Disusun
Oleh :
Andi Oddang
NIM. 21420158
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Perbankan Syariah ................................................................................................ 2
B. Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Para Sahabat............................................... 3
C. Dasar Hukum Perbankan Syariah .......................................................................................... 5
D. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. ........................................................................... 6
E. Asas Perbankan Syariah .......................................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
B. Saran-saran. ............................................................................................................................ 12
ii | P a g e
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah cukup lama umat Islam di Indonesia, demikian juga di belahan dunia
Islam lainnya yang mengalami berbagai kendala dalam pengembangan potensi
dan pembangunan ekonominya. Salah satu diantaranya adalah disebabkan oleh
penyakit dualisme ekonomi-syariah yang cukup dilematis, sebagai akibat dari
belum mampunyai umat menggabungkan dua disiplin ilmu ekonomi dan syariah
yang seharusnya saling mengisi dan menyempurnakan. Di satu pihak kita
mendapatkan para ekonom, bankir, dan businessman yang aktif dalam
menggerakkan roda pembangunan ekonomi tetapi ”lupa” membawa pelita agama
karena memang kurang menguasai syariah terlebih lagi fiqh muamalah secara
mendalam.
Akibatnya, banyak umat Islam senantiasa menjadi penonton dalam segenap
percaturan ekonomi dan bisnis di tanah air. Hal ini wajar saja, karena konsep-
konsepnya hanya tersimpan dalam kitab-kitab serta tidak ada upaya keras untuk
mengkaji dan mengaplikasikannya dalam bangun-bangun ekonomi modern.
B. Batasan Masalah
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas
10 tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
mengacu pada hukum, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun
tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah
maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian
antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat diperbankan syariah
harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah
Islam.3 Bank syariah merupakan salah satu perangkat dalam ekonomi syariah yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
1
Thomas Suyanto, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.1
2
Wayan Sudirman, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.20
3
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2011). h.32-33.
2|Page
bunga bank dengan riba.4
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai
bank devisa dan bank non devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat
melaksanakantransaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
pembukaan letter ofkredit, dan sebagainya.
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak
jaman Rasulullah saw. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta,
meninjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah saw.
Rasulullah saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh
4
Vynna Ardyana, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Bank Syariah dan Bank Konvensional
(Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mandiri)” (Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi
dan Bisnis: Surakarta, 2017), h. 2-3.
5
Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.20.
3|Page
masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madinah, beliau meminta Sayidina Ali ra untuk
mengembalikan semua titipan itu kepadayang memilikinya.6Dalam konsep ini, yang
dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut.
Seorang sahabat Rasulullah saw., Zubair bin al Awwam, memilih tidak
menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman.
Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda: pertama, dengan
mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk
memanfaatkannya; kedua, karena bentuknya pinjaman, maka ia berkewajiban
mengambalikannya utuh.7
Sahabat lain, Ibnu Abbas tercatat melakukan pengiriman uang ke Kufah. Juga
tercatat Abdullah bin Zubair di Mekah juga melakukan pengiriman uang ke adiknya
Misab bin Zubair yang tinggal di Irak.8
Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya
perdaganganantara negeri Syam dengan Yaman, yang paling tidak berlangsung dua
kali setahun. Bahkan di jaman Umar bin Khattab ra, beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek ini kemudian
mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari Mesir.9
Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti mudharabah,
musyarakah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dankaum Anshar.10
Jelaslah bahwa ada individu-individu yang telah melaksanakan fungsi
perbankan di zaman Rasulullah SAW, meskipun individu tersebut tidak
melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat yang melaksanakan fungsi
menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-meminjam
uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang
memberikan modal kerja.
6
Sami Hamoud, Islamic Banking, Arabian Information Ltd, London, 1985
7
Sudin Haron, Prinsip dan Operasi Perbankan Islam, Berita Publishing Sdn Bhd, Kuala Lumpur, 1996.
8
Sudin Haron, ibid
9
Kadim Sadr, “Money and Monetary Policies in Early Islam”, Essay on Iqtisad, NurCopr.,Silver Spring, 1989
10
Kadim Sadr, ibid
4|Page
C. Dasar Hukum Perbankan Syariah
11
Mardani, Hukum Islam dalam Hukum Positif Indonesia (Depok:Rajawali Pers,2018), h.364-365.
5|Page
7. Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007 tentang sistem penilaian
tentangkesehatan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah.
8. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip
syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank syariah.
9. Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
12
Edi Wibowodkk, MengapaMemilih Bank Syariah?,(Bogor; Ghalia Indonesia,2005), hal. 18.
13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,edisi baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 28-29.
6|Page
telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan
Rakyat Syariah) sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-
tahun mendatang, jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan
masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantorcabang bank syariah
yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window atau unit usaha
syariah di bank-bank konvensional.
Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting,
diproyeksikan bahwa total aset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar
2850% selama 8 tahun, atau rata-rata tumbuh 356.25 % tiap tahunnya. Sebuah
pertumbuhan aset yang sangat mengesankan. Tumbuh kembangnya aset bank
syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta berkembangnya
pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.
Gambar E.1.
1. Prinsip Syariah
7|Page
kegiatan usaha yang melanggar prinsip syariah. Prinsip syariah yang dipatuhi oleh
bank-bank syariah menurut Undang-undang Perbankan Syariah adalah prinsip
syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia dan selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia.14 Prinsip
syariah telah menjadi hukum positif berdasarkan Undang-Undang Perbankan
Syariah yang difokuskan dengan memahami fatwa-fatwa yang dikeluarkan Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia sebagai sumber hukum bagi transaksi
muamalah.
Adapun prinsip-prinsip syariah yaitu:
a. Prinsip Tauhid
14
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah; Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya
(Jakarta: kencana, 2014), h. 2
15
Muh. Arafah, ‘Sistem Keuangan Islam: Sebuah Telaah Teoritis’, Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and
Business, 1.1 (2019 ), h. 60.
8|Page
menciptakan harta itu, dan Dia-lah pemilik sejati. Sementara itu, manusia
hanya sebagai penjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Keyakinan
demikian mengantarkan pemikiran seseorang muslim bahwa segala apa yang
ada di langit dan di bumi adalah milik Allah swt dan Dia dapat mengambilnya
kapanpun Dia mau. Kesadaran tauhid akan membawa pada keyakinan bagi
seorang pelaku ekonomi untuk tidak mengejar keuntungan materi semata.
b. Prinsip Keadilan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat
sebelah,tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatutnya. Dalam
operasional perbankan syariah keseimbangan menduduki peran yang sangat
menentukan untuk mencapai falah (kemenangan, keberuntungan).
Implementasi keadilan dalam aktivitasekonomi adalah berupa aturan prinsip
interaksi maupun transaksi yang melarang adanya unsur:
1) Riba
2) Maysir
16
Ekonomi Islam Edukasi Departemen Ekonomi Dan Keuangan Syariah .
9|Page
melarang praktek perjudian adalah al-Maidah [5]: 90.
3) Gharar
10 | P a g e
BAB III
A. Kesimpulan
11 | P a g e
B. Saran-saran.
Perkembangan Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah
tentang ekonomi dimasa lalu. Dari paparan di atas, kita telah mendapatkan gambaran
mengenai cakupan ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek hidup manusia. Kita juga
telah membahas bahwa walaupun di zaman Nabi SAW belum ada institusi bank,
tetapi ajaran Islam sudah memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar yang harus
dijadikan pedoman dalam aktifitas perdagangan dan perekonomian. Karena itu,
dalam menghadapi masalah muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah
mengidentifikasi prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang
ekonomi dan kemudian mengidentifkasi semua hal yang dilarang.
12 | P a g e