Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perusahaan
Rumusan tentang perusahaan awalnya dijabarkan dalam penjelasan
Undang-Undang (Memorie van Toelichting) dan pendapat para ahli.
Dalam penjelasan pembentuk Undang-Undang disebutkan perusahaan
adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus,
terang-terangan, dalam kedudukan tertentu mencari laba.
Molengraaff mengemukakan perusahaan adalah keseluruhan
perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus bertindak keluar
mendapatkan penghasilan, memperdagangkan barang, menyerahkan
barang, mengadakan perjanjian perdagangan.1
Pengertian perusahaan menurut Molengraaff tidak menekankan
perusahaan sebagai sebuah badan usaha, melainkan hanya menyebutkan
perusahaan sebagai sebuah kegiatan atau hanya terkhusus pada jenis usaha
saja. Walaupun dalam pengertian tersebut telah memiliki aspek hukum
perusahaan yaitu berupa perjanjian dengan pihak lain.
Sedangkan pengertian perusahaan menurut Polak berpendapat
bahwa suatu perusahaan baru ada apabila sebelumnya
memperhitungkanterlebih dahulu menegenai rugi dan labanya serta
mencatatnya kedalam suatu pembukuan.2
Defenisi mengenai perusahaan secara jelas menurut hukum untuk
pertama kali dirumuskan di dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yang ditentukan
sebagai berikut: Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan
setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan,

1
Abdul R. Salaiman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 90
2
Sutantya R. Hadhiusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal. 4.
bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.3
Selain itu, terdapat juga defenisi perusahaan menurut Pasal 1 butir
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
yang berbunyi: “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan memperoleh keuntungan
dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang
didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia”.4
Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan bahwa:
1. Perusahaan ialah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,
baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja
atau buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Perusahaan adalah usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.5

Dengan demikian, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan


bahwa pengertian perusahaan adalah semua jenis usaha yang berjalan
terus-menerus, secara terang-terangan terbuka, yang berbadan hukum atau
tidak, baik milik perseorangan atau milik persekutuan dan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan, serta yang memperkerjakan pekerja atau buruh
dengan membayarkan upah atau imbalan dalam bentuk lain.

B. Jenis-Jennis Perusahaan Berbadan Hukum


Dalam kegiatan perekonomian Indonesia, badan usaha berbentuk
badan hukum banyak digunakan dan dipilih karena karakteristik badan
hukum itu sendiri yaitu sebagai subjek hukum selain orang perorangan

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 Pasal 1 Butir 1
5
Undang-Undang Ketenagakerjaan 2003 (UU No.13 Th.2003)
(person) yang antara lain mempunyai hak dan kewajiban. Badan Hukum
sebagai subjek hukum mencakup halhal seperti: - sebagai suatu
perkumpulan orang (organisasi usaha) - dapat melakukan perbuatan
hukum dalam hubungan-hubungan hukum - mempunyai harta kekayaan
tersendiri - mempunyai pengurus - mempunyai hak dan kewajiban - dapat
menggugat dan digugat di depan pengadilan.6
Beberapa badan usaha berbentuk badan hukum antara lain:
1. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan terbatas atau sering pula disebut dengan
Naamloze Vennootschap (NV), adalah suatu persekutuan untuk
menjalankan perusahaan yang mempunyai modal usaha yang
terbagi atas beberapa saham, di mana tiap sekutu/persero turut
mengambil bagian sebanyak satu atau lebih saham. Di sini para
pemegang saham bertanggung jawab terbatas terhadap hutang-
hutang perusahaan sebesar modal yang disetorkan. Kekayaan PT
terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pemegang saham.
Kepada para pemegang saham hanya dibayarkan deviden jikaPT
mendapatkan laba. Untuk mendirikan sutu PT diperlukan adanya
Akte Notaris yang memuat antara lain : Nama PT, Modal PT, dan
sebagainya.7
Penggunaan istilah Perseroan Terbatas yang kemudian
disingkat menjadi “PT” tidak dapat ditelusuri asal muasalnya.
Istilah tersebut menjadi baku di dalam masyarakat, bahkan
kemudian dibakukan di dalam berbagai peraturan perundang-
undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas yang diganti dengan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Istilah Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari dua kata, yaitu
perseroan dan terbatas. Kata “perseroan” merujuk pada modal PT
6
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 33
7
Murti sumarni dan John Soeprihanto, Pengantar Bisnis… hal. 35
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan kata
“terbatas” merujuk pada tanggung jawab pemegang saham yang
luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang
dimilikinya.8
2. Koperasi
Menurut asal katanya, koperasi berarti bekerja bersama-
sama, dari kata ko dan operasi. Jadi koperasi merupakan
perkumpulan orang-orang untuk mengadakan kerjasama, bukanlah
merupakan konsentrasi modal. Berdasarkan undang-undang pokok
perekonomian nomor 12 tahun 1967 ( disahkan tanggal 18
desember 1967). Koperasi Indonesia diartikan sebagai: Organisasi
ekonomi rakyat yang berwatak social, beranggotakan orang-orang
atau badan-badan hokum. Koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas azaz
kekeluargaan dan kegotong-royongan. Selanjutnya dalam undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa fungsi koperasi Indonesia
adalah:
a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi
kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasi ekonomi nasional.
c. Sebagai salah satu uarat nadi perekonomian bangsa
Indonesia
d. Alat Pembina insan masyarakat untuk memperkokoh
kedudukan ekonomi bagsa Indonesia, serta dalam megatur
tata laksana perekonomian rakyat.9

3. Perusahaan Umum (Perum)


Tujuan dari PERUM juga mencari keuntungan, tetapi
kesejahteraan masyarakat tidak boleh diabaikan. PERUM diatur
8
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 34
9
Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern, hal. 66
dalam Instruksi Presiden RI No.17 tanggal 26 Desember 1967,
yang menyatakan bahwa kegiatan usaha dari PERUM terutama
ditujukan untuk melayani kepentingan umum; bidang usahanya
biasanya disebut juga jasa vital (Public Utilities). Pihak swasta
diperbolehkan menanamkan modalnya pada PERUM meskipun
seluruh modal PERUM dimiliki oleh Pemerintah. PERUM
dipimpin oleh suatu direksi yang bertanggung jawab atas segala
hubungan hukum dengan pihak lain dan diatur menurut hukum
perdata.10
Perum bertujuan mencari keuntungan, tetapi tidak
mengabaikan kesejahteraan masyarakat. Dalam instruksi Presiden
Republik Indonesia nomor 17 tanggal 28 desember tahun 1967
dinyatakan dinyatakan bahwa kegiatan usaha perum terutama
ditunjukan untuk melayani kepentingan umum baik kepentingan di
bidang produksi, distribusi maupun konsumsi tanpa mengabaikan
prinsip-prinsip efisiensi. Bidang-bidang usaha yang dilakukannya
biasanya berupa jasa-jasa vital (public utilities). Direksi yang
memimpin perum bertanggung jawab atas segala hubungan hukum
dengan pihak lain, diatur menurut hukum perdata. Tututan-tuntutan
hukum dari pihak luar ditujukan kepada perusahaan. Sebab perum
mempunyai status sebagai badan hukum. Semua kegiatan,
hubungan dan tata laksana organisasi diatur secara khusus yang
tidak terlepas dari peraturan tentang pembentukan Perusahaan
Negara tersebut.11
4. Perushaan Daerah
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modal atau
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah, dimana kekayaan
perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara. Tujuan PD ini adalah
mencari keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk
10
Murti Sumarni dan John Soeprihanto, Pengantar Bisnis…. h. 30
11
Nurul Ihsan, “Tinjauan Mengenai Bentuk Bentuk Perusahaan Dalam Konsep Ekonomi
Konvensional dan Fiqh Islam”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3 No.1 (April, 2013), hal. 180
membangun daerahnya. Kepengurusan PD tidak lagi dilakukan
oleh Badan Pimpinan Perusahaan-Perusahaan Daerah
(BAPIPPDA), tetapi diserahkan kepada Gubernur/Kepala Daerah.
Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
no.18/1969. Perusahaan daerah adalah perusahaan yang saham-
sahamnya dimilki oleh pemerintahan daerah. Perusahaan daerah
bertujuan mencari keuntungan yang nantinya dapat dipakai untuk
pembagunan daerah.Sesuai dengan surat keputusan menteri dalam
negeri nomor 18 tahun 1969, pengurus perusahaan-perusahaan
daerah tidak lagi dilakukan oleh badan pimpinan perusahaan-
perusahaan daerah (BAPIPPDA). Pengurusan selanjutnya
diserahkan kepada gubernur/kepala daerah. Contohnya perusahaan
daerah antara lain: purosari, PD Percetakan Radya Indria.12

5. Yayasan
Dalam bahasa Belanda disebut “stichting”. Yayasan ini
dijumpai apabila terdapat suatu harta modal yang dipisahkan dan
disediakan untuk maksudmaksud tertentu. Sedangkan maksud atau
tujuan dari yayasan adalah suatu tujuan ideal. dalam lapangan
keagamaan, ilmu pengetahuan, kesosialan dan lain sebagainya.
Perbedaannya dengan perkumpulan zedelijke lichamen adalah,
bahwa yayasan tidak mempunyai keanggotaan, karena yayasan ini
terjadi dengan memisahkan suatu harta kekayaan berupa uang atau
benda lain untuk maksud ideal itu. Padahal oleh pendirinya (bisa
pemerintah atau orang sipil) dianggap sebagai penghibahan dan
dibentuklah suatu pengurus untuk mengatur pelaksanaan menuju
ke tujuan ideal itu. Dalam hukum Islam bentuk yayasan ini lebih
familiar dengan sebutan wakaf. Pengaturan tentang pendirian,
pengurus, pengawas dan pembina dari yayasan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

12
Ibid
perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
(selanjutnya disebut dengan singkatan UU Yayasan).13

C. Jenis-Jenis Perusahaan Tidak Berbadan Hukum


Mengenai istilah badan usaha yang bukan badan hukum ini
menurut Chaidir Ali; yakni yang menjadi subyek hukum badan usaha yang
bukan badan hukum ialah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi
bukan badan usaha itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak
dapat menjadi subyek hukum.14
Pada badan usaha ini harta perusahaan bersatu dengan harta pribadi
para pengurus/anggotanya. Akibatnya, kalau perusahaannya pailit, harta
pribadi pengurus/ anggotanya ikut tersita selain harta perusahaannya.Jenis-
jenis badan usaha yang bukan badan hukum yaitu:
1. Persekutuan Perdata
Keberadaan persekutuan perdata (Maatschap) sebagai
badan usaha diatur dalam Pasal 1618 – 1652 KUH Perdata. Pasal
1618 KUH Perdata menjelaskan : “Persekutuan perdata adalah
suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan
diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang
diperoleh karenanya.”15
Maatschap bukanlah suatu badan hukum yang mana
ketentuan ini tidak tercantum dalam perundang-undangan namun
dan struktur serta bentuk kerja-sama yang terlihat apabila salah
seorang peserta keluar, meninggal dunia, jatuh pailit atau dalam
keadaan “curatele”. Dan adanya peralihan peserta yang tidak
dimungkinkan, dapat disimpulkan adanya sifat perorangan dalam

13
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 22-23
14
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 67
15
Pasal 1618 KUH Perdata
maatschap itu, sehingga memberi kesimpulan bahwa badan ini
bukanlah badan hokum.16
2. Firma
Apabila dalam maatschap tekanan kerjasama masih
diletakkan kepada “maat” yang berarti teman, kawan, sekutu,
sehingga faktor individu masih memegang peranan, maka kini kita
sudah meningkat pada bentuk kerjasamanya itu sendiri. Yaitu
hubungan antara mereka yang mengadakan kerja sama. yang
berbeda dengan maatschap dalam bentuk firma yang ditonjolkan
adalah kesatuan dari kerjasama itu, dimana kesatuan itu lebih
memegang peranan dari pada individunya sendiri.17
Keberadaan firma (Fa) sebagai salah satu bentuk badan
usaha, diatur dalam Pasal 16 s/d Pasal 35 KUHD. Pengertian Firma
secara sederhana dijelaskan dalam Pasal 16 KUHD, yaitu : “Firma
adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama”.
Masing-masing anggota dari suatu peseroan atau dalam
bahasa Belanda dipergunakan sebutan hukum “vennootschap onder
firma” yang artinya persekutuan atau peseroan berada dibawah
naungan firma. Pengertian ini diperlukan untuk dapat menyelami
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
maka mengandung konsekuensi hukum, bahwa didirikannya firma,
maka modal, atau aset, yang telah dimasukkan dalam firma oleh
pendiri firma, jika firma bubar tidak secara otomatis modal yang
telah dimasukkan kembali menjadi milik pribadi para pendiri
firma. Sebagaimana dikemukakan dalam Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 178K/Sip/1974 tanggal 21
Desember 1976, harta kekayaan firma yang telah bubar tidak dapat
16
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 25
17
M. Natzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I (Perorangan), (Bandung: Alumni,
1987), hlm. 25
berubah menjadi harta pribadi selama belum diadakan verefening
(penghitungan).18
3. CV (Comanditaire Venootschap)
Perseroan komanditer atau lebih dikenal dengan CV adalah
perseroan dengan setoran uang dibentuk oleh satu atau lebih
anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng di satu pihak
dengan satu atau lebih orang lain sebagai pelepas uang di lain
pihak. Para pelepas uang ini disebut sebagai pesero anggota pasif
(commanditaris/ sleeping partner), tidak bertanggung jawab lebih
dari nilai sahamnya masing-masing. Sedangkan anggota pesero
yang mengurusi sehari-hari CV disebut pesero aktif atau sering
disebut complementaris.19
Bentuk yang ketiga inilah yang terdapat dalam perseroan
komanditer. Hal ini sesuai dengan penegrtian perseroan komanditer
dalam pasal 19 KUHD yaitu: “Perseroan secara melepas uang yang
juga dinamakan perseroan komanditer, didirikan antara satu orang
atau beberapa pesero yang secara tanggung menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu
orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Dengan
demikian, bisa terjadi suatu perseroan itu pada suatu ketika yang
sama merupakan perseroan firma terhadap pesero firma di
dalamnya dan merupakan perseroan komanditer terhadap pelepas
uang”.

18
Martha Eri Safira, Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis) (Ponorogo: CV. Nata Karya,
2017), hal. 30
19
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang Cet. Ke. 3, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2008,
hal. 44
D. Wajib Daftar Perusahaan
Ketentuan mengenai wajib daftar perusahaan diatur dalam UU
Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi, diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.
Tujuan diadakannya pendaftaran perusahaan adalah mencatat
bahanbahan, keterangan yang dibuat secara benar dari suatu perusahaan
dan merupakan sumber informasi untuk semua pihak yang berkepentingan
mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya tentang perusahaan yang
tercantum dalam daftar perusahaan, dalam rangka menjamin kepastian
berusaha. Oleh karena itu, sifat dari daftar perusahaan ini adalah terbuka
untuk semua pihak yang menginginkan informasi mengenai suatu
perusahaan tertentu.
Daftar perusahaan ini diwajibkan untuk setiap perusahaan, kecuali
bagi perusahaan kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi
pengusahanya sendiri atau dengan mempekerjakan hanya anggota
keluarganya sendiri yang terdekat, serta tidak memerlukan izin usaha dan
tidak merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan. Pendaftaran
ini wajib dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan yang
bersangkutan atau dapat diwakilkan kepada orang lain dengan
memberikan surat kuasa yang sah.
Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar perusahaan adalah
setiap perusahaan yang berkedudukan dan menjalankan usahanya di
wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya kantor cabang,
kantor pembantu, anak perusahaan, serta agen dan perwakilan dari
perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk mengadakan
perjanjian.20
20
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 1.28
Perusahaan-perusahaan yang wajib melakukan pendaftaran perusahaan ini
adalah:
1. Badan hukum, termasuk di dalamnya Koperasi
2. Persekutuan
3. Perorangan
4. Perusahaan lainnya (sesuai dengan perkembangan dunia usaha)

Penyelenggaraan daftar perusahaan ini merupakan tanggung jawab


dari Menteri Perdagangan. Menteri Perdagangan menetapkan tempat-
tempat kedudukan dan susunan kantor-kantor pendaftaran perusahaan serta
tata cara penyelenggaraan daftar perusahaan. Dalam praktik, pendaftaran
perusahaan dilakukan di Kantor Wilayah Perdagangan setempat, di mana
perusahaan tersebut berkedudukan.
Secara umum, hal-hal yang wajib didaftarkan oleh sebuah perusahaan
antara lain sebagai berikut:21
1. Nama perusahaan dan merek perusahaan.
2. Tanggal pendirian dan jangka waktu pendirian perusahaan.
3. Kegiatan perusahaan.
4. Izin-izin usaha yang dimiliki.
5. Alamat perusahaan, juga alamat setiap kantor cabang, kantor pembantu,
dan agen, serta perwakilan perusahaan.
6. Identitas pengurus perusahaan.
7. Kepemilikan perusahaan.

21
Nyulistiaowati Suryanti. Dkk., Hukum Perusahaan (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), hal. 1.29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. perusahaan adalah semua jenis usaha yang berjalan terus-menerus,
secara terang-terangan terbuka, yang berbadan hukum atau tidak, baik
milik perseorangan atau milik persekutuan dan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan, serta yang memperkerjakan pekerja atau
buruh dengan membayarkan upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Jenis-jenis perusahaan berbadan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi, Perusahaan Daerah dan Perusahaan Umum.
3. Jenis-jenis perusahaan tidak berbadan hokum, yaitu: CV, Firma dan
Persekutuan Perdata.
4. Ketentuan mengenai wajib daftar perusahaan diatur dalam UU Nomor
3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan: Daftar perusahaan
adalah daftar catatan resmi, diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan
pelaksanaannya dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap
perusahaan, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor
pendaftaran perusahaan.

B. Kritik
Demikian makalah ini kami buat dengan segenap kemampuan yang kami
punya. Kritik dan saran dari rekan-rekan sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadhiusuma, Sutantya R dan Sumantoro. 1991. Pengertian Pokok Hukum


Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Nurul Ihsan, 2013. “Tinjauan Mengenai Bentuk Bentuk Perusahaan Dalam


Konsep Ekonomi Konvensional dan Fiqh Islam”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3
No.1.

Safira, Martha Eri. 2017. Aspek Hukum Dalam Ekonomi (Bisnis).


Ponorogo: CV. Nata Karya.

Said, M. Natzir. 1987. Hukum Perusahaan di Indonesia I (Perorangan).


Bandung: Alumni.

Salaiman, Abdul R. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta:


Kencana.

Sembiring, Sentosa. 2008. Hukum Dagang Cet. Ke. 3. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.

Suryanti, Nyulistiaowati. Dkk.2015. Hukum Perusahaan. Tanggerang


Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai