Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Lata Belakang


Bagi mahasiswa ekonomi, staf pengajar bahkan para pengguna jasa ekonomi (terma-
suk manajemen dan akuntansi) merasa kurang puas seandainya dalam penggunaan alat
analisisnya tidak menggunakan analisis kuantitatif. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan
tetapi pemutlakan terhadap alat analisis kuantitatif, sebenarnya membuat langkah keliru,
karena alat analisis lainnya juga tersedia dan mungkin mempunyai ketepatan yang bisa lebih
tinggi.
Kekeliruan yang mendasar terhadap pemakaian alat analisis kuantitatif, bermula dari
merajalelanya aliran (madzab) Neokla-sik, yang banyak dipakai negara maju, sepertinya
negara Amerika Serikat dan Eropa. Keberhasilan negara maju dengan tingginya pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita, banyak menginspirasi negara terbelakang (sedang
berkembang) untuk meniru keberhasilan negara maju tersebut.
Bagi Veblen masyarakat adalah suatu kompleksitas dimana tiap orang hidup, dan tiap
orang dipengaruhi serta ikut mempengaruhi pandangan serta perilaku orang lain. Dari
penelitian dan pengamatannya ia menyimpulkan bahwa perilaku masyarakat berubah dari
tahun ke tahun. Penelitian tentang perubahan perilaku dilakukannya dengan pendekatan
metode induksi. Bagi Veblen masyarakat merupakan suatu fenomena evolusi, dimana segala
sesuatunya terus menerus mengalami perubahan.
Dalam The Theory of Leisure Class Veblen menjelaskan hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan dan pola prilaku konsumsi masyarakat. Menurut Veblen, dulu perilaku
orang terikat dengan masyarakat sekeliling, dan orang dalam tingkah lakunya orang berusaha
ikut menyumbang terhadap perkembangan masyarakat. Orang berusaha menghindari
perbuatan yang merugikan orang banyak. Tetapi apa yang dilihatnya sekarang dalam
masyarakat kapitalis financial di Amerika ialah orang-orang yang hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri saja, dan tidak tertarik dengan kepentingan \ masyarakat banyak.
Yang diperhatikan oleh masyarakat sekarang hanyalah uang.
Pada masa sekarang semakin banyak jumlah jenis pengusaha yang memperoleh
keuntungan dari berbagai macam cara tanpa mempedulikan nasip orang lain.
Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh begitu pesat telah melahirkan suatu
golongan yang di sebut absentee ownership. Golongan absentee ownership adalah para
pengusaha yang memiliki modal besar dan menguasai sejumlah perusahaan,tapi tidak ikut

1
terjun langsung dalam kegiatan operasional di serahkan pada professional dan kariawan
kepercayaan. Dan golongan ini dalam kenyataan memperoleh keuntungan paling besar.
Vablen melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan laba tanpa memperhatikan
laba tampa memperhatikan cara yang iya jalani. Mereka mendapat kemudahan dan hak
istimewa, misalnya dalam menguasai bahan mentah dan menguasai daerah pemasaran. Ia
juga mampu mengatur pejabat kehakiman untuk tidak mempersoalkan kependudukan
monopolinya atau agar tidak mangganggu manipulasi pajak dan keuangan yang di
lakukannya. Di beberapa Negara berkembang yang masih belum mempunyai aturan
permainan atau rule of law yang jelas, sering dijumpai adanya kerja sama antara pengusaha
dengan militer demi mengamankan bisnis monopolinya. Artinya, kalau ada pengusaha lain
1
yang ikut dalam bisnis yang di monopolinya, ia akan berurusan dengan militer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Ekonomi Institusional?
2. Bagaimana Sejarah Dari Mazhab Institusional ?
3. Aliran Apa Saja Yang Ada Dalam Mazhab Ekonomi Institusional ?
4. Bagaimana Perbedaan Mazhab Ekonomi Institusional Baru dengan Institusional
Lama?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengertahui arti dari ekonomi Institusional
2. Untuk Mengetahui Sejarah Dari Mazhab Institusional
3. Untuk mengetahui Aliran yang ada dalam mazhab ekonomi Institusional
4. Untuk mengetahui perbedaan antara mazhab institusional baru dengan institusional
lama.

1
Sanusi, Bachrowi. 2004. Tokoh Pemikir dalam Mazhab Ekonomi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Institusional


Ekonomi institusional merupakan sebuah pemikiran dalam ilmu ekonomi yang
bermakna pandangan bahawa sebuah prilaku ekonomi (economic behavior) suatu pihak atau
seseorang yang sangat dipengaruhi tehadap institusi tertentu. Institusi dalam hal ini
mempunyai arti yang luas serta secara singkat bisa diartikan sebagai “aturan main” dalam
sebuah kelompok masyarakat yang ada didalam sebuah kelompok itu sendiri.
Pandangan tokoh awal mazhab institusional menekankan beberapa isu diantaranya
ialah: perubahan teknologi (technological change), aspek psikologi serta aspek hukum
merupakan aspek yang harus di ikutsertakan dalam analisis ekonomi. Pada awalanya
perkembangan ini cukup berkembang sebab dianggap lebih mempresentasikan dunia nyata
karena mempunyai bukti yang empiris.

2.2 Sejarah Singkat Mazhab


Dalam perjalanannya, perkembangan mazhab mengalami kendala bahkan cenderung
ditinggalkan sebab tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari pendukung mazhab dan pada
akhirnya bisa membentuk serta memberikan landasan teori yang sangat kuat. Disisi lain
perkembangan mazhab neo-klasik yang secara luas mulai mengembangkan alat ekonometrika
dalam analisis serta perkembangan mazhab kesejahteraan yang di usung oleh J.M Keynes
yang membuat mazhab institusional menjadi lebih tertinggal sebab dengan alat-alat abalisis
itu mazhab neo-klasaik menjadi dianggap lebih mampu untuk mendapatkan penjelasan secara
empirik.
Pada tahun 1970-an mazhab institusionnal mengalami kebangkitan, tetapi mazhab
ekonomu institusional yang bangkit belakangan itu tidak semuanya sama dengan mazhab
ekonomi institusional yang dibawa oleh Vablen dkk2. Hal tersebut mengakibatkan mazhab
institusional yang belakangan sering dinamakan mazhab institusional baru sementara dari
pandangan Veblen dkk sering disebut mazhab institusional lama. 3

2
Deliarnov, 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Hlm.142-143

3
Hasibuan, Nurimansjah, (2003). Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Pusat Pe-nerbitan Universitas
Terbuka. Hlm. 51-53

3
Mazhab ekonomi institusional baru secara umum membahas perilaku ekonomu
dengan memakai alat analisis yang telah dikenal dan dikembangakan dengan dukungan
empat teori yang bisa dipakai sebagai alat analisis. Teoti itu terdiri dari :
a. Teori biaya transaksi
b. Teori hak kepemilikan
c. Teori pilihan public
d. Teori permainan

2.3 Aliran Institusional


Keberadaan aliran Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) merupakan
reaksi dari rasa ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik, yang sebenarnya merupakan
kelanjutan dari aliran ekonomi Klasik. Aliran ekonomi Kelembagaan adalah melihat ilmu
ekonomi dengan satu kesatuan ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, politik, antropologi,
sejarah, dan hukum. Mereka merangkum hal tersebut dalam analisis ekonomi, namun
demikian di antara mereka masih mempunyai ragam dan variasi pandangan. Pada garis
besarnya mereka menentang pasar bebas atau persaingan bebas dengan semboyan laissez-
faire dan motif laba maksimal. Ekonomi Kelembagaan Lama muncul pada awal abad ke-20.
Ekonomi Kelembagaan Lama ini dibangun dan berkembang di kawasan Amerika Utara, para
tokohnya antara lain: Veblen, Commons, Mitchell dan Clarence Ayres.

2.3.1 Aliran Institusional Lama


Para pakar setuju bapak ekonomi Kelemba-gaan adalah Thorstein Bunde Veblen
(1857-1929). Veblen putra migran Norwegia yang menjadi petani di pedesaaan Wisconsin.
Pada usia 17 tahun orang tuanya memasukkan Veblen ke Carleton College Academy, karena
orang tuanya punya cita-cita puteranya menjadi seorang pendeta. Tetapi nasib menentukan
lain, ia memperoleh gelar Doktor Ekonomi dari Yale University pada tahun 1884 dengan
nilai A. Kritik Veblen sangat tajam terhadap ilmu ekonomi ortodoks, dimana pengertian
ekonomi ortodoks adalah pemikiran-pemikiran ekonomi yang menggunakan dan melanjutkan
ekonomi Klasik, seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, manusia adalah rasional,
motivasi memaksi-malkan keuntungan (kepuasan) dan memini-masi pengorbanan ekonomi.
Sebaliknya, ekonomi heterodoks melihat perilaku variabel ekonomi dalam lingkungan yang

4
lebih luas, seperti penjelasan-penjelasan yang diberikan aliran sejarah di Jerman dan begitu
pula aliran ekonomi kelembagaan yang muncul di Amerika Serikat.
Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir
cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah
dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi
menurutnya bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumber-sumber tetapi justru
mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap (given).
Commons seperti halnya para penganut aliran ekonomi kelembagaan, banyak mela-
kukan kritik terhadap aliran ekonomi ortodoks, seperti lingkungan ekonomi yang terlalu
sempit, statik, dan dia berusaha memasukkan segi-segi kejiwaaan, sejarah, hukum, sosial, dan
politik dalam pembaha-sannya. Sebagai misal, teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya
berlaku dalam kondisi-kondisi tertentu. Di dalam pasar, menurut ekonomi ortodoks hanya
terjadi pertukaran yang mempunyai tiga fungsi yaitu transaksi pengalihan hak milik
kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distri-busi. Dalam transaksi tersebut
sebenarnya melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum, dan kejiwaan. Begitu juga,
dalam kegiatan ekonomi bukan hanya individu, tetapi juga kelompok dan anggota-anggota
kelompok yang diatur oleh aturan permainan. Aturan-aturan itu merupakan ketentuan yang
harus ditaati bersama, yang bertujuan untuk kemajuan individu, membebaskan individu dari
tekanan dan diskriminasi. Keberadaan persaingan bebas beliau kecam, tetapi yang diperlukan
campur tangan pemerintah untuk melakukan regulasi.4

2.3.2 Aliran Institusional Baru


Aliran Ekonomi Kelembagaan Baru (New Intstitutional Economics disingkat NIE)
dimulai pada tahun-tahun 1930-an dengan ide dari penulis yang berbeda-beda. Pada tahun-
tahun terakhir ini terjadi kesamaan ide yang mereka usung itu kemudian dipertimbangkan
menjadi satu payung yang bernama NIE. Secara garis besar, NIE sendiri merupakan upaya
‘perla-wanan’ terhadap dan sekaligus pengemba-ngan ide ekonomi Neoklasik, meskipun
tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang pada pada masing-masing para
pemikir.5

4
Santosa, Purbayu Budi, (2006). Gangguan Politik Uang terhadap Pembangunan” dalam Jurnal Dinamika
Ekonomi & Bisnis. Vol.3., No. 1, Maret 2006.

5
Mubyarto, (2002). Meninjau Kembali Eko-nomika Neoklasik. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol
17, No.2, 119-129.

5
Kesepakatan kelembagaan merupakan kesepakatan antara unit ekonomi untuk
mengelola dan mencari jalan agar hubungan antar unit tersebut dapat berlangsung, baik lewat
cara kerjasama maupun kompetisi. Dengan demikian sebenarnya kesepakatan kelembagaan
berhubungan dengan tata kelola kelembagaan (institutions of governance).
Sebuah kesepakatan kepemilikan merupakan kesepakatan kelembagaan karena di dalam-nya
mengalokasikan hak-hak kepemilikan kepada individu, kelompok atau pemerintah.
Kesepakatan kelembagaan bisa berupa pula cara untuk mengelola transaksi, baik melalui
pasar, pasar bayangan (quasi-market) mau-pun model kontrak yang memakai hierarchy.
NIE secara definitif merupakan studi multidisiplin, dimana ilmu ekonomi bereks-
pansi dengan wilayah ilmu sosial, khususnya hukum, politik dan sosiologi; sehingga
memiliki beberapa cabang ilmu. Meskipun masih terjadi diskusi tentang wilayah kajian NIE,
namun setidaknya cabang-cabang dari NIE dapat dibagi dalam dua kategori.
Pertama, sejarah ekonomi baru (new economic history) dikembangkan oleh North,
Fogel dan Rutherford dan aliran pilihan publik (public choice school), yang dikem-bangkan
oleh Buchanan, Tullock, Olson, dan Bates. Kedua, teori ekonomi biaya transaksi (transaction
cost economics) dikembangkan oleh Ronald Coase, Douglass North dan Oliver Wiliamson
dan informasi ekonomi (economics information) yang diperkenalkan oleh Akerlof, Stigler
dan Stiglitz. Di luar itu masih terdapat beberapa cabang lainnya yang cukup menarik, seperti
teori ekonomi sosial baru (new social economics) yang dikem-bangkan oleh Garry S. Becker,
teori tindakan kolektif (collective action theory) yang dite-kuni oeh Mancur Olson, serta teori
hukum dan ilmu ekonomi (law and economics) yang diminati oleh Posner.

2.4 Perbedaan Institusional Baru dengan Institusional Lama


Banyak kritik dari para tokoh ekonomi kelembagaan lama mengkritik keras atas aliran
neoklasik karena:
1. .Neoklasik mengabaikan institusi dan oleh karena itu mengabaikan relevansi dan arti
penting dari kendala – kendala non anggaran (nonbudgetary constraints).
2. Penekanan yang berlebihan kepada rasionalitas pengambilan keputusan (rational-
maximizing self-seeking behaviour of individuals).
3. Konsentrasi yang berlebihan terhadap keseimbangan (equilibrium) serta bersifat
statis.

6
4. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah
pengulangan atau kebiasaan
5. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah
pengulangan atau kebiasaan.
Sementara itu, Ekonomi Kelembagaan Baru mencoba untuk menawarkan ekonomi
lengkap dengan teori dan institusinya (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010). Ekonomi
Kelembagaan Baru menekankan pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan landasan
analisis ekonomi neoklasik. Beberapa asumsi ekonomi neoklasik masih digunakan, tetapi
asumsi tentang rasionalitas dan adanya informasi sempurna (sehingga tidak ada biaya
transaksi) ditentang oleh Ekonomi Kelembagaan Baru. Menurut Ekonomi Kelembagaan
Baru, institusi digunakan sebagai pendorong bekerjanya sistem pasar.
Arti penting dari Ekonomi Kelembagaan Baru adalah:
Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun di atas landasan
ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Kelembagaan Baru mampu menjawab bahkan
mengungkapkan permasalahan yang selama ini tidak mampu dijawab oleh ekonomi
neoklasik. salah satu permasalahan tersebut adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai
sebuah organisasi administratif dan keuangan. Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan
sebuah paradigma baru di dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau bahkan menelaah
ilmu ekonomi.
Ekonomi Kelembagaan Baru begitu penting dan bermakna di dalam konteks kebijakan
ekonomi sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi Kelembagaan Baru berhasil mematahkan
dominasi superioritas mekanisme pasar. Ekonomi Kelembagaan Baru telah memposisikan
dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan non-pasar (non-market institutions). Ekonomi
Kelembagaan Baru telah mengeksplorasi faktor – faktor non-ekonomi, seperti hak
kepemilikan, hukum kontrak dan lain sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi
kegagalan pasar (market failure). Menurut Ekonomi Kelembagaan Baru, adanya informasi
yang tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena free-riders di dalam barang – barang publik
dinilai sebagai sumber utama kegagalan pasar, sehingga kehadiran institusi non-pasar mutlak
diperlukan.

7
BAB III
PENUTUP
Keberadaan aliran ekonomi kelembagaan sebagai reaksi dari dominasi aliran ekonomi
ortodoks (utama), yang bukan saja di negara maju banyak dikritik, akan tetapi penerapan-nya
di negara sedang berkembang banyak mengalami kemencengan. Munculnya kemis-kinan,
pengangguran, ketimpangan, keresahan sosial, dan kerusakan lingkungan barangkali bisa
dialamatkan kepada penerapan ekonomi Neoklasik, sebagai pendukung paling utama aliran
ortodoks. Bahkan dari berbagai keadaan yang terjadi tersebut memunculkan rasa skeptisisme
akan keberadaan ilmu ekonomi bahkan ada yang mengatakan ilmu ekonomi telah mati.

Aliran ekonomi kelembagaan yang akan menyoroti masalah ekonomi kaitannya


dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya, memung-kinkan pendekatannya bersifat holistik. Aki-
batnya bisa dipergunakan analisis kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan kasus-kasus
ekonomi yang terjadi. Penggunaan matema tika, statistika, bahkan ekonometrika bisa saja
dipakai, meski pemutlakan terhadap alat analisis tersebut harus dihindari. Pendekatan
etnografis, grounded research, historis, interdisiplin, multidisiplin, transdisiplin, bahkan jenis
metode penelitian kualitatif lainnya sah-sah saja untuk dipakai.

Keadaan ini nampak juga dari aliran Ekonomi Kelembagaan yang sangat beragam dan
dengan sejumlah ahli yang mempunyai latarbelakang pendidikan yang berbeda pula.
Meskipun aliran Ekonomi Kelembagaan bisa dipecah menjadi Aliran Kelembagaan Lama,
Aliran Quasi Kelembagaan, dan aliran Kelembagaan Baru, bukan berarti satu aliran lebih
baik dibandingkan aliran yang lain. Hal ini membawa implikasi terdapatnya kebeba-san
untuk mengikuti salah satu aliran, sesuai dengan kepercayaan akan ketepatan dan
kemanfaatan pemakaian salah satu aliran Kelembagaan.

Penganekaragaman pendidikan ekonomi yang selama ini didominasi oleh aliran orto-
doks sangatlah penting, salah satunya adalah dengan lebih mengenal dan memperdalam akan
adanya aliran ekonomi Kelembagaan. Bahkan, dalam penelitian lebih digandakan lagi
penggunaannya, mengingat masalah ekonomi di Indonesia begitu rumit, kom-pleks, dan
menantang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan
    Bahan
    Dokumen38 halaman
    Bahan
    NINGSIH
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen21 halaman
    Makala H
    NINGSIH
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen21 halaman
    Makala H
    NINGSIH
    Belum ada peringkat
  • Makalah Moneter
    Makalah Moneter
    Dokumen18 halaman
    Makalah Moneter
    NINGSIH
    Belum ada peringkat
  • Makkalah
    Makkalah
    Dokumen17 halaman
    Makkalah
    NINGSIH
    Belum ada peringkat
  • Resume
    Resume
    Dokumen54 halaman
    Resume
    NINGSIH
    Belum ada peringkat