PENDAHULUAN
1
j. Apa saja Fungsi dari OJK?
k. Apa tujuan pembentukan OJK?
l. Bagaimana pengaturan dan pengawasan OJK dengan BI?
m. Apa perbedaan OJK dan BI?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.3 Tujuan Kebijakan Moneter
Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi
yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika
dirinci tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut..
a. Menjaga Stabilitas Ekonomi
b. Menjaga Stabilitas
c. Meningkatkan Kesempatan Kerja
d. Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
4
kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini
biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
e. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga
memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan
edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi
pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk
menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjaman. 1
1 Munawar Ismail,dkk, Sistem Ekonomi Di Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 217-218
5
2.2 Bank Indonesia
2.2.1 Pengertian Bank Indonesia
Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi
perekonomian suatu negara. Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian
dunia, setiap negara di dunia memiliki bank sentral. Oleh karena itu, fungsi, tujuan, dan
tugas yang dijalankan serta bagaimana operasi dan organisasi bank sentral merupakan
bagian penting yang harus diketahui.
Dari aspek usaha, bank sentral memiliki perbedaan dengan lembaga keuangan
yang lain. Apabila lembaga keuangan lain khususnya yang berbentuk badan usaha,
tujuan utamanya adalah memaksimalkan keuntungan, bank sentral sebagai lembaga
negara terkadang harus menanggung kerugian dalam melaksanakan tugasnya, hal
tersebut dilakukan agar masyarakat luas tidak mengalami kerugian yang lebih besar.
6
tentu saja mengakibatkan perkembangan moneter yang tidak sehat bagi perkembangan
perekonomian.
Atas dasar keadaan tersebut, pada tahun 1968 melalui UU No 13 tahun 1968
tentang Bank Sentral, peran Bank Indonesia diubah lagi dan didudukkan secara murni
sebagai Bank Sentral. Hal ini berarti Bank Indonesia tidak melakukan kegiatan
komersial lagi selain menjalankan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 13 Tahun 1968 dirasakan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa ketentuan dalam undang-
undang tersebut dalam kenyataannya belum memberikan jaminan yang cukup untuk
terselenggaranya fungsi suatu bank sentral yang independen. Penetapan status dan
kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Pemerintah misalnya, membuka peluang
terjadinya campur tangan dari pihak luar yang pada gilirannya menyebabkan kebijakan
yang diambil menjadi kurang bahkan tidak efektif.
Dengan latar belakang tersebut, maka pada tanggal 17 Mei 2000 lahirlah
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1968 yang
memberikan status dan kedudukan kepada Bank Indonesia sebagai suatu bank sentral
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak luar termasuk Pemerintah.
2.2.3 Tujuan Fungsi, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral Republik Indonesia
Mengapa di suatu Negara didirikan bank sentral? Tahukan Anda apa tujuan
didirikannya bank sentral? Untuk mengetahui jawabannya, coba kalian amati bunyi
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana sudah disempurnakan terakhir
melalui UU Nomor 6 tahun 2009, tentang Bank Indonesia pasal 7 yang menyebutkan
bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Kestabilan nilai Rupiah itu terdiri atas dua aspek penting yaitu sebagai berikut.
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa yang tercermin pada perkembangan laju
inflasi,
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan
nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap mata uang negara lain.
7
Bagan Tujuan Bank Sentral Republik Indonesia
8
- menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan minimum, dan
mengatur kredit atau pembiayaan.
b. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, meliputi:
melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran;
- menetapkan peraturan;
9
Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui
kebijakan makroprudential. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tugas mengatur
dan mengawasi bank yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK. Apakah
yang dimaksud dengan kebijakan makroprudential? Kebijakan makroprudential secara
umum adalah kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka
memelihara keseimbangan sistem keuangan secara keseluruhan.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan. Kelima peran utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter, antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia di
tun tut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan
berimbang.
4. Bank Indonesia melakukan fungsi riset. dan pemantauan. Hasil riset dan
pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi pihak terkait
10
dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam masalah dalam
sektor keuangan.
Adanya OJK, fungsi pengawasan lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank
akandiambil alih OJK. Sementara Bank Indonesia sebagai Bank Sentral hanya berperan
sebagairegulator kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas moneter. Dengan demikian
pembentukanOJK akan berdampak pada perubahan atas empat peraturan perundang-
2 M.Sulhan dkk, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm
19-37
11
undangan terkait denganasuransi, pasar modal, perbankan, serta Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuanganlainnya.
a. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan
d. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang oleh
lembaga baru.
2.3.4 Pengaturan Dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan & Bank Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap :
3 Muhammad Shollahuddin, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2014), hlm
335-337
12
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
13
i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.4
Sebagai masyarakat umum yang kurang paham dalam bidang keuangan banyak
yang tidak mengetahui apa perbedaan tugas Bank Indonesia (BI) dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya berbagi
kewenangan dimana saat masa pengalihan pengawasan Bank dari Bank Indonesia ke
Otoritas Jasa Keuangan memerlukan kordinasi yang baik agar tidak saling mengambil
alih tugas, perbedaaan BI dengan OJK adalah BI berperan sebagai pengawas aspek
makroprudensial dan OJK berperan sebagai pengawas mikroprudensial.
Pada awal tahun 2014 oleh Agus Martowardojo selaku Gubernur BI di kantor
Presiden, Jakarta menyebutkan “Pada saat OJK menerima pengalihan pengawasan
perbankan dari BI, OJK akan lebih mengawasi aspek mikroprudensialnya, sedangkan
umum tetap ada di BI dari segi makroprudensial, namun tidak bisa betul-betul
dipisahkan karenanya perlu ada sinergi dimana implementasi pengawasan
mikroprudensial dan makroprudensial itu perlu dilakukan dengan baik”. Dari sini bisa
kita tangkap tugas BI berfokus menjaga stabilitas keuangan contohnya aturan batas
minimal uang muka kredit kendaraan bermotor, pemilikan rumah serta aturan giro wajib
minimum (GWM), sedangkan tugas OJK lebih kepada pengaturan dan pengawasan
individual perbankan atau lembaga keuangan. Contoh kasus yang ditangani oleh OJK
yakni kasus tindak pidana perbankan, baik dari sisi nominal, kepengurusan bank,dan
kualitas sumberdaya manusianya.5
4 http://kaguralagoe.blogspot.co.id/2014/10/otoritas-jasa-keuangan.html
5 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/bi-dan-
publik/kebanksentralan/Documents/4be5b38ff75b4cb2b4107fd20f047e0bBIApaSiapadanBagaimana.pdf
14
2.5 Studi Kasus
Dalam topic ini yaitu tetang Bank Indonesia dan OJK saya mengambil kasus
dari Bank century. Mengapa saya mengambil kasus tersebut karena:
Pertama pada awlanya kasus ini ditangani oleh Bank Indonesia dan BAPPEPAM karena
pada saat itu otoritas jasa keuangan (ojk) belum dibentuk. Pada saat krisis moeter bank
Indonesia harus memberikan dana talangan kepada 48 bank dengan jumlah 147,7
triliun. Terjadi indikasi penyimpangan sebesar Rp 138 triliun yang merugikan Negara.
Kemudian pemberian dana talangan sebesar 6,762 triliun yang dianggap tidak sesuai
prosedur yang berlaku untuk menyelamatkan Bank Century yang dianggap dapat
menimbulkan krisis secara sistemik, dan pengelapan milyaran dana nasabah
CITIBANK. Kasus tersebut dapat diindikasikan adanya kelengahan pengawasan yang
dilakukan Bank Indonesia. Kasus perbankan itu telah cukup membuktikan bahwa BI
sudah kecolongan dalam praktik-praktik perbankan yang merugikan Negara.
Kedua agar kasus bank sentury tidak terulang lagi oleh bank-bank lain di
indonesia pemeritah membentuk otoritas jasa keuangan (ojk). Ojk disini mengambil alih
peran BI sebagai Pengawas Bank. Namuan pada saat kasus krisis moneter yang
melibatkan beberpa bank dan terutamnya bank century disini bank Indonesia masih ikut
campaur dalam masalah yang seharusnya diselesaikan oleh OJK. Padahal seharusnya BI
hanya mengurus bank dan moneter saja. Dan perbankan menjadi uruan dari OJK dan
didalamnya ada BAPPEPAM.
Solusi
Dalam mengatasi kasus diatas sebaikya BI dan OJK melakukan kerjasama dan tidak
usah berebut dalam menangani kasus bank century.
Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia
dalam membuat peraturan pengawasan di bidang Perbankan, antara lain: \
- Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;
- Sistem informasi perbankan yang terpadu;
- Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan
pinjaman komersial luar negeri;
- Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya;
- Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important banks; dan
15
- Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.
- OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan wajib membangun dan
memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.
Dengan adanya pengambil alihan pengawasan perbankan dari dari BI ke
OJK.Tidak serta merta BI dan OJK tidak bekerja sama.Sebab fungsi BI sebagai lender
of the last resort harus memiliki data yang mumpuni tentang sektor keuangan
(perbankan) yang dipegang oleh OJK.Kedua lembaga yang independent ini harus dapat
saling bahu-membahu dan dapat terintegrasi untuk menciptakan sebuah sistem
keuangan yang baik dan aman.Terutama dengan semakin menjamurnya berbagai
lembaga keuangan ditengah perekonomian Indonesia yang cukup baik.Dan BI dan OJK
juga harus lebih kuat dalam mengawasi sistem keuangan Indonesia terutama menjelang
Asean Economic Community tahun 2015 dimana adanya arus pasar bebas di
ASEAN.BI dan OJK harus mampu menciptakan perbankan yang siap bersaing secara
global dan mampu ekspansi keluar Indonesia.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah langkah pemerintah dalam hal ini bank sentral (Bank
Indonesia) untuk mengatur ketersediaan uang yang beredar demi kestabilan keuangan
perekonomian (moneter) negara. Kebijakan Moneter terbagi kedalam dua jenis:
Kebijakan Moneter Ekspansif dan Kebijakan Moneter Kontraktif. Tujuan dari kebijakan
moneter yaitu Menjaga Stabilitas Ekonomi , Menjaga Stabilitas, Meningkatkan
Kesempatan Kerja dan Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca
Pembayaran. Instrumen-instrumen kebijakan moneter terdiri dari: Kebijakan Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation), Kebijakan Diskonto (Discount Policy,
Kebijakan Cadangan, Kebijakan Kredit, dan Kebijakan Dorongan Moral (Moral
Suasion) .
Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi
perekonomian suatu negara. Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian
dunia, setiap negara di dunia memiliki bank sentral. Oleh karena itu, fungsi, tujuan, dan
tugas yang dijalankan serta bagaimana operasi dan organisasi bank sentral merupakan
bagian penting yang harus diketahui. Sejarah Bank Indonesia amatlah panjang dan
berliku-liku, namun secara singkat dapatlah kita lihat bahwa Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral, lahir pada 1 Juli 1953. Kelahiran Bank Indonesia ini didasarkan pada UU
Pokok Bank Indonesia atau UU No 11 Tahun 1953, hampir delapan tahun sesudah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Lahirnya Bank Indonesia ini merupakan
hasil nasionalisasi dari De Javasche Bank, sebuah bank Belanda yang pada masa
kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda.
Tugas dari bank sentral sebagai berikut: Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mone
ter; Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta Mengatur dan mengawa
-si bank. Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui
kebijakan makroprudential. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tugas mengatur
dan mengawasi bank yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK. Apakah
yang dimaksud dengan kebijakan makroprudential? Kebijakan makroprudential secara
umum adalah kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka
memelihara keseimbangan sistem keuangan secara keseluruhan.
17
Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan istilah OJK, adalah sebuah
lembaga pengawasan jasa keuangan yang independen dan mengawasi industri
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi.
Tujuan dibentuknya OJK yaitu untuk mengatasi kompleksitas keuangan global dari
ancaman krisis, menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di
sektor perbankan dan keuangan lainnya. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan: Mengawasi
aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan, Menjaga stabilitas
sistem keuangan, Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yg sama seperti
sekarang, Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan dipegang
oleh lembaga baru. Tujuan Dalam Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan: Untuk
mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan,
konsisten, dan transparan dgn mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di
bidang perekonomian, Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis dan
Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber daya manusia dan
ahli yang mencukupi.
Pengaturan Dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan & Bank Indonesia
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.
Perbedaan Bank Indonesia dengan OJK yaitu Sebagai masyarakat umum yang
kurang paham dalam bidang keuangan banyak yang tidak mengetahui apa perbedaan
tugas Bank Indonesia (BI) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan sebenarnya berbagi kewenangan dimana saat masa pengalihan
pengawasan Bank dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan memerlukan
kordinasi yang baik agar tidak saling mengambil alih tugas, perbedaaan BI dengan OJK
adalah BI berperan sebagai pengawas aspek makroprudensial dan OJK berperan sebagai
pengawas mikroprudensial.
18