Anda di halaman 1dari 23

Bank Sentral

1. Pengertian Bank Sentral

Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara.
Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian dunia, setiap negara di dunia memiliki
bank sentral. Oleh karena itu, fungsi, tujuan, dan tugas yang dijalankan serta bagaimana operasi
dan organisasi bank sentral merupakan bagian penting yang harus diketahui.

Secara umum, sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi bank sentral. Namun,
sebagai rujukan terdapat beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai difinisi/pengertian
bank sentral, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas berdasarkan fungsi yang dijalankan
oleh bank sentral. Salah satu definisi bank sentral dalam arti sempit dikemukakan oleh John
Singleton (2009) bahwa bank sentral merupakan sebuah bank tempat bank-bank lain menaruh
dana (rekening) dan mempergunakan dana tersebut untuk penyelesaian akhir (settlement) dari
transaksi antarbank.

Dari aspek usaha, bank sentral memiliki perbedaan dengan lembaga keuangan yang lain. Apabila
lembaga keuangan lain khususnya yang berbentuk badan usaha, tujuan utamanya adalah
memaksimalkan keuntungan, bank sentral sebagai lembaga negara terkadang harus menanggung
kerugian dalam melaksanakan tugasnya, hal tersebut dilakukan agar masyarakat luas tidak
mengalami kerugian yang lebih besar.

Untuk lebih memahami pengertian bank sentral, Singleton dkk. (2009) berpendapat bahwa
berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, bank sentral memiliki sepuluh fungsi,yaitu sebagai
berikut.
1. Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Pelaksana dan perumus kebijakan moneter.
3. Penyedia jasa perbankan dan agen kepada pemerintah dan sering sebagai
pengelola pinjaman pemerintah.
4. Custodian dari cadangan bank umum dan pembantu penyelesaian akhir transaksi
cliring antarbank;
5. Penjaga keutuhan sistem Keuangan dan pada beberapa situasi/keadaan bertindak
sebagai an emergency lender of last resort dan pengawas kehati-hatian perbankan.
6. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan sebagai kustodi dari
cadangan devisa negara dan membantu negara dalam mengelola cadangan devisa.
7. Pembuat kebijakan imtuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di Negara
Berkembang, untulc memperkuat pembangunan ekonomi.
8. Penasihat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi. Bank sentral dipandang
memiliki keahlian mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang ekonomi dankeuangan.
9. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerja sarna pengaturan moneter internasional,
10. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga
memungkinkan bank sentral mendapat tugas lain, seperti memberikan pelindungan
nasabah seperti di Amerika Serikat, atau sebagai operator registri saham.
Pada periode awal perkembangannya, bank sentral lebih berfimgsi sebagai bankirnya sistem
perbankan. Dalam hal ini, bank sentral memberikan pinjaman jangka pendek kepada perbankan
untuk menutupi kebutuhan dana jangka pendeknya. Selain itu, bank-bank sentral pada periode
awal juga melakukan aktivitas komersial layaknya bank umum biasa.
Dalam perkembangannya, bank sentral dewasa ini dirancang sebagai lembaga kebijakan publik
yang tujuan utamanya adalah mempertahankan stabilitas moneter dan mendorong stabilitas
sistem keuangan. Bank sentral juga menyediakan komponen inti dalam sistem pembayaran, yaitu
uang kartal untuk masyarakat dan penyelesaian transfer antarbank melalui rekening bank di bank
sentral.
Selain fungsi-lungsi tersebut, bank sentral di beberapa negara juga berperan dalam tugas lain,
seperti melayani jasa perbankan dan manajemen aset dan utang kepada pemerintah. Bank sentral
juga sering diminta untuk melakukan analisis dan saran terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan
pembangunan di negara tersebut.
Bank sentral di Indonesia dimulai pada saat pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche
Bank sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda pada 24 Januari 1828. De Javasche Bank
bertugas, antara lain menerbitkan uang kertas (banknotes), memberikan kredit kepada
perusahaan-perusahaan, memperdagangkan logam mulia, bertindak sebagai kasir pemerintah.
Setelah kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 tahun 1953 tentang
Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, De Javasche Bank
dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia dan berada di bawah pemerintah. Di periode awal ini,
Bank Indonesia juga masih diberi tugas untuk menjaga stabilitas rupiah, menyelenggarakan
peredaran uang di Indonesia, memajukan perkembangan urusan kredit, dan melakukan
pengawasan pada urusan kredit tersebut.
2. Tujuan, Fungsi, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral Republik Indonesia

Mengapa di suatu Negara didirikan bank sentral? Tahukan Anda apa tujuan didirikannya bank
sentral? Untuk mengetahui jawabannya, coba kalian amati bunyi Undang-Undang Nomor 23
tahun 1999 sebagaimana sudah disempurnakan terakhir melalui UU Nomor 6 tahun 2009,
tentang Bank Indonesia pasal 7 yang menyebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Kestabilan nilai Rupiah itu terdiri atas dua aspek penting yaitu sebagai berikut.
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa yang tercermin pada perkembangan laju
inflasi,
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan
nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap mata uang negara lain.
Bagan Tujuan Bank Sentral Republik Indonesia

Untuk di Indonesia, UU Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telali diamandemen dengan UU


Nomor 3 Tahun 2004 dan UU Nomor 6 Tahun 2009 pasal 4 bahwa Bank Indonesia (BI) adalah
bank sentral Republik Indonesia. Lebih lanjut pasal 7 UU tersebut menjelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
itu terdiri atas dua aspek, yaitu kestabilan terhadap barang dan jasa, dan kestabilan terhadap mata
uang negara lain (kurs). Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa tercermin pada
perkembangan laju inflasi, sedangkan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain
tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap mata uang negara lain.
Penetapan tujuan memelihara stabilitas nilai rupiah memberikan batas tanggung jawab yang jelas
bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dan dalam menetapkan sasaran yang harus
dicapai.

Untuk mencapai tujuan dalam mencapai dan memeliharakestabilan nilai rupiah, BI sebagaimana
dijelaslcan dalam UU BI Pasal 8 bahwa BI mempunyai tiga tugas sebagai berikut.

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijalcan moneter;


b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
c. Mengatur dan mengawasi bank

Tugas pertama adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas ini diarahkan
dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar dan /atau suku bunga agar dapat
mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang, sekaligus mendorong perekonomian
nasional. Dalam melaksanakan tugas kebijakan moneter, Bank Sentral senantiasa memantau
perkembangan dan kecenderungan berbagai variabel ekonomi makro, moneter, dan keuangan.

Tugas kedua adalah mengatur dan melaksanakan sistem pembayaran, yang mencakup
sekumpulan kesepakatan, aturan, standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur
peredaran uang. Sistem pembayaran dapat berlangsung, baik secara tunai maupun nontunai.
Sistem pembayaran tunai menyangkut pencetakan dan pengedaran uang agar jumlah,
denominasi, kelayakan, ataupun keamanan uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi.

Tugas ketiga adalah mengatur dan mengawasi perbankan. Peran penting perbankan terutama
terletak pada flingsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit dan altematif pembiayaan lainnya untuk dunia usaha.
Perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan moneter, hal tersebut
dikarenakan sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung melalui
perbankan.
Pelaksanaan ketiga tugas tersebut saling terkait dalam mencapai kestabilan nilai rupiah. Tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter memerlukan dukungan sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman, dan andal. Sementara itu untuk mewujudkan sistem pembayaran yang
efisien, cepat, aman, dan andal tersebut diperlultan sistem perbankan yang sehat karena sistem
perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter sebab pelaksanaan kebijakan
moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan. Tugas mengatur dan mengawasi bank,
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dialihkan dari Bank Indonesia ke OJK pada 1 Januari 2014.

Adapun wewenang yang diberikan oleh undang-undang dalam rangka melaksanakan tiga tugas
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wewenang terkait dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, meliputi:
 menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi;
 melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar terbuka di
pasar uang, baik rupiah maupun valuta asing;
 menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan minimum, dan mengatur kredit atau
pembiayaan.
b. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
meliputi:
 melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran;
 mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya;
 menetapkan penggunaan alat/instrumen pembayaran.
c. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank, meliputi:
 menetapkan peraturan;
 memberikan dan mencabut izin atas lcelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank;
 mengawasi bank baik secara individual maupim sebagai sistem perbankan;
 mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Stabilitas Sistem Keuangan
Tugas Bank Indonesia di dalam mengatur dan mengawasi bank mulai 1 Januari 2014 memang
dialihkan kepada OJK. Nainun demikian, disadari bahwa pencapaian tujuan Bank Indonesia
dalam memelihara stabilitas nilai mpiah tidak mungldn dilakukan tanpa adanya stabilitas sistem
keuangan. Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu kondisi dimana seluruh lembaga
keuangan, pasar keuangan serta sarana pendulomgnya memiliki ketahanan dan mampu
mengatasi ketidakseimbangan keuangan. Kondisi ketidakseimbangan keuangan bersumber dari
proses intermediasi yang mengalami gangguan.
Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui kebijakan
makroprudential. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tugas mengatur dan mengawasi
bank yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK. Apakah yang dimaksud dengan
kebijakan makroprudential? Kebijakan makroprudential secara umum adalah kebijakan untuk
membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka memelihara keseimbangan sistem
keuangan secara keseluruhan.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima
peran utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter, antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia di tun tut
untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Khusus terkait dengan
peran kedua ini, UU Bank Indonesia mengamanahkan untuk dimandatkan kepada OJK,
hal tersebut diperkuat dengan lahirnya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bank Indonesia inengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderimg semakin meningkat. Antara
lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
natna sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih
meningkatkankeamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam
sistem pembayaran, Bank Indonesia memilild informasi dan kealilian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
4. Bank Indonesia melakukan fungsi riset. dan pemantauan. Hasil riset dan
pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi pihak terkait dalam
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam masalah dalam sektor keuangan.
5. Bank Indonesia memililki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR
merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis
giuia menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR
mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya
diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu
teijadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat
diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer, nainun masih
memilild kemampuan untuk membayar kembali.
Sistem Pembayaran
1. Pengertian sistem pembayaran
Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan,lembaga dan mekanisme
yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang
timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan
dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.

2. Prinsip sistem pembayaran


Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan
oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.Dalam
menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem
pembayaran, yakni
a. Aman berarti segala risiko dalam sistem pembayaran seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggaraan
sistem pembayaran.
b. Efisiensi menekankan bahwa penyelanggaran sistem pembayaran harus dapat digunakan secara
luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala
ekonomi.
c. Kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia tidak menginginkan adanya
praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang dapat menghambat pemain lain untuk
masuk.
d. Kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek
perlindungan konsumen.

3. Komponen sistem pembayaran


Komponen-komponen yang membangun sebuah sistem pembayaran terdiri dari Regulator,
Penyelenggara, Infrastruktur, Instrumen, dan Pengguna.

 Regulator berwenang mengatur aturan main, ketentuan, dan kebijakan yang mengikat
seluruh komponen sistem pembayaran.
 Penyelenggara adalah lembaga yang memastikan penyelesaian akhir dari seluruh
transaksi yang terjadi di penggunanya.
 Infrastrukur adalah sarana fisik yang mendukung operasional sistem pembayaran.
 Instrumen adalah alat pembayaran baik tunai maupun non-tunai yang disepakati oleh para
pengguna dalam melakukan transaksi.
 Pengguna adalah konsumen yang memanfaatkan Sistem pembayaran.

4. Jenis-Jenis sistem pembayaran


Secara garis besar Sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sistem pembayaran tunai
dan Sistem pembayaran non-tunai. Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran
tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang
digunakan berupa uang kartal, yaitu uang kertas dan uang logam, sedangkan pada sistem
pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan berupa Alat pembayaran menggunakan kartu
(APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik.

5. Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian


Sistem pembayaran akan berperan sebagai penjaga stabilitas keuangan dan perbankan,
sebagai sarana transmisi kebijakan moneter; serta sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi
ekonomi suatu negara. Untuk itu, sistem pembayaran perlu diatur dan diawasi dengan baik agar
sistem pembayaran berjalan dengan aman dan lancar.

1. Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia Bab III disebutkan bahwa Tujuan dan Tugas Bank Indonesia adalah seabagi berikut :
Pasal 7. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pasal 8. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
c. mengatur dan mengawasi Bank.
Dalam Undang-Undang No.23 tahun 1999 tetang Bank Indonesia dinyatakan secara tegas,
bahwa salah satu tugas Bank Indonesia dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, disamping dua tugas pokok
lainnya yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan mengawasi
bank.
Alat Pembayaran Nontunai

Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Kenyataan
ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun
lembaga selain bank (LSB), baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun
sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia.
Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui
sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem
BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.

Bisa dibayangkan, hampir 95 persen transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat
mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham,
transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan
melalui sistem BI-RTGS. Pada tahun 2010, BI-RTGS melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3
triliun per hari. Sedangkan transaksi nontunai dengan alat pembayaran menggunakan kartu
(APMK) dan uang elektronik masing-masing nilai transaksinya hanya Rp8,8 triliun per hari yang
dilakukan bank atau LSB.

Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional, sudah barang tentu
harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja sistem BI-RTGS ini ngadat atau
mengalami gangguan jelas akan sangat menganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan di
dalam negeri. Hal itu belum memperhitungkan dampak material dan nonmaterial dari macetnya
sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat peduli menjaga stabilitas BI-RTGS yang
dikategorikan sebagai Systemically Important Payment System (SIPS). SIPS adalah sistem yang
memproses transaksi pembayaran bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent).Adalah wajar
saja apabila Bank Indonesia sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko,
desain, kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain SIPS
dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu sistem yang digunakan
oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI juga
peduli dengan SWIPS karena sifat sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila
terjadi gangguan maka kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu
pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem dan alat-alat pembayaran yang diproses dalam
sistem.

Perlu diketahui bahwa BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem
pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang
dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk
memilih metode pembayaran yang dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah
mungkin. Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan
penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek
perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan
konsumen secara wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.

Alat Pembayaran Tunai

Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas dan logam). Uang kartal
masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang
cenderung lebih kecil dibanding uang giral. Pada tahun 2005, perbandingan uang kartal terhadap
jumlah uang beredar sebesar 43,3 persen.

Namun patut diketahui bahwa pemakaian uang kartal memiliki kendala dalam hal efisiensi. Hal
itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan (cash handling) terbilang mahal. Hal itu
belum lagi memperhitungkan inefisiensi dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika Anda
menunggu melakukan pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu cukup lama
karena antrian yang panjang. Sementara itu, bila melakukan transaksi dalam jumlah besar juga
mengundang risiko seperti pencurian, perampokan dan pemalsuan uang.
Menyadari ketidak-nyamanan dan inefisien memakai uang kartal, BI berinisiatif dan akan terus
mendorong untuk membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai
atau Less Cash Society (LCS).
Pengertian uang

Pengertian uang dibagi menjadi dua. Yaitu pengertian dalam ilmu ekonomi tradisional dan
modern.

 Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
diterima secara umum. Alat tukar ini bisa berupa apapun yang diterima orang dalam
masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Uang seperti ini disebut juga uang
barang.
 Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang
tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-
barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran hutang.
Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

Sejarah uang

Jangankan uang, pertukaran barang secara barter pun awalnya belum dikenal manusia.
Kehidupan saat itu belum sekompleks sekarang. Dengan sangat sederhana manusia memenuhi
kebutuhan hidup sendiri-sendiri.

Misalnya pergi berburu jika lapar; butuh pakaian tinggal membuat sendiri dengan bahan kulit
binatang atau pohon; jika ingin makan makanan lain, mereka pergi ke hutan untuk mencari dan
memetik buah yang diinginkan; dan lain sebagainya.

Namun, seiring berjalannya waktu manusia menghadapi kenyataan bahwa yang mereka peroleh
tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara tukar-
menukar barang antara individu satu dengan yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai sistem
barter.

Sistem barter

Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad. Sampai akhirnya manusia mendapati
kendala pada sistem tersebut karena kehidupan lebih kompleks lagi.
Kendala pada sistem barter misalnya sulit ketemunya dua orang pemilik barang yang saling
membutuhkan satu sama lain. Misal, Si A punya buah dan butuh ikan, ketemunya dengan B yang
punya ikan tetapi butuhnya bukan buah, melainkan pakaian.

Uang barang

Menghadapi masalah seperti di atas, manusia memikirkan lagi hingga menemukan solusi baru.
Yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda yang ditetapkan biasanya
yang dapat diterima secara umum. Contohnya pada orang Romawi zaman dulu menggunakan
garam.

Kalau diilustrasikan pada si A dan B di atas, maka seperti ini. A menemui penghasil garam dan
menukarnya dengan buah. Setelah garam dimiliki, barulah menemui B yang memiliki ikan.
Meskipun butuhnya pakaian, B menerima garam karena sudah ditetapkan sebagai uang barang.
Sehingga B pun akan lebih mudah lagi menukarnya dengan orang lain yang memiliki pakaian.

Meski lebih mudah dari sistem barter, seiring perkembangan kehidupan manusia yang lebih
kompleks, sistem uang barang memiliki kelemahan juga. Hal ini karena uang barang tidak
mempunyai pecahan kecil sehingga kesulitan menentukan nilai, penyimpan dan pengangkutan
yang susah, dan mudah hancur atau tidak tahan lama.

Akhirnya dicarilah benda yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

 Diterima secara umum


 Lebih mudah dibawa, dan tahan lama

Benda tersebut ialah uang logam yang bahan pembuatannya dari emas dan perak.

Pada waktu itu pemilik uang logam berhak penuh atas uang tersebut. Ia bebas menimbun
sebanyak-banyaknya bahkan menempa untuk dijadikan perhiasan pun tak ada larangan. Hingga
muncul ketakutan pedagangan makin maju tidak bisa dilayani oleh uang logam. Hal ini
mengingat jumlah emas dan perak yang terbatas.
Lagi pula, uang logam juga akan menemui kendala lain jika dalam transaksi tukar-menukar
menukar berskala besar. Jumlah yang dibutuhkan makin banyak tentu akan menyulitkan
dipindahtangankan. Sampai akhirnya terciptalah uang kertas.

Namun, jangan salah. Uang kertas yang beredar saat itu adalah bukti kepemilikan emas atau
perak. Kertas-kertas itu dijamin seratus persen oleh emas dan perak yang tersimpan pada pandai.
Sewaktu-waktu uang ini dapat ditukar kembali dengan jaminannya secara penuh.

Pada perkembangan selanjutnya, inilah yang menjadi cikal bakal uang yang kita pakai seperti
sekarang ini. Orang-orang tidak lagi menggunakan emas secara langsung untuk transaksi.
Mereka lebih suka memakai kertas-kertas bukti tersebut.

Fungsi uang

Sudah dijelaskan di atas, fungsi uang sebagai perantara pertukaran barang dengan barang,
menghindari sistem barter yang banyak menemui kendala, sehingga diharapkan transaksi
perdagangan menjadi lebih mudah. Namun, secara lebih rinci dibedakan menjadi dua. Yaitu
fungsi asli dan fungsi turunan.

Fungsi asli dibagi menjadi tiga:

1. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah
pertukaran
2. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) : Menunjukan nilai barang/
jasa (alat penunjuk harga), dan sebagai satuan hitung yang mempermudah pertukaran.
3. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta).

Fungsi turunan dibagi menjadi:

1. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.


2. Uang sebagai alat pembayaran utang.
3. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.
4. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.
5. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi
Syarat-syarat uang

Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Benda itu harus diterima secara umum (acceptability)


2. Untuk memenuhi kriteria poin 1, benda tersebut harus bernilai tinggi atau setidaknya
dijamin oleh pemerintah
3. Terbuat dari bahan yang bisa tahan lama (durability)
4. Kualitasnya sama (uniformity)
5. Jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tersebut
6. Tidak mudah dipalsukan (scarcity)
7. Mudah dibawa (portable)
8. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility)
9. Memiliki cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).

Jenis uang

Berdasarkan jenisnya, uang dibagi menjadi dua. Yaitu uang kartal dan uang giral.

 Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam
melakukan transaksi jual beli sehari-hari (common money).
 Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang
dapat ditarik sesuai kebutuhan, contoh cek.

Uang menurut bahan pembuatannya

 Uang logam

Adalah uang yang terbuat dari logam. Dipilih menggunakan logam karena bisa tahan lama. Pada
awal kemunculannya dibuat dengan bahan emas atau perak. Semakin tinggi kadarnya semakin
tinggi pula daya tukarnya. Dengan begitu uang seperti ini memiliki tiga nilai: Nilai intrinsik,
yaitu nilai bahannya. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercetak/tercantum pada uang tersebut. Nilai
tukar, yaitu nilai daya tukarnya. Misal Rp500.00 nilai tukarnya dapat permen, Rp10.000.00 nilai
tukarnya bisa dapat sepiring nasi.
 Uang kertas

Yaitu uang yang terbuat dari bahan kertas. Uang jenis ini hanya memiliki nilai nominal dan nilai
tukar yang tinggi, sedangkan nilai intrinsiknya tidak. Begitu juga pada zaman sekarang, uang
logam dibuat dengan logam biasa sehingga nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan nilai
nominal.

Menurut nilainya uang dibedakan menjadi dua:

 Uang penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai
yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakan. Dengan
kata lain, nilai nominal yang tercantum sama dengan nilai intrinsik yang terkandung
dalam uang tersebut.
 Uang tanda (token money). Uang tanda adalah apabila nilai yang tertera pada uang lebih
tinggi daripada nilai bahan yang digunakan untuk membuatnya. Dengan kata lain nilai
nominal lebih besar daripada nilai intrinsik. Misal, untuk membuat uang Rp1.000,00
pemerintah mengeluarkan biaya Rp750,00.

Teori nilai uang

Teori nilai uang dibagi menjadi dua. Yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

 Teori uang statis

Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai uang yang diakibatkan
perkembangan ekonomi. Teori ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan seperti:
apakah sebenarnya uang? Mengapa uang itu ada harganya? Mengapa uang itu sampai beredar?

Teori ini meliputi:

1. Teori metalisme. Teori yang hampir sama dengan pengertian nilai intrinsik.
2. Teori konvensi. Teori yang menyatakan uang bisa diterima secara umum di masyarakat
karena atas dasar perjanjian/mufakat.
3. Teori nominalisme. Teori ini menyatakan diterimanya uang berdasarkan nilai daya
belinya.
4. Teori negara. Teori ini menyatakan bahwa uang adalah benda yang ditetapkan oleh
negara yang berfungsi sebagai alat tukar dan alat bayar. Jadi nilainya pun ditetapkan oleh
pemerintah yang diatur oleh undang-undang.

 Teori uang dinamis

Kalau teori diatas tidak mempersoalkan perubahan nilai uang, maka teori uang dinamis ini
adalah sebaliknya.

Teori ini meliputi:

1. Teori kuantitas. Pada teori ini David Ricardo menyatakan kuat atau lemahnya nilai uang
sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Kemudian Irving Fisher
menyempurnakan teori diatas dengan menyatakan tidak hanya tergantung pada jumlah
saja, melainkan juga pada kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang
memengaruhi nilai uang.
2. Teori persediaan kas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan nilai uang tergantung dari
jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang.
3. Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal
dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang.

Sekian pembahasan tentang uang ini. Mulai dari pengertian, sejarah, fungsi, syarat, jenis, dan
sampai teorinya sudah dituliskan pada post pertama ini. Semoga kedepannya admin memiliki
kesempatan untuk update artikel secara berkala.

SECURITY FEATURES RUPIAH

I. Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah


Dalam melaksanakan tugas pokok di bidang pengedaran uang, Bank Indonesia selalu
berupaya agar uang yang dikeluarkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur pengaman
yang cukup mudah dikenali oleh masyarakat namun di pihak lain dapat melindungi uang dari
unsur pemalsuan.
Keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada bahan yang digunakan
untuk membuat uang (kertas, plastik atau logam), disain dan warna masing-masing pecahan
uang, maupun pada teknik pencetakan uang tersebut. Dalam penetapan ciri-ciri uang dianut
suatu prinsip bahwa semakin besar nilai nominal uang maka semakin banyak unsur
pengaman (Security Features) dari uang tersebut sehingga aman dari usaha pemalsuan.
Security features selain berfungsi sebagai alat pengamanan, baik dalam bentuk kasat mata
maupun tidak kasat mata juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu :
1. Fungsi estetika, agar uang tampak menarik.
2. Untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan lainnya, atau antara satu mata
uang dengan mata uang lainnya.

II. Unsur Pengaman pada Uang Kertas Rupiah


Unsur pengaman pada uang kertas meliputi bahan uang dan teknik cetak. Pemilihan unsur
pengaman merupakan suatu aspek yang penting agar uang sulit dipalsukan. Perlu disadari
bahwa sulitnya uang untuk dipalsukan tidak semata-mata tergantung pada unsur pengaman,
tetapi juga dipengaruhi oleh gambar disain, warna maupun teknik cetak.
Unsur pengaman pada uang kertas Rupiah dapat dibedakan berdasarkan unsur pengaman
yang terbuka (covert security features) dan tidak terbuka (covert security features).
Kebanyakan unsur pengaman adalah yang terbuka dan dapat dilihat dengan mudah oleh
masyarakat. Pendeteksian unsur pengaman tersebut dapat dilakukan dengan mata telanjang
(kasat mata), perabaan tangan (kasat raba), maupun dengan menggunakan peralatan
sederhana seperti kaca pembesar dan ultra violet. Pendeteksian unsur pengaman yang tidak
terbuka hanya dapat dilakukan dengan suatu mesin yang memiliki sensor tertentu yang
memiliki tingkat kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi untuk mengetahui unsur
pengaman tersebut.
Dalam melakukan pemilihan unsur pengaman uang kertas, pada umumnya
mempertimbangkan 2 hal utama yaitu:
a. Semakin besar nominal pecahan diperlukan unsure pengaman yang lebih baik, kompleks,
dan canggih.
b. Unsur pengaman yang dipilih didasarkan pada hasil penelitian dan mempertimbangkan
perkembangan teknologi.
III. Karakteristik Uang Logam Rupiah
Beberapa karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam Rupiah antara
lain:
a. Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara kasat mata dan kasat raba.
b. Uang logam menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung zat yang
membahayakan.
c. Uang logam yang dikeluarkan dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak
terlalu berat.
d. Uang logam Rupiah berbentuk bulat, dengan bagian samping bergerigi atau tidak
bergerigi.
Pengelolaan keuangan
1. Tahap perencanaan
penentuan jumlah uang yang dicetak, pengeluaran emisi baru. tahap ini dilakukan agar
kepercayaan masyarakat tetap terjaga.
2. Tahap pencetakan
oleh PERUM PERURI (Perusahaan Umum Percetakan uang Republik Indonesia) yang
termasuk BUMN
3. Tahap Pengeluaran dan peredaran
Diedarkan ke Kantor Cabang BI dengan mempertimbangkan wilayah,persediaan,
pertukaran uang pada jangka waktu tertentu.
4. Tahap oencabutan dan penarikan
penarikan dan pencabutan uang dengan tahun emisi yang sudah tak berlaku.
5. Tahap pemusnahan
pemusnahan uang yang dicabut, ditarik, tidak sempurna, tidak layak edar. Dilakuakan
oleh pihak ketiga dengan pengawasan BI
Sistem Pembayaran Nontunai

SP Nontunai merupakan sistem pembayaran tanpa menggunakan uang tunai yang mulai
diperkenalkan dalam transaksi ritel pada tahun 1990an. Sistem pembayaran nontunai sendiri
bukan sebagai pengganti sistem pembayaran tunai, tapi saling melengkapi satu sama lain.

Penggunaan uang tunai dalam transaksi pembayaran sebenarnya sudah jauh lebih praktis
dibandingkan sistem barter ataupun sistem commodity currency yang digunakan oleh manusia
zaman dulu. Tapi sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi,
penggunaan tunai dianggap kurang praktis dan aman.

Alat atau instrumen pembayaran nontunai yang resmi diterbitkan Bank Indonesia selaku satu-
satu regulator sistem pembayaran adalah instrumen berbasis kertas, berbasis kartu dan berbasis
elektronik:

 Berbasis Kertas (Paper Based). Terdiri atas Cek, BG, Wesel, Nota Debet, Nota
Kredit dan sebagainya. Mekanisme alat pembayaran nontunai ini menggunakan sistem
kliring di Bank Indonesia, yakni:
o Kliring manual, mulai tahun 1909 (DJB)
o Sistem Otomasi Kliring, mulai tahun 1990
 Berbasis Kartu (Card Based). Secara resmi disebut Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) yang mulai diperkenalkan pada awal 1990-an. Dalam operasionalnya,
APMK melibatkan empat lembaga, yaitu Prinsipal, Penerbit, Perusahaan Switching,
dan Perusahaan Personalisasi. APMK terdiri atas:
o Kartu Kredit
o Kartu Debit/ATM
 Berbasis Elektronik (Electronic Based). Yaitu transfer dana secara elektronik (credit
transfer) dengan menggunakan:
o Sistem Kliring Elektronik Jakarta, dari tahun 1998 sampai 2005.
o Sistem BI RTGS, mulai tahun 2000.
o Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), mulai tahun 2005.
Selain ketiga jenis instrumen nontunai tersebut, masyarakat juga sudah menggunakan alat
pembayaran elektronik untuk kebutuhan sehari-hari atau ritel, yaitu:

 Layanan Bank Elektronik (Electronic Banking/Ebanking) yang dikembangkan


menjadi Mobile Banking, mulai tahun 1998.
 Uang Elektronik atau Electronic Money (Unik/Emoney), mulai tahun 2007.

Ada dua jenis Uang Elektronik atau Unik, yaitu Unik Berbasis Server (umumnya diterapkan
dalam bentuk aplikasi ponsel) dan Unik Berbasis Chip (dalam bentuk kartu plastik berchip).
Kedua jenis Unik tersebut sedang gencar dipromosikan agar menjadi pengganti uang kartal.

Saat ini, penggunaan Unik mudah dijumpai di banyak pasar modern, pom bensin, pintu jalan tol,
transportasi perkotaan, layanan parkir dan banyak lagi.
OLEH

MUH.KHALID HAEKAL

Anda mungkin juga menyukai