banking and the Free Banking
Alternative menyatakan “ suatu bank dikatakan sebagai Bank Sentral apabila bank
tersebut berperan sebagai pencetak dan pengedar uang kertas dengan hak monopoli
dari pemerintah (the bank of issue)”. Pengertian lebih lanjut mengenai Bank
Sentral menurut Wikipedia mengartikan Bank Sentral “Sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah Negara tersebut”.
Terdapat beberapa tugas Bank Indonesia dengan tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien,
maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.
a. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai
tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, pasal 10 UU-BI
menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan
memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian moneter
melalui berbagai cara antara lain:
1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing.
2. Penetapan tingkat diskonton
3. Penetapan cadangan wajib minimum
4. Pengaturan kredit atau pembiayaan.

Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga berdasarkan


prinsip syari’ah. Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar tahun
kalender dengan memeperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi makro.
Penetapan sasaran laju inflasi tersebut terutama dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung dipengaruhi oleh
kebijakan moneter.

b. Peran Bank Indonesia sebagai Lader of Last resort


Bank Indonesia mempunyai fungsi Leader of Last Resort (Pasal 11) yang
memungkinkan Bank Indonesia membantu kesulitan pendanaan jangka pendek
yang dihadapi Bank. Bank Indonesia hanya membantu untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek karena adanya mismatch yang disebabkan
oleh resiko kredit atau resiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko
manajemen, atau resiko pasar. Untuk mencegahnya maka pemberian kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah diabatsi selama-lamanya 90 hari.
Kredit atau pembiayaan prisip syariah tersebut dijamin dengan surat berharga
yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Maksud dengan anggunan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan meliputi surat berharga dan atau
tagihan yang diterbitkan oleh pemerintah atau badan hukum lain yang
mempunyai peringkat tinggi bergasarkan hasil penelitian lembaga pemeringkat
yang kompeten yang sewaktu-waktu dengan mudah dicairkan apabila kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah tersebut tidak dapat dilunasi
pada saat jatuh tempo Bank Indonesia sepenuhnya berhak mencairkan agunan
yang dikuasainya.
c. Kebijakan Nilai Tukar
Pasal 12 UU-BI menetapkan bahwa Bank Indonesia melaksanakan kebijakan
nilai tukar berdasarkan yang ditetapkan. Penetapan nilai tukar dilaksanakan
oleh pemerintah dalam bentuk keputusan presiden berdasarkan usul Bank
Indonesia. Kewenangan Bank Indonesia dalammelaksanakan kebijakan nilai
tukar antara lain dapat berupa:
1. Dalam sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi terhadap
mata uang asing
2. Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan nilai
tukar harian serta lebar pita intervensi.
d. Kewenangan dalam mengelola cadangan Devisa dalam pasal 13 UU-BI
dirumuskan bahwa Bank Indonesia mengelola cadangan devisa. Bank
Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat menerima
pinjaman luar negeri. Cadangan devisa adalah cadangan devisa Negara yang
dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pasa sisi aktiva Bank Indonesia
yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan lainnya dalam
valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat
pembayaran luar negeri. Dalam melakukan Pengelolaan cadangan devisa, Bank
Indonesia selalu mempertimbangkan 3 azas utama dengan skala prioritas yaitu
likuiditas(liquidity), keamanan(security), tanpa mengabikan prinsip untuk
memperoleh pendapatan yang optimal.
e. Penyelenggaraan survei
Bank Indonesia dapat melakukan survei secara berkala atau sewaktu-waktu
yang dapat bersifat makro atau mikro. Pelaksanaan survey dapat dilaksanakan
oleh pihak lain berdasarkan penugasan Bank Indonesia. Setiap badan wajib
memberikan keterangan dan data yang diperlukan oleh Bank Indonesia atau
pihak lain yang ditugaskan.
f. Tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan
dan izizn atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat pembayaran. Dalam
rangka melaksanakan kewenangan tersebut, Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran.
g. Pengaturan dan penyelenggaraan kliring serta penyelesaian akhir transaksi
Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata
uang rupiah dan atau valuta asing yang meliputi sistem kliring domestik dan
lintas Negara (Pasal 16).
h. Mengeluarkan dan mengedarkan uang
Sesuai dengan UUD 1945 Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga
yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengatur peredaran uang rupiah
(Pasal 20). Termasuk dalam wewenang ini adalah mencabut, menarik serta
memunaskan uang serta menetapkan macam, harga, cirri uang yang akan
dikeluarkan, bahan yang digunakan dan penentuan tanggal mulai berlakunya
sebagai alat pembayaran yang sah (Pasal 19). Konsekuensi dari Bank
Indonesia harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk:
1. Melakukan penukaran uang dalam bentuk pecahan yang sama dan pecahan
lainnya.
2. Melakukan penukaran uang yang cacat atau dianggap tidak layak untuk
diedarkan
3. Menukarkan uang yang rusak sebagian karena terbakar atau sebab lain
dengan nilai yang sama atau lebih kecil dari nilai nominalnya yang
bergantung pada tingkat kerusakannya.
i. Tugas mengatur dan mengawasi Bank pengaturan dan pengawasan Bank
merupakan salah satu tugas Bank Indonesia dalam pasal 8 UU-BI. Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas
kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan
bank serta melaksanakan sanksu terhadap bank (pasal 24). Selain itu, Bank
Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang
memuat prinsip kehati-hatian (pasal 25). Berkaitan dengan kewenangan di
bidang perizinan, Bank Indonesia:
1. Memberikan dan mencabut izin usaha Bank
2. Memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank
3. Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan Bank
4. Memberikan izin kepada Bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu (pasal 26).
5. Pemeriksaan terhadap Bank dilakukan secara berkala maupun setiap waktu
apabila diperlukan dan dapat dilakukan terhadap perusahaan induk,
perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafilisasi dari Bank apabila
diperlukan. Bank dan pihak lain tersebut wajib memberikan kepada
pemerikas:
1. Keterangan dan data yang diminta
2. Kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana
fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya
3. Hal-hal lain yang diperlukan seperti salinan dokumen yang diperlukan
dan lain-lain (pasal 29).
Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank
Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap Bank.
j. Pengalihan tugas pengawasan Bank
Tugas mengawasi Bank akan dialihkan kepada lembaga pengawasan sector
jasa keuangan independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang
selambat-lambatnya 31 desember 2002 (pasal 34). Termasuk tugas pengaturan
bank serta tugas yang berkaitan dengan perizinan. Bank Indonesia sebagai
Bank sentral Republik Indonesia mempunyai kewenangan antara lain:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi Bank
4. Meminta keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa yang
dilakukan oleh penduduk
5. Mengajukan nilai tukar untuk ditetapkan oleh pemerintah. (UU No. 23
Tahun 1999 pasal 8 dan UU No. 24 Tahun 1999 pasal 3 dan 5).
C. Fungsi dan Tujuan Bank Indonesia

Adalah mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan


keuangan di suatu Negara. Baik dalam negeri maupun luar negeri. Di
Indonesia, tugas Bank sentral dipedang oleh Bank Indonesia. Dalam Undang-
undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang no. 7 tahun
1992 tentang Perbankan, bahwa fungsi perbankan yaitu sebagai penghimpun
dan penyalur dana dari masyarakat.

Dalam Undang-Undang no. 23 tahun 199 (UU-BI) bahwa tujuan bank


Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, menjaga
agar nilai mata uang atas barang dan jasa tetap stabil. Kestabilan nilai rupiah
yang harus dijaga dan diperhatikan oleh BanknIndonesia adalah:

a. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur
dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi
b. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang Negara lain. Hal ini dapat
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang Negara lain.
D. Status dan Kedudukan Bank Indonesia
a. Sebagai lembaga Negara yang independen. Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral Republik Indonesia dimulai sejak lahirnya Undang-
Undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yaitu pada tanggal
17 mei 1999 menjelaskan bahwa status dan kedudukan Bank Indonesia
sebagai suatu lembaga Negara yang independen dan bebas dari campur
tangan pemerintah atau pihak lainnya. Undang-undang telah
memberikan kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai lembaga Negara yang
Independen, kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan lembaga
tinggi Negara. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan
kementrian, karena keududukan Bank Indonesia berada di luar
pemerintah. Status dan kedududukan bank Indonesia sebagai lembaga
Negara diperlukan agar bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
b. Sebagai Badan Hukum
Sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan
dalam Undang-undang. Sebagai badan hukum public Bank Indonesia
bewewenang menetapkan peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari UU yang mengikat seluruh masyrakat luas sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai bandan hukum perdata, Bank
Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri didalam maupun
di luar pengadilan.
c. Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan RI
Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK, serta
pemerintah status dan kedudukan bank Sentral Indonesia mempunyai
kedudukan yang tidak sama dengan lembaga tinggi Negara karena
kedudukan Bank Indonesia berada diluar pemerintah, yaitu sebagai
hukum, dan sebagai lembaga keuangan yang indpenden.
E. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah
Hubungan Indonesia dengan pemerintah didalam Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah dengan memberikan bungan
atas saldo kas pemerintah sesuai dengan aturan Undang-undang
b. Bank Indonesia untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman
luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban
keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri.
c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau mendukung
Bank Indonesia dalam siding cabinet yang membahas masalah ekonomi,
perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau
masalah lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia.
d. Dalam hal pemerintah akan menerbitkan surat-surat utang Negara,
pemerintah wajib terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR.
e. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah.
Juhaefah mengemukakan hubungan Bank Indonesia menjalin kerja sama
internasional yang meliputi bidang-bidang:
1). Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing
2). Penyelesain transaksi lintas Negara
3). Hubungan koresponden
4). Tukar menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-
tugas selaku Bank Sentral
5). Pelatihan/penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran.

F. Kewenangan BI paska lahirnya OJK

Selama ini Bank Indonesia mempunyai peran sebagai pengawas lembaga


keuangan di Indonesia, namun hal ini telah dihapus dengan hadirnya UU nomor 21
tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan, tugas pengawasan diatas berakhir dan
termodifikasi setelah lahirnya UU no. 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan.
Lahirnya UU ini seiring dengan kehendak memperkuat independensi Bank Indonesia,
jelasnya setelah lahir UU no. 23 tahun 1999 ide ini awalnya atas saran Helmut
Schilinger (konsultan dan beliau adalah mantan gubernur Bank sentral Geman).
Usulnya adalah bagaimana adanya otoritas pengawasan terhadap industry keuangan
di Indonesia

Tugas dan fungsi OJK dalam UU no. 21 Tahun 2011 menyatakan bahwa:
Dalam BAB III TUJUAN,FUNGSI, TUGAS, DAN WEWENANG pasal 4 OJK
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan didalam sector jasa keuangan:

a. Terselenggara secara teratur, adil transparan dan akuntabel


b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

Pasal 5 OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan


yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sector jasa keuangan.

Pasal 6…-7- pasal OJK melaksanakan tugas pengatiran dan pengawasan terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sector perbankan


b. Kegiatan jasa keuangan di sector pasar modal
c. Kegiatan jasa keuangan di sector perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Pasal 7 untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sector


perbankan sebagimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang:

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan Bank yang meliputi: 1.


Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencama kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank. 2. Kegiatan
usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hidridasi, dan
aktifitas di bidang jasa.
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1.
Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas, asset, rasio kecukupan modal
minimum, batas maksimum, pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan, dan pencadangan bank. 2. Laporan bank yang terkait dengan
kesehatan dan kinerja bank. 3. Sistem informasi debitur. 4. Pengujian kredit
dan 5. Standar akuntasi bank.
c. Pengaturan…-8-c pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatian Bank
d. Pemeriksaan Bank.

Pasal 9…-9- pasal 9 untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 6, OJK mempunyai wewenang:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
Eksekutif
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyelidikan, perlindungan konsumen,
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimakusud dalam peraturan
perundang-undangan di sector jasa keuangan.
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga jasa keuangan dan atau pihak
tertentu.
e. Melakukan penunjukan pengelola statute
f. Menetapkan pengguanaan pengelola statute
g. Menetapkan sanksi administrative terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundangan di sector jasa keuangan
h. Memberikan dan atau mencabut: 1. Izin usaha; 2. Izin orang perseorangan; 3.
Efektifnya pernyataan pendaftara; 4. Surat tanda terdaftar; 5. Persetujuan
melakukan kegiatan usaha; 6. Penegsahan; 7. Persetujuan atau penetapan
pembubaran; dan 8. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundangan di sector jasa keuangan.

END :)

Anda mungkin juga menyukai