PENDAHULUAN
1
terjun langsung dalam kegiatan operasional di serahkan pada professional dan kariawan
kepercayaan. Dan golongan ini dalam kenyataan memperoleh keuntungan paling besar.
Vablen melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan laba tanpa memperhatikan
laba tampa memperhatikan cara yang iya jalani. Mereka mendapat kemudahan dan hak
istimewa, misalnya dalam menguasai bahan mentah dan menguasai daerah pemasaran. Ia
juga mampu mengatur pejabat kehakiman untuk tidak mempersoalkan kependudukan
monopolinya atau agar tidak mangganggu manipulasi pajak dan keuangan yang di
lakukannya. Di beberapa Negara berkembang yang masih belum mempunyai aturan
permainan atau rule of law yang jelas, sering dijumpai adanya kerja sama antara pengusaha
dengan militer demi mengamankan bisnis monopolinya. Artinya, kalau ada pengusaha lain
1
yang ikut dalam bisnis yang di monopolinya, ia akan berurusan dengan militer.
1
Sanusi, Bachrowi. 2004. Tokoh Pemikir dalam Mazhab Ekonomi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Deliarnov, 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Hlm.142-143
3
Hasibuan, Nurimansjah, (2003). Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Pusat Pe-nerbitan Universitas
Terbuka. Hlm. 51-53
3
Mazhab ekonomi institusional baru secara umum membahas perilaku ekonomu
dengan memakai alat analisis yang telah dikenal dan dikembangakan dengan dukungan
empat teori yang bisa dipakai sebagai alat analisis. Teoti itu terdiri dari :
a. Teori biaya transaksi
b. Teori hak kepemilikan
c. Teori pilihan public
d. Teori permainan
4
lebih luas, seperti penjelasan-penjelasan yang diberikan aliran sejarah di Jerman dan begitu
pula aliran ekonomi kelembagaan yang muncul di Amerika Serikat.
Menurut Veblen teori ekonomi ortodoks merupakan teori teologi, oleh karena akhir
cerita telah ditentukan dari awal. Misalnya, keseimbangan jangka panjang itu tidak pernah
dibuktikan, tetapi telah ditentukan walaupun ceritanya belum dimulai. Ilmu ekonomi
menurutnya bukan hanya mempelajari tingkat harga, alokasi sumber-sumber tetapi justru
mempelajari faktor-faktor yang dianggap tetap (given).
Commons seperti halnya para penganut aliran ekonomi kelembagaan, banyak mela-
kukan kritik terhadap aliran ekonomi ortodoks, seperti lingkungan ekonomi yang terlalu
sempit, statik, dan dia berusaha memasukkan segi-segi kejiwaaan, sejarah, hukum, sosial, dan
politik dalam pembaha-sannya. Sebagai misal, teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya
berlaku dalam kondisi-kondisi tertentu. Di dalam pasar, menurut ekonomi ortodoks hanya
terjadi pertukaran yang mempunyai tiga fungsi yaitu transaksi pengalihan hak milik
kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distri-busi. Dalam transaksi tersebut
sebenarnya melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum, dan kejiwaan. Begitu juga,
dalam kegiatan ekonomi bukan hanya individu, tetapi juga kelompok dan anggota-anggota
kelompok yang diatur oleh aturan permainan. Aturan-aturan itu merupakan ketentuan yang
harus ditaati bersama, yang bertujuan untuk kemajuan individu, membebaskan individu dari
tekanan dan diskriminasi. Keberadaan persaingan bebas beliau kecam, tetapi yang diperlukan
campur tangan pemerintah untuk melakukan regulasi.4
4
Santosa, Purbayu Budi, (2006). Gangguan Politik Uang terhadap Pembangunan” dalam Jurnal Dinamika
Ekonomi & Bisnis. Vol.3., No. 1, Maret 2006.
5
Mubyarto, (2002). Meninjau Kembali Eko-nomika Neoklasik. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol
17, No.2, 119-129.
5
Kesepakatan kelembagaan merupakan kesepakatan antara unit ekonomi untuk
mengelola dan mencari jalan agar hubungan antar unit tersebut dapat berlangsung, baik lewat
cara kerjasama maupun kompetisi. Dengan demikian sebenarnya kesepakatan kelembagaan
berhubungan dengan tata kelola kelembagaan (institutions of governance).
Sebuah kesepakatan kepemilikan merupakan kesepakatan kelembagaan karena di dalam-nya
mengalokasikan hak-hak kepemilikan kepada individu, kelompok atau pemerintah.
Kesepakatan kelembagaan bisa berupa pula cara untuk mengelola transaksi, baik melalui
pasar, pasar bayangan (quasi-market) mau-pun model kontrak yang memakai hierarchy.
NIE secara definitif merupakan studi multidisiplin, dimana ilmu ekonomi bereks-
pansi dengan wilayah ilmu sosial, khususnya hukum, politik dan sosiologi; sehingga
memiliki beberapa cabang ilmu. Meskipun masih terjadi diskusi tentang wilayah kajian NIE,
namun setidaknya cabang-cabang dari NIE dapat dibagi dalam dua kategori.
Pertama, sejarah ekonomi baru (new economic history) dikembangkan oleh North,
Fogel dan Rutherford dan aliran pilihan publik (public choice school), yang dikem-bangkan
oleh Buchanan, Tullock, Olson, dan Bates. Kedua, teori ekonomi biaya transaksi (transaction
cost economics) dikembangkan oleh Ronald Coase, Douglass North dan Oliver Wiliamson
dan informasi ekonomi (economics information) yang diperkenalkan oleh Akerlof, Stigler
dan Stiglitz. Di luar itu masih terdapat beberapa cabang lainnya yang cukup menarik, seperti
teori ekonomi sosial baru (new social economics) yang dikem-bangkan oleh Garry S. Becker,
teori tindakan kolektif (collective action theory) yang dite-kuni oeh Mancur Olson, serta teori
hukum dan ilmu ekonomi (law and economics) yang diminati oleh Posner.
6
4. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah
pengulangan atau kebiasaan
5. Penolakan neoklasik terhadap preferensi yang dapat berubah atau perilaku adalah
pengulangan atau kebiasaan.
Sementara itu, Ekonomi Kelembagaan Baru mencoba untuk menawarkan ekonomi
lengkap dengan teori dan institusinya (Nabli&Nugent, 1989 dalam Arsyad, 2010). Ekonomi
Kelembagaan Baru menekankan pentingnya institusi, tetapi masih menggunakan landasan
analisis ekonomi neoklasik. Beberapa asumsi ekonomi neoklasik masih digunakan, tetapi
asumsi tentang rasionalitas dan adanya informasi sempurna (sehingga tidak ada biaya
transaksi) ditentang oleh Ekonomi Kelembagaan Baru. Menurut Ekonomi Kelembagaan
Baru, institusi digunakan sebagai pendorong bekerjanya sistem pasar.
Arti penting dari Ekonomi Kelembagaan Baru adalah:
Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan seperangkat teori yang dibangun di atas landasan
ekonomi neoklasik, tetapi Ekonomi Kelembagaan Baru mampu menjawab bahkan
mengungkapkan permasalahan yang selama ini tidak mampu dijawab oleh ekonomi
neoklasik. salah satu permasalahan tersebut adalah eksistensi sebuah perusahaan sebagai
sebuah organisasi administratif dan keuangan. Ekonomi Kelembagaan Baru merupakan
sebuah paradigma baru di dalam mempelajari, memahami, mengkaji atau bahkan menelaah
ilmu ekonomi.
Ekonomi Kelembagaan Baru begitu penting dan bermakna di dalam konteks kebijakan
ekonomi sejak dekade 1990-an, karena Ekonomi Kelembagaan Baru berhasil mematahkan
dominasi superioritas mekanisme pasar. Ekonomi Kelembagaan Baru telah memposisikan
dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan non-pasar (non-market institutions). Ekonomi
Kelembagaan Baru telah mengeksplorasi faktor – faktor non-ekonomi, seperti hak
kepemilikan, hukum kontrak dan lain sebagainya sebagai satu jalan untuk mengatasi
kegagalan pasar (market failure). Menurut Ekonomi Kelembagaan Baru, adanya informasi
yang tidak sempurna, eksternalitas dan fenomena free-riders di dalam barang – barang publik
dinilai sebagai sumber utama kegagalan pasar, sehingga kehadiran institusi non-pasar mutlak
diperlukan.
7
BAB III
PENUTUP
Keberadaan aliran ekonomi kelembagaan sebagai reaksi dari dominasi aliran ekonomi
ortodoks (utama), yang bukan saja di negara maju banyak dikritik, akan tetapi penerapan-nya
di negara sedang berkembang banyak mengalami kemencengan. Munculnya kemis-kinan,
pengangguran, ketimpangan, keresahan sosial, dan kerusakan lingkungan barangkali bisa
dialamatkan kepada penerapan ekonomi Neoklasik, sebagai pendukung paling utama aliran
ortodoks. Bahkan dari berbagai keadaan yang terjadi tersebut memunculkan rasa skeptisisme
akan keberadaan ilmu ekonomi bahkan ada yang mengatakan ilmu ekonomi telah mati.
Keadaan ini nampak juga dari aliran Ekonomi Kelembagaan yang sangat beragam dan
dengan sejumlah ahli yang mempunyai latarbelakang pendidikan yang berbeda pula.
Meskipun aliran Ekonomi Kelembagaan bisa dipecah menjadi Aliran Kelembagaan Lama,
Aliran Quasi Kelembagaan, dan aliran Kelembagaan Baru, bukan berarti satu aliran lebih
baik dibandingkan aliran yang lain. Hal ini membawa implikasi terdapatnya kebeba-san
untuk mengikuti salah satu aliran, sesuai dengan kepercayaan akan ketepatan dan
kemanfaatan pemakaian salah satu aliran Kelembagaan.
Penganekaragaman pendidikan ekonomi yang selama ini didominasi oleh aliran orto-
doks sangatlah penting, salah satunya adalah dengan lebih mengenal dan memperdalam akan
adanya aliran ekonomi Kelembagaan. Bahkan, dalam penelitian lebih digandakan lagi
penggunaannya, mengingat masalah ekonomi di Indonesia begitu rumit, kom-pleks, dan
menantang.