Dalam perekonomian modern setiap negara memiliki Bank Sentral atau setidak-
tidaknya ada salah satu bank atau lembaga yang bertindak dan menjalankan fungsi
bank sentral. Bank sentral memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan
ekonomi dan moneter yang dalam kegiatannya dapat bertindak sebagai agen
pemerintah.
1
Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) h. 11
1
krisis perbankan yang cukup parah di tengah kemajuan ekonomi negara – negara
tetangganya.
2
BAB II PEMBAHASAN
Bank sentral dapat didefinisikan sebagai sebuah badan keuangan, yang pada
umumnya dimiliki pemerintah, yang bertugas untuk mengatur kesetabilan badan-
badan keuangan, serta menjamin agar kegiatan badan-badan keuangan terseut dapat
menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil.2
2
Tim Buku Bank Indonesia dan Tim Penulis Universitas Islam Indonesia, 2010
3
1. Bank Indonesia adalah bank sentral sebagaimana dimaksudkan 1945.
3
Eko Prasetyo, 2009:106-107
4
Kasmir, 1998:169-170
4
1.3 PRINSIP-PRINSIP BANK SYARI’AH
Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara lain
• Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
• Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
• Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsik.
• Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transaksi. diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan syariah.
Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya
deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan syari’ah
semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992, dimana
bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari
nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil.
Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara
tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan
usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya pula bank yang
kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan
5
Al Khotib, Muhammad ‘Ajaj. 1989. Ushul Al Hadits Wa Musthalahu. Beirut: Dar al Fikri
5
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” (pasal 6), maka jalan bagi
operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini titik kulminasi telah tercapai dengan
disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi
siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah maupun yang ingin mengkonfersi dari
system konvensional menjadi system syari’ah
6
American Institute of banking. 1960. Principle of Bank Operation. New York: AIB
7
Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
6
lain. Oleh karena itu norma adalah suatu kriteria bagi orang lain untuk menerima atau
menolak perilaku seseorang.8
1. Norma Agama
Adalah peraturan yang diterima sebagai perintah, larangan dan anjuran yang di
peroleh dari Tuhan Yang Maha Esa bersifat umum dan universal apabila di langgar
akan mendapat sanksi hukum yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Norma Kesusilaan
Adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri bersifat
umum dan universal, apabila di langgar oleh setiap manusia maka akan
menyesalkan perbuatan dirinya sendiri.
3. Norma Kesopanan
Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia berupa suatu tatanan
pergaulan masyarakat apabila dilanggar setiap anggota masyarakat akann dicela/
diasingkan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, ketiga norma diatas mempunyai tujuan sebagai pembinaan di
dalam kehidupan bermasyarakat sehingga interaksi antara anggota masyarakat
dapat berjalan dengan baik. Untuk dapat berjalan dengan baik maka norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan memerlukan penjabaran dalam bentuk suatu aturan/
kaidah yang bertujuan untuk menjaga ketertiban masyarakat agar hak dan
kewajiban setiap anggota masyarakat dapat berjalan sesuai dengan aturan dan
aturan itu sebagai norma hukum.
4. Horma Hukum
Adalah aturan yang bersifat mengikat kepada setiap orang yang pelaksanakannya
dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat – alat negara untuk
melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.10
8
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal Sakti,
2007) h. 1
9
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal Sakti,
2007) h. 2
7
1.6 Konsep Lembaga Perbankan Syariah
10
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal
Sakti, 2007) h. 2
11
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 1
12
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
8
nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia juncto undang – undang nomor 3
tahun 2004 tentang bank indonesia. Dan untuk perbankan syariah diatur dalam
undang – undang nomor 21 tahun 2008.13
Adapun lembaga keuangan nonbank (LKNB/ Nonbank Financial Institusion)
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara
langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat
berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi
perusahaan. Lembaga keuangan nonbank diatur dengan undang – undang yang
mengatur masing – masing bidang usaha jasa keuangan nonbank dimaksud,
misalnya :14
1. UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
3. UU No. 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal.
4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
5. UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.15
13
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
14
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
15
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 2
16
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 3
9
2. Peraturan Ketua Bapepam Dan Lk No. per-04/BL/2007 tentang akad – akad
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
3. Keputusan Ketua Bapepam Dan Lk No. 130 /BL/2006 tanggal 23 November
2006 yang dalam lampirannya memuat peraturan No. IX.A.14 tentang
penerbitan efek syariah.
4. Keputusan Ketua Bapepam Dan Lk No. Kep - 131/BL/2006 tentang akad yang
digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal.
5. Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah.
6. Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah.
7. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang reksadana syariah.
8. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi
syariah.
9. Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah.
10. Fatwa DSN-MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah
mudharabah.
11. Fatwa DSN-MUI No. 41/DSN-MUI/III/2006 tentang obligasi syariah ijarah.
12. Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/2006 tentang tabrru pada asuransi syariah
13. Peraturan – peraturan dan fatwa – fatwa lainnya.17
14. Pembagian tersebut untuk membedakan tugas dan fungsinya. Bahwa lembaga
keuangan bank dibolehkan menarik dana langsung dari masyarakat dalam
bentuk simpanan sedangkan lembaga keuangan nonbank tidak diperkenankan
melakukan kegiatan menarik dana langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan.
17
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, cet. 2, ed. 1 (Jakarta: Kencana,
2015) h. 3
10
BAB III PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
1.2 SARAN
Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana system, prinsip
dan falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih memilih
menggunakan jasa bank syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah menggunakan
bank konvensional pindah ke bank syari’ah
18
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, cet. 4, ed. 2 (Jakarta: Cikal
Sakti, 2007) h. 1
11
DAFTAR PUSTAKA
12