PEMBAHASAN
A. Pengertian Perusahaan
Rumusan tentang perusahaan awalnya dijabarkan dalam penjelasan
Undang-Undang (Memorie van Toelichting) dan pendapat para ahli.
Dalam penjelasan pembentuk Undang-Undang disebutkan perusahaan
adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus,
terang-terangan, dalam kedudukan tertentu mencari laba.
Molengraaff mengemukakan perusahaan adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus bertindak keluar
mendapatkan penghasilan, memperdagangkan barang, menyerahkan
barang, mengadakan perjanjian perdagangan.1
Pengertian perusahaan menurut Molengraaff tidak menekankan
perusahaan sebagai sebuah badan usaha, melainkan hanya menyebutkan
perusahaan sebagai sebuah kegiatan atau hanya terkhusus pada jenis usaha
saja. Walaupun dalam pengertian tersebut telah memiliki aspek hukum
perusahaan yaitu berupa perjanjian dengan pihak lain.
Sedangkan pengertian perusahaan menurut Polak berpendapat
bahwa suatu perusahaan baru ada apabila sebelumnya
memperhitungkanterlebih dahulu menegenai rugi dan labanya serta
mencatatnya kedalam suatu pembukuan.2
Defenisi mengenai perusahaan secara jelas menurut hukum untuk
pertama kali dirumuskan di dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yang ditentukan
sebagai berikut: Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan
setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan,
1
Abdul R. Salaiman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 90
2
Sutantya R. Hadhiusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal. 4.
bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.3
Selain itu, terdapat juga defenisi perusahaan menurut Pasal 1 butir
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
yang berbunyi: “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan
dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang
didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia”.4
Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan bahwa:
1. Perusahaan ialah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,
baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja
atau buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Perusahaan adalah usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.5
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 Pasal 1 Butir 1
5
Undang-Undang Ketenagakerjaan 2003 (UU No.13 Th.2003)
(person) yang antara lain mempunyai hak dan kewajiban. Badan Hukum
sebagai subjek hukum mencakup halhal seperti: - sebagai suatu
perkumpulan orang (organisasi usaha) - dapat melakukan perbuatan
hukum dalam hubungan-hubungan hukum - mempunyai harta kekayaan
tersendiri - mempunyai pengurus - mempunyai hak dan kewajiban - dapat
menggugat dan digugat di depan pengadilan.6
Beberapa badan usaha berbentuk badan hukum antara lain:
1. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan terbatas atau sering pula disebut dengan
Naamloze Vennootschap (NV), adalah suatu persekutuan untuk
menjalankan perusahaan yang mempunyai modal usaha yang
terbagi atas beberapa saham, di mana tiap sekutu/persero turut
mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Di sini para
pemegang saham bertanggung jawab terbatas terhadap hutang-
hutang perusahaan sebesar modal yang disetorkan. Kekayaan PT
terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pemegang saham.
Kepada para pemegang saham hanya dibayarkan deviden jikaPT
mendapatkan laba. Untuk mendirikan sutu PT diperlukan adanya
Akte Notaris yang memuat antara lain : Nama PT, Modal PT, dan
sebagainya.7
Penggunaan istilah Perseroan Terbatas yang kemudian
disingkat menjadi “PT” tidak dapat ditelusuri asal muasalnya.
Istilah tersebut menjadi baku di dalam masyarakat, bahkan
kemudian dibakukan di dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang diganti dengan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Istilah Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari dua kata, yaitu
perseroan dan terbatas. Kata “perseroan” merujuk pada modal PT
6
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 33
7
Murti sumarni dan John Soeprihanto, Pengantar Bisnis… hal. 35
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan kata
“terbatas” merujuk pada tanggung jawab pemegang saham yang
luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang
dimilikinya.8
2. Koperasi
Menurut asal katanya, koperasi berarti bekerja bersama-
sama, dari kata ko dan operasi. Jadi koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang untuk mengadakan kerjasama, bukanlah
merupakan konsentrasi modal. Berdasarkan undang-undang pokok
perekonomian nomor 12 tahun 1967 ( disahkan tanggal 18
desember 1967). Koperasi Indonesia diartikan sebagai: Organisasi
ekonomi rakyat yang berwatak social, beranggotakan orang-orang
atau badan-badan hokum. Koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas azaz
kekeluargaan dan kegotong-royongan. Selanjutnya dalam undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa fungsi koperasi Indonesia
adalah:
a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi
kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasi ekonomi nasional.
c. Sebagai salah satu uarat nadi perekonomian bangsa
Indonesia
d. Alat Pembina insan masyarakat untuk memperkokoh
kedudukan ekonomi bagsa Indonesia, serta dalam megatur
tata laksana perekonomian rakyat.9
5. Yayasan
Dalam bahasa Belanda disebut “stichting”. Yayasan ini
dijumpai apabila terdapat suatu harta modal yang dipisahkan dan
disediakan untuk maksudmaksud tertentu. Sedangkan maksud atau
tujuan dari yayasan adalah suatu tujuan ideal. dalam lapangan
keagamaan, ilmu pengetahuan, kesosialan dan lain sebagainya.
Perbedaannya dengan perkumpulan zedelijke lichamen adalah,
bahwa yayasan tidak mempunyai keanggotaan, karena yayasan ini
terjadi dengan memisahkan suatu harta kekayaan berupa uang atau
benda lain untuk maksud ideal itu. Padahal oleh pendirinya (bisa
pemerintah atau orang sipil) dianggap sebagai penghibahan dan
dibentuklah suatu pengurus untuk mengatur pelaksanaan menuju
ke tujuan ideal itu. Dalam hukum Islam bentuk yayasan ini lebih
familiar dengan sebutan wakaf. Pengaturan tentang pendirian,
pengurus, pengawas dan pembina dari yayasan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan
12
Ibid
perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
(selanjutnya disebut dengan singkatan UU Yayasan).13
13
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 22-23
14
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 67
15
Pasal 1618 KUH Perdata
maatschap itu, sehingga memberi kesimpulan bahwa badan ini
bukanlah badan hokum.16
2. Firma
Apabila dalam maatschap tekanan kerjasama masih
diletakkan kepada “maat” yang berarti teman, kawan, sekutu,
sehingga faktor individu masih memegang peranan, maka kini kita
sudah meningkat pada bentuk kerjasamanya itu sendiri. Yaitu
hubungan antara mereka yang mengadakan kerja sama. yang
berbeda dengan maatschap dalam bentuk firma yang ditonjolkan
adalah kesatuan dari kerjasama itu, dimana kesatuan itu lebih
memegang peranan dari pada individunya sendiri.17
Keberadaan firma (Fa) sebagai salah satu bentuk badan
usaha, diatur dalam Pasal 16 s/d Pasal 35 KUHD. Pengertian Firma
secara sederhana dijelaskan dalam Pasal 16 KUHD, yaitu : “Firma
adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama”.
Masing-masing anggota dari suatu peseroan atau dalam
bahasa Belanda dipergunakan sebutan hukum “vennootschap onder
firma” yang artinya persekutuan atau peseroan berada dibawah
naungan firma. Pengertian ini diperlukan untuk dapat menyelami
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
maka mengandung konsekuensi hukum, bahwa didirikannya firma,
maka modal, atau aset, yang telah dimasukkan dalam firma oleh
pendiri firma, jika firma bubar tidak secara otomatis modal yang
telah dimasukkan kembali menjadi milik pribadi para pendiri
firma. Sebagaimana dikemukakan dalam Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 178K/Sip/1974 tanggal 21
Desember 1976, harta kekayaan firma yang telah bubar tidak dapat
16
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 25
17
M. Natzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I (Perorangan), (Bandung: Alumni,
1987), hlm. 25
berubah menjadi harta pribadi selama belum diadakan verefening
(penghitungan).18
3. CV (Comanditaire Venootschap)
Perseroan komanditer atau lebih dikenal dengan CV adalah
perseroan dengan setoran uang dibentuk oleh satu atau lebih
anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng di satu pihak
dengan satu atau lebih orang lain sebagai pelepas uang di lain
pihak. Para pelepas uang ini disebut sebagai pesero anggota pasif
(commanditaris/ sleeping partner), tidak bertanggung jawab lebih
dari nilai sahamnya masing-masing. Sedangkan anggota pesero
yang mengurusi sehari-hari CV disebut pesero aktif atau sering
disebut complementaris.19
Bentuk yang ketiga inilah yang terdapat dalam perseroan
komanditer. Hal ini sesuai dengan penegrtian perseroan komanditer
dalam pasal 19 KUHD yaitu: “Perseroan secara melepas uang yang
juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan antara satu orang
atau beberapa pesero yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu
orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Dengan
demikian, bisa terjadi suatu perseroan itu pada suatu ketika yang
sama merupakan perseroan firma terhadap pesero firma di
dalamnya dan merupakan perseroan komanditer terhadap pelepas
uang”.
18
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 30
19
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang Cet. Ke. 3, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008,
hal. 44
D. Wajib Daftar Perusahaan
Ketentuan mengenai wajib daftar perusahaan diatur dalam UU
Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi, diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.
Tujuan diadakannya pendaftaran perusahaan adalah mencatat
bahanbahan, keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan
dan merupakan sumber informasi untuk semua pihak yang berkepentingan
mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang
tercantum dalam daftar perusahaan, dalam rangka menjamin kepastian
berusaha. Oleh karena itu, sifat dari daftar perusahaan ini adalah terbuka
untuk semua pihak yang menginginkan informasi mengenai suatu
perusahaan tertentu.
Daftar perusahaan ini diwajibkan untuk setiap perusahaan, kecuali
bagi perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi
pengusahanya sendiri atau dengan mempekerjakan hanya anggota
keluarganya sendiri yang terdekat, serta tidak memerlukan izin usaha dan
tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan. Pendaftaran
ini wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan
memberikan surat kuasa yang sah.
Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar perusahaan adalah
setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di
wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya kantor cabang,
kantor pembantu, anak perusahaan, serta agen dan perwakilan dari
perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk mengadakan
perjanjian.20
20
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 1.28
Perusahaan-perusahaan yang wajib melakukan pendaftaran perusahaan ini
adalah:
1. Badan hukum, termasuk di dalamnya Koperasi
2. Persekutuan
3. Perorangan
4. Perusahaan lainnya (sesuai dengan perkembangan dunia usaha)
21
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 1.29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. perusahaan adalah semua jenis usaha yang berjalan terus-menerus,
secara terang-terangan terbuka, yang berbadan hukum atau tidak, baik
milik perseorangan atau milik persekutuan dan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan, serta yang memperkerjakan pekerja atau
buruh dengan membayarkan upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Jenis-jenis perusahaan berbadan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi, Perusahaan Daerah dan Perusahaan Umum.
3. Jenis-jenis perusahaan tidak berbadan hokum, yaitu: CV, Firma dan
Persekutuan Perdata.
4. Ketentuan mengenai wajib daftar perusahaan diatur dalam UU Nomor
3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan: Daftar perusahaan
adalah daftar catatan resmi, diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.
B. Kritik
Demikian makalah ini kami buat dengan segenap kemampuan yang kami
punya. Kritik dan saran dari rekan-rekan sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, Sentosa. 2008. Hukum Dagang Cet. Ke. 3. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.