Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
Manajemen Perbankan Syari’ah mengenai “Peran Bank Indonesia terhadap
Perbankan Syari’ah di Indonesia” ini dengan lancar. Tak lupa pula Shalawat serta
salam kami panjatkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
terstruktur mata kuliah Manajemen Perbankan Syari’ah Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Dengan ini penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik Allah SWT, untuk itu
segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
nantikan.

Bandung, 05 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Penyusunan Makalah .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3
A. Pengertian Bank dan Perbankan ........................................................................3
B. Bank Indonesia ..................................................................................................3
C. Perbankan Syari’ah ............................................................................................7
D. Peran Bank Indonesia Terhadap Perbankan Syari’ah di Indonesia ...................9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................14
Kesimpulan ......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia. Bank memiliki peran dalam hal stabilitas keuangan, system
pembayaran, pengendalian inflasi, serta otoritas moneter. Bank dituntut untuk
mengeluarkan berbagai kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat, selain itu
juga harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan yang dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk menanamkan dana di sana.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bertugas untuk mengatur,
mengkoordinasi, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan. Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari
masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar efektif
penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan. Hal ini disebabkan
bahwa pembangunan di sector apapun selalu membutuhkan dana dan dana ini
diperoleh dari sektor lembaga keuangan termasuk bank. Tugas-tugas Bank
Indonesia (BI) sebagai bank to bank adalah mengatur, mengkoordinasi,
mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia perbankan. Bank
Indonesia (BI) juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar
disalurkan kembali ke masyarakat benarbenar efektif penggunaannya sesuai
dengan tujuan pembangunan. Kemudian disamping mengurus dana
perbankan, Bank Indonesia (BI) juga mengatur dan mengawasi kegiatan
perbankan secara keseluruhan.
Didalam penjelasan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(BI) telah diamanatkan bahwa untuk mengantisipasi perkembangan
berdasarkan prinsip syariah, maka tugas dan fungsi Bank Indonesia (BI) perlu
mengakomodasi prinsip-prinsip syariah. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 10
(2) yang menentukan bahwa dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia (BI) di
bidang pengendalian moneter dapat dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga
mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satu-
satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami
kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami
kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, kelebihan dana-dana tersebut
akan disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan
manfaat kepada kedua belah pihak.

1
Kemudian dalam perkembangan perbankan saat ini, eksistensi
perbankan syariah di menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini
membuat banyak bank-bank syariah terus mendirikan unit syariah atau
mengubah diri dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Dari gambaran yang dijelaskan di atas maka dapat dipahami peran
Bank Indonesia (BI) sangat penting terhadap perkembangan bank syariah
yang perkembangan bank syariah di juga sangat menarik untuk dikaji.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bank dan Perbankan Syari’ah
2. Bagaimana Peran Bank Indonesia Terhadap Perbankan Syari’ah di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk Mengetahui Apa Itu Bank dan Perbankan Syari’ah;
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Bank Indonesia Terhadap Perbankan
Syari’ah di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank dan Perbankan Syari’ah


1. Pengertian Bank
Menurut UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank adalah
lembaga usaha yang menghimpun uang dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat berbentuk
kredit atau lainnya dalam rangka meingkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Kasmir (2016 : 3) menyatakan Bank adalah lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa Bank lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa bank adalah badan usaha yang memiliki
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan
dana dalam bentuk tabungan, giro, deposit dan simpanan lainnya untuk
kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit atau lainnya dengan
tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat.
2. Pengertian Perbankan
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
melaksanakan usahanya. Sedangkan Bank hanya mencangkup aspek
kclembagaan.

B. Bank Indonesia
1. Pengertian Bank Indonesia
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia (UU
No.13 tahun 1968, pasal 1 ayat 1). Bank sentral adalah bank yang ditugasi
untuk mengawasi dan memanipulasi jumlah uang yang beredar agar sesuai
dengan yang diperlukan, baik untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga
maupun spekulasi, sehingga roda perekonomian dapat berjalan lancar.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bertugas untuk mengatur,
mengkoordinasi, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan.

3
Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari
masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar efektif
penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan.1
Bank Sentral pada umumnya mempunyai dua peranan, yaitu
sebagai salah satu unsur penguasa moneter yang berwenang melaksanakan
kebijakan moneter, dan sebagai lembaga yang diberi wewenang untuk
mengatur, mengawasi dan mengendalikan system moneter yang ada dalam
satu masyarakat atau negara. Di samping mengurus dana perbankan, Bank
Indonesia (BI) juga mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara
keseluruhan.2
2. Sejarah Bank Indonesia
a. Berdirinya Bank Indonesia (1953)
Pada tahun 1951, muncul desakan kuat untuk mendirikan bank
sentral sebagai wujud kedaulatan ekonomi Republik Indonesia. Oleh
karena itu, Pemerintah memutuskan untuk membentuk Panitia
Nasionalisasi DJB. Proses nasionalisasi dilakukan melalui pembelian
saham DJB oleh Pemerintah RI, dengan besaran mencapai 97%.
Pemerintah RI pada tanggal 1 Juli 1953 menerbitkan UU
No.11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia, yang menggantikan
DJB Wet Tahun 1922. Sejak 1 Juli 1953 Bank Indonesia secara resmi
berdiri sebagai Bank Sentral Republik Indonesia.
UU No.11 Tahun 1953 merupakan ketentuan pertama yang
mengatur BI sebagai bank sentral. Tugas BI tidak hanya sebagai bank
sirkulasi, melainkan sebagai bank komersial melalui pemberian kredit.
Pada masa ini, terdapat Dewan Moneter (DM) yang bertugas
menetapkan kebijakan moneter. DM diketuai Menteri Keuangan
dengan anggota Gubernur BI dan Menteri Perdagangan. Selanjutnya,
BI bertugas menyelenggarakan kebijakan moneter yang telah
ditetapkan oleh DM.
b. Masa Ekonomi Terpimpin (1953)
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno
memperkenalkan konsep Ekonomi Terpimpin. Pada masa ini,
Gubernur BI ditetapkan sebagai anggota kabinet dengan sebutan
Menteri Urusan Bank Sentral dan Dewan Moneter tidak berfungsi lagi.
Dalam bidang perbankan, terdapat doktrin “Bank Berdjoang” berupa
penyatuan seluruh bank-bank negara menjadi Bank tunggal dengan
nama Bank Negara Indonesia (BNI) yang pendiriannya lewat Perpres
1
Ketut, Z. (2015). Peranan Bank Indonesia (BI) terhadap perkembangan bank syariah di Kota Denpasar-Bali
setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (Doctoral dissertation, IAIN Jember).
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Prenada Media, 2010), 178

4
No.17 Tahun 1965. Dalam masa implementasi “Bank Berdjoang”,
Bank Indonesia diubah menjadi BNI Unit I, sedangkan bank-bank
milik pemerintah lainnya dibagi menjadi BNI Unit II-V.
c. Bank Indonesia Sebagai Agen Pembangunan dan Pemegang Kas
Negara (1968)
Pada tahun 1968, Pemerintah RI mengeluarkan UU No. 13
Tahun 1968 tentang Bank Indonesia. Undang-undang ini
mengembalikan tugas BI sebagai Bank Sentral Republik Indonesia dan
menghentikan status BI sebagai BNI Unit I.
Salah satu pasal di dalam undang-undang ini juga mengatur
bahwa BI tidak lagi memiliki fungsi menyalurkan kredit komersial,
namun berperan sebagai agen pembangunan dan pemegang kas
negara.
Sementara itu, melalui UU No.21 dan 22 Tahun 1968, bank-
bank lainnya yang tergabung dalam Bank Tunggal berubah kembali
menjadi bank pemerintah yang berdiri sendiri.
d. Deregulasi Perbankan (1988)
BI mengeluarkan paket kebijakan deregulasi perbankan,
dengan nama Paket Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 yang lebih
dikenal sebagai Pakto 88 atau Pakto 27. Kebijakan ini ditujukan untuk
mendorong tumbuhnya industri perbankan dengan mempermudah
perizinan dalam pendirian bank baru.
e. Krisis Moneter Asia (1997)
Krisis moneter yang terjadi di Asia mendorong BI mengambil
langkah–langkah kebijakan penanggulangan krisis, seperti penerapan
kebijakan floating exchange rate untuk nilai tukar, penutupan bank-
bank bermasalah, dan restrukturisasi bank-bank yang tidak sehat.
f. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (1999)
Dengan adanya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Bank Indonesia ditetapkan sebagai Bank Sentral yang
bersifat independen. UU ini menetapkan tujuan tunggal BI yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, dan menghapuskan
tujuan sebagai agen pembangunan. Sejak periode ini, BI menerapkan
rezim kebijakan moneter dengan inflation targeting framework. Dalam
framework ITF, kredibilitas BI dinilai dari kemampuannya mencapai
sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
g. Pengesahan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang Independen
(2004)

5
DPR mengesahkan UU No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. UU ini berisi
tentang penegasan terhadap kedudukan bank sentral yang independen,
penyempurnaan pengaturan tugas dan wewenang, dan penataan fungsi
pengawasan BI.
h. Penegasan Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort (2009)
DPR mengesahkan UU No.6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.2 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas UU No.23/1999 Tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-Undang. UU ini memperjelas dan mempertegas
peran BI dalam fungsinya sebagai lender of the last resort.
i. Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Berpindah ke OJK
(2011)
DPR mengesahkan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) yang mengalihkan fungsi pengaturan dan
pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK. Undang-Undang
ini membagi ruang lingkup pengaturan dan pengawasan
mikroprudensial lembaga keuangan sebagai kewenangan OJK,
sementara pengaturan dan pengawasan makroprudensial menjadi
tanggung jawab BI dengan sasaran stabilitas sistem keuangan.
3. Tugas dan Tujuan Bank Indonesia
a. Tugas Bank Indonesia
Untuk mencapai tujuannya Bank Indonesia didukung oleh tiga
pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas
tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berikut
tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk
gambar berisi tiga pilar.

6
b. Tujuan Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,
tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah.

C. Perbankan Syari’ah
1. Pengertian Perbankan Syari’ah
Kata Syariah berasal dari bahasa arab, dari akar kata syara‟a, yang
berarti jalan, cara, dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan
sempit. Dalam arti luas, syariah dimaksudkan sebagai seluruh ajaran dan
norma-norma yang dibawa oleh nabi Muhammad saw., yang mengatur
kehidupan manusia baik dalam aspek kepercayaannya maupun dalam
aspek tingkah laku paktisnya.
Bank Syari’ah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana telah ditegaskan
dalam penjelasan umum UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha
yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.
Bank syari’ah pada awalnya dikembangkan sebagai respon dari
kelompok ekonom dan praktisi perbankan islam yang berupaya
mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar
tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai
moral dan prinsip-prinsip syari’ah Islam, terutama berkaitan dengan
pelarangan praktek riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan).3

3
Wilardjo, S. B. (2005). pengertian, peranan dan perkembangan bank syari’ah Di Indonesia. Value Added|
Majalah Ekonomi Dan Bisnis, 2(1).

7
2. Dasar Hukum Bank Syari’ah
a. Q.S al-Maidah ayat 2

َ ‫ِّين ْال َبي‬


‫ْت‬ َ ‫ي َواَل ْال َقاَل ِئ َد َواَل آم‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا اَل ُت ِحلُّوا َش َعائ َِر هَّللا ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
ْ‫اص َطا ُدوا ۚ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم أَن‬ ْ ‫ض اًل مِنْ َرب ِِّه ْم َو ِر‬
ْ ‫ض َوا ًنا ۚ َوإِ َذا َحلَ ْل ُت ْم َف‬ َ ‫ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ‬
ْ ‫ون َف‬
‫ص دُّو ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام أَنْ َتعْ َت ُدوا ۘ َو َت َع َاو ُنوا َعلَى ْال ِب رِّ َوال َّت ْق َو ٰى ۖ َواَل َت َع َاو ُنوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم‬ َ
‫ب‬ ْ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬
ِ ‫ان ۚ َوا َّتقُوا َ ۖ إِنَّ َ َشدِي ُد ال ِع َقا‬ ْ
ِ ‫َوالع ُْد َو‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.4
3. Fungsi dan Tujuan Bank Syari’ah
Fungsi lembaga perbankan indonesia ditegaskan dalam pasal 3
UU Perbankan yang berbunyi “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”.
Perbankan Syariah juga adalah suatu lembaga Intermediary dan
juga dapat menjalankan fungsi sosial sebagaimana ditegaskan dalam UU
No 21 tahun 2008 pasal 4 tentang Perbankan Syariah yang berbunyi:
a. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dana
dan menyalurkan dana masyarakat.
b. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dalam menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Peran Bank Syari’ah
a. Sebagai lembaga penyimpanan dana (tempat menabung)
4
Departemen Agama RI, al-qur’an dan terjemah ; Q.S. Al-Maaidah 2

8
Bank Islam menerapkan sistem bagi hasil (mudharabah)
kepada nasabah yang menabungkan uangnya di bank. Artinya nasabah
tidak akan pernah dapat menghitung dengan pasti berapa jumlah
uangnya yang akan bertambah setiap bulannya bila meraka telah
menabung dalam jumlah tertentu.

b. Sebagai lembaga pembiayaan (investasi)


Pembiayaan di bank Islam yang diberikan kepada masyarakat
untuk keperluan modal usaha, biayanya ditujukan untuk usaha-usaha
yang produktif, jelas dan transparan, serta bersifat halal, baik dari segi
pengelolaan hingga kepada hasil usaha yang akan diberikan
kemanfaatannya untuk masyarakat.
Ada beberapa bentuk pembiayaan untuk keperluan peningkatan
usaha atau biasa dikenal dengan pembiayaan produktif Islam yang
diberikan oleh bank Islam, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli,
pembiayaan atas dasar prinsp bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
pembiayaan atas prinsip bagi hasil yang porsinya disesuaikan dengan
proporsi penyertaan, dan pembiayaan yang berdasarkan prinsip sewa
beli.
c. Sebagai lembaga pemberi jasa
Bank islam melayani beberapa keperluan nasabah yang
berkaitan dengan kebutuhan nasabah akan jasa perbankan islam. Salah
satu bentuk pelayanan bank islam dalam bentuk jasa adalah melayani
kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi antarbank yang
berbeda
antarbank islam dengan bank islam, bank islam dengan bank
konvensional, maupun antarbank islam yang sama.

D. Peran Bank Indonesia Terhadap Perbankan Syari’ah di Indonesia


Ketika UU No 72 thun 1992 diamandemen menjadi UU
No. 10 tahun 1998, Bank Indonesia membentuk 3 (tiga) komite yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan perbankan syariah (Hakim
2011).5 Komite tersebut adalah:

5
Iswanto, B. (2016). Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia dan Baznas
dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam di Indonesia. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis
Islam STAIN Kudus, 9(2), 426.

9
1. Komite pengawas, yang terdiri dari Gubernur Bank Indonesia,
Menteri Keuangan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
2. Komite Ahli yang terdiri dari figur-figur terkenal yang memiliki latar
belakang bidang perbankan dan hukum.
3. Komite Pekerja, yang terdiri dari unit-unit di Bank Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, Bank Indonesia
menerapkan kebijakan berdasarkan 3 (tiga) prinsip, yaitu:
1. Kebijakan yang berorientasi pasar. Dengan kebijakan ini, maka
regulasi dan pengawasan perbankan akan diakomodasi sesuai dengan
permintaan pasar.
2. Bank syariah tidak dianggap sebagai industri kecil yang harus
dilindungi sampai periode tertentu sehingga siap berkompetisi.
3. Perlakukan yang adil.
Pada tahun 1998, regulasi pertama yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia adalah SK Direksi Bank Indonesia No 32/34/SK/Dir
tengang Pembukaan Kantor Bank Syariah dan SK Direksi Bank Indonesia No.
32/36/SK/Dir tentang BPR Syariah. 2 (dua) tahun kemudian, regulasi-regulasi
lain bermunculan dan menjadi garis pedoman cadangan untuk undang-
undang bank syariah.6
Bank Indonesia cukup berperan aktif dalam perkembangan
perbankan syariah pasca UU No 10 tahun 1998. Peran ini terus dikembangkan
dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan yang intensif ke masyarakat.Upaya
ini ditempuh oleh BI untuk menghilangkan hambatan sumber daya
manusia yang masih cukup minim di awal-awal implementasi
kebijakannya. Bank Indonesia juga melakukan kerjasama-kerjasama
dengan institusi-instusi luar negeri seperti Islamic Development Bank,
AAOIFI, dan Bank Malaysia Berhad. Banyak delegasi Indonesia yang
juga dikirim ke luar negeri untuk melakukan studi banding mengenai
implementasi ekonomi syariah terutama bidang perbankan.
Sebagai langkah kongkret upaya pengembangan
perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan
sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah tahun
2010, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi
aspek-aspek strategis, yaitu penetapan visi sebagai industri perbankan
6
Iswanto, B. (2016). Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia dan Baznas
dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam di Indonesia. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis
Islam STAIN Kudus, 9(2), 427.

10
syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah
nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih
akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan,
serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih
dari sekedar bank. Selanjutnya berbagai program kongkret telah dan akan
dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy
pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun
2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond
Banking, dengan pencapaian target aset sebesar Rp. 50 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan
perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di
ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.87 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010
menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah
terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target aset sebesar Rp.124
triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.
2. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek
positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank
syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua
belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan
produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam
keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan
user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang
memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih
dari sekedar bank atau “beyond banking”.
3. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar
perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa
bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing
bank syariah.
4. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi
produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang
ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor
yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
5. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu
memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu

11
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah
secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan
6. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien
melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung
(media cetak, elektronik, online/website), yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa
perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya Bank Sentral memainkan peran yang sangat urgen
dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Kendati BI tidak
merupakan salah satu lembaga legislatif, namun keberadaan regulasi yang
dikeluarkannya memiliki dampak yang sangat besar bagi pengembangan
ekonomi syariah. Keberadaan Bank Sentral ini juga dapat dilihat cukup
mempengaruhi karakter produk hukum ekonomi Islam yang muncul
di Era Reformasi. Artinya, Bank Sentral memiliki peran aktif dalam
mendorong penciptaan produk hukum ekonomi syariah.
Independensi yang dimiliki oleh Bank Indonesia memiliki nilai tambah
tersendiri atas lembaga ini sehingga karakter produk hukum ekonomi
Islam tidak hanya dipengaruhi oleh karakter politik semata. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tim Lindsey yang menyatakan bahwa terkait
masalah regulasi, maka Bank Indonesia memainkan peran yang
sangat penting bagi perkembangan lembaga keuangan syariah di
Indonesia. Adapun terkait dengan aspek kesyariahan maka MUI dan DPS-
lah yang berperan (Lindsey, 2012).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia memiliki
keunikan dibandingkan dengan negara-negara lain. 7Kendati di awal
perkembangannya, muatan politis cukup terlihat, namun pada
perkembangan berikutnya, perbankan syariah berserta produk-produk
hukumnya mengembangkan dirinya secara independen dan
professional. Hal ini bisa diamati dari kemampuan bank syariah
untuk tetap menjalankan bisnisnya tanpa terpengaruh kepada pergantian
rezim yang berkuasa.

7
Iswanto, B. (2016). Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf Indonesia dan Baznas
dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam di Indonesia. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis
Islam STAIN Kudus, 9(2), 429.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

13
Perbankan syari’ah adalah lembaga keuangan yang dalam pengoperasiannya
berdasarkan syari’at islam, tidak mengandung riba, gharar, dan sejenisnya.
Bank Sentral (Bank Indonesia) pada umumnya mempunyai dua peranan, yaitu
sebagai salah satu unsur penguasa moneter yang berwenang melaksanakan kebijakan
moneter, dan sebagai lembaga yang diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi
dan mengendalikan system moneter yang ada dalam satu masyarakat atau negara.
Peran Bank Indonesia dalam perkembangan perbankan syari’ah cukup aktif
pasca UU No 10 tahun 1998 yang dikembangkan dalam bentuk sosialisasi dan
pelatihan yang intensif ke masyarakat. Sebagai upaya pengembangan perbankan
syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah tahun 2010, sebagai strategi
komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, di antaranta
yaitu penetapan visi sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN,
serta pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan
universal.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: Prenada Media, 2010), 178
Susamto, B. (2008). Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. UII Press.

14
Fitriana, E., Hanum, A. N., & Alwiyah, A. (2018, November). Faktor-faktor yang
Berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2014-2017). In Prosiding Seminar Nasional
Mahasiswa Unimus (Vol. 1).
Iswanto, B. (2016). Peran Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional, Badan Wakaf
Indonesia dan Baznas dalam Pengembangan Produk Hukum Ekonomi Islam
di Indonesia. Iqtishadia: Jurnal Kajian Ekonomi Dan Bisnis Islam STAIN
Kudus, 9(2), 421-439.
Ketut, Z. (2015). Peranan Bank Indonesia (BI) terhadap perkembangan bank syariah
di Kota Denpasar-Bali setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
(Doctoral dissertation, IAIN Jember).
Piliang, B. V. (2019). Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap Return on Assets (ROA) pada Bank Umum Swasta
Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016.
JASa (Jurnal Akuntansi, Audit dan Sistem Informasi Akuntansi), 3(2), 253-
271.
Wilardjo, S. B. (2005). pengertian, peranan dan perkembangan bank syari’ah Di
Indonesia. Majalah Ekonomi Dan Bisnis, 2(1).

http://repository.uinsu.ac.id/4972/4/BAB%20II.pdf
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/sejarah-bi/Default.aspx

15

Anda mungkin juga menyukai