Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang dilaksanakan oleh negara Indonesia adalah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan berbagai usaha untuk mencapainya.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan serta mengikutsertakan peran dan
partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang diharapkan dapat mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur baik materiil maupun spiritual berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.
Salah satu hal yang ikut serta menunjang keberhasilan pembangunan
ekonomi adalah stabilnya sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan
jantung dalam sistem perekonomian sebuah negara dan sebagai alat dalam
pelaksanaan kebijakan moneter.
Dewasa ini, kehidupan sehari-hari kita dalam bidang keuangan sering
bergelut dengan Bank, baik itu mengirim uang, menerima gaji atau belanja di
sosial media selalu menggunakan jasa bank.
Berdasarkan fungsi dasarnya sebagai penghimpun dan juga penyalur atas
dana, maka bank akan selalu berkepentingan dengan pihak-pihak yang
kelebihan dana dan juga pihak-pihak yang kekurangan atau membutuhkan
dana, yang sering disebut dengan kreditur. Dalam aktivitasnya, bank akan
dihadapkan dengan berbagai permasalahan seputar fungsi dasar perbankan. 
Perbankan di Indonesia dalam melakukan aktivitas bisnisnya, yaitu dalam
memenuhi fungsi dasarnya masih menghadapi berbagai permasalahan yang
mendasar yang masih terjadi hingga saat ini. Banyak bank-bank yang belum
mampu secara maksimal di dalam mengelola sumber daya mereka, sebagai
contoh banyak bank yang kesulitan di dalam mengatur sirkulasi keuangan
mereka, di satu sisi bank-bank yang mengalami under-liquid akan kesulitan di
dalam melakukan aktivitas bisnisnya secara maksimal dikarenakan
kekurangan modal sebagai dasar beraktivitas.
Di sisi lain, bank-bank yang mengalami over-liquid juga akan mengalami
permasalahan, mereka akan kesulitan di dalam menyalurkan dana-dana
tersebut dan berisiko terjadinya kredit tidak tertagih.

1
Banyaknya permasalahan perbankan seperti yang telah dicontohkan diatas,
mengindikasikan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat selaku sumber dan
tujuan atas aliran dana yang dihimpun oleh bank mengalami proses yang tidak
stabil dan berubah-ubah.
Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sesungguhnya sangat
dipengaruhi oleh kinerja yang dicapai oleh dunia perbankan itu sendiri, dan
bagaimana upaya manajemen perbankan mengantisipasi setiap perubahaan
yang terjadi pada lingkungannya baik nasional maupun global. Perubahan-
perubahan dimaksud menyangkut masalah teknologi informasi, kebijakan atau
regulasi pemerintah dan otoritas moneter, serta tuntutan konsumen yang
semakin variatif. 
Uraian diatas memberikan gambaran bahwa profitabilitas bank merupakan
salah satu aspek penting yang tidak boleh diabaikan manajemen. Untuk
meningkatkan kualitas manajemen dalam melakukan analisis tersebut,
manajemen perlu mengenali variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi
profitabilitas bank. Variabel-variabel tersebut salah satunya dapat diketahui
dari rasio-rasio keuangan.
Analisa rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi bagaimana
sebuah bank bekerja dan bagaimana bank tersebut disiapkan untuk masa
depan. Dengan mengetahui keadaan keuangan akan membantu pihak
manajemen dalam implementasi perencanaan dan pengendalian keuangan.
Perencanaan yang baik harus dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan
bank saat ini. 
Untuk dapat menjawab berbagai permasalahan tersebut, maka penulis
mengangkat judul makalah "Manajemen Lembaga Perbankan" sebagai
judul Makalah yang akan dilakukan. 
B. Rumusan Masalah
Agar pokok pembahasan lebih terarah, maka penulis membuat rumusan
masalah untuk dijabarkan, antara lain:
1. Menjelaskan Pengertian Bank
2. Memaparkan Jenis-Jenis Bank
3. Menjelaskan Kegiatan Bank
4. Memaparkan Kesehatan dan Pengawasan Bank
5. Memaparkan Pengertian Bank Syariah, Produk Penhimpunan Dana Serta
Penyaluran Bank Syariah, Produk Jasa Bank Syariah serta Manajemen
Bank Syariah
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang akan dicapai antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui Arti Bank menurut UU dan Pendapat Para Ahli
2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Bank
3. Untuk mengetahui apa saja kegiatan Perbankan
4. Untuk mengetahui Kesehatan Bank dan proses Pengawasan di Bank
5. Untuk mengetahui pengertian Bank Syariah, kegiatannya serta Produk
Bank Syariah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank
Bank berasal dari bahasa italia banco yang artinya bangku. Bangku itulah
yang digunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para
nasabah. Istilah banku secara resmi dan populer menjadi Bank.1
Bank termasuk Industri Jasa karena produknya hanya memberikan jasa kepada
masyarakat. Agar pengertian bank menjadi jelas, maka pengutip memaparkan
beberapa pengertian Bank menurut UU dan Ahli, antara lain:
1. Pengertian Bank menurut Undang Undang.Republik Indonesia.Nomor 10
Tahun 1998 tanggal 10 November tentang perbankan adalah Badan usaha
yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2
2. Pengertian Bank menurut Kuncoro adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.3
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan. Artinya, usaha perbankan selalu berkaitan
masalah bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan
meliputi tiga kegiatan utama yaitu:
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana dan
3. Memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli
dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

1
Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara 2006), h.1
2
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers 2017), h.13
3
Mudrajad Kuncoro, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta: BPFE 2012) h.68
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
pemasangan berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis
simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat dalam simpanan giro, tabungan,
sertifikat deposito, serta deposito berjangka di mana masing-masing jenis
simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan sendiri. Kegiatan
penhimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding.4
B. Jenis – Jenis Bank
Praktik perbankan di Indonesia saat ini diatur dalam undang-undang
perbankan memiliki beberapa jenis bank. Di dalam Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 tahun 1998, yang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1967.
Terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan.
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi dan kepemilikan dan
dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terletak pada
luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan
wilayah operasinya.
Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang
ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari mrnrntukan harga, yaitu antara bank
konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil.5
Untuk jelasnya jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dan berbagi segi, antara
lain:
1. Dilihat dari segi fungsinya
Dalam Undang-Undang pokok Perbankan.Nomor 14 tahun 1967. Jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Pasar
d. Bank Desa
e. Bank Pegawai
f. Bank Tabungan
g. Dan Bank Jenis lainnya.
Kemudian menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992
dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998.
Maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu: 

4
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers 2017) h. 13
5
Kasmir, Ibid, h. 22

5
a. Bank Umum. 
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dengan keluarnya undang undang nomor 7 tahun 1992. Mengakibatkan
perubahan fungsi Bank Pembangunan Dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum.
Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, Bank Lumbung Desa, dan Bank Pegawai
menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Bank Umum dan Bank BPR memiliki beberapa perbedaan. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini akan diuraikan lebih lanjut.
Pengertian Bank Umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
adalah Bank yang melaksanakan Kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh
jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya. Dapat
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum di sering disebut bank komersial
(Commercial Bank).
Sedangkan pengertian bank perkreditan rakyat menurut Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum.Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan.Dan
penyaluran dana saja. Bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk
menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi.6
2. Dilihat dari segi kepemilikannya.
Jenis Bank selanjutnya dapat dilihat dari segi kepemilikannya, maksudnya
adalah siapa saja memiliki bank tersebut, meski pemilik yang ini dapat dilihat dari
akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah berikut:


6
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers 2017) h.23
a. Bank milik pemerintah.
Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.Contoh Bank
milik Pemerintah Antara lain.
1) Ban Negara Indonesia 46
2) Ban Rakyat Indonesia.
3) Bank Tabungan Negara.
4) Bank Mandiri.
Sedangkan bank milik pemerintah daerah, terdapat daerah tingkat satu dan tingkat
dua, masing-masing provinsi yaitu:
1) BPD Sumatera Utara
2) BPD Sumatera Selatan
3) BPD Jakarta
4) BPD Jawa Barat
5) BPD Jawa Tengah
6) BPD Jawa Timur
7) BPD Sulawesi Selatan
8) BPD Kalimantan Timur
9) BPD Bali
10) BPD Nusa Tenggara Barat
11) Dan BPD lainnya.7
b. Bank Milik Swasta Nasional.
Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta
akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta.Begitu pula pembagian
keuntungannya diambil oleh swasta pula.Contoh bank milik swasta nasional
Antara lain.
1) Bank Bumi Putra
2) Bank Bukopin
3) Bank Central Asia
4) Bank Danamon.
5) Bank Internasional Indonesia.
6) Bank Lippo.
7) Bank Muamalat.
8) Dan Bank Swasta lainnya.

7
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta:Rajawali Pers (2017) h. 29

7
Dalam bank swasta milik nasional tersebut pula bank bank yang dibadan usaha
yang berbentuk koperasi.
c. Bank milik asing.
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh bank milik
asing Antara lain:
1) ABN AMRO Bank
2) American Express Bank
3) Bank of America.
4) Bangkok Bank
5) Bank of Tokyo.
6) City Bank.
7) Standard Chartered Bank
8) Hongkong Bank.Gil
9) Asia Bank
10) Deutsche Bank8

d. Bank milik campuran.


Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh asing. Contoh bahan campuran Antara lain. 
1) Bank Merincorp
2) Bank PDPCI
3) Bank.Sakura Swadarma.
4) Ing Bank
5) Inter Pacific Bank
6) Sanwa Indonesia Bank
7) Sumitomo Niaga Bank
8) Mitsubishi Buana Bank
9) Bank Campuran Lainnya.9

C. Kegiatan Bank

Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank


sehari-hari tidak akan terlepas dari keuangan. Sama halnya seperti perusahan

8
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta:Rajawali Pers (2017) h. 30
9
Kasmir, Ibid, h. 31
lainnya, kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat kita katakan sebagai
tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya.
Para nasabah datang silih berganti baik sebagai pembeli jasa maupun penjual
jasa yang ditawarkan. Hali ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank, yaitu
membeli uang dari masyarakat (menhimpun dana) melalui simpanan dan
kemudian menjual uang yang diperolehh dari penghimpunan dana dengan cara
(mennyalurkan dana) kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit atau
pinjaman.
Dalam melaksanakan kegiatannya setiap bank berbeda seperti antara
kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank
umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya, produk yang ditawarkan
bank umum lebih lengkap, hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan
untuk menentukan produk dan jasanya, sedangkan bank perkreditan rakyat
mempunyai keterbasan tertentu, segingga kegiatannya menjual produk dan
wilayah operasinya lebih sempit dibangdinkan dengan bank umum.10
Adapun kegiatan perbankan terbagi atas dua hal yakni menghimpun dana
dari masyarakat (funding) dan menyalurkan dana ke masyarakat (lending).

1. Sumber–Sumber Dana Bank

a. Simpanan Giro (Demand Deposit) yang merupakan simpanan pada


bank dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek atau bilyet giro
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit), yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan
nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku
tabungan, kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank
yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik
dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito.11

2. Kegiatan Alokasi Bank

Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit seperti:


a. Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan kepada investor untuk
investasi yang penggunaannya jangka panjang.

10
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta:Rajawali Pers 2017) h. 36
11
Kasmir, Ibid, h. 37

9
b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan untuk
membiayai kegiatan suatu usaha yang biasanya bersifat jangka pendek
guna memperlancar transaksi perdagangan.
c. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para
pedagang, baik agen-agen maupun pengecer.
d. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai untuk keperluan pribadi.
e. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk menghasilkan
barang atau jasa.12

D. Penilaian Kesehatan Bank dan Pengawasan Bank

1. Penilaian Kesehatan Bank


Pemeriksaan dilakukan untuk menilai tingkat Kesehatan Bank, faktor-
faktor utama penilaian tingkat kesehatan Bank Antara lain:
Faktor Permodalan (Capital) = C
Faktor Kualitas Aktiva Produktif ( Asset) = A
Faktor Manajemen (Manajemen) = M
Faktor Rentabilitas (Earing) = E
Likuiditas (Liquidity) = L
Oleh Bank Indonesia, gabungan faktor-faktor tersebut diberi istilah CAMEL,
dimana besarnya bobot untuk masing-masing faktor adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Lampiran SK DIRBI No. 31/11/KEP/DIR tanggal 31 April 1997

Faktor yang dinilai Komponen Bobot


Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang 25%
menurut risiko

Kualitas Aktiva 30%


Produktif a. Rasio aktiva produktif yang 25%
diklasifikasikan terhadap jumlah
aktiva produktif
b. Rasio cadangan penghapusan aktiva 5%
terhadap jumlah aktiva yang
diklasifikasikan

12
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta:Rajawali Pers (2017) h. 37
Manajemen 25%
a. Manajemen umum 10%
b. Manajemen risiko 15%
Rentabilitas 10%
a. Rasio laba terhadap rata-rata volume 5%
usaha
b. Rasio biaya operasional terhadap 5%
pendapatan operasional
Likuiditas 10%
a. Rasio kewajiban bersih call money 5%
terhadap aktiva lancar
b. Rasio pinjaman terhadap dana pihak 5%
ketiga

Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100%. Apabila pada saat
pemeriksaan semua faktor dinilai baik atau positif maka akan mendapat “Nilai
Kredit Faktor CAMEL” maksimal sebesar 100%, berarti tingkat kesehatan
bank/cabang berada pada predikat “SEHAT”.13

Nilai kredit untuk menentukan predikat kesehatan Bank, ditetapkan sebagai


berikut:

Tabel 2.2 Menentukan Kesehatan Nilai Kredit Bank

Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
51 - < 66 Kurang Sehat
0 - < 51 Tidak Sehat

Dalam prakteknya, tidak semua faktor aspek CAMEL dapat dilakukan


penilaiannya di cabang, seperti:
1. Faktor permodalan tidak dinilai, karena faktor ini hanya terdapat di KNPO
2. Komponen faktor Manajemen
3. Komponen faktor likuiditas dalam rasio call Money terhadap aktiva lancar.

13
Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara (2006) h. 183

11
Hanya dapat dilakukan penilaian di Kartu Pengawas Operasional (KPO) dan
cabang-cabang tertentu yang menyelenggarakan transaksi call Money.
Mengingat hal tersebut, nilai kredit yang digunakan untuk menentukan
tingkat kesehatan bank perlu diadakan penyesuaian dengan mempertimbangkan
ada atau tidaknya suatu faktor, komponen faktor, dan aspek manajemen di cabang.
Penyelesaian di atas dilakukan dengan menetapkan nilai kredit maksimal,
dengan mengubah range nilai kredit secara proporsional sesuai range yang
ditetapkan dalam formula PAKTRI.
Tabel 2.3 Nilai kredit untuk penilaian tingkat kesehatan cabang tanpa faktor
permodalan

Nilai Kredit Predikat


64,80 – 80 Sehat
52,80 - < 64,80 Cukup Sehat
40,80 - < 52,80 Kurang Sehat
0 - < 40,80 Tidak Sehat

Catatan.
1. Karena faktor permodalan hanya dapat ditetapkan di KPN, maka bobot faktor
sebesar 20% dikeluarkan sehingga mempengaruhi nilai kredit maksimal yang
semula 100 menjadi 80 (100 – 20)
2. Penurunan range nilai kredit dari sehat ke cukup sehat, dari cukup sehat ke
kurang sehat dan dari kurang sehat ke tidak sehat. Disesuaikan dengan
perubahan range sesuai PAKTRI. Masing-masing sebesar 19%, 18,52% dan
22,73%.
3. Sebagai pengaruh dari angka maksimal 80%, dan mengingat jumlah aspek
manajemen yang dapat dinilai dicabang hanya 140 aspek maka nilai kredit
yang semula diberikan untuk setiap aspek manajemen yang dinilai positif.
Sebesar 0,4 di sesuaikan menjadi 0,571 (80 -140).
Nilai kredit untuk penilaian tingkat kesehatan cabang tambah fakta tanpa faktor
permodalan dan rasio komponen faktor call money terhadap aktiva lancar.14

14
Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara 2006) h. 184
Nilai Kredit Predikat
60,75 – 75 Sehat
49,50 - < 60,75 Cukup Sehat
38,25 - < 49,50 Kurang Sehat
0 - < 38,25 Tidak Sehat

Catatan.
Bobot untuk permodalan 20% dan rasio komponen faktor call money terhadap
aktiva lancar 5%, dikeluarkan  dari perhitungan Sehingga nilai kredit faktor
maksimal yang semula sebesar 100 Menjadi 75 (100 - 20 – 5). 
Penentuan range nilai kredit dari sehat ke cukup sehat, dari cukup sehat ke
kurang sehat, dari kurang sehat ke tidak sehat, masing-masing sebesar 19%,
18.52%, dan 22,75%.15
E. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah


Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank
bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan
dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan
dana.
Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian
berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak yang lain untuk
penyimpangan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai dengan hukum Islam.16
Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan
akta pendiriannya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional. Beberapa
contoh bank umum syariah adalah: Bank Syariah Mandiri, Bank Muamlat
Indonesia, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Bukopin, Bank BCA Syariah, dan
Bank BRI Syariah.17
Pada tanggal 01 Februari 2021 beberapa anak perusahaan BUMN yang di
bidang perbankan syariah, antara lain: Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank
15
Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara 2006. hlm.185
16
Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika 2008. hlm. 1
17
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Prenadamedia Group 2016. hlm. 33

13
Rakyat Indonesia Syariah dan BNI Syariah dimerger menjadi Bank Bank Syariah
Indonesia (BSI) dan diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Secara umum, pengertian Bank Syariah (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam, selain istilah bank Islam itu
sendiri, yaitu bank tanpa bunga (interest-freebank), bank tanpa riba (lariba bank),
dan bank syariah (shari’a bank).
2. Akad Bank Syariah
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena dilakukan berdasarkan hukum Islam. Produk apa pun yang
dihasilkan semua perbankan, termasuk di dalamnya perbankan syariah, tidak akan
terlepas dari proses transaksi dalam istilah fiqih muamalahnya disebut dengan
‘aqd, kata jamaknya al-‘uqud. Ada beberapa asas al-‘uqud yang harus dilindungi
dan dijamin dalam wadah Undang-Undang (UU) Perbankan Syariah.
Ada macam-macam akad di dalam perbankan syariah. Akad ini sendiri dapat
diartikan sebuah perjanjian yang melibatkan beberapa pihak dan menghasilkan
kesepakatan di dalamnya. Di dalam dunia perbankan syariah, seringnya akad ini
menjadi hal yang mengikat antara nasabah dan pihak bank.
Akad sendiri bisa terlaksana jika di dalamnya ada zighat atau ijab qobul yang
dilakukan sesuai dengan prinsip islam. Dengan adanya zighat ini, maka statusnya
sudah sah bahwa sudah ada transaksi yang saling mengikat untuk pihak-pihak
yang berakad. Di dalam akad itu, akan ada juga kesepakatan dalam bentuk tertulis
yang isinya merupakan hak dan kewajiban setiap pihak terkait.
a. Konsep Akad Jual Beli dalam Islam

Seperti yang sudah dibahas di atas, akad jual beli bisa diartikan sebagai proses
kesengajaan yang mengikat pihak-pihak terkait sesuai dengan persetujuan masing-
masing. Menelisik dari aspek legalitas dari pelaku transaksi (muamalah) akad jual
beli harus memenuhi syarat dan rukun akad itu sendiri, yakni:
1) Syarat
a) Produk, baik itu barang atau jasa harus halal
b) Tempat penyerahan produk harus gamblang dan jelas
c) Produk yang dimuamalahkan harus dalam status penuh
kepemilikannya.

2) Rukun
a) Adanya penjual
b) Adanya pembeli
c) Dilakukan Ijab qobul atau zighat.

2. Produk Penhimpunan Dana Syariah

Penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan Bank


untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan
kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai
intermediasi antara pihak deposan dengan pihak kreditur.
Di Bank Syariah produk penghimpunan dana terbagi menjadi dua, yaitu
produk simpanan dan produk investasi. Produk dana simpanan dibuat untuk
nasabah dengan notif sebagai simpanan saja, tanpa memiliki nilai untuk
memperoleh return tertentu.

a. Strategi Penghimpunan Dana Bank Syariah

Pertama, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi


pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank
syariah sebagai layanan universal.
Kedua, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi
produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan.
Ketiga, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM
yang kompeten dan penyediaan teknolohi informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan dan keputusan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk
dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap
memenuhi prinsip syraiah.

b. Sumber Dana Bank Syariah

Dalam pandangan Islam uang bukanlah merupakan suatu


komoditimelainkan hanya merupakan alat untuk mencapai pertambahan nilai
ekonomis. Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana
pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk:18

1) Titipan (Wadiah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan


pengembaliannya tetapi tanpa memperoleh imbalan dan keuntungannya.

2) Partispasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko untuk investasi umum
(Mudharbah Mutlaqah) dimana bank akan membayar bagian keuntungan

18
Zainul Arifin, Dasar–Dasar manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia Publisher, 2009. H. 58

15
secara proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal
tersebut;

3) Investasi khusus (Mudharabah Muqayyadah) dimana bank bertindak


sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee, jadi bank tidak ikut
berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas
investasi itu.

c. Penghimpunan Dana Bank Syariah

Penghimpunan dana di Bank Syarian dapat berbentuk giro, tabungan dan


deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.

1) Prinsip Wadi’ah

Menurut bahasa, Wadiah berasal dari kata al-wadau berarti meninggalkan.


Sedangkan pengertian akad wadiah sendiri adalah perjanjian yang melimpahkan
harta kepada orang lain untuk menjaganya dengan cara jelas atau transparan.
Jadi seorang nasabah yang ingin menabung dengan akad wadiah, maka
nasabah tersebut akan menitipkan sejumlah dananya ke bank. Kemudian
simpanan tersebut dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda dengan wadi’ah
amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh
dimanfaatkan oleh yeng dititipi.

Ketentuan umum dari produk ini adalah:


a) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak imbalan dan tidak
menanggung kerugian.
b) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup
izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati
selama tidak bertentang dengan prinsip syariah.
c) Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan pengganti
biaya Administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
d) Ketentuan-ketentuan lainnya yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2) Prinsip Mudharabah
Prinsip mudharabah yaitu penyimpanan atau deposan bertindak sebagai
Shahibul Maal (pemilik modal) dan bank sebagai Mudharib. Dapat pula dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan Mudharabil kedua. Dalam hal ini Bank
menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip


mudharabah terbagi menjadi dua yaitu:

a) Mudharabah mutlaqah. Dalam Mudharabah mutlaqah tidak ada


pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
b) Mudharabah Muqayyadah. Mudharabah muqayyadah merupakan
simpanan khusus, dimana pemilik pihak dana dapat menetapkan syarat-
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak bank.

3. Produk Penyaluran Syariah

Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank syariah akan disalurkan kembali
kepada nasabah berupa produk-produk yang bermanfaat. Beberapa produk jasa
yang disediakan oleh bank syariah untuk para peminjam dana akan diuraikan di
bawah ini.
a. Mudharabah
Mudharabah ialah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio
tertentu yang disepakati. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak
bank, kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,
kelalaian, dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,
kecurangan atau penyalahgunaan.
Dalam mudharabah ditunjuk wakil dari pihak bank untuk turut
serta dalam manajemen proyek. Nasabah sebagai pelaksana usaha
seharusnya bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk menghindari
terjadinya karugian. Seseorang yang ditunjuk pihak bank sebagai wakil
membantu nasabah dalam pelaksanaan usahanya atau dalam mengelola
modal usahanya dapat menghasilkan laba yang optimal.
b. Musyarakah (Joint Venture)
Musyarakah diterapkan pada model partnership atau joint venture.
Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang telah disepakati.
Sementara itu, kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang
dimiliki tiap-tiap pihak. Perbedaan mendasar antara musyarakah dengan
mudharabah adalah dalam musyarakah terdapat campur tangan

17
pengelolaan manajemen, sedangkan dalam mudharabah tidak ada campur
tangan pengelolaan manajemen.
c. Murabahah
Murabahah ialah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank
akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian
menjualnya kembali kepada pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan
seuai dengan margin keuntungan yang ditetapkan bank.
d. Takaful (Asuransi Islam)
Takaful merupakan jasa yang diberikan kepada penyimpan dana
dengan ketentuan.
e. Wadi’ah (jasa penitipan)
Wadi’ah adalah jasa penitipan dana yang mana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadi’ah, bank
tidak berkewajiban memberikan bonus kepada nasabah, tetapi tidak
menutup kemungkinan bank memberikan bonus kepada nasabahnya.
f. Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah merupakan penyimpanan dana di bank
dalam kurun waktu tertentu. Keuntungan dari investasi deposito
mudharabah, yaitu adanya nisbah bagi hasil tertentu antara bank dengan
nasabah.
g. Salam (Pemesanan)
Salam ialah transaksi jual beli, tetapi barang yang diperjualbelikan
belum ada saat itu atau masih ditangguhkan. Namun, dalam transaksi
tersebut telah dilakukan pembayaran secara tunai dan penandatanganan
perjanjian yang kuantitas, kualitas dan waktu penyerahan barang
ditentukan secara pasti.
Transaksi tersebut merupakan transaksi pemesanan barang dengan
pembayaran di muka. Setelah barang yang dipesan telah diserahkan ke
bank, pihak bank menyerahkannya kepada nasabah dan pembayaran dapat
dilakukan secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank
ialah harga beli barang ditambah keuntungan.
h. Ijarah (Sewa Cicil)
Ijarah ialah transaksi yang dilakukan berdasarkan adanya perpindahan
manfaat atau sewa. Transaksi ini menyerupai leasing. Dalam perbankan
syariah transaksi ini disebut ijarah muntahiya bittamlik, yaitu sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Bank mendapatkan imbalan atas
transaksi sewa tersebut. harga sewa dan harga jual pada batas akhir masa sewa
disepakati pada awal perjanjian.

4. Produk Jasa Bank Syariah


Jasa layanan yang dimiliki oleh Bank Syariah diantaranya:
a. Pengambilan utang piutang (Hawalah)
Hawalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Bank mendapat ganti biaya
atas jasa pemindahan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah, fasilitas
hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya.
b. Pelimpahan/ gadai (Rahn)
Pelimpahan atas suatu kekuasaan (barang) oleh nasabah kepada bank untuk
mendapatkan sejumlah dana (uang) dan oleh karenanya bank berhak atas sejumlah
imbalan.
c. Pinjaman uang ( Qardh)
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan antara lain untuk
pinjaman talangan haji, dimana nasabah talangan haji diberikan pinjaman talangan
untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan
melunasinya sebelum keberangkatannya naik haji. Atas jasa bank memberikan
dana talangan tersebut bank dapat memperoleh fee (ujrah). Aplikasi qord dalam
perbankan biasanya dalam empat hal yaitu sebagai berikut :
1) Pinjaman Talangan haji
Pinjaman talangan haji merupakan pinjaman yang diberikan bank kepada
nasabah calon haji khusus untuk menutupi kekurangan dana memperoleh kursi
atau sheat haji dana pada saat penulasan BPIH (Biaya penyelenggraan ibadah
haji). Produk ini menggunakan landasan syariah qord wal ijarah yaitu akad
pemberian pinjaman dari bank untuk nasabahang disertai dengan penyerahan
tugas agar bank menjaga barang jaminan yang disaranakan
2) Pinjaman Tunai
Pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah dimana nasabah diberi
keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan
mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
3) Pinjaman pengusaha kecil

19
Pinjaman pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan
memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli,ijarah (sewa cicil) atau bagi hasil.
4) Pinjaman pengurus bank
Pinjaman pengurus bank dimana bank menyediakan fasilitas ini  untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
d.     Perwakilan (Wakalah)
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan (pekerjaan) dari nasabah kepada bank
dan atas jasanya tersebut bank berhak meminta imbalan tertentu. Atau dengan
kata lain wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak pertama
mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak
pertama. Contoh: pembukaan L/C dan transfer uang. 
(a) Jenis-Jenis Wakalah
(1).      Wakalah al muthlaqah adalah mewakilkan secara mutlak tanpa
batasan waktu dan untuk segala urusan
(2).       Wakalah al muqayyadah  penunjukan wakil untuk bertindak atas
namanya dalam urusan-urusan tertentu
(3).      Wakalah al Ammah perwakilan yang lebih luas lagi daripada
almuqayyadah tetapi lebih sederhana dari pada al mutalaqah
e. Penjaminan (kafalah)
Produk di perbankan syariah yang menggunakan skema kafalah adalah
produk bank garansi. Dalam kafalah atau adalah akad jaminan dari suatu pihak
kepada pihak lain , terdapat pengalihan tanggung jawab nasabah kepada bank dan
atas jasanya bank berhak meminta imbalan. Contoh: kafalah digunakan dalam
produk kartu kredit syariah.
Jenis-jenis kafalah:
 (1).      Kafalah bin Nafs adalah jaminan dari diri si penjamin (Personal
Guarante)
(2).      Kafalah bil Maal adalah jaminan pembayaran barang atau
pelunasan hutang dalam    aplikasinya di perbankan dapat berbentuk
jaminan uang muka (Advance paymen bond) atau jaminan pembayaran
(payment bond)
(3).      Kafalah Muallaqah adalah jaminan mutlak yang dibatasi oleh
kurun waktu tertentu untuk dan untuk tujuan tertentu, dalam perbankan
diterapkan jaminan pelaksanaan suatu proyek (performance bond) atau
jaminan penawaran (bid bond)
f. Titipan (wadiah)
Konsep titipan untuk produk jasa pada umumnya menggunakan skema
wadiah amanah dimana bank tidak boleh menggunakan harta yang dititipkan
tersebut. Contoh aplikasi di perbankan yaitu save deposit box.
g.    Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran emas dan perak, atau pertukaran valuta
asing. Contoh Produk Bank Syariah yaitu Tukar Bank Note ke Rupiah atau Tukar
Rupiah ke TT (Valas).
Syarat-syarat :
1).      Harus tunai
2).      Serah terima harus dalam majelis kontak
3).      Bila pertukaran antara mata uang yang sama harus dalam
jumlah/kuantitas yang sama
5. Penilaian Kesehatan Syariah Dan Pengawasan Bank Syariah
Perbankan di Indonesia memiliki dua sistem yaitu perbankan dengan sistem
konvensional dan perbankan dengan sistem syariah. Pentingnya perbankan bagi
perekonomian, di Indonesia perbankan diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BI dan OJK dapat berkoordinasi dalam
pengaturan dan pengawasan perbankan (UU No 21, 2011, pasal 39).
Penilaian kesehatan bagi perbankan syariah diatur dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan (POJK) No.8/POJK.03/2014 yaitu penilaian dengan menggunakan
indikator Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG),
Rentabilitas (Earning), dan Permodalan (Capital).
Dalam sejarah perbankan di Indonesia terdapat beberapa metode penilaian
kesehatan bank diantaranya CAMEL, metode CAMELS (Capital, Asset Quality,
Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk) dan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital).
Metode CAMEL pertama kali diperkenalkan pada bulan februari 1991
mengenai sifat kehati-hatian bank. Metode CAMEL tersebut dikeluarkan sebagai
dampak kebijakan 27 oktober 1988. CAMEL berkembang menjadi CAMELS
pertama kali pada tanggal 1 januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di
Indonesia pada akhir tahun 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan
moneter.

21
 Seiring perkembangan usaha dan kompleksitas usaha bank membuat
pengguna metode CAMELS kurang efektif dalam menilai kinerja bank. Karena
metode CAMELS tidak memberikan kesimpulan yang mengarah pada satu
penilaian, antar faktor yang sifatnya berbeda.
Berdasarkan  PBI No. 13/1/PBI/2011 bank umum memiliki aturan baru
mengenai penilaian tingkat kesehatan. Penilaian tingkat kesehatan bank ini
dikenal dengan metode RGEC. Sejak diterbitkan POJK Nomor 8/03/2014 barulah
bank syariah memiliki pedoman baru dalam penilaian tingkat kesehatannya yaitu
dengan menggunakan metode RGEC yang merupakan model penilaian kesehatan
bank dengan sarat manajemen risiko.19
 Penggunaan analisa rasio keuangan sebagai alat untuk mengetahui kondisi
bank atau sering dikenal dengan Analisis Tingkat Kesehatan Bank merupakan
penilaian terhadap hasil usaha bank dalam kurun waktun tertentu dan faktor yang
memengaruhinya dengan menggunakan alat analisis yang disebut RGEC
yaitu, Risk Profile,Good Corporate Govenance, Earning, Capital. Tahap-tahap
penilaian ini yang dikenal sebagai metode RGEC merupakan model penilaian
kesehatan bank dengan syarat manajemen resiko, dengan cakupan penilaian
terhadap faktor-faktor sebagai berikut:20

1.         Profil Resiko (Risk Profile)

Penilaian terhadap faktor profil resiko merupakan penilaian terhadap


resiko inhern dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional
bank yang dilakukan terhadap 8 (delapan). Resiko yaitu;

a)         Risiko Kredit (Credit Risk)

Risiko Kredit didefinisikan sebagai resiko ketidakmampuan debitur


atau counterparty melakukan pembayaran kembali kepada bank
(counterparty default).

b)        Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk


memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaa arus kas
dan/ dari asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunankan tanpa
mengganggu aktifitas dan kondisi keuangan bank.

2.         Good Corporate Governance (GCG)

19
Prima Andreas Siregar, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Medan: Yayasan Kita Menulis
(2021) h. 25
20
Prima Andreas Siregar, Ibid, h. 24
Penilaian pada faktor GCG merupakan penilaian terhadap manajemen
bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Dalam pendekatan RGEC
didasarkan kedalam tiga aspek utama yaitu, Governance Structure,
Govarnance Process, dan Governance Output. Governance Process mencakup
fungsi kepatuhan bank, penanganan kebenturan bank, penerapan fungsi audit
intern dan ekstern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta
rencana strategi bank. Aspek terakhir Governance Output mencakup
transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG
yang memenuhi prinsip transparency, accountability, responbility,
independency, dan fairness (TARIF).”

3.             Rentabilitas (Earnings)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas (Earnings) meliputi penilaian


terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan sustainability earnings
bank. Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Penilaian
faktor rentabilitas bank dapat menggunakan parameter diantaranya sebagai
berikut :

1)   Net Operating Margin (NOM)

Rasio utama dalam penilaian rentabilitas suatu bank adalah rasio Net
Operating Margin (NOM). Rasio ini diperoleh dari pendapatan operasional
dikurangi beban operasional (disetahunkan) dibagi rata-rata aktiva produktif.

2)   Return on Asset (ROA)

Return On Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank


dalam  mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan.

3)    Return On Equity Return On Equity (ROE) 

ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank


dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran deviden.

Beban operasional terhadap pendapatan operasional adalah rasio yang


digunakan untuk mengukur efisien dan kemampuan bank dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.

4.    Permodalan

23
Penilaian terhadap faktor permodalan (capital) meliputi penilaian
terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. CAR
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.
Manajemen Jasa Bank Syariah

Kegiatan Operasional dan Pengelolaan Risiko


Dengan adanya larangan riba dalam aktivitas ekonomi, para ahli hukum
Islam sepakat bahwa transaksi yang perlu dijadikan dasar dalam perbankan
syariah adalah prinsip bagi hasil dan rugi (profit and loss sharing principle).
Disamping sistem bunga yang tidak digunakan oleh perbankan syariah,
bank syariah juga bertransaksi langsung pada sektor riil disamping sektor
finansial, sedangkan perbankan konvensional hanya dapat bertransaksi pada
sektor finansial.
Dalam hal penanaman dananya perbankan syariah tidak melakukan
pemberian kredit namun dengan kegiatan pembiayaan dengan prinsip
mudharabah dan musyarakah, bertransaksi jual beli dengan prinsip murabahah,
salam, dan istishna, dan menyewakan aktiva dengan prinsip ijarah, disamping
produk pelayanan perbankan umum lainnya.
Resiko usaha merupakan tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang
diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Resiko-resiko tersebut tidak hanya
dari sisi aktiva atau penanaman dana juga dari sisi pasiva yaitu penurunan jumlah
dana yang dapat dihimpun dari masyarakat.
Dalam perbankan konvensional, semakin tinggi ketidakpastian yang
dihadapi berarti semakin besar kemungkinan resiko yang dihadapi, maka semakin
tinggi pula premi resiko atau profit yang dibayar bank yang digunakan adalah
profit sharing, maka premi atau profit tidak dikaitkan secara langsung dengan
tingkat resiko yang terjadi.21
6. Manajemen Jasa Bank Syariah
Perbuatan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk ibadah dan
bisa berbentuk muamalah. Suatu perbuatan ibadah pada asalnya tidak boleh
dilakukan kecuali ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an/atau
Hadits, yang menyatakan bahwa perbuatan itu harus atau boleh dilakukan.
Sedangkan dalam muamalah pada asalnya semua perbuatan boleh dilakukan
kecuali ada ketentuan dalam al-Qur’an/atau Hadits yang melarangnya.22

21
Naufal Omar, Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan peransuransian Syariah di Indonesia,
Jakarta : Kencana 2012. hlm. 113
22
Zainul Arifin, Dasar–Dasar manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia Publisher, 2009. hlm.
100
Manajemen dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak
kecuali jasa perbankan didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).
Untuk mendapatkan keutungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan
dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer
dimanapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik,
maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah
hidup yang dianut oleh masin-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
23

Beberapa prinsip atau kaidah dan tehnik manajemen yang ada relevansinya
dengan al-Qur’an atau Hadits antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan Ma’ruf, yaitu perbuatan
yang baik dan ter puji seperti perbuatan tolong-menolong, menegakkan
keadilan diantara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
mempertinggi efisiensi dan lain – lain.sedangkan perbuatan munkar
(keji), seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebgainya harus dijauhi
dan bahkan harus diberantas.
b. Kewajiban menegakkan kebenaran
Ajaran Islam adalah metode ilahi untuk menegakkan kebenaran dan
menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil,
sejahtera serta diridhoi Tuhan. Manajemen merupakan seuatu metode
pengelolaan yang baik dan benar, untuk menghindari kesalahan dan
kekeliruan dan menegakkan kebenaran
c. Kewajiban menegakkan keadilan
Hukum syariah mewajibkan kita menegakkan keadilan kapan dan
dimanapun
d. Kewajiban menyampaikan amanah
Allah dan rasul-Nya memerintakan kepada setiap Muslim untuk
menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amana dinyatakan oleh
Allah dalam surah (4) an-Nisa ayat58:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya”
Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah memerintahkan agar
selalu menunaikan amanat dalam segala bentuk, baik amanat
perorangan, seperti dalam jual-beli, hukum perjanjian dalam Kitab
buyu’ (hukum dagang) maupun amanat perusahaan, amanat rakyat dan
negara, semuanya tanpa kecuali memikul beban untuk memelihara dan
menyampaikan amanat. 24
23
Zainul Arifin, Dasar–Dasar manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia Publisher, 2009. hlm.
107
24
Zainul Arifin, Dasar–Dasar manajemen Bank Syariah, Tangerang: Azkia Publisher, 2009. hlm.
106

25
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Indonesia sebagai penganut umat muslim terbesar di dunia semestinya
melakukan transaksi melalui lembaga keuangan syariah, terutama bank syariah.
Ketika sudah melakukan syahadat dalam hal ini memantapkan keyakinan kepada
agama Islam, maka sudah semestinya kita perpegang teguh pada prinsip agama
ini. Baik itu berubah pengimplentasian ibadah, akhlak, politik, tak terkecuali
dibidang ekonomi.
Realitas bank syariah yang kita terapkan saat ini memang belum sempurna
dalam hal pengimpelentasiannya, tapi dalam hal membantu perekonomian umat
Islam itu mestinya dengan menggunakan produk-produk syariah itu sendiri.
Dengan begitu, lambat laung akan sempurna juga disebabkan semakin
bertambahnya waktu dan pengalaman pengelolah lembaga keuangan syariah.
Ada beberapa jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi dan kepemilikan
dan dari segi menentukan harga. Fungsi perbankan yang terletak pada luasnya
kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah
operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan
saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga, yaitu
antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi
hasil.
Bank menurut jenis kepemilikannya ada Bank Milik Pemerintah, Bank Milik
Swasta Nasional, Bank Milik Asing, dan Bank Milik Campuran. Pemilik Bank
adalah siapa saja memiliki bank tersebut, meski pemilik yang ini dapat dilihat dari
akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.
Bank syariah bukan hanya bank milik pemerintah tetapi juga bank milik umat,
pemikiran yang diwariskan para pendahulu kita terkhusus ulama yang menkaji
mengenai bank syariah harus kita apresiasi dengan melanjutkan estafet
perjuangannya melalui pengaplikasian ekonomi Islam itu sendiri atau yang sering
kita sebut, Ekonomi Rabbani.

Anda mungkin juga menyukai