Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH: ILMU PERBANKAN
DOSEN PENGAMPU: SRI INDRIYANI ALI, M.M

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
 Putri Indra Yani (1214.21.19283)
 Umi Karomah (1214.21.19297)
 Arif Fadilah (1214.21.19273)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SULTHAN SYARIF HASYIM SIAK SRI INDRAPURA RIAU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan untuk pembelajaran nantinya dalam
program studi ekonomi syariah semester V ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman pembaca khususnya untuk diri kami sendiri, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Dayun, 21 Februari 2023

Penyuusn

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia ...............................3
B.Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Di Indonesia ............4
C.Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah ........................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................11
B. Saran ......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan lembaga keuangan syariah merupakan sistem yang telah
lama diharapkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama umat Islam
Indonesia. Umat Islam Indonesia merindukan layanan jasa keuangan dan
perbankan yang sesuai dengan syariat Islam, khususnya berkaitan dengan
pelanggaran praktik riba, jauh dari kegiatan yang spekulatif yang serupa dengan
perjudian, ketidakjelasan, pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi, serta
keharusan penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis
dan benar secara syariah.

Lembaga keuangan, sebagaimana halnya suatu lembaga atau institusi,


pada hakekatnya berada di tengah-tengah masyarakat. Lembaga yang
merupakan organ masyarakat merupakan sesuatu yang keberadaanya untuk
memenuhi tugas sosial dan kebutuhan khusus masyarakat. Berbagai jenis
lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat masing-masing mempunyai tugas
sendiri sesuai dengan maksud dan tujuan dari tiap lembaga yang bersangkutan1

Perbankan syariah merupakan institusi / lembaga keuangan yang tumbuh


dan berkembang di Indonesia sejak 16 tahun yang lalu diawali dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Perkembangan bank syariah diikuti
dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di luar struktur perbankan,
antara lain Asuransi Takaful, Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, dan
Baitul Maal wat Tamwil ( BMT). Perkembangan bank syariah pada tiga tahun
terakhir ini relatif sangat cepat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, baik
indikator keuangan,seperti jumlah aktiva, dana pihak ketiga, volume
pembiayaan, maupun dilihat dari kelembagaan, dan jaringan kantor bank.

1
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001
hal. 4

1
Maka dari itu kami susunlah makalah ini yang akan mengkaji
bagaimana Perbankan Syariah di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Dasar hukum perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana Kebijakan pengembangan perbankan syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Konversi bank konvensional menjadi bank syariah?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana hukum perbankan di indonesia.


2. Bagaimana kebijakan pengembangan syariah di indonesia.
3. Mengapa konversi bank konvensional menjadi bank syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia


Peraturan yang mengatur mengenai bank syariah di Indonesia pertama
kali adalah UU No. 7 Tahun 1992. Bank syariah pada masa ini masih berbentuk
bank pengkreditan rakyat. Yang membedakan adalah, bahwa bank pengkreditan
rakyat yang satu ini menjalankan asas-asas serta prinsip-prinsip bagi hasil yang
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Prinsip
bagi hasil dalam hal ini disinyalir memiliki kesamaan dengan prinsip syariah.2

UU No 7 Tahun 1992, PP No 72 tahun 1992 dan beberapa Surat Edaran


Bank Indonesia ( SEBI ) telah mulai mengatur tentang bank syariah walaupun
tidak menggunakan istlah bank syariah akan tetapi menggunakan istilah ” bank
berdasarkan prinsip bagi hasil ”.3

Enam tahun selanjutnya, melalui UU No. 10 tahun 1998, dilakukan


penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan sebelumnya. Pada
landasan hukum yang satu ini, diberikan penjelasan yang terelaborasi mengenai
pengertian serta prinsip-prinsip bank syariah itu sendiri. Peraturan perundangan
ini pula lah yang telah menjadi cikal-bakal landasan hukum syariah yang cukup
kuat.

Pemberlakuan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 15 ini merupakan


momen pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Undang-undang tersebut
membuka kesempatan untuk pengembangan jaringan perbankan syariah, antara
lain melalui izin pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS) oleh bank

2
Artikel Shiafiec, “Landasan Hukum Bank Syariah Yang Wajib Di Ketahui”,
https://shafiec.unu-jogja.ac.id (Senin, 20 Februari 2023, 20.17)
3
Neni Sri Imaniyati, “Perkembangan Regylasi Perbankan Syariah Di Indonesia: Peluang Dan
Tantangan”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol.11 No. 1 (2009), H. 25.

3
konvensional. Dengan kata lain, bank konvensional dapat melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah.4

Setelah melalui proses yang cukup panjang, tanggal 7 Mei 2008 DPR
telah mensahkan UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Peraturan
perundangan yang satu ini, berupaya memberikan penjelasan komprehensif
mengenai operasional bank syariah. Di dalamnya secara jelas diatur mengenai
jenis-jenis usaha, ketentuan dalam melaksanakan prinsip syariah, penyaluran
dana, kelayakan dalam berusaha, serta beberapa hal yang harus dihindari oleh
sebuah Bank Syariah.

B. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah


Tiga pilar arah pengembangan ini merupakan langkah strategis OJK dalam
menyelaraskan arah pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, khususnya
pada sektor industri jasa keuangan syariah di bidang perbankan syariah. dengan
beberapa inisiatif strategis di dalamnya, yang terdiri dari:5
1. Penguatan Identitas Perbankan Syariah
a. Memperkuat Nilai-Nilai Syariah
Sebagai identitas perbankan syariah yang paling dasar,
nilai-nilai syariah merupakan sesuatu yang harus diterapkan
dalam seluruh aspek perbankan syariah, baik dari sisi operasional
maupun sumber daya manusianya. Penerapan nilai-nilai syariah
yang lebih menyeluruh akan menjadikan identitas perbankan
syariah yang lebih berintegritas, profesional, dan disiplin di mata
masyarakat yang saat ini semakin memiliki kesadaran
menjalankan agama dengan baik.
Nilai syariah tidak hanya harus diterapkan dalam
operasional perbankan syariah tetapi juga harus tertanam pada
seluruh pegawai perbankan syariah sebagai norma sosial yang
harus dipenuhi. Nilai syariah tersebut juga perlu terlihat dalam
pelayanan kepada nasabah agar nasabah memiliki customer
4
Ibid.H. 27
5
RoadMap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia;OJK

4
experience yang baik terhadap penerapan prinsip syariah dalam
perbankan syariah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan
nilai syariah kepada pegawai adalahdengan menyusun kode etik
bankir syariah sebagai dasar pola aturan, tata cara, dan pedoman
etis dalam melakukan pekerjaan sebagai bankir syariah. Selain
itu, bankir syariah juga harus meningkatkan kompetensi dan
profesionalitasnya melalui penerapan sertifikasi kompetensi
bankir syariah.
Monitoring dan evaluasi berkala atas penerapan kode etik
dan standar kompetensi juga sangat diperlukan agar
penerapannya dapat berjalan dengan efektif
b. Mengembangkan Keunikan Produk Syariah Yang Berdaya
Saing Tinggi.
OJK akan mendorong perbankan syariah untuk terus
menciptakan produk baru yang memiliki ke-khas-an syariah
sebagai bentuk diferensiasi model bisnis perbankan syariah di
industri perbankan. Produk perbankan syariah yang unik, unggul,
dan tidak dapat diterapkan pada perbankan konvensional
merupakan suatukeunggulan yang harus dimanfaatkan oleh
perbankan syariah.
Paradigma pengembangan produk yang inovatif dan
kreatif merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki
oleh pelaku industri maupun regulator untuk menciptakan produk
yang unik sehingga dapat menjadi pilihan utama masyarakat.
c. Memperkuat Permodalan Dan Efisiensi
Dalam rangka meningkatkan daya saing perbankan
syariah, penguatan permodalan diperlukan untuk meningkatkan
kapasitas perbankan syariah dalam mengembangkan usahanya
dan menghadapi tantangan dan peluangindustri seperti disrupsi
digital dan pengembangan industri halal. Perbaikan efisiensi
operasional perbankan syariah juga diharapkan dapat dicapai

5
untuk meningkatkan daya saing dan menciptakan ruang untuk
dapat berekspansi.
d. Mendorong Digitalisasi Perbankan Syariah
Perkembangan teknologi yang semakin cepat dan dunia
yang semakin borderless, menuntut perbankan syariah untuk
selalu mengembangkan infrastruktur teknologinya agar dapat
melayani nasabahnya dengan lebih cepat, lebih nyaman, danlebih
baik. Digitalisasi produk dan layanan untuk mendukung
pelayanan dan operasional perbankan syariah dapat menjadi nilai
tambah bagi nasabah dalam berinteraksi dengan perbankan
syariah.
2. Sinergi Ekosistem Ekonomi Syariah
a. Sinergi Dengan Industri Halal
Perkembangan industri halal semakin pesat baik secara
global maupun nasional. Beberapa publikasi internasional pun
telah menyoroti sektor-sektor halal yang semakin berkembang di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, saat ini perhatian
pemerintah semakin besar terhadapindustri halal termasuk sektor
ekonomi dan keuangan di dalamnya. Untuk itu, perbankan
syariah harus memanfaatkan momentum ini dengan berkontribusi
secara optimal dalam pengembangan industri halal di Indonesia.
b. Sinergi Antar Lembaga Keuangan Syariah
Perbankan syariah tidak dapat bergerak sendiri dalam
pengembangan keuangan syariah di Indonesia, maka perlu
dilakukan sinergi dengan sektor pasar modal syariah dan juga
lembaga keuangan non bank syariah termasuk perusahaanfintech
didalamnya. Sinergi perbankan syariah dengan lembaga
keuangan syariah lainnya dapat menjadi jalan untuk memperluas
akses layanan perbankan syariah dan mendorong bank syariah
untuk lebih aktif dalam aktivitas lembaga keuangan syariah lain.
c. Sinergi Dengan Lembaga Keuangan Sosial Islam

6
Berdasarkan laporan CAF World GIving Index 2019,
Indonesia tercatat sebagai negara ke-10 dunia yang memiliki
tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Hal ini merupakan peluang
yang sangat baik bagi bank syariah untuk bisa berperan lebih
dalam pembangunan sosial di Indonesia. Saat ini banksyariah
diharapkan untuk dapat lebih mengoptimalkan fungsi sosialnya
disamping memperhatikan fungsi komersial. Salah satunya
adalah dengan mengoptimalkan peran bank syariah pada
pengelolaan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF).
d. Sinergi Dengan Kementrian Dan Lembaga
Dalam rangka pengembangan perbankan syariah dalam
ekosistem ekonomi syariah, perlu dilakukan sinergi dengan
berbagai kementerian dan lembaga agar dapat melibatkan
perbankan syariah pada setiap program kerja strategisyang akan
dan sedang dilakukan maupun aktivitas keuangan lainnya. Hal ini
tentunya akan meningkatkan peran perbankan syariah dalam
pembangunan ekonomi nasional dan keuangan inklusif untuk
penduduk Indonesia.
e. Meningkatkan Awarnesess Masyarakat Dalam Kerangka
Ekosistem Ekonomi Syariah.
Awareness masyarakat mengenai perbankan syariah harus
terus ditingkatkan untuk memperluas basis nasabah dan
membangun pemahaman masyarakat mengenai perbankan
syariah. Strategi peningkatan tingkat inklusi dan literasi tidak
akanoptimal apabila hanya dilakukan oleh masing-masing sektor.
Untuk itu, keterlibatan seluruh stakeholder ekosistem ekonomi
dan keuangan syariah merupakan hal yang penting dalam
memaksimalkan dampak literasi perbankan syariah.
3. Pengaturan Perizinan, Pengaturan, dan Pengawasan
a. Akselerasi Proses Perizinan Melalui Adopsi Teknologi
Transformasi menuju perbankan syariah yang memiliki
diferensiasi produk, permodalan yang kuat, dan tata kelola yang

7
baik, tentunya memerlukan banyak perubahan dalam proses
bisnis, pengelolaan organisasi, maupun permodalan. Inovasi
model bisnis dan produk akan semakin intensif untuk
bisamemberikan nilai tambah dan keunikan perbankan syariah di
masyarakat. Untuk itu, OJK akan mendukung dengan proses
perizinan yang lebih cepat dan responsif agar dapat mengikuti
berbagai dinamika yang terjadi dengan tetap menjaga tata kelola
kelembagaan yang baik.
b. Mengembagkan Pengaturan Yang Kredibel Dan Adaptif
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan industri
perbankan syariah yang secara signifikan memberikan kontribusi
terhadap perekonomian nasional, OJK memiliki peran yang
penting dalam menyediakan pengaturan yang kredibel dan adaptif
bagi industri perbankan syariah. Perkembangan teknologi dan
dunia usahayang semakin dinamis menuntut industri perbankan
syariah untuk lebih agile dalam menghadapi perubahan. Untuk itu
diperlukan pengaturan yang dapat mendukung pengembangan
perbankan syariah di tengah potensi disrupsi yang akan terjadi
dengan tetap menjaga stabilitas dan ketahanannya.
c. Meningkatkan Efektivitas Pengawasan
Pengawasan berbasis teknologi atau yang dikenal dengan
supervisory technology merupakan agenda utama OJK untuk
mengembangkan pengawasan perbankan. Penguatan pengawasan
berbasis Teknologi Informasi ini juga sejalan dengan
perkembangan inovasi produk dan layanan keuangan di
perbankan syariah yang semakinkompleks sehingga
membutuhkan pola pengawasan yang lebih responsif untuk
mengantisipasi potensi permasalahan yang dapat mengganggu
kesehatan bank. Untuk itu, OJK akan terus berupaya
memanfaatkan teknologi informasi terkini dalam upaya
meningkatkan efektivitas pengawasan.

8
C. Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah
Pembentukan bank syariah melalui mekanisme konversi merupakan
proses transformasi secara legal formil bank konvensional menjadi bank
syariah.6 Konversi bank konvensional menjadi bank syariah dipandang
merupakan mekanisme yang didasari oleh prosedur dan regulasi perbankan
secara komprehensif.7 Penerapan kebijakan konversi berimplikasi pada
kewenangan bank untuk mendesain dan menjalankan layanan keuangan sesuai
prinsip-prinsip syariah dan secara konsisten berkewajiban melakukan
pengelolaan bank sesuai regulasi perbankan.8 Kebijakan konversi perbankan
tidak hanya berkenaan dengan aspek legal formil, tetapi juga terkait mekanisme
pengawasan dan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari tata kelola
perusahaan (corporate governance), operasional bank, struktur dan kinerja
keuangan, dan sumber daya manusia.

Bank umum Konvensional yang ingin mengubah kegiatan usahanya


menjadi bank yang berdasarkan prinsip syariah harus memenuhi ketentuan
yang terdapat pada PBI Nomor.09/7/PBI/2007 jo PBI No.8/3/PBI/2006,
yaitu harus dengan izin dari Dewan Gubernur Bank Indonesia. Dengan
mencantumkan rencana perubahan tersebut dalam bisnis bank. Pemberian
izin tersebut dilakukan dalam 2 tahapyaitu persetujuan perubahan kegiatan
usaha dan persetujuan prinsip.

Pada tahun 2008 muncul trend baru pembentukan bank syariah


melalui mekanisme akuisisi dan konversi bank konvensional menjadi
bank syariah. Implementasimya dapat dilakukan melalui 3 (tiga) tahap yaitu:9

6
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, cet. 1 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2010), hal. 420.
7
Khotibul Umam, dan Veri Antoni, Corporate Action Pembentukan Bank Syariah (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2018), hal. 6.
8
Zarina Shafii et al, “Obstacles and Motivation Behind Conversion of Conventional banks to
Islamic Banks: An Overview,” International Review of Management and Business Research 5, No. 3
(2016a), hal. 1024.
9
Abdul Ghofur Anshori, Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi Dan Konversi (UUI
Press, Yogyakarta: 2010), hal. 1.

9
1. Bank umum konvensional yang telah memiliki UUS (unit usaha
syariah) mengakuisisi bank yang relatif kecil kemudian
mengkonversikannya menjadi syariah dan melepaskan serta menggabungkan
UUS dengan bank yang baru dikonversikan tersebut.

2. Bank umum Konvensional yang belum memiliki UUS, mengakuisisi


bank yang relatif kecil dan mengkonversikannya menjadi Syariah.
3. Bank umum Konvensional melakukan pemisahan (spin-off) UUS
dan dijadikan bank umum syariah tersendiri.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dasar Hukum Perbankan Syariah Indonesia saat ini adalah UU No 21 Tahun
2008
2. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah:
a. Penguatan Identitas Perbankan Syariah
1) Memperkuat Nilai-Nilai Syariah
2) Mengembangkan Keunikan Produk Syariah Yang Berdaya Saing
Tinggi.
3) Memperkuat Permodalan Dan Efisiensi
4) Mendorong Digitalisasi Perbankan Syariah
b. Sinergi Ekosistem Ekonomi Syariah
1) Sinergi Dengan Industri Halal
2) Sinergi Antar Lembaga Keuangan Syariah
3) Sinergi Dengan Lembaga Keuangan Sosial Islam
4) Sinergi Dengan Kementrian Dan Lembaga
5) Meningkatkan Awarnesess Masyarakat Dalam Kerangka
Ekosistem Ekonomi Syariah.
c. Pengaturan Perizinan, Pengaturan, dan Pengawasan
1) Akselerasi Proses Perizinan Melalui Adopsi Teknologi
2) Mengembagkan Pengaturan Yang Kredibel Dan Adaptif
3) Meningkatkan Efektivitas Pengawasan
3. Bank umum Konvensional yang ingin mengubah kegiatan usahanya
menjadi bank yang berdasarkan prinsip syariah harus memenuhi
ketentuan yang terdapat pada PBI Nomor.09/7/PBI/2007 jo PBI
No.8/3/PBI/2006, yaitu harus dengan izin dari Dewan Gubernur Bank
Indonesia. Dengan mencantumkan rencana perubahan tersebut
dalam bisnis bank.

d. Kritik dan Saran

11
Bank Syariah dalam penerapannya kurang lebih sudah banyak
memberikan perubahan pada perekonomian Indonesia. Namun
persentase nya masih sedikit, jika dibandingan dengan jumlah penduduk
Indoneisa yang mayoritasnya adalah pemeluk agama Islam. Sudah
seharusnya kita sebagai muslim harus bersama sama memnyongsong
perekonomian yang berlandaskan syariah bukan hanya mengejar
profitabilitas dunia semata

Dalam Penyususnan makalah kami ini, kami merasa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan. Maka sekiranya pembaca dapat
memberikan saran baik terhadap isi maupun structural penulisan
makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Ghofur .2010. Pembentukan Bank Syariah Melalui Akuisisi Dan
Konversi . Yogyakarta: UUI Press

Artikel Shiafiec, “Landasan Hukum Bank Syariah Yang Wajib Di Ketahui”,


https://shafiec.unu-jogja.ac.id (Senin, 20 Februari 2023, 20.17)

Hartanto, Sri Redjeki. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar
Grafika

Imayanti, Neni Sri. 2009. Perkembangan Regylasi Perbankan Syariah Di Indonesia:


Peluang Dan Tantangan. Jurnal Ilmu Hukum, Vol.11 No. 1

Khotibul Umam, dan Veri Antoni,. 2018. Corporate Action Pembentukan Bank
Syariah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

RoadMap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia;OJK

Shafi, Zarina et al. 2016. Obstacles and Motivation Behind Conversion of Conventional
banks to Islamic Banks: An Overview International Review of Management and Business
Research

Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah, cet. 1. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

13

Anda mungkin juga menyukai