Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERBANKAN SYARI'AH DAN

ASAS-ASAS DALAM PERBANKAN SYARI'AH

Disusun
Oleh :
Andi Oddang
NIM. 21420158

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Perbankan Syariah ................................................................................................ 2
B. Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Para Sahabat............................................... 3
C. Dasar Hukum Perbankan Syariah .......................................................................................... 5
D. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. ........................................................................... 6
E. Asas Perbankan Syariah .......................................................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 11
B. Saran-saran. ............................................................................................................................ 12

ii | P a g e
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “sejarah perbankan syari'ah
dan Asas-asas dalam perbankan syari'ah” tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku


dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sengkang, 26 September 2022

Penulis

iii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah cukup lama umat Islam di Indonesia, demikian juga di belahan dunia
Islam lainnya yang mengalami berbagai kendala dalam pengembangan potensi
dan pembangunan ekonominya. Salah satu diantaranya adalah disebabkan oleh
penyakit dualisme ekonomi-syariah yang cukup dilematis, sebagai akibat dari
belum mampunyai umat menggabungkan dua disiplin ilmu ekonomi dan syariah
yang seharusnya saling mengisi dan menyempurnakan. Di satu pihak kita
mendapatkan para ekonom, bankir, dan businessman yang aktif dalam
menggerakkan roda pembangunan ekonomi tetapi ”lupa” membawa pelita agama
karena memang kurang menguasai syariah terlebih lagi fiqh muamalah secara
mendalam.
Akibatnya, banyak umat Islam senantiasa menjadi penonton dalam segenap
percaturan ekonomi dan bisnis di tanah air. Hal ini wajar saja, karena konsep-
konsepnya hanya tersimpan dalam kitab-kitab serta tidak ada upaya keras untuk
mengkaji dan mengaplikasikannya dalam bangun-bangun ekonomi modern.

B. Batasan Masalah

Terkait dengan ketersediaan waktu, referensi yang ada dan terbatasnya


kemampuan penulis, maka penulis hanya mengkaji pada :
1. Pengertian Perbank Syariah
2. Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Para Sahabat.
3. Dasar Hukum Perbankan Syariah.
4. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.
5. Asas – Asas dalam Perbankan Syariah

1|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967, bank adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.1 Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomor

10 tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana

darimasyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.2

Diketahui bersama bahwa bank syariah adalah bank yang kegiatannya

mengacu pada hukum, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun

tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah

maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian

antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat diperbankan syariah

harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah

Islam.3 Bank syariah merupakan salah satu perangkat dalam ekonomi syariah yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat

diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan

produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bank syariah

lahir sebagai salah satu solusi alternatifterhadap persoalan pertentangan antara

1
Thomas Suyanto, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.1
2
Wayan Sudirman, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.20
3
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2011). h.32-33.
2|Page
bunga bank dengan riba.4

Bank Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank


syariahdan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan prosesdalam melaksanakan kegiatan usahanya dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah, Unit-Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).5

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai
bank devisa dan bank non devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat
melaksanakantransaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri,
pembukaan letter ofkredit, dan sebagainya.

B. Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Para Sahabat

Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak
jaman Rasulullah saw. Praktek-praktek seperti menerima titipan harta,
meninjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah saw.
Rasulullah saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh

4
Vynna Ardyana, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Bank Syariah dan Bank Konvensional
(Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mandiri)” (Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi
dan Bisnis: Surakarta, 2017), h. 2-3.

5
Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h.20.
3|Page
masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir
sebelum Rasul hijrah ke Madinah, beliau meminta Sayidina Ali ra untuk
mengembalikan semua titipan itu kepadayang memilikinya.6Dalam konsep ini, yang
dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan tersebut.
Seorang sahabat Rasulullah saw., Zubair bin al Awwam, memilih tidak
menerima titipan harta. Beliau lebih suka menerimanya dalam bentuk pinjaman.
Tindakan Zubair ini menimbulkan implikasi yang berbeda: pertama, dengan
mengambil uang itu sebagai pinjaman, beliau mempunyai hak untuk
memanfaatkannya; kedua, karena bentuknya pinjaman, maka ia berkewajiban
mengambalikannya utuh.7
Sahabat lain, Ibnu Abbas tercatat melakukan pengiriman uang ke Kufah. Juga
tercatat Abdullah bin Zubair di Mekah juga melakukan pengiriman uang ke adiknya
Misab bin Zubair yang tinggal di Irak.8
Penggunaan cek juga telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya
perdaganganantara negeri Syam dengan Yaman, yang paling tidak berlangsung dua
kali setahun. Bahkan di jaman Umar bin Khattab ra, beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek ini kemudian
mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang ketika itu diimpor dari Mesir.9
Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti mudharabah,
musyarakah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dankaum Anshar.10
Jelaslah bahwa ada individu-individu yang telah melaksanakan fungsi
perbankan di zaman Rasulullah SAW, meskipun individu tersebut tidak
melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat yang melaksanakan fungsi
menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-meminjam
uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang
memberikan modal kerja.

6
Sami Hamoud, Islamic Banking, Arabian Information Ltd, London, 1985
7
Sudin Haron, Prinsip dan Operasi Perbankan Islam, Berita Publishing Sdn Bhd, Kuala Lumpur, 1996.
8
Sudin Haron, ibid
9
Kadim Sadr, “Money and Monetary Policies in Early Islam”, Essay on Iqtisad, NurCopr.,Silver Spring, 1989
10
Kadim Sadr, ibid
4|Page
C. Dasar Hukum Perbankan Syariah

Perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 yang


kemudian menjadi undang-undang tersendiri bagi perbankan syariah sebagai lex
spesialis. Hal ini didasari karena peraturan perbankan syariah di dalam Undang-
Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, belum menggunakan istilah bank
syariah, baru dimunculkan dengan istilah bagi hasil. Kemudian diubah dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang sudah membahas mengenai prinsip
syariahyang digunakan oleh sebuah perbankan tetapi belum spesifik membahas
mengenai perbankan syariah serta belum mengakomodasi karakteristik
operasional perbankan syariah secara menyeluruh.
Guna menjamin kepastian hukum dan memberikan keyakinan kepada
masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah, dalam Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 telah mengatur tentang jenis usaha, ketentuan
pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi bank
syariah. Selain itu, untuk menyakinankan masyarakat tentang kesyariahan
operasional perbankan syariah, diatur pula kegiatan usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Selain itu, ada juga dasar hukum yang bersumber dari Peraturan Bank
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:11
1. Peraturan Bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
2. Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/DPM/2003 tentang penyisishan
penghapusan aktiva produktif bagi bank perkreditan rakyat syariah.
3. Peraturan Bank Indonesia No. 3/9/PBI/2003 tentang penyisishan
penghapusan aktiva produktif bagi bank syariah.
4. Surat edaran Bank Indonesia No. 6/9/DPW/2004 Tata cara pemberian
fasilitaspembiayaan jangka pendek bagi bank syariah.
5. Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah.
6. Peraturan Bank Indonesia No. 9/5/PBI/2007 tentang pasar uang antarbank
berdasarkan prinsip syariah.

11
Mardani, Hukum Islam dalam Hukum Positif Indonesia (Depok:Rajawali Pers,2018), h.364-365.
5|Page
7. Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007 tentang sistem penilaian
tentangkesehatan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah.
8. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip
syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta
pelayanan jasa bank syariah.
9. Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang sertifikat Bank
Indonesia Syariah.

D. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.

Bank di Indonesia didirikan pertama kali pada zaman penjajahan


Belanda.12Bank- bank yang beroperasi saat itu antara lain: De Javasche NV, De Post
Paar Bank, De algemene Volks Crediet Bank, Nederland Handels Maatschappij
(NHM), De Escomto Bank NV, Bank Nasional Indonesia, Bank Abuan Saudagar, NV
Bank Boemi, The Charteredbank of India, The Yokohama Species Bank, The Matsui
Bank, The Bank of China, dan Batavia Bank.13
Pada zaman kemerdekaan, dunia perbankan semakin berkembang dengan
didirikannya bank-bank baru dan terjadi nasionalisasi beberapa bank Belanda
oleh pemerintah Republik Indonesia. Bank-bank yang beroperasi saat itu adalah
Bank Rakyat Indonesia yang didirikan pada tanggal 22 Februari1946 yang
dahulunya bernama De Algemene Volks Crediet Bank atau Syomin ginko, Bank
Negara Indonesia yang didirikan pada tanggal 05 Juli 1946 (BNI 1946), Bank
Surakarta Maskapai Adil Makmur di Solo pada tahun 1945, Bank Indonesia di
Palembang pada tahun 1946, Bank Dagang Nasional Indonesia di Medan tahun
1946, Indonesian Banking Corporation di Yogyakarta tahun 1947 dan beberapa
bank lainnya.
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah
Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan
dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus
berkembang. Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah di
Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun
2000, bank syariah maupun bank konvensional yang membuka unit usaha syariah

12
Edi Wibowodkk, MengapaMemilih Bank Syariah?,(Bogor; Ghalia Indonesia,2005), hal. 18.
13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,edisi baru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 28-29.
6|Page
telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan
Rakyat Syariah) sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di tahun-
tahun mendatang, jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan
masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantorcabang bank syariah
yang sudah ada, maupun dengan dibukanya Islamic window atau unit usaha
syariah di bank-bank konvensional.
Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting,
diproyeksikan bahwa total aset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar
2850% selama 8 tahun, atau rata-rata tumbuh 356.25 % tiap tahunnya. Sebuah
pertumbuhan aset yang sangat mengesankan. Tumbuh kembangnya aset bank
syariah ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta berkembangnya
pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah.

Gambar E.1.

E. Asas Perbankan Syariah

Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan:

1. Prinsip Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah, ditetapkan bahwa bank-bank syariah Indonesia yang terdiri atas bank
yangsepenuhnya melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan bank konvensional yang melaksanakan kegaiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah melalui unit usaha syariah (UUS) yang dimilikinya, tidak boleh melakukan

7|Page
kegiatan usaha yang melanggar prinsip syariah. Prinsip syariah yang dipatuhi oleh
bank-bank syariah menurut Undang-undang Perbankan Syariah adalah prinsip
syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia dan selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia.14 Prinsip
syariah telah menjadi hukum positif berdasarkan Undang-Undang Perbankan
Syariah yang difokuskan dengan memahami fatwa-fatwa yang dikeluarkan Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia sebagai sumber hukum bagi transaksi
muamalah.
Adapun prinsip-prinsip syariah yaitu:

a. Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid adalah dasar dari setiap bentuk aktivitas kehidupan


manusia. Tauhid mengantar manusia dalam kegiatan ekonomi untuk meyakini
bahwa kekayaan apapun yang dimiliki seseorang adalah milik Allah
sebagaiman firman Allah dalam Al-Qur’an [6] ayat 162. Menurut Yusuf
Qardhawi, ekonomi Islam adalah ekonomi yang bercirikan ketuhanan. Sistem
ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah. Penggunaan sarana
dan fasilitas dari Allah ini dilakukan melalui hukum dan syari’at Allah SWT.
Ketika seorang muslim menggunakan atau menikmati sesuatu di dunia ini,
secara langsung ia telah melakukan ibadah kepada Allah, dan merupakan
sebuah kewajiban baginya untuk mensyukuri segala nikmat-Nya yang telah
diberikan kepadanya.
Lingkup ekonomi syariah yang luas memunculkan sebuah norma yang
disebutnorma al-istikhlâf. Adanya norma al-istikhlâf ini makin mengukuhkan
norma ketuhanan dalam ekonomi syariah. Sebab, seorang muslim wajib
percaya bahwa ia makhluk Allah, ia bekerja di bumi Allah, dengan kekuatan
dari Allah, dan melalui sarana dan prasarana dari Allah. Seorang muslim
bekerja sesuai dengan hukum kausalitas. 15 Maksudnya ialah apabila ia
memperoleh harta, maka pada hakikatnya harta yang ia peroleh adalah harta
Allah yang dititipkan kepadanya. Allah-lah yang

14
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah; Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya
(Jakarta: kencana, 2014), h. 2

15
Muh. Arafah, ‘Sistem Keuangan Islam: Sebuah Telaah Teoritis’, Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and
Business, 1.1 (2019 ), h. 60.
8|Page
menciptakan harta itu, dan Dia-lah pemilik sejati. Sementara itu, manusia
hanya sebagai penjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Keyakinan
demikian mengantarkan pemikiran seseorang muslim bahwa segala apa yang
ada di langit dan di bumi adalah milik Allah swt dan Dia dapat mengambilnya
kapanpun Dia mau. Kesadaran tauhid akan membawa pada keyakinan bagi
seorang pelaku ekonomi untuk tidak mengejar keuntungan materi semata.

b. Prinsip Keadilan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat
sebelah,tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatutnya. Dalam
operasional perbankan syariah keseimbangan menduduki peran yang sangat
menentukan untuk mencapai falah (kemenangan, keberuntungan).
Implementasi keadilan dalam aktivitasekonomi adalah berupa aturan prinsip
interaksi maupun transaksi yang melarang adanya unsur:
1) Riba

Riba adalah kepastian penambahan pendapatan secara tidak sah


antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan atau dalam transaksi pinjam
meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas
mengembakikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena
berjalannya waktu. Larangan riba telah jelas dipaparkan oleh Allah swt.
dalam QS. al-Baqarah [2]: 278-279.
Pengharaman riba dapat dimaknai sebagai penghapusan praktek
ekonomi yang menimbulkan ketidakadilan. 16 Islam memerintahkan
menegakkan keadilan, maka implikasinya kezaliman harus dihapus. Baik
kezaliman yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

2) Maysir

Maysir adalah transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan


yang tidak pasti dan bersifat untung-untngan. Secara bahasa maysir
semakna dengan qimar, artinya judi. Di antara ayat Al-quran yang

16
Ekonomi Islam Edukasi Departemen Ekonomi Dan Keuangan Syariah .
9|Page
melarang praktek perjudian adalah al-Maidah [5]: 90.

3) Gharar

Secara bahasa gharar berarti bahaya atau resiko. Gharar adalah


transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak dikethui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan.Islam melarang jual beli atau transaksi yang mengandung
garar. Larangan ini didasarkan pada surat an-Nisa’ ayat 29 secara implisit
dijelaskan tentang keharaman transaksi garar: Hai orang-orang yang
beriman,janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu.
4) Haram

Menurut ulama Hanafiyah, larangan dalam dalam hukum Islam


terdiri daridua kategori, yaitu larangan secara dan larangan disebabkan
faktor eksternal. Larangan yang bersifat material seperti keharaman
daging babi, riba, dan minuman keras. Sedangkan larangan yang
disebabkan faktor eksternal, misalnya menjual barang halal dari hasil
curian. Pada dasarnya barang tersebut halal dan tidak dilarang
menjualnya, tetapi karena sistem atau cara (operasionalnya)
mendapatkannya tidak benar, maka menjualnyapun menjadi terlarang.

10 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah kita menelusuri secara singkat sejarah praktek perbankan yang


dilakukan oleh umat muslim, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
meskipun kosa kata fikih Islam tidak mengenal kata “Bank”, namun sesungguhnya
bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-fungsi perbankan modern telah
dipraktekkan oleh umat muslim, bahkan sejak zaman nabi Muhammad saw. Praktek-
praktek fungsi perbankan ini tentunya berkembang secara berangsur-angsur dan
mengalami kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik-
turunnya peradaban umat muslim. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep
bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat muslim, sehingga proses ijtihad
untuk merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan syariah tidak perlu
dimulai dari nol. Jadi, upaya ijtihad yang dilakukan insya Allah akan menjadi lebih
mudah.
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan tahun 1992 adalah Bank
Muamalat, yang dalam perkembangannya, total aset industri perbankan Syariah telah
meningkat sebesar 27 kali lipatdari Rp 1,79 triliun pada tahun 2000, menjadi Rp 49,6
triliun pada akhir tahun 2008. Laju pertumbuhan aset 46,3% per tahun (yoy,
utamanyadalam 5 tahun terakhir). Posisi Indonesia dalam Pasar Keuangan Global:
pertumbuhan industri dalam 5 tahun terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan
industri keuangan syariah global (15%-20% p.a).
Adapun logo industri perbankan syariah di Indonesia diresmikan pada tanggal
2 Juli 2007 bertepatan dengan HUT Bank Indonesia ke-54. Ini sangat membantu
memudahkan, meyakinkan dan memberi rasa nyaman pada masyarakat.

11 | P a g e
B. Saran-saran.

Perkembangan Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah
tentang ekonomi dimasa lalu. Dari paparan di atas, kita telah mendapatkan gambaran
mengenai cakupan ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek hidup manusia. Kita juga
telah membahas bahwa walaupun di zaman Nabi SAW belum ada institusi bank,
tetapi ajaran Islam sudah memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar yang harus
dijadikan pedoman dalam aktifitas perdagangan dan perekonomian. Karena itu,
dalam menghadapi masalah muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah
mengidentifikasi prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang
ekonomi dan kemudian mengidentifkasi semua hal yang dilarang.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai