Metode Tahlily
Metode tahlily yaitu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayatayat al-Quran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Quran
sebagaimana tercantum di dalam mushaf. Dalam hubungan ini mufassir mulai dari ayat ke
ayat berikutnya, atau dari surat ke surat berikutnya dengan mengikuti urutan ayat atau surat
sesuai dengan yang termaktub di dalam mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh
seorang mufassir tahlily diuraikan. Yaitu bermula dari kosa kata, asbabun nuzul, munasabat,
dan lain-lain.
b. Metode Ijmali
Metode ijmali yaitu metode yang menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menunjukkan
kandungan makna yang terdapat pada suatu ayat secara global. Dengan metode ini seorang
mufassir cukup dengan menjelaskan kandungan yang terkandung dalam ayat tersebut secara
garis besar saja.
c.
Metode Muqarin
Metode muqarin dilakukan dengan cara membandingkan ayat Al-Quran yang satu dengan
yang lainnya. Penafsiran ini dapat dilakukan sebagai berikut :
-Menginventarisasi ayat-ayat yang mempunyai kesamaan dan kemiripan redaksi
-Meneliti kasus yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut
-Mengadakan penafsiran
d. Metode Maudluiy
Metode ini berupaya menghimpun ayat-ayat al-Quran dari berbagai surat yang berkaitan
dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.
Dengan mengetahui berbagai corak penafsiran al-Quran seperti di atas, maka kita
akan
mengetahui
isi
kandungan
al-Quran,
memahami
makna-maknanya,
dan
3. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh
penyusun atau pengarang suatu kitab.[3]
Manakharij hadits telah diketahui awal matannya, maka hadits tersebut dapat dicari atau
ditellusuri dalam kitab-kitab kamus hadits dengan dicarikan huruf awal yang sesuai diurutkan
abjad.
Manakharij hadits dengan berdasarkan topic permasalahan. Upaya mencari hadits terkadang
tidak didasarkan pada lafal matan (materi) hadits, tetapi didasarkan pada topic masalah.
Pencarian matan dan hadits berdasarkan topic masalah tertentu itu dapat ditempuh dengan
cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan hadits. Dengan bantuan kamus hadits
tertentu, pengkajian teks dan konteks hadits menurut riwayat dari berbagai periwayatan akan
mudah dilakukan.
Macam-macam metode yang dapat dipakai dalam takhrijul hadits.
C. Metode Takhrijul Hadits
Dalam buku Cara Praktis Mencari Hadits dikemukakan bahwa metode takhrijul
hadits yang dijalankan dalam buku ini terbagi dua macam, yakni :
Takhrijul Hadits Bil-Lafz, yakni upaya pencarian hadits pada kitab-kitab hadits dengan cara
menelusuri matan hadits yang bersangkutan berdasarkan lafal atau lafal-lafal dari hadits yang
dicarinya itu.
Takhrijul Hadits Bil-Maudhu, yakni upaya pencarian hadits pada kitab-kitab hadits
berdasarkan topic masalah yang dibahas oleh sejumlah matan hadits.[4]
D. Tujuan dan Manfaat Takhrijul Hadits
Menurut Abd al-Mahdi, yang menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber
hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua
hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima (Shahih atau Hasan)
atau ditolak (Dhaif).[5]
Manfaat takhrijul hadits itu sangat banyak sehingga apabila ada seseorang yang akan
melaksanakan takhrijul hadits, maka dia termasuk salah satu orang yang sangat teliti pada
hadits-hadits Rasulullah.
Khawarij dan Murjiah. Dalam pembahasan, mereka banyak menggunakan akal sehingga
mereka mendapat nama kaum rasional Islam.[8]
Kaum Mutazilah membagi sifat-sifat Tuhan ke dalam dua golongan, yaitu :
prasyarat bagi orang yang ingin bergabung dengan mazhab mereka. Lima dasar tersebut
adalah :
1. At-Tauhid (keesaan Allah)
ATauhid merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mutazilah, bagi Mutazilah Tuhan
harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti ke Maha Esaan Allah.
Tuhanlah satu-satunya yang Esa yang tidak ada satu pun menyamainya.
2. Al-Adl (Keadilan Tuhan)
Ajaran dasar Mutazilah yang kedua adalah Al-Adl yang berarti Tuhan yang Maha Adil. Adil
ini merupakan sifat yang menunjukkan kesempurnaan Tuhan. Ajaran ini bertujuan ingin
menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia, karena ala mini
diciptakan untuk kepentingan manusia.
3. Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Artinya yaitu posisi menengah bagi orang yang berbuat dosa besar, juga erat hubungannya
dengan keadilan Tuhan. Pembuat dosa besar bukanlah kafir, karena ia masih percaya kepada
Tuhan dan Nabi Muhammad SAW tetapi bukanlah mukmin, karena imannya tidak lagi
sempurna. Karena bukan mukmin ia tidak dapat masuk syurga, dank arena bukan kafir pula ia
tidak harus masuk neraka. Ia seharusnya ditempatkan di luar surga dan di luar neraka.
4. Perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat
Menurut mereka hal ini tidak hanya dilakukan dengan seruan tetapi juga dengan kekerasan.
F. Pengetahuan Manusia
Pengetahuan pada hakikatnya adalah keadaan mental yang mengetahui hasil aktivitas
substansi manusia. Pada dasarnya pengetahuan mempunyai tiga criteria, yaitu :
Metode Tahlily
Metode tahlily yaitu metode tafsir yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayatayat al-Quran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Quran
sebagaimana tercantum di dalam mushaf. Dalam hubungan ini mufassir mulai dari ayat ke
ayat berikutnya, atau dari surat ke surat berikutnya dengan mengikuti urutan ayat atau surat
sesuai dengan yang termaktub di dalam mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh
seorang mufassir tahlily diuraikan. Yaitu bermula dari kosa kata, asbabun nuzul, munasabat,
dan lain-lain.
b. Metode Ijmali
Metode ijmali yaitu metode yang menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menunjukkan
kandungan makna yang terdapat pada suatu ayat secara global. Dengan metode ini seorang
mufassir cukup dengan menjelaskan kandungan yang terkandung dalam ayat tersebut secara
garis besar saja.
c.
Metode Muqarin
Metode muqarin dilakukan dengan cara membandingkan ayat Al-Quran yang satu dengan
yang lainnya. Penafsiran ini dapat dilakukan sebagai berikut :
-Menginventarisasi ayat-ayat yang mempunyai kesamaan dan kemiripan redaksi
-Meneliti kasus yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut
-Mengadakan penafsiran
d. Metode Maudluiy
Metode ini berupaya menghimpun ayat-ayat al-Quran dari berbagai surat yang berkaitan
dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.
Dengan mengetahui berbagai corak penafsiran al-Quran seperti di atas, maka kita
akan
mengetahui
isi
kandungan
al-Quran,
memahami
makna-maknanya,
dan
Manakharij hadits telah diketahui awal matannya, maka hadits tersebut dapat dicari atau
ditellusuri dalam kitab-kitab kamus hadits dengan dicarikan huruf awal yang sesuai diurutkan
abjad.
Manakharij hadits dengan berdasarkan topic permasalahan. Upaya mencari hadits terkadang
tidak didasarkan pada lafal matan (materi) hadits, tetapi didasarkan pada topic masalah.
Pencarian matan dan hadits berdasarkan topic masalah tertentu itu dapat ditempuh dengan
cara membaca berbagai kitab himpunan kutipan hadits. Dengan bantuan kamus hadits
tertentu, pengkajian teks dan konteks hadits menurut riwayat dari berbagai periwayatan akan
mudah dilakukan.
Macam-macam metode yang dapat dipakai dalam takhrijul hadits.
C. Metode Takhrijul Hadits
Dalam buku Cara Praktis Mencari Hadits dikemukakan bahwa metode takhrijul
hadits yang dijalankan dalam buku ini terbagi dua macam, yakni :
Takhrijul Hadits Bil-Lafz, yakni upaya pencarian hadits pada kitab-kitab hadits dengan cara
menelusuri matan hadits yang bersangkutan berdasarkan lafal atau lafal-lafal dari hadits yang
dicarinya itu.
Takhrijul Hadits Bil-Maudhu, yakni upaya pencarian hadits pada kitab-kitab hadits
berdasarkan topic masalah yang dibahas oleh sejumlah matan hadits.[4]
D. Tujuan dan Manfaat Takhrijul Hadits
Menurut Abd al-Mahdi, yang menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber
hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua
hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima (Shahih atau Hasan)
atau ditolak (Dhaif).[5]
Manfaat takhrijul hadits itu sangat banyak sehingga apabila ada seseorang yang akan
melaksanakan takhrijul hadits, maka dia termasuk salah satu orang yang sangat teliti pada
hadits-hadits Rasulullah.
Secara etimologi, Teologi berasal dari kata theos yang artinya Tuhan dan logos artinya
ilmu. Jadi, Teologi adalah Ilmu Ketuhanan.
Sedangkan Teologi Islam adalah ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan
pertaliannya dengan manusia baik berdasarkan kebenaran wahyu ataupun penyelidikan akal
murni.[6]
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Kajian Teologi dalam Islam
Teologi Islam muncul karena adanya masalah-masalah politik yang terjadi setelah
wafatnya Rasulullah. Mulai dari masalah pergantian khalifah hingga masalah yang terjadi
setelah wafatnya Usman Ibn Affan. Ali bin Abi Thalib dituduh melakukan dosa besar karena
tidak mempersoalkan masalah kematian Usman Ibn Affan yang mati terbunuh. Dri peristiwa
inilah lahir beberapa aliran Teologi, seperti aliran Khawarij, Murjiah, Mutazilah, Jabariyah,
Qadariyah, Asyariah, dan Maturidiah.[7]
prasyarat bagi orang yang ingin bergabung dengan mazhab mereka. Lima dasar tersebut
adalah :
1. At-Tauhid (keesaan Allah)
ATauhid merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mutazilah, bagi Mutazilah Tuhan
harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti ke Maha Esaan Allah.
Tuhanlah satu-satunya yang Esa yang tidak ada satu pun menyamainya.
Aliran Teologi ini merupakan aliran yang timbul dari reaksi atas paham-paham
golongan mutazilah. Aliran ini dikembangkan oleh Abu al-Hasan Ali Ibn Ismail al-Asy-ari.
Al-asyari dalam perkembangannya membuat aliran baru yang kemudian banyak disebut
sebagai ahli sunnah wal-jamaah. Aliran ini timbul atas respon terhadap paham mutazilah,
sehingga aliran teologi ini banyak berpendapat bertentangan dengan paham mutazilah.
Misalnya dalam pandangan al-Asyari bahwa Tuhan mengetahui dengan sifatnya. Mustahil
katanya bahwa Tuhan mengetahui dengan sifat-Nya karena dengan demikian zat-Nya adalah
pengetahuan dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan. Tuhan bukan pengetahuan (ilm) tetapi
yang mengetahui (Alim). Tuhan mengetahui dengan pengetahuan-Nya bukanlah dengan zatNya. Demikian pula dengan sifat seperti hidup, berkuasa, mendengar, dan melihat. Begitu
juga mengenai al-Quran. Al-Asyari berpendapat bahwa al-Quran itu Qadim. Mengenai
perbuatan, asyari berpendapat bahwa perbuatan manusia bukanlah diciptakan manusia itu
sendiri. Asyari juga berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai tangan, muka, mata dan
sebagainya karena Tuhan tidak mempunyai bentuk dan batasan.[12]
F. Pengetahuan Manusia
Pengetahuan pada hakikatnya adalah keadaan mental yang mengetahui hasil aktivitas
substansi manusia. Pada dasarnya pengetahuan mempunyai tiga criteria, yaitu :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Petunjuk-petunjuk
agama
mengenai
berbagai
kehidupan
manusia,
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi Islam ?
2. Bagaimana pendekatan normative dalam studi Islam ?
3. Bagaimana pendekatan historis dalam studi Islam ?
4. Bagaimana pendekatan antropologis dalam studi Islam ?
5. Bagaimana pendekatan sosiologis dalam studi Islam ?
6. Bagaimana pendekatan teologis dalam studi Islam ?
7. Bagaimana pendekatan psikologis dalam studi Islam ?
8. Dan apa saja pendekatan-pendekatan lainnya dalam studi Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN FILOSOFIS
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta
kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu, filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
pikiran
tetap
terbuka,
kesediaaan
membaca
secara
luas,
dan
Sidi
Gazalba.
Menurutnya
filsafat
adalah
berpikir
secara
Sebagai contoh, kita jumpai berbagai merek pulpen dengan kualitas dan
harganya yang berbeda, namun inti semua pulpen itu adalah sebagai alat tulis.
Ketika disebut alat tulis, maka tercakuplah semua nama dan jenis pulpen. Louis
O. Kattsof mengatakan, bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung, tetapi
merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat
untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematik dan
universal. Mendalam artinya dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke
batas di mana akal tidak sanggup lagi. Radikal artinya sampai ke akar-akarnya
hingga tidak ada lagi yang tersisa. Sistematik maksudnya adalah dilakukan
secara teratur dengan menggunakan metode berpikir tertentu, dan universal
maksudnya tidak dibatasi hanya pada suatu kepentingan kelompok tertentu,
tetapi untuk seluruhnya.
Sedangkan filsafat setelah memasuki ranah agama terjadi sedikit
pergeseran makna dari yang disebutkan di atas. Misalnya, dalam kajian agama
kristen Dalferd menyatakan bahwa tugas filsafat adalah melihat persoalanpersoalan
yang
menyebabkan
melingkupi
pengalaman
pengalaman
manusia
manusia,
menjadi
faktor-faktor
pengalaman
religius,
yang
dan
Kedua,
kita
menunjukkan
fakta
bahwa
dalam
menguraikan
lain
agar
seseorang
dapat
merasakan
hikmahnya
hidup
secara
berdampingan dengan orang lain, dan lain sebagainya. Makna demikian dapat
dijumpai melalui pendekatan yang bersifat filosofis.
Dengan
memberi
menggunakan
makna
terhadap
pendekatan
sesuatu
filosofis
yang
seseorang
dijumpainya,
dan
akan
dapat
dapat
pula
demikian
menyepelekan
pendekatan
bentuk
filosofis
pengamalan
ini
tidak
berarti
agama
yang
bersifat
menafikan
formal.
atau
Filsafat
lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan
apa dibalik sesuatu yang nampak.
B.
PENDEKATAN NORMATIF
Pendekatan normatif adalah studi islam yang memandang masalah dari
sudut legal-formal atau normatifnya. 3[3] Legal-formal adalah hukum yang ada
hubungannya dengan halal dan haram, boleh atau tidak dan sejenisnya.
Sementara normatif adalah seluruh ajaran yang terkandung dalam nash. Dengan
demikian, pendekatan normatif mempunyai cakupan yang sangat luas sebab
seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli usul fikih (usuliyin), ahli hokum
islam (fuqaha), ahli tafsir (mufassirin) danah lihadits (muhaddithin) ada
hubungannya dengan aspek legal-formal serta ajaran islam dari sumbernya
termasuk pendekatan normatif.
Sisi lain dari pendekatan normatif secara umum ada dua teori yang dapat
digunakan bersama pendekatan normatif-teologis.Teori yang pertama adalah hal
- hal yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran serta dapat dibuktikan secara
empirik dan eksperimental.Teori yang kedua adalah hal-hal yang sulit dibuktikan
secara empirik dan eksperimental.Untuk hal-hal yang dapat dibuktikan secara
empirik biasanya disebut masalah yang berhubungan dengan rayi (penalaran).
Sedang masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik (ghaib)
biasanya diusahakan pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan.Hanya
saja cukup sulit untuk menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi
empirik dan mana yang tidak terjadi sehingga menyebabkan perbedaan
pendapat dikalangan para ahli.Maka sikap yang perlu dilakukan dengan
pendekatan normatif adalah sikap kritis.
Adapun beberapa teori popular yang dapat digunakan dengan pendekatan
normatif
disamping
teori-teori
yang
digunakan
oleh
para
yaitu
pendekatan
memahami
Al
Quran
dengan
cara
nash (Al Quran dan sunah Nabi Muhammad SAW.) selain itu ada pemisahan
antara nash normatif dengan nash sosiologis. Nash normatif adalah nash yang
tidak tergantung pada konteks. Sementara nash sosilogis adalah nash yang
pemahamannya harus disesuaikan dengan konteks waktu, tempat dan lainnya.
Dalam aplikasinya pendekatan nomatif tekstualis tidak menemui kendala
yang berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi islam normatif yang bersifat
Qothi. Persoalanya justru akan semakin rumit ketika pendekatan ini dihadapkan
pada realita dalam Al-Quran bahkan diamalkan oleh komunitas tertentu secara
luas contoh yang paling kongkrit adalah adanya ritual tertentu dalam komunitas
muslim yang sudah mentradisi secara turun temurun,seperti slametan (Tahlilan
atau kenduren).
Dari uraian tersebut terlihat bahwa pendekatan normatif tekstualis dalam
memahami agama menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang
berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak sehingga tidak perlu
dipertanyakan lebih dulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya
diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Pendekatan normatif tektualis sebagaimana disebutkan diatas telah
menunjukan adanya kekurangan seperti eksklusif dogmatis yang berarti tidak
mau
mengakui
adanya
sebagainya.Namun
paham
demikian
golongan
melalui
lain
bahkan
pendekatan
agama
norrmatift
lain
tektualis
dan
ini
pada
umumnya.
Istilah-istilah
atau
singkatnya
pernyataan-
pernyataan itu mungkin diangkat dari konsep-konsep yang telah dikenal oleh
masyarakat Arab pada waktu Al-Quran, atau bisa jadi merupakan istilah-istilah
baru yang dibentuk untuk mendukung adanya konsep-konsep relegius yang ingin
diperkenalkannya. Yang jelas istilah itu kemudian dintegrasikan ke dalam
pandangan dunia Al-Quran, dan dengan demikian, lalu menjadi konsep-konsep
yang otentik.
Dalam bagian pertama ini, kita mengenal banyak sekali konsep baik yang
bersifat abstrak maupun konkret. Konsep tentang Allah, Malaikat, Akhirat, Maruf,
munkar dan sebagainya adalah termasuk yang abstrak. Sedangkan konsep
tentang fuqara, masakin, termasuk yang konkret. Selanjutnya, jika pada bagian
yang berisi konsep, Al-Quran bermaksud membentuk pemahaman yang
komprehensif mengenai nilai-nilai Islam, maka pada bagian yang kedua yang
berisi
kisah
dan
perumpamaan
Al-Quran
ingin
mengajak
dilakukannya
dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu, dan ditujukan untuk
memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke
alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Menurut perpektif sejarah,
ada 2 macam penafsiran terhadap aturan hukum dan perundang-undangan,
yaitu :
Penafsiran menurut sejarah hukum,
Penafsiran menurut sejarah penetapan peraturan perundang-undangan. 4[4]
D. PENDEKATAN ANTROPOLOGI
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui ini
pendekatan agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
a. Antropologi Sebagai Bidang Ilmu Humaniora
Antropologi adalah sebuah ilmu yang didasarkan atas observasi gartisipasi
yang luas tentang kebudayaan, menggunakan data yang terkumpul, dengan
menetralkan nilai, analisa yang tenang (tidak memihak) menggunakan metode
komgeratifi. Tugas utama antropologi, studi tentang manusia adalah untuk
memungkinkan kita memahami diri kita dengan memahami kebudayaan lain.
Antropologi menyadarkan kita tentang kesatuan manusia secara esensil, dan
karenanya membuat kita saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan Humaniora atau Humaniteis adalah bidang-bidang studi yang
berusaha menafsirkan makna kehidupan manusia dan berusaha menambah
martabat
kepada
penghidupan
dan
eksitensis
manusia
menurut
Elwood
yang
paling
luas
ruang
lingkupnya
dan
batas
lapangan
perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah
penelitian khusus:
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (evolusinya) secara biologis.
2. Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari
sudut ciri-ciri tumbuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan dan persebaran aneka warna bahasa
yang diucapkan manusia diseluruh dunia.
4. Masalah perkembangan persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan
manusia di seluruh dunia.
5. Masalah
mengenai
asas-asas
kebudayaan
manusia
dalam
kehidupan
masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar diseluruh bumi masa kini.
c. Signifikasi Antropologi Sebagai Pendekatan Studi Islam
Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik
keagamaan
yang
tumbuh
dan
berkembang
dalam
masyarakat.
Melalui
pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
PENDEKATAN SOSIOLOGI
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat
dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.
Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang
membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Dari dua definisi terlihat sosiologi
adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan
struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Jalaluddin
Rahman
dalam
bukunya
yang
berjudul
Islam
Alternatif,
menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam
terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:
1. Pertama, dalam Al-Quran atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua
sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Menurut
Ayatullah Khomaeni dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah yang dikutip
Jalaluddin Rahman, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah
dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding
seratus untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
2. Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah
adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan
urusan
muamalah
yang
penting,
maka
ibadah
boleh
diperpendek
atau
5. Kelima, dalam
Islam
terdapat
ajaran
bahwa
amal
baik
dalam
bidang
dari
ilmu
sosila.
Pentingnya
pendekatan
sosial
dalam
agama
PENDEKATAN TEOLOGIS
Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia.
Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya
ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan . sedangkan pendekatan
teologis adalah suatu pendekatan yang normatif dan subjective terhadap agama.
Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut agama dalam
usahanya menyelidiki agama lain. Secara harfiah, pendekatan teologis normatif
dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upayamemahami agama
dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu
keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang
paling benar dubandungkan dengan yang lainnya.
Menurut The Encyclopedia of American Religion, di Amerika Serikat
terdapat 1.200 sekte keagamaan. Satu diantaranya adalah sekte Davidian
bersama 80 orang pengikut fanatiknya melakukan bunuh diri masal setelah
berselisih dengan kekuasaan pemerintah Amerika Serikat. Dalam Islam pun
secara tradisional dapat dijumpai teologi Mutazilah, teologi Asyariyah, dan
batini
pengalaman
keagamaan.
Suatu
esensi
pengalaman
keagamaan itu benar-benar ada dan bahwa dengan suatu esensi, pengalaman
tersebut dapat diketahui. Sentimen-sentimen individu dan kelompok berikut
gerak dinamisnya, harus pula diteliti dan inilah yang menjadi tugas interpretasi
psikologis.
Interpretasi agama melalui pendekatan psikologis memang berkembang
dan dijadikan sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama.
Objek ilmu ini adalah manusia, gejala-gejala empiris dari keagamaanya. Karena
ilmu ini tidak berhak mempelajari betul tidaknya suatu agama, metodenya pun
tidak berhak untuk menilai atau mempelajari apakah agama itu diwahyukan
Tuhan atau tidak, dan juga tidak berhak mempelajari masalah-masalah yang
tidak empiris lainnya. Oleh karena itu pendekatan psikologis tidak berhak
menentukan benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan tidak
memiliki teknik untuk mendemonstrasikan hal-hal seperti itu, baik sekarang
maupun waktu yang akan datang.
Selain itu, sifat ilmu pengetahuan sifatnya adalah empirical science, yakni
mengandung
fakta
empiris
yang
tersusun
secara
sistematis
dengan
menggunakan metode ilmiah. Fakta empiris ini adalah fakta yang dapat diamati
dengan pola indera manusia pada umumnya, atau dapat dialami oleh semua
orang biasa, sedangkan Dzat Tuhan,wahyu,setan,dan fakta gaib lainnya tidak
dapat diamati dengan pola indera orang umum dan tidak semua orang mampu
mengalaminya. Sumber-sumber ilmiah untuk mengumpulkan data ilmiah melalui
pendekatan psikologi ini dapat diambil dari:
1. Pengalaman dari orang-orang yang masih hidup
2. Apa yang kita capai dengan meneliti diri kita sendiri
3. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, atau yang ditulis
oleh para ahli agama.
H. PENDEKATAN LAINNYA
Pendekatan Kasus
Pendekatan
kasus
(Case
Approach)
bertujuan
untuk
memperlajari
Dalam
hukum
Islam,
pendekatan
kasus
dilakukan
dengan
mempersembahkan kasus hukum baru dengan kasus hukum lama yang terdapat
ketentuan reasoning-nya atau persamaannya dalam teks suci. Dalam hal ini
disebut juga dengan analogi atau qiyas.
Pendekatan Analisis
Pendekatan analisis (analytical approach) adalah mengetahui makna
yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundangundangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam
praktik
dan
putusan-putusan
hukum.
Pendekatan
ini
bertujuan
untuk
menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum, system hukum, dan
berbagai komsep yuridis. Misalnya konsep yuridis tentang subjek hukum, objek
hukum, hak milik, perkawinan, perjanjian, perikatan, hubungan kerja, jual beli,
prestasi, dan sebagainya. 5[5]
Pendekatan Perbandingan
Pendekatan perbandingan (comparative approach) merupakan penel;itian
normative untuk membandingkan salah satu lembaga hukum (legal institutions)
5
dari system hukum yang satu dengan lembaga hukum (yang kurang lebih sama
dari system hukum) yang lain, atau membandingkan satu pendapat hukum
dengan pendapat hukum lainnya
Pendekatan perundang-undangan
Hukum sebagai system
berikut:
1.
2.
All-inclusive
menampung
bahwa
kumpulan
permasalahan
normas
hukum
yang
hukum
ada,
tersebut
sehingga
cukup
tidak
mampu
aka
nada
kekurangan hukum.
3.
Systematic bahwa di samping bertautan antara satu dengan lainny, normanorma hukum tersebut juga tersusun secara hirarkis. 6[6]
Sistem perundang-undangan tertentu tak lain merupakan produk hukum
melalui kajian mendalam, karena itu pendekatan perundang-undangan ini akan
sangat membantu kerja penelitian hukum untuk menemukan preskripsi baru
yang sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
6
A. SIMPULAN
Dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha
untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada
dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti
yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah. Karena sumber pengetahuan
pendekatan filosofis adalah rasio, maka untuk melakukan kajian dengan
pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat
mungkin dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan adanya pendekatan
baru yang harus terus digali oleh para pembaharu. Dalam konteks penelitian,
pendekatan-pendekatan (approaches) ini tentu saja mengandung arti satuan dari
teori, metode, dan teknik penelitian. Terdapat banyak pendekatan yang
digunakan dalam memahami agama. Diantaranya adalah pendekatan teologis,
normative,
antropologis,
sosiologis,
psikologis,
histories,
dan
pendekatan
B.
SARAN
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Banyak kekurangan disana-sini untuk itu mohon kiranya
para pembaca sekalian mau memberikaan masukan kritik dan saran guna
perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Omar mohammad, AL-Toumy al-syaibani, filsafah pendidikan islam, (terj.) Langgulung dari judul
asli falsafah al-tarbiyah al-islamiyah, Jakarta: bulan bintang ,1979, cet.1
Poerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, Jakarta: balai pustaka, 1991, cet,XII
Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia dan Tazzafa, 2009
Yasid, Abu , Aspek-aspek Penelitian Hukum, Situbondo: 2010
pendekatan normatif
BAB I
PENDAHULUAN
Agama bukan hanya sekedar lambang kesalehan umat atau topik dalam kitab suci
umat beragama,namun secara konsepsional kehadiran agama semakin dituntut aktif untuk
menunjukkan cara-cara paling efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
umat manusia.
Tuntutan yang demikian itu akan mudah dijawab oleh kita sebagai kalangan intelektual
muslim dan siapa saja tatkala kita sebagai muslim memahami agama kita sendiri. Di mana
dalam memahami agama kita sendiri itu terdapat beberapa pendekatan diantaranya
pendekatan
teologis
normative.
Dengan
pendekatan-
pendekatan
tersebut
secara
masalah kepada selain agama. Dengan adanya makalah ini menjelaskan salah satu
pendekatan, yakni pendekatan teologis normative.
BAB II
PEMBAHASAN
B.
1.
Pendekatan Teologis
Pendekatan teologis sering disebut juga sebagai perpektif timur,Pendekatan teologis
berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti itu sendiri.dimana agama
tidak lain merupakan hak prerogatif tuhan sendiri.realitas sejati dari agama adalah
sebagaimana yang dikatakan oleh masing-masing agama. 10[4] pendekatan seperti ini
biasanya dilakukan dalam penelitian suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini
peneliti tersebut untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya
itu.
Yang termasuk kedalam penelitian teologis ini adalah penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh ulama-ulama,pendeta,rahib terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi
tanggung jawab mereka,baik disebabkan oleh adanya pertanyaan dari jamaah maupun dalam
rangka penguatan dan mencari landasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah ada.
Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah atau pemahaman yang
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud
empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
yang lainnya.11[5]
Amin Abdullah dalam bukunya metodologi study islam mengatakan, bahwa teologi,
sebagaimana kita ketahui, tidak bisa tidak, pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas
terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa
yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat adalah
merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran-teologis.
2.
Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya
yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan,
9
10
11
tidak ada kekurangan sedikit pun dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil
sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara
normative pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang social, agama tampil
menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong menolong,
tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil
menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran, dan saling menguntungkan. Untuk bidang ilmu
pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan, keahlian dan sebagainya. Demikian
pula untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebagainya agama
tampil sangat ideal dan yang dibangun berdasarkan dalildalil yang terdapat dalam ajaran
agama yang bersangkutan.12[6]
Pendekatan teologis ini erat kaitanya dengan pendekatan normatif, yaitu suatu
pendekatan yang memandang agama dari segi ajaranya yang pokok dan asli dari tuhan yang
di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologi
normatif ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlakdari tuhan, tidak ada kekurangan
sedikitpun dan tempat bersikap ideal.
C.
1.
2.
Komitmen
3.
Dedikasi yang tinggai serta penggunaan bahasa yang bersifat subyektif yakni bahasa
sebagai pelaku bukan sebagai pengamat.
Dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan adalah
pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau symbol- symbol keagamaan yang
masing- masing bentuk forma atau symbol- symbol keagamaantersebut mengklaim dirinya
sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu
yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang benar sedangkan paham yang lainnya salah,
sehingga memandang paham orang lain keliru, sesat, kafir, murtad, dan seterusnya. Dalam
kedaan demikian, maka terjadilah proses saling mengkafirkan, salah menyalahkan antara
12
satu aliran dengan yang lainnya tidak terbuka dialog atau tidak saling menghargai. Yang ada
hanyalah ketertutupan, sehingga terjadi pemisah dan tekotak kotak.
Dengan
berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan
mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari tuhan sudah pasti benar, sehingga tidak
perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya
diperkuat dengan dalil- dalil dan argumentasi.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Pendekata teologis normative ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
1.
Kelebihan
Kelebihan dari pendekatan teologis normatif adalah melalui pendekatan ini seorang akan
memiliki sikap mencintai dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang
diyakininya sebagai yang bnar tanpa memandang dan meremehkan agama lain. Dengan
pendekatan yang demikian seseorang akan memiliki sikap fanatis terhadap agama yang
dianutnya.13[7]
2.
Kekurangan
a.
Bersifat eksklusif
b.
Dogmatis
c.
13
Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada Nya. Sifat-sifat yang lebih disifatkan
kepadaNya dan tentang sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari padaNya.
Sesungguhnya fitrah manusia tentang keyakinan tentang keEsaan Allah telah terbantuk. 14[8]
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan Teologis
Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan
peneliti itu sendiri. pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu agama
untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk menambah pembenaran
keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.
Sikap eksklusifisme (ketertutupan) teologis dalam memandang perbedaan dan pluralitas
agama sebagaimana tersebut di atas tidak saja merugikan bagi agama lain,tetapi juga
merugikan diri sendiri karena sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit masuknya
14
kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan
nuansa.
Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif erat kaitannya dengan pendekatan teologis.pendekatan normatif
yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari
Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Cirri- cirri yang melekat: Loyalitas terhadap
Dedikasi yang tinggai serta penggunaan bahasa yang bersifat subyektif yakni bahasa sebagai
pelaku bukan sebagai pengamat.
Kelebihan pendekatan teologis normative adalah melalui pendekatan ini seorang
akan memiliki sikap mencintai dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang
diyakininya sebagai yang bnar tanpa memandang dan meremehkan agama lain. Dengan
pendekatan yang demikian seseorang akan memiliki sikap fanatis terhadap agama yang
dianutnya.
Kekurangan pendekatan teologis normative: Bersifat eksklusif, Dogmatis, dan Tidak
mau mengakui kebenaran agama lain.
DAFTAR PUSTAKA