Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam perekonomian modern setiap negara memiliki Bank Sentral atau setidak-
tidaknya ada salah satu bank atau lembaga yang bertindak dan menjalankan fungsi
bank sentral. Bank sentral memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan
ekonomi dan moneter yang dalam kegiatannya dapat bertindak sebagai agen
pemerintah.

Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam


perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan.
Sehingga oleh karena itu bank sentral menjalankan tugasnya berdasarkan garis-garis
pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Reksa pemerintahan di negara berkembang yang mengalami krisis,


kesemuannya menunjukkan tipe yang sama yakni negara yang di perintah dalam
suasana semidemokrasi (atau bahkan semokrasi pura – pura), dikuasai oleh mayoritas
satu partai yang mendukung pemerintah (seperti meksiko), sosial kontrol yang tidak
efektif, akuntabilitas para pejabat sangat terbatas, transparansi pemerintahan yang
terbatas, mutu pendidikan warga yang rendah, dan semangat disintegrasi yang tinggi
(yang berbeda dengan eropa yang ingin menyatukan diri dalam suatu kesatuan
ekonomi). Negara berkembang ini tentu saja masih harus banyak belajar dan berjuang
keras menyelesaikan krisis yang melanda wilayahnya.1
Indonesia adalah negara berkembang yang dianugerahi sumber kekayaan alam
yang melimpah, menjadi negara anggota OPEC, dan dianugerahi iklim yang baik dan
tanah yang subur. Namun demikian, sampai sejauh ini indonesia belum mampu
beranjak dari stereotip negara berkembang. Sebenarnya, indonesia telah berhasil
menyusun perencanaan ekonomi jangka menengah dan panjang dalam suatu rangkaian
tertib hukum tertinggi. Namun, ternyata dalam pelaksanaannya terjadi banyak
penyimpangan, dan terhadap berbagai penyimpangan ini tidak dilakukan koreksi yang
memadai. Para pemimpin bangsa belum dapat belajar dari krisis keuangan dunia yang
terjadi hampir dua puluh tahun yang lalu. Bahkan, kini indonesia sedang mengalami

1
Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 11

1
krisis perbankan yang cukup parah di tengah kemajuan ekonomi negara – negara
tetangganya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penulisan


ini:

a. Sejarah Perkembangan dan Pengertian Bank Sentral?

b. Bagaimana Tujuan Bank Sentral?

c. Apa saja prinsip-prinsip bank syari’ah?

d. Apa saja dasar hukum bank syari’ah di Indonesia?

e. Kaidah/ norma hukum?

f. Konsep lembaga perbankan?

2
BAB II PEMBAHASAN

1.1 SEJARAH DAN PENGERTIAN BANK SENTRAL

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia


Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa pihak bank yang memegang peranan
penting di Hindia Belanda, Bank-bank yang ada itu antara lain, De Javasche Bank NV,
De Post Poar Bank, De Algemenvolks Crediet Bank, dan Nederland Handles
Maatscapi. De Javaasche Bank NV pada masa itu bertindak sebagai bank sirkulasi
yang mencetak dan meredarkan uang dan menjadi cikal bakal bank sentral di
Indonesia. Istilah bank sentral sebenarnya bukan hal baru karena sudah ada sejak 1946
dan sudah tercantum dalam UUD 1945. Adapun yang dimaksud dengan bank sentral
pada saat itu adalah Bank Nasional Indonesia 1946 yang didirikan dengan perpu No. 2
tahun 1946 tentang Bank Negara Indonesia. Pada saat itu BNI 1946 mempunyai
fungsi rangkap, yaitu baik sebagai bank komersial maupun sebagai bank sentral.
Dengan demikian, bank sentral pertama yang dimiliki oleh Indonesia adalah BNI 1946
namun demikian, sejarah menunjukkan bahwa BNI 46 belum dapat melaksanakan
fungsinya sebagai bank sentral dengan baik karena fungsi rangkap yang diembannya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihak berwenang mengeluarkan UU No. 11


Tahun 1953 Tentang Pokok Bank Indonesia. Salah satu pasalnya menyatakan
“didirikan bank Indoneia merupakan bank sentral sebagai pengganti de javasche bank
NV sebagai bank nasional kepunyaan Negara”. Dengan didirikannya bank Indonesia
dan dijadikan pula bank sentral, sejak saat itu dalam struktur ketatanegaraan Indonesia
dikenal 2 buah bank sentral, yaitu BNI 1946 dan Bank Indonesia. Dualisme bank
sentral tersebut berlangsung selama 2 tahun. dan baru berakhir dengan dikeluarkannya
UU No. 2 Tahun 1955.

Bank sentral dapat didefinisikan sebagai sebuah badan keuangan, yang pada
umumnya dimiliki pemerintah, yang bertugas untuk mengatur kesetabilan badan-
badan keuangan, serta menjamin agar kegiatan badan-badan keuangan terseut dapat
menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil.2

Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 968 pada Pasal 7 dapat diketahui:

2
Tim Buku Bank Indonesia dan Tim Penulis Universitas Islam Indonesia, 2010
3
1. Bank Indonesia adalah bank sentral sebagaimana dimaksudkan 1945.

2. Bank Indonesia adalah milik Negara.

3. Bank Indonesia sebagai bank sentral berbentuk badan hokum.

4. Bank Indonesia adalah pembantu pemerintah.

5. Bank Indonesia diangkat dan diperhentikan oleh presiden.

Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI). Menurut Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, bank
Indonesia adalah lembaga Negara yang independan dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan /atau pihak lain, kecuali
untukhal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang.

1.2 TUJUAN BANK SENTRAL

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu


tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan
nilai rupiah ini mengandung 2 aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang Negara lain.3
Tujuan bank sentral seperti tertuang dalam UU RI No. 23 Tahun1999 Bab 3
Pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Adapun maksud
dari kestabilan rupiah dan diinginkan oleh bank sentral adalah :
1. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur dengan atau
tercermin dari perkembangan laju inflansi.
2. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang Negara lain. Hal ini dapat diukur
dengan atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah dengan mata uang
Negara lain.4
Dengan stabilnya nilai mata uang rupiah, maka akan sangat banyak manfaat
yang akan diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3
Eko Prasetyo, 2009:106-107
4
Kasmir, 1998:169-170
4
1.3 PRINSIP-PRINSIP BANK SYARI’AH

Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara lain

• Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
• Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
• Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsik.
• Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transaksi. diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan syariah.

Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatan bagi


umat karena menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya.5

1.4 DASAR HUKUM BANK SYARI’AH DI INDONESIA

Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya
deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan syari’ah
semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992, dimana
bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari
nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil.

Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara
tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan
usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya pula bank yang
kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan

5
Al Khotib, Muhammad ‘Ajaj. 1989. Ushul Al Hadits Wa Musthalahu. Beirut: Dar al Fikri
5
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” (pasal 6), maka jalan bagi
operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini titik kulminasi telah tercapai dengan
disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi
siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah maupun yang ingin mengkonfersi dari
system konvensional menjadi system syari’ah

UU No.10 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No 72/1992 yang melarang


dual system. Dengan tegas pasal 6 UU No10/1998 membolehkan bank umum yang
melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syari’ah. 6 .Selain itu dasar
perbankan syari’ah juga terdapat dalam UU Perbankan No 10 thn 1998 ( pasal 1 ayat
12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c) yang merupakan UU Perbankan No 7
Tahun 1992.

Untuk menjalankan undang-undang tersebut selanjutnya dikeluarkan Surat


Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
tahun 1999 dilengkapi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan bank perkreditan
rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan Bank Umum
berdasarkan prinsip syari’ah diatur dalam Surat Keputusan direksi bank Indonesia No.
32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.7

1.5 Kaidah/ Norma Hukum

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap subjek hukum yakni orang maupun


badan hukum selalu berhadapan dengan berbagai aturan maupun norma baik yang
bersifat formal maupun non formal. Aturan atau norma sangat diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat agar hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat
berlangsung tertib dan berjalan lebih baik. Norma merupakan aturan perilaku dalam
suatu kelompok tertentu dimana setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan
kewajiban di dalam lingkungan masyarakatnya sehingga memungkinkan seseorang
bisa menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan seseorang itu dinilai oleh orang

6
American Institute of banking. 1960. Principle of Bank Operation. New York: AIB
7
Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
6
lain. Oleh karena itu norma adalah suatu kriteria bagi orang lain untuk menerima atau
menolak perilaku seseorang.8

Sementara itu, di dalam kehidupan bermasyarakat norma yang berlaku adalah


norma yang diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai aturan yang mempengaruhi
tingkah laku manusia yaitu :9

1. Norma Agama
Adalah peraturan yang diterima sebagai perintah, larangan dan anjuran yang di
peroleh dari Tuhan Yang Maha Esa bersifat umum dan universal apabila di langgar
akan mendapat sanksi hukum yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Norma Kesusilaan
Adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri bersifat
umum dan universal, apabila di langgar oleh setiap manusia maka akan
menyesalkan perbuatan dirinya sendiri.
3. Norma Kesopanan
Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia berupa suatu tatanan
pergaulan masyarakat apabila dilanggar setiap anggota masyarakat akann dicela/
diasingkan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, ketiga norma diatas mempunyai tujuan sebagai pembinaan di
dalam kehidupan bermasyarakat sehingga interaksi antara anggota masyarakat
dapat berjalan dengan baik. Untuk dapat berjalan dengan baik maka norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan memerlukan penjabaran dalam bentuk suatu aturan/
kaidah yang bertujuan untuk menjaga ketertiban masyarakat agar hak dan
kewajiban setiap anggota masyarakat dapat berjalan sesuai dengan aturan dan
aturan itu sebagai norma hukum.
4. Horma Hukum
Adalah aturan yang bersifat mengikat kepada setiap orang yang pelaksanakannya
dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat – alat negara untuk
melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.10

8
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal Sakti,
2007) h. 1
9
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal Sakti,
2007) h. 2

7
1.6 Konsep Lembaga Perbankan Syariah

Lembaga keuangan (Financial Institusion) adalah suatu perusahaan yang usahanya


bergerak di bidang jasa keuangan. Artinya, kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini
akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah penghimpunan dana
masyarakat dan atau jasa – jasa keuangan lainnya. Menurut SK Menkeu RI No. 792
Tahun 1990, Lembaga keuangan adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang
keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat
terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut
lembaga keuangan di utamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun tidak
berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan. Dalam kenyataannya,
kegiatan usaha lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan,
kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa.11
Bila lembaga keuangan tersebut disandarkan kepada syariah maka menjadi
lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang
usahanya bergerak di bidang jasa dan keuangan yang berdasarkan prinsip – prinsip
syariah. Prinsip syariah yaitu prinsip yang menghilangkan unsur – unsur yang dilarang
dalam islam, kemudian menggantikannya dengan akad – akad tradisional islam atau
yang lazim disebut dengan prinsip syariah. Atau lembaga keuangan syariah
merupakan sistem norma yang didasarkan ajaran islam.12
Pembagian Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan di bagi menjadi dua yaitu :
1. Lembaga keuangan bank
Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Lembaga
keuangan bank di atur dalam undang – undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan juncto undang – undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
undang – undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan undang – undang

10
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal
Sakti, 2007) h. 2
11
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 1
12
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2

8
nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia juncto undang – undang nomor 3
tahun 2004 tentang bank indonesia. Dan untuk perbankan syariah diatur dalam
undang – undang nomor 21 tahun 2008.13
Adapun lembaga keuangan nonbank (LKNB/ Nonbank Financial Institusion)
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara
langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat
berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi
perusahaan. Lembaga keuangan nonbank diatur dengan undang – undang yang
mengatur masing – masing bidang usaha jasa keuangan nonbank dimaksud,
misalnya :14
1. UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
3. UU No. 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal.
4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
5. UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.15

Berdasarkan beberapa undang – undang tersebut belum terlihat ada peraturan


perundang – undangan yang secara khusus mengatur tentang lembaga keuangan
nonbank dengan prinsip syariah. Untuk itu, regulasi tentang lembaga keuangan
syariah nonbank diatur dalam beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dan
Fatwa Dewan Syariah Nasional. Peraturan itu misalnya :16

1. Peraturan Ketua Bapepam Dan Lk No. per-03/BL/2007 tentang Kegiatan


Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah.

13
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
14
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
15
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
16
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 3

9
2. Peraturan Ketua Bapepam Dan Lk No. per-04/BL/2007 tentang akad – akad
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
3. Keputusan Ketua Bapepam Dan Lk No. 130 /BL/2006 tanggal 23 November
2006 yang dalam lampirannya memuat peraturan No. IX.A.14 tentang
penerbitan efek syariah.
4. Keputusan Ketua Bapepam Dan Lk No. Kep - 131/BL/2006 tentang akad yang
digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal.
5. Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah.
6. Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah.
7. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang reksadana syariah.
8. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi
syariah.
9. Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah.
10. Fatwa DSN-MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah
mudharabah.
11. Fatwa DSN-MUI No. 41/DSN-MUI/III/2006 tentang obligasi syariah ijarah.
12. Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/2006 tentang tabrru pada asuransi syariah
13. Peraturan – peraturan dan fatwa – fatwa lainnya.17
14. Pembagian tersebut untuk membedakan tugas dan fungsinya. Bahwa lembaga
keuangan bank dibolehkan menarik dana langsung dari masyarakat dalam
bentuk simpanan sedangkan lembaga keuangan nonbank tidak diperkenankan
melakukan kegiatan menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan.

17
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 3

10
BAB III PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam


perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan.
Tujuan bank sentral seperti tertuang dalam UU RI No. 23 Tahun1999 Bab 3 Pasal 7
adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Peranan lain Bank
Indonesia adalah dalam hal menyalurkan uang terutama uang kartal atau kertas dan
logam dimana Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk menyalurkan uang
kartal. Bank Indonesia mempunyai tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya:
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, men gatur dan menjaga
kelancaran system pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di
Indonesia.
Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu dimana
setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban di dalam lingkungan
masyarakatnya sehingga memungkinkan seseorang bisa menentukan terlebih
dahulu bagaimana tindakan seseorang itu dinilai oleh orang lain.18

Dasar hukum Bank syari’ah di Indonesia:


✓ UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992
✓ Pasal 6 PP No. 72 tahun 1992 yang kemudian dihapus oleh pasal 6 UU No.10
Thn 1998
✓ UU Perbankan No 10 thn 1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13
huruf c)
✓ Surat Keputusan direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.

1.2 SARAN

Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana system, prinsip
dan falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih memilih
menggunakan jasa bank syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah menggunakan
bank konvensional pindah ke bank syari’ah

18
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal
Sakti, 2007) h. 1

11
DAFTAR PUSTAKA

dari www.bi.go.id/perbankan/ssk/peran-bi, diakses pada 6 November 217


Kasmir.2002.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta: RajaGrafindo Persada
Mangani, Silvanita Ktut.2009.Bank dan Lembaga Keuangan Lain:Gelora Aksara Pratama
dosenekonomi.com /ilmuekonomi/moneter/instrument-kebijakan-moneter, diakses pada 7
November 2017
Prasetyo, Eko.2009.Fundamental Makro Ekonomi.Yogyakarta:Beta Offset
Tim Buku Media Indonesia, dkk.2010.Era Baru Transformasi Bank Sentral.:Gramedia
Pustaka Utama

12

Anda mungkin juga menyukai