Anda di halaman 1dari 10

Tugas Ekonomi

Materi: Bank Sentral

Di

Oleh:

1.Rehan Mahesa Jaya

2.Akbar Gunawan

3.Della Idul Fitri

4.Ihwana

5.Ririn Wardana Arjum

6.Nita Aulia
Daftar Isi

Pengertian Bank Sentral

Sejarah Bank Sentral

De Javasche Bank: Bank Sentral Pertama di Indonesia

BNI 46: Bank Sentral yang Menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI)

Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih sebagai Bank Sentral

Tugas Bank Sentral

1. Menetapkan serta Melaksanakan Kebijakan Moneter

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan

Wewenang Bank Sentral

Peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral

Kategori Ilmu Ekonomi

Materi Terkait

2
Pengertian Bank Sentral

Bank sentral sendiri yang secara umum yang memiliki pengertian sebuah instansi yang
memiliki banyak tanggung jawab atas kebijakan moneter sebuah wilayah negara. Bank
sentral mempunyai sebuah peran untuk menjaga stabilitas harga maupun nilai mata
uang yang telah berlaku pada negara tersebut, yang banyak dikenal dengan istilah
inflasi.

Bank sentral wajib menjaga agar tingkat inflasi terkendali serta selalu dalam nilai
serendah mungkin maupun pada posisi optimal untuk perekonomian, dengan bentuk
mengontrol keseimbangan pada jumlah barang serta uang. Apabila dalam jumlah uang
yang telah beredar terlalu banyak, bank sentral juga telah berhak menggunakan sebuah
otoritas yang dimilikinya.

Di Indonesia sendiri, fungsi dari sebuah bank sentral oleh Bank Indonesia. Bank
Indonesia merupakan sebuah lembaga negara yang independen, bebas dari urusan
Pemerintah maupun pihak lain, kecuali pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada
undang-undang.

Fungsi bank sentral di indonesia ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran serta
tugas Bank Indonesia yang sebagai bank sentral sudah mengalami merupakan evolusi
yang cukup panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah menjadi
sebuah agen dalam pembangunan dari pemerintah, dan terakhir pada tahun 1999 telah
menjadi sebuah lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai
kestabilan nilai Rupiah.

3
Sejarah Bank Sentral

Pada sebuah negara, tingkat sebuah stabilitas ekonomi sangat amat tergantung dari nilai
mata uang yang sudah berlaku. Pada usaha menjaga tingkat kestabilan mata uangnya,
maka akan lahirlah sebuah lembaga yang sudah dikenal dengan nama bank sentral.
Akhir-akhir ini , peran bank sentral dalam Indonesia sendiri diserahkan pada Bank
Indonesia atau disebut dengan BI. Namun ternyata, bank yang telah memiliki peran
sebagai sebuah bank sentral di Indonesia bukan hanya BI saja.

Dalam perjalanannya, tercatat tiga bank yang sudah pernah menjadi bank sentral dalam
negara ini, yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), De Javasche Bank, serta BI. Ketiganya
memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga tingkat stabilitas mata uang di
zaman penjajahan, kemerdekaan hingga sekarang.

De Javasche Bank: Bank Sentral Pertama di Indonesia

De Javasche Bank merupakan sebuah bank sentral pertama di Indonesia. Lembaga ini
dibangun pada tahun 1929 di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin Raja
Willem 1. Lokasinya tepat di Jakarta. De Javasche Bank melakukan ekspansi besar
dengan membangun cabangnya di daerah Sumatra, Sulawesi, Semarang, Surabaya,
Kalimantan, dan bahkan hingga di New York.

Fungsinya yaitu berusaha untuk mencetak serta mendistribusikan uang kertas pada
wilayah jajahan Hindia Belanda. Mata uang yang disebarkan pada masa tersebut
merupakan gulden Belanda. Bank yang telah didirikan dengan badan hukum PT maupun
pada saat itu disebut dengan Naamloze Vennootschap, sangat memiliki peran penting
untuk menjaga sirkulasi mata uang. Begitu pun dalam kegiatan perdagangan
internasional di masa itu sudah tinggi.

BNI 46: Bank Sentral yang Menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI)

Banyak masyarakat awam yang menyatakan bahwa Bank Indonesia merupakan bank
sentral yang dimiliki oleh Indonesia setelah masa kemerdekaan Indonesia dicetuskan.
Anggapan ini merupakan hal yang salah. Jika kita melihat fakta, bahwa BI sendiri baru
berdiri pada tahun 1953. Pada awal kemerdekaan Indonesia, lembaga perbankan yang
telah memiliki peran penting untuk menjaga kestabilan mata uang yaitu Bank Nasional
Indonesia 46 atau disebut dengan BNI 46.

Dengan penetapan BNI 46 ini sebagai bank sentral Indonesia adalah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 yang saat itu

4
dibuat pada tanggal 5 Juli 1946. Dalam perkembangannya, BNI menjadi sebuah lembaga
finansial yang pada saat itu menerbitkan Oeang Republik Indonesia maupun disebut
dengan ORI yang dikenal dengan mata uang pertama yang telah di terbitkan oleh
IIndonesia

Proses percetakan serta juga perdasaran ORI yang dijalankan oleh BNI 46 ini berjalan
dari tanggal 30 Oktober tahun 1946. Dengan adanya ORI, maka uang yang telah
diterbitkan oleh pihak Jepang maupun De Javasche Bank sudah tidak bisa berlaku lagi.
ORI dicetak dengan bentuk uang kertas yang sudah ditandatangani langsung oleh
Menteri Keuangan.

Namun, peran BNI sendiri sebagai bank sentral saat itu tidak berjalan lama. Alasannya
utamanya yaitu BNI 46 memiliki aset yang terbatas. Peredaran ORI saat itu tertulis tidak
bisa dijalankan secara maksimal serta juga tidak dapat tersebar pada seluruh daerah
Indonesia. Sehingga, peran bank sentral di Indonesia dialihkan kembali kepada pihak De
Javasche Bank di tahun 1949.

Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih sebagai Bank Sentral

Di bulan Desember tahun 1951 ini, Pemerintah Indonesia sudah menggenggam kebijakan
untuk menasionalkan De Javasche Bank yang kemudian ditandai dengan UU Nomor 24
pada Tahun 1951 yang memiliki kaitan dengan nasionalisasi De Javasche Bank NV.
Selain itu, awal bulan Juli tahun 1953, Pemerintah Indonesia telah membangun Bank
Indonesia serta menjadikannya sebagai bank sentral Indonesia.

Dalam perjalanan kali ini, BI mempunyai sebuah tugas serta peran yang sama dengan De
Javasche Bank, yaitu bertugas sebagai lembaga perbankan, mengatur moneter, serta
mengatur sistem pembayaran di Indonesia.

Selanjutnya, tugas serta fungsi BI mulai berkurang pada tahun 1968. Hal tersebut
ditandai dengan adanya UU Bank sentral pada tahun 1968 yang berisi bahwa BI tidak
akan lagi menjalankan perannya menjadi bank komersial, namun akan bertugas menjadi
sebuah agen pembangunan pada usaha meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Namun, pada tahun 1999 BI mendapatkan peranannya kembali sebagai bank sentral
dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 1999. Dengan UU tersebut, maka peran BI
untuk menjaga serta memelihara stabilitas nilai rupiah kembali digenggam. Kemudian,
peran BI akan bertambah dalam tujuan memperkuat pemerintahan Indonesia dengan
diciptakannya amandemen tahun 2004.

Banyak peranan itu telah dipegang oleh Bank Indonesia hingga sekarang. Dalam
menjalankan perannya, BI singkatnya memiliki tiga tugas utama, menetapkan dan

5
menjalankan kebijakan moneter, menjaga kelancaran pada sistem pembayaran, dan juga
menjaga tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia.

Tugas Bank Sentral

Seperti yang telah disebutkan, Bank Indonesia sendiri mempunyai tugas serta tanggung
jawabnya sendiri yang harus dijalankan dengan baik, menetapkan serta menjalankan
kebijakan moneter, menjaga kelancaran sebuah sistem pembayaran, dan menjaga
tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Berdasarkan pengertian dari bank
sentral itu , dibawah ini merupakan penjelasan lengkap tugas dari bank sentral:

1. Menetapkan serta Melaksanakan Kebijakan Moneter

Ditetapkannya kewajiban moneter harus dijalankan, untuk menjaga peredaran jumlah


mata uang yang ada pada masyarakat, maka seluruh harga produk barang serta jasa
dapat dijaga serta dikendalikan.

Dalam Kebijakan moneter tersebut perlu dijalankan untuk mendukung pertumbuhan


ekonomi nasional. Sehingga, pihak BI harus bekerjasama dengan pihak pemerintah yang
mana seluruh kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan kebijakan
fiskal serta beberapa kebijakan ekonomi lainnya.

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Makna dari sebuah sistem pembayaran ini merupakan sebuah sistem pembayaran tunai
serta non tunai. Bank Indonesia memiliki peran penuh saat mengeluarkan aturan,
standar, kesepakatan serta tata cara untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.

3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan

BI perlu melakukan pengawasan makroprudensial yang berguna untuk menjaga


kestabilan sebuah sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Kebijakan
makroprudensial ini adalah sebuah kebijakan yang telah disusun untuk bisa memberikan
batasan dengan risiko serta biaya krisis yang sistemik, supaya tetap dapat menjaga
keseimbangan sebuah sistem keuangan di Indonesia.

6
Wewenang Bank Sentral

BI yang berperan sebagai bank sentral di Indonesia memiliki wewenang khusus yang
telah diatur UU Republik Indonesia, yaitu :

1. Kewenangan Membuat Kebijakan Moneter

Bank Indonesia perlu menentukan serta menetapkan dengan tingkat diskonto, perlu
membuat kebijakan pembiayaan maupun kredit. Bank Indonesia pun harus bisa
menetapkan serta menentukan target moneter dengan menentukan tingkat inflasi yang
terjadi di Indonesia pada tiap tahunnya.

BI pun juga memiliki wewenang yang sangat penting pada mengendalikan moneter
dengan tidak membatasi kegiatan pasar terbuka.

2. Kewenangan Mengatur Sistem Pembayaran

Bank Indonesia memiliki tiga dasar wewenang. Pertama, BI memiliki sebuah wewenang
untuk menentukan serta menetapkan dalam penggunaan alat pembayaran. Kedua,
membuat dan memberikan persetujuan izin untuk menyelenggarakan sistem
pembayaran. Terakhir, unutk mengawasi penyelenggaraan pada sistem pembayaran.

3. Kewenangan Mengatur dan Mengawasi Perbankan

Kemudian, Bank Indonesia sebagai bank sentral tentunya memiliki empat wewenang
utama. Pertama, untuk memiliki wewenang dalam membuat juga untuk menetapkan
sebuah kebijakan yang terkait pelaksanaan perbankan yang sudah berlaku pada
Indonesia. Kedua, berwenang untuk memberikan sanksi dengan pihak yang sudah
melanggar kebijakan, sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan UU.

Yang ketiga, berwenang untuk memberikan ataupun mencabut izin pada kelembagaan
serta dalam kegiatan usaha bank. Yang terakhir, BI juga berwenang dalam mengawasi
dengan berbagai macam kegiatan bank konvensional, pada sistem perbankan ataupun
secara individu.

Peranan bank Indonesia sebagai bank sentral

7
Kelima peran tersebut yang mencakup kebijakan serta instrumen untuk menjaga stabilitas pada
sebuah sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia ini memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui sebuah instrumen suku bunga pada operasi pasar terbuka. Bank Indonesia sendiri
dituntut untuk dapat menetapkan kebijakan moneter dengan berimbang serta tepat. Hal ini
mengingat kembali pada gangguan stabilitas moneter mempunyai dampak langsung pada
berbagai macam aspek ekonomi.

Untuk kebijakan moneter sendiri, dengan penerapan suku bunga yang sudah terlalu ketat, akan
bersifat mematikan banyak sekali kegiatan ekonomi, begitupun sebaliknya. Maka dari itu, untuk
dapat menciptakan sebuah stabilitas moneter, BI sudah menerapkan kebijakan yang disebut
sebagai inflation targeting framework.

Peranan yang ke kedua, Bank Indonesia sendiri memiliki peran penting atau vital dalam
menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya dalam perbankan. Penciptaan
dari sebuah kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan dengan mekanisme pengawasan
serta regulasi. Seperti halnya pada negara lainnya, sektor perbankan ini memiliki bagian yang
dominan pada sebuah sistem keuangan. Sehingga, kegagalan dalam sektor ini bisa
menimbulkan ketidakstabilan pada keuangan serta mengganggu perekonomian.

Untuk dapat mencegah terjadinya dalam kegagalan tersebut, sistem pengawasan serta
kebijakan perbankan yang efektif harus ditegakkan. Selain itu juga, disiplin pasar melalui
kewenangan pada pengawasan serta pembuat kebijakan dan penegakan hukum (law
enforcement) harus terus dijalankan. Bukti yang menunjukkan dalam negara-negara yang
menjalani sebuah disiplin pasar, yang memiliki konsep stabilitas dalam sistem keuangan yang
kokoh atau kuat.

Sementara itu, dalam upaya penegakan hukum dimaknai untuk dapat melindungi perbankan
serta stakeholder sekaligus mendorong kepercayaan pada sistem keuangan. Untuk bisa
menciptakan stabilitas dalam sektor perbankan yang berkelanjutan, BI sudah menyusun
Arsitektur Perbankan Indonesia serta rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia telah memiliki sebuah kewenangan dalam mengatur serta menjaga
kelancaran pada sistem pembayaran. Bila terjadi peristiwa gagal dalam pembayaran (failure to
settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan melahirkan risiko
potensial yang serius dan bahkan mengganggu sebuah kelancaran dalam sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut pada akhirnya menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk)
sehingga menimbulkan sebuah gangguan yang sistemik. Bank Indonesia juga
mengembangkan mekanisme serta pengaturan yang bertujuan mengurangi risiko dalam
sebuah sistem pembayaran yang kian meningkat

8
Yaitu dengan menetapkan sistem pembayaran yang real time serta telah dikenal dengan nama
sebutan sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang bisa lebih meningkatkan keamanan
serta kecepatan pada sistem pembayaran. Sebagai otoritas pada sistem pembayaran, BI
sendiri pun memiliki informasi serta keahlian dalam mengidentifikasi risiko potensial pada
sistem pembayarannya.

Kemudian yang keempat, dengan fungsinya pada riset serta pemantauan, Bank Indonesia bisa
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memantau kerentanan sektor
keuangan serta mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang bisa berdampak pada
stabilitas sistem keuangan.

Melalui riset, Bank Indonesia bisa mengembangkan instrumen serta indikator yang
macroprudential untuk bisa mendeteksi kerentanan dalam sektor keuangan. Hasil riset serta
pemantauan tersebut, selanjutnya dapat menjadi sebuah rekomendasi untuk otoritas terkait
dalam memilih langkah-langkah yang tepat untuk bisa meredam gangguan pada sektor
keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi untuk sebagai jaring pengaman pada sistem keuangan
melalui fungsi bank sentral, lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR sendiri adalah peran
tradisional Bank Indonesia yang sebagai bank sentral pada mengelola krisis guna untuk
menghindari terjadinya ketidakstabilan pada sistem keuangan.

Fungsinya untuk sebagai LoLR yang mencakup pada penyediaan likuiditas dalam kondisi
normal maupun dalam krisis. Fungsi tersebut pun hanya diberikan pada bank yang telah
menghadapi masalah likuiditas dan tentunya berpotensi akan terjadi dampak krisis yang sudah
bersifat sistemika

Pada kondisi normal, dalam fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang telah mengalami
kesulitan likuiditas temporer sehingga masih memiliki kemampuan untuk dapat membayar
kembali. Untuk menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia wajib menghindari
terjadinya moral hazard. Maka dari itu, pertimbangan risiko sistemik serta dalam persyaratan
yang ketat harus diterapkan penyediaan likuiditas tersebut.

Demikian penjelasan mengenai pengertian bank sentral, lengkap tertulis dengan tujuan, tugas
serta wewenangnya pada melakukan seluruh tanggung jawab yang dimilikinya. Dalam
pembahasan ini amat penting untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan kita
terkait dengan bank sentral, terlebih lagi bila perusahaan kita saat ini dapat berhubungan

9
dengan bank-bank konvensional yang berada pada kendali bank sentral.

10

Anda mungkin juga menyukai