PENDAHULUAN
dasar diatur dalam pasal 1618 sampai dengan 1652 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPdt).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum?
2. Apa yang dimaksud dengan Usaha Perseorangan?
3. Apa yang dimaksud dengan Persekutuan Perdata (Matschaap)?
4. Apa yang dimaksud dengan Firma?
5. Apa yang dimaksud dengan Comanditer Venootschap (CV)?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum.
2. Untuk mengetahui tentang Usaha Perseorangan.
3. Untuk mengetahui tentang Persekutuan Perdata (Matshaap).
4. Untuk mengetahui tentang Firma.
5. Untuk mengetahui tentang Commanditer Venootschap (CV).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum
Subjek hukum dari badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah
orang-orang yang menjadi anggota/pengurusnya, jadi bukan badan hukum
itu sendiri yang menjadi subjek karena ia bukan subjek hukum, tidak dapat
melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum. Harta perusahaan
pada badan usaha yang tidak berbadan hukum menyatu dengan harta
pribadi pada anggota/pengurusnya. Akibatnya adalah jika suatu saat
perusahaan pailit, maka harta para anggota/pengurusnya ikut tersita juga.2
B. Perusahaan Perseorangan
1
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
23.
2
Zainal Asikin, Wira Pria Suahartana, Pengantar Hukum Perusahaan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), h. 7.
3
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 26.
3
diakui oleh masyarakat sebagai pelaku usaha. Hal ini tampak bahwa
pemerintahpun berupaya untuk mengakui eksistensi jenis usaha ini, dapat
dilihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha
Perdagangan. Dalam pasal 1 ayat (3) disebutkan:
4
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan dan Contoh Kasus, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 89-90.
4
tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 5 Hal-hal yang
diatur antara lain:
5
Zainal Asikin, Wira Pria Suahartana, Pengantar Hukum Perusahaan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 6.
6
Muhamad Sadi Is, Hukum Perusahaan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 162.
5
1. Pendirian
a. Berdasarkan perjanjian para pihak (pasal 1320 KUHPdt).
b. Dapat dilakukan sepakat dengan para sekutu atau dengan lisan
(pasal 1624 KUHPdt).
c. Tiap sekutu wajib menyertakan modal dalam kas persekutuan
berupa uang, benda, atau manajemen (pasal 1619 KUHPdt).
2. Pembagian Keuntungan
a. Sesuai dengan modal.
b. Asas keseimbangan pemasukan.
3. Pengelola
Biasanya pengelolaan persekutuan dijalankan oleh pengurus yang
ditetapkan persekutuan.
4. Berakhirnya Persekutuan
a. Lampaunya waktu.
6
D. Firma
7
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 167.
8
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 42.
8
9
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
43.
10
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 46.
9
11
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
48.
10
Tugas dan tata cara likuidator diatur dalam RUU pasal 49 dan 50,
bahkan dalam pasal 51 ditegaskan bahwa likuidator dapat meminta
kekurangan dari sekutu firma secara seimbang dengan bagian dari masing-
masing persekutuan firma jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi
untuk membayar semua utang persekutuan. Setelah likuidasi dan
pembagian selesai dilakukan, dokumen persekutuan firma yang
berhubungan dengan pemberesan harus disimpan oleh sekutu firma yang
dipilih dengan suara terbanyak dalam persekutuan firma yang dihadiri oleh
semua sekutu atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri apabila tercapai
suara terbanyak.
1. Perseroan umum
2. Didirikan untuk waktu yang tidak terbatas
3. Seolah-olah tidak ada seorang perseropun yang dikecualikan dari hak
bertindak perbuatan hukum dan hak menandatangi untuk firma.
12
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
45.
12
15
Muhamad Sadi Is, Hukum Perusahaan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 173.
16
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press, 2013),
h. 57.
14
1. CV diam-diam
2. CV terang-terangan
3. CV dengan saham
17
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press,
2013), h. 59.
15
18
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press,
2013), h. 63.
16
19
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 87.
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Perusahaan yang tidak berbadan hukum adalah perusahaan yang dimiliki
oleh perusahaan swasta, dapat berupa perusahaan perseorangan ataupun
perusahaan persekutuan.
2. Perusahaan perseorangan adalah usaha yang dilakukan oleh seorang
pengusaha yang dapat dikelola oleh satu orang dengan modal milik
sendiri.
3. Perusahaan persekutuan merupakan kombinasi terorganisisr dari dua orang
atau lebih untuk menjalankan suatu usaha sebagai mitra pemilik atau mitra
pengelola dan dimiliki oleh dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bisnis.
4. Firma adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang
dengan menggunakan nama bersama atau satu nama yang digunakan
bersama-sama.
5. Persekutuan komanditer dalam bahasa Belanda adalah persekutuan firma
yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang atau
tenaga sebagai pemasukan kepada persekutuan (sebagai modal), namun
dia tidak ikut campur dalam pengurusan dan penguasaan persekutuan.
18
DAFTAR PUSTAKA