Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian Indonesia, badan usaha terbanyak adalah


badan usaha berbentuk badan usaha kecil yang pada umumnya merupakan
badan usaha bukan badan hukum. Usaha kecil sebagai bagian integral
dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat mempunyai
kedudukan, potensi, dan peran yang strategis untuk mewujudkan struktur
perekonomian nasional sehingga perlu lebih diberdayakan dalam
memanfaatkan peluang di masa yang akan datang.

Sehubungan dengan itu, maka pada tahun 1995 telah diundangkan


UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kemudian karena
perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan
global, maka pada tahun 2008 diundangkan UU No. 20 tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dikenal dengan UMKM. Dalam
memberdayakan UMKM, seluruh peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan satu
kesatuan yang saling melengkapi. Salah satu materi dari UU UMKM
adalah ketentuan tentang kriteria bagi usaha mikro, kecil, dan menengah
yang menetapkan kekayaan bersih dan hasil penjualan juga ditetapkan
mengenai bentuk wadah usahanya, apakah berbentuk orang perseorangan,
badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan
hukum. Oleh karean itu perlu dilakukan studi tentang badan usaha yang
tidak berbadan hukum.

Adapun bentuk badan usaha yang tidak berbadan hukum seperti


Firma dan Commanditer Venootschap (CV) diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 15 sampai dengan pasal 35.
Maatschap atau Persekutuan Perdata sebagai bentuk badan yang paling
1

dasar diatur dalam pasal 1618 sampai dengan 1652 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPdt).

Di samping itu, bentuk badan sebagai wadah untuk menjalankan


usaha, bentuk usaha yang telah banyak digunakan adalah bentuk usaha
perseorangan yang belum diatur secara khusus dalam peraturan
perundang-undangan. Sehubungan dengan hal itu, pemerintah menyiapkan
suatu rancangan undang-undang yang meliputi pengaturan mengenai
usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, dan perseroan
komanditer.

Oleh karena itu, penulis merasa sangat penting untuk mengetahui


apa itu badan usaha tidak berbadan hukum dan apa saja jenis badan usaha
tidak berbadan hukum serta perbedaan antara badan usaha berbadan
hukum dengan badan usaha tidak berbadan hukum dan mengetahui
tentang keunggulan dan kekurangannya, maka penulis membuat makalah
dengan judul: Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum?
2. Apa yang dimaksud dengan Usaha Perseorangan?
3. Apa yang dimaksud dengan Persekutuan Perdata (Matschaap)?
4. Apa yang dimaksud dengan Firma?
5. Apa yang dimaksud dengan Comanditer Venootschap (CV)?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum.
2. Untuk mengetahui tentang Usaha Perseorangan.
3. Untuk mengetahui tentang Persekutuan Perdata (Matshaap).
4. Untuk mengetahui tentang Firma.
5. Untuk mengetahui tentang Commanditer Venootschap (CV).
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Badan Usaha Tidak Berbadan Hukum

Perusahaan yang tidak berbadan hukum adalah perusahaan yang


dimiliki oleh perusahaan swasta, dapat berupa perusahaan perseorangan
ataupun perusahaan persekutuan.1 Misalnya, Perusahaan Perseorangan,
Persekutuan Perdata (Matschaap), Firma, dan Commanditer Venootschap
(CV). Perusahaan yang tidak berbadan hukum didirikan serta dimiliki oleh
beberapa orang pengusaha secara kerjasama.

Subjek hukum dari badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah
orang-orang yang menjadi anggota/pengurusnya, jadi bukan badan hukum
itu sendiri yang menjadi subjek karena ia bukan subjek hukum, tidak dapat
melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum. Harta perusahaan
pada badan usaha yang tidak berbadan hukum menyatu dengan harta
pribadi pada anggota/pengurusnya. Akibatnya adalah jika suatu saat
perusahaan pailit, maka harta para anggota/pengurusnya ikut tersita juga.2

B. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan adalah usaha yang dilakukan oleh


seorang pengusaha yang dapat dikelola oleh satu orang dengan modal
milik sendiri. Perusahaan perseorangan mempunyai tanggung jawab tidak
terbatas terhadap harta perusahaan. Dalam artian, jika perusahaan
mengalami kerugian, pemiliklah yang harus menanggung seluruh kerugian
tersebut.3

Perusahaan perseorangan belum diatur secara khusus dalam


undang-undang tersendiri, akan tetapi dalam praktiknya diterima dan

1
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
23.
2
Zainal Asikin, Wira Pria Suahartana, Pengantar Hukum Perusahaan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), h. 7.
3
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 26.
3

diakui oleh masyarakat sebagai pelaku usaha. Hal ini tampak bahwa
pemerintahpun berupaya untuk mengakui eksistensi jenis usaha ini, dapat
dilihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha
Perdagangan. Dalam pasal 1 ayat (3) disebutkan:

“Lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat


berbentuk perseorangan atau badan usaha...”
Belum ada standar mengenai prosedur pendirian perusahaan
perseorangan yang harus diikuti, hanya dalam praktik pada umumnya
pendirian perusahaan dagang dibuat dengan akta notaris. Pada umumnya
perusahaan perseorangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:4

1. Modal hanya dimiliki oleh satu orang.


2. Didirikan atas kehendang seorang pengusaha.
3. Keahlian, teknologi, dan manajemen dikelola oleh satu orang.
4. Apabila terlihat banyak orang diperusahaan itu mereka hanyalah
sebagai pembantu.
5. Resiko serta untung-ruginya perusahaan ditanggung oleh satu orang
(pemilik).
6. Proses berdirinya tidak seperti bagaimana perusahaan lainnya yang
memilki banyak prosedur, kecuali surat izin usaha.
7. Wajib untuk membuat catatan keuangan termasuk kewajiban terhadap
pajak dan retribusi.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan


perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dikelola dan diawasi
oleh satu orang dan tidak merupakan suatu badan hukum atau persekutuan.
Disuatu sisi pemilik perusahaan memperoleh semua keuntungan
perusahaan, tetapi jika memperoleh kerugian maka juga akan ditanggung
sendiri. Pengaturan mengenai usaha perseorangan diatur dalam UU No. 20

4
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan dan Contoh Kasus, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 89-90.
4

tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 5 Hal-hal yang
diatur antara lain:

1. Pemilik usaha perseorangan bertanggung jawab secara pribadi dengan


seluruh kekayaannya atas utang usaha perseorangan.
2. Keharusan membuat catatan kegiatan usaha tersebut sesuai dengan
persyaratak yang diatur dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang Dokumen
Perusahaan.

Keunggulan perusahaan perseorangan adalah sebagai berikut:

1. Mudah dibentuk dan dibubarkan.


2. Bekerja dengan sederhana.
3. Pengelolaan yang sederhana.
4. Tidak perlu kebijakan pembagian laba.

Sedangkan, kelemahan perusahaan perseorangan adalah sebagai


berikut:

1. Tanggung jawab yang tidak terbatas.


2. Kemampuan manajemen terbatas.
3. Sumber dana hanya terbatas pada pemilik.
4. Resiko kegiatan perusahaan ditanggung sendiri.
C. Persekutuan Perdata (Matschaap)

Persekutuan atau partnership adalah perserikatan perdata yang


menjalankan usaha. Dalam pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPdt), perserikatan perdata adalah sebuah perjanjian dengan
mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke
dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan dan
manfaat yang diperoleh.6

5
Zainal Asikin, Wira Pria Suahartana, Pengantar Hukum Perusahaan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 6.
6
Muhamad Sadi Is, Hukum Perusahaan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 162.
5

Perusahaan persekutuan merupakan kombinasi terorganisisr dari


dua orang atau lebih untuk menjalankan suatu usaha sebagai mitra pemilik
atau mitra pengelola dan dimiliki oleh dua orang atau lebih yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bisnis.

Keberadaan persekutuan perdata sebagai badan usaha diatur dalam


pasal 1618-1652 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) yang
mana dalam pasal 1619 ayat (2) disebutkan bahwa:

“Masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang,


dan keahliannya ke dalam persekutuan”
Kemudian di dalam pasal 1625 disebutkan:

“Apa yang telah disanggupi wajib dipenuhi oleh sekutu”


Diperkuat oleh pasal 1627 yang berbunyi:

“Keahlian yang dimasukkan ke dalam persekutuan wajib ditaati”


Persekutuan perdata memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pendirian
a. Berdasarkan perjanjian para pihak (pasal 1320 KUHPdt).
b. Dapat dilakukan sepakat dengan para sekutu atau dengan lisan
(pasal 1624 KUHPdt).
c. Tiap sekutu wajib menyertakan modal dalam kas persekutuan
berupa uang, benda, atau manajemen (pasal 1619 KUHPdt).
2. Pembagian Keuntungan
a. Sesuai dengan modal.
b. Asas keseimbangan pemasukan.
3. Pengelola
Biasanya pengelolaan persekutuan dijalankan oleh pengurus yang
ditetapkan persekutuan.
4. Berakhirnya Persekutuan
a. Lampaunya waktu.
6

b. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang


disekutukan.
c. Kehendak dari orang seorang atau beberapa orang sekutu.
d. Salah seorang sekutu meninggal dunia, di bawah pengampuan
atau dinyatakan pailit (pasal 1646 KUHPdt).
e. Berdasarkan suara bulat atau kesepakatan para sekutu.
f. Berlakunya syarat bubar.
Dari ketentuan pasal 1618 KUHPdt terdapat beberapa unsur yang
terdapat di dalam persekutuan perdata, yaitu:
1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih.
2. Masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam
persekutuan (inbreng).
3. Bermaksud membagi keuntungan antara bersama anggota.
4. Bertindak secara terang-terangan.
5. Kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan
kepada umum.
6. Harus ditujukam pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan
dan diizinkan, dan
7. Diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya.

Apabila dicermati, persekutuan yang diatur dalam pasal 1618


KUHPdt tampak bahwa pendirian persekutuan perdata dapat dilakukan
secara tertulis ataupun lisan. Demikian juga halnya bila dicermati dalam
pasal 1624 KUHPdt dapat diketahui bahwa persekutuan perdata berdiri
sejak adanya kesepakatan di antara para pendiri atau saat berdirinya
ditentukan dalam anggaran dasar persekutuan. Namun demikian, jika
hendak mendirikan persekutuan perdatam ada syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:

1. Tidak dilarang oleh undang-undang.


2. Tidak bertentangan dengan tata susila atau ketertiban umum
7

3. Tujuannya adalah kepentingan bersama dan untuk mencari


keuntungan.

Jika dilihat dari sudut pandang Islam, perusahaan jenis persekutuan


perdata ini lebih mirip dengan akad musyarakah atau syirkah yang
memiliki arti penggabungan atau percampuran. Musyarakah berarti
kerjasama kemitraan atau dalam bahasa Inggris disebut partnership.7

Secara terminologi, musyarakah adalah kerjasama usaha antara dua


pihak atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah, musyarakah yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai porsi dana masing-
masing.

D. Firma

Firma berarti nama bersama, dalam bahasa Belanda Venootschap


Onder eene Firma yang berarti nama orang atau sekutu yang digunakan
menjadi nama perusahaan. Menurut pasal 16 KUH Dagang, persekutuah
firma adalah setiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama, kongsi, dan kerjasama.8

Firma adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh beberapa


orang dengan menggunakan nama bersama atau satu nama yang digunakan
bersama-sama. Dalam firma semua anggota bertanggung jawab
sepenuhnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama terhadap utang-utang
perusahaan kepada pihak-pihak lain. Bila perusahaan mengalami kerugian

7
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 167.
8
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 42.
8

maka akan ditanggung bersama, kalau perlu dengan kekayaan pribadi


mereka.9 Ketentuan untuk mengatur firma, antara lain:

1. Persekutuan firma memakai satu nama yang telah disepakati bersama


untuk menjalankan suatu usaha.
2. Nama persekutuan firma harus didahului dengan perkataan firma atau
fa.
3. Nama persekutuan firma yang telah bubar dapat dipakai oleh sekutu
yang akan melanjutkan usaha persekutuan jika:
a. Ditentukan dalam akta perjanjian persekutuan firma.
b. Disetujui oleh seluruh anggota sekutu dari persekutuan firma
yang telah bubar atau ahli waris dari sekutu yang telah
meninggal dunia.
Hak dan kewajiban sekutu firma:10
1. Setiap sekutu firma berhak untuk mengurusi, mewakili dan melakukan
tindakan untuk dan atas nama persekutuan firma sesuai dengan
maksud dan tujuan firma, kecuai ditentukan lain.
2. Setiap sekutu firma bertanggung jawab secara penuh dengan
persekutuan firma untuk semua perikatan persekutuan firma terhadap
pihak ketiga.
3. Setiap sekutu baru yang akan masuk dalam persekutuan firma harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari seluruh anggota, kecuali
ada:
a. Kuasa
b. Ditentukan dalam perjanjian persekutuan bahwa kewenangan
tersebut telah diberikan ke beberapa sekutu
4. Tanggung jawab sekutu baru terhadap semua perikatan persekutuan
adalah secara tanggung jawab penuh dengan sekutu firma yang
lainnya.

9
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
43.
10
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 46.
9

5. Sekutu firma yang keluar dari persekutuan firma, jika persekutuan


firma dilanjutkan maka sekutu yang keluar tetap bertanggung jawab
atas kewajiban-kewajiban persekutuan firma sebelum sekutu yang
bersangkutan keluar.

Firma dapat dikatakan sebagai perusahaan persekutuan khusus,


dimana letak kekhususan tersebut terletak pada tiga unsur mutlak, yaitu:

1. Menjalankan perusahaan yang merupakan syarat formal (pasal 16


KUH Dagang)
2. Dengan nama bersama atau firma (pasal 16 KUH Dagang)
3. Pertanggung jawaban sekutu atau firma yang bersifat pribadi yang
bersifat keseluruhan yang merupakan syarat material, maksudnya
pertanggung jawaban sekutu firma tidak terbatas pada pemasukan yang
dimasukkannya, melainkan juga bertanggung jawab secara pribadi atas
harta kekayaan milik pribadi terhadap persekutuan firmanya (pasal 18
KUH Dagang)
4. Disamping tiga hal tersebut, firma bukanlah perusahaan badan hukum
dengan alasan:
a. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh hukum
dan HAM;
b. Tidak ada keharusan pemisahan harta kekayaan antara
persekutuan dan pribadi sekutu-sekutu.

Pembubaran persekutuan firma dan likuiditas karena:11

1. Hal-hal yang diatur dalam perjanjian.


2. Musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan
persekutuan.
3. Kesepakatan para sekutu.
4. Keluarnya satu orang sekutu atau lebih.

11
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
48.
10

5. Satu sekutu meninggal dunia, ditaruh di bawah pengampunan atau


dinyatakan pailit sehingga hanya tinggal satu sekutu.
6. Putusan pengadilan yang membubarkan persekutuan firma.

Pembubaran persekutuan firma harus dibuat dengan kata autentik


dihadapan notaris dan diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia
yang mempunyai peredaran nasional.

Persekutuan firma yang bubar harus dilikuidasi oleh para sekutu


firma atau mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator dan likuidator
tersebut bertindak sebagai sekutu firma yang berkuasa penuh.

Tugas dan tata cara likuidator diatur dalam RUU pasal 49 dan 50,
bahkan dalam pasal 51 ditegaskan bahwa likuidator dapat meminta
kekurangan dari sekutu firma secara seimbang dengan bagian dari masing-
masing persekutuan firma jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi
untuk membayar semua utang persekutuan. Setelah likuidasi dan
pembagian selesai dilakukan, dokumen persekutuan firma yang
berhubungan dengan pemberesan harus disimpan oleh sekutu firma yang
dipilih dengan suara terbanyak dalam persekutuan firma yang dihadiri oleh
semua sekutu atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri apabila tercapai
suara terbanyak.

Kreditor yang tidak diketahui identitasnya atau tidak menerima


surat pemberitahuan pembubaran persekutuan dapat mengajukan tagihan
melalui pengadilan negeri dalam waktu dua tahun terhitung sejak
pembubaran persekutuan diumumkan. Sisa kekayaan hasil likuidasi
dibagikan kepada para sekutu secara seimbang.

Pendirian firma dijabarkan dalam pasal 22 KUH Dagang, yaitu:

“Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta autentik


akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga”
11

Dicermati dari pasal 22 KUH Dagang bahwa perseroan firma harus


memiliki akta autentik, namun juga disebutkan ketiadaan akta dapat ditarik
kesimpulan firma bersifat bebas, dalam arti dapat didirikan dengan akta
ataupun cukup secara lisan. Akan tetapi, dalam praktek dibuat dengan akta
notaris. Fungsi akta dalam hal ini adalah sebagai alat bukti jika ada
perselisihan antara para pihak, baik intern maupun ekstern firma.

Latar belakang munculnya pasal 22 KUH Dagang tampaknya


membentuk harapan agar:

1. Firma yang didirikan bersifat terang-terangan.


2. Ada kepastian hukum dalam pendirian firma.
3. Firma sebagai persekutuan menjalankan perusahaan.
4. Perlu ada bukti tulisan.

Pada pasal 23 KUH Dagang disebutkan persero firma harus


mendaftarkan akta pendirian firmanya. Yang perlu didaftarkan adalah
ikhtisar pendirian firma. Dalam pasal 23 KUH Dagang ditegaskan selama
pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan, perseroan firma
dianggap sebagai:

1. Perseroan umum
2. Didirikan untuk waktu yang tidak terbatas
3. Seolah-olah tidak ada seorang perseropun yang dikecualikan dari hak
bertindak perbuatan hukum dan hak menandatangi untuk firma.

Hubungan ekstern firma dijelaskan dalam pasal 17 KUH Dagang


yang mengemukakan pada asalnya berlaku pemberian kuasa timbal balik
dalam arti setiap persero adalah pengurus.

Jenis-jenis firma dijabarkan sebagai berikut:12

1. Firma dagang dan non dagang

12
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
45.
12

Firma yang kegiatan utamanya adalah membeli dan menjual


barang dagangan disebut dengan firma dagang. Sedangkan firma yang
didirikan dengan tujuan untuk memberikan berbagai jasa kepada
masyarakat disebut dengan firma non dagang, seperti: Firma Hukum
(kantor pengacara, konsultan hukum, dan lain-lain), Firma Akuntansi
(kantor akuntan publik), konsultan manajemen, dan sebagainya.

2. Firma umum dan firma terbatas

Firma umum adalah firma di mana semua sekutu boleh bertindak


secara umum atas nama perusahaan dan masing-masing sekutu dapat
bertanggung jawab atas kewajiban-kewajiban perusahaan. Sekutu yang
demikian disebut dengan sekutu umum (general partners). Sedangkan
firma terbatas adalah suatu firma di mana kegiatan dan tanggung jawab
anggota tertentu dibatasi pada hal-hal tertentu saja. Sekutu yang demikian
disebut dengan sekutu terbatas (limited partners). Contoh: Firma Pangudi
Luhur, Firma Sumber Rejeki, dan lain-lain.

Keunggulan firma adalah sebagai berikut:13

1. Prosedur pendirian relatif mudah.


2. Mempunyai kemampuan finansial yang lebih besar, karena gabungan
modal yang dimiliki oleh beberapa orang.
3. Keputusan bersama dengan pertimbangan seluruh anggota firma,
sehingga keputusan-keputusan yang diambil lebih baik.

Sedangkan, kelemahan dari firma sebagai berikut:14

1. Utang-utang perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para


anggota firma.
2. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah satu
anggota keluar, maka firma pun bubar.
E. Commanditer Venootschap (CV)
13
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h.
47.
14
Handri, Raharjo, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka Yustisia, 2009), h. 47.
13

Persekutuan komanditer dalam bahasa Belanda adalah persekutuan


firma yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang atau
tenaga sebagai pemasukan kepada persekutuan (sebagai modal), namun
dia tidak ikut campur dalam pengurusan dan penguasaan persekutuan.
Tanggung jawabnya terbatas sampai sejumlah uang yang dimasukkannya,
artinya sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi
terhadap persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komplementarlah
yang diserahi tugas untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga (pasal 19 KUH Dagang).15

Sekutu pada persekutuan komanditer dapat dikelompokkan


menjadi sekutu komplementer dan sekutu komanditer. Sekutu
komplementer adalah orang yang bersedia memimpin pengaturan
perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya.
Sedangkan sekutu komanditer adalah sekutu yang mempercayakan
uangnya dan bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang
diikutsertakan dalam perusahaan tersebut.16

Dari pengertian di atas, dalam persekutuan komanditer ada dua


macam sekutu, yaitu:

1. Sekutu kerja/sekutu aktif, yaitu sekutu yang menjadi pengurus


persekutuan.
2. Sekutu tidak kerja/sekutu pasif, yaitu sekutu yang tidak kerja,
walaupun diberi kuasa untuk itu (pasal 20 KUH Dagang), sekutu
komanditer berhak untuk mengawasi pengurusan persekutuan
komanditer secara intern. Apabila melanggar larangan maka para
sekutu bertanggung jawab secara pribadi (pasal 21 KUH Dagang).

15
Muhamad Sadi Is, Hukum Perusahaan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 173.
16
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press, 2013),
h. 57.
14

Macam-macam persekutuan komanditer dijabarkan sebagai


berikut:

1. CV diam-diam

Persekutuan komanditer secara diam-diam maksudnya adalah


persekutuan komanditer yang belum menyatakan dirinya kepada pihak
ketiga sebagai persekutuan komanditer.

2. CV terang-terangan

Persekutuan komanditer secara terang-terangan maksudnya adalah


persekutuan yang sudah menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai
persekutuan komanditer.

3. CV dengan saham

Persekutuan komanditer dengan saham adalah persekutuan


komanditer yang modalnya terdiri dari saham-saham.

Dalam KUH Dagang prosedur pendirian persekutuan komanditer


tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya,
sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian
dengan lisan atau sepakat para pihak saja (pasal 22 KUH Dagang). Dalam
praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan
dibuatkan akta pendirian berdasarkan akta notaris, didaftarkan
kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam
tambahan berita negara Republik Indonesia (RI), sama dengan prosedur
mendirikan firma.17

Hak dan kewajiban persekutuan komanditer:

1. Sekutu komplementer yang keluar dari persekutuan komanditer dan


persekutuan komanditer dilanjutkan, maka sekutu komplementer yang

17
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press,
2013), h. 59.
15

keluar tetap bertanggung jawab atas kewajiban persekutuan


komanditer sebelum sekutu yang bersangkutan keluar.
2. Setiap sekutu baru yang akan masuk harus disetujui olehs emua sekutu
yang ada dan dinyatakal dalam akta perubahan yang dibuat secara
notariil.
3. Tanggung jawab sekutu baru yang masuk dibedakan, apabila sekutu
yang baru masuk adalah sekutu komplementer, maka yang
bersangkutan bertanggung jawab penuh secara renteng. Apabila sekutu
baru yang masuk adalah sekutu komanditer, maka yang bersangkutan
hanya bertanggung jawab atas perikatan yang dibuat setelah yang
bersangkutan menjadi sekutu.
4. Sekutu komanditer tidak berwenang melakukan pengurusan
persekutuan terhadap pihak ketiga, apabila ketidakwenangan tersebut
dilanggar maka ia bertanggung jawab penuh terhadap pihak ketiga.
5. Sekutu komanditer dapat ditugaskan sebagai pengawas dalam akta
perjanjian persekutuan dan ditentukan bahwa untuk tindakan tertentu
sekutu komplementer harus mendapat persetujuan lebih dulu dari
sekutu komanditer.

Berakhirnya persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah


persekutuan perdata (pasal 16 KUH Dagang), maka mengenai berakhirnya
persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan
persekutuan firma, seperti yang ditenagkan di atas (pasal 1646 sampai
dengan 1652 KUHPdt).18

Dapat dipahami dari pengertian perusahaan komanditer atau CV di


atas yang apabila kita kaitkan dengan dagang dalam Islam maka dapat
disimpulkan atau kita samakan perusahaan ini dengan akad mudharabah
yang ada dalam konsep dagang Islam.

18
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Press,
2013), h. 63.
16

Mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak di mana


pihak pertama sebagai shohibul maal yang menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan di dalam kontrak.
Sedangkan, kerugian yang timbul disebabkan, kecurangan atau kelalaian
pihak pengelola, maka hal itu menjadi tanggung jawab si pengelola.19

Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah, mudharabah yaitu akad kerjasama suatu usaha antara pihak
pertama (shohibul maal) yang menyediakan seluruh modal dan pihak
kedua (mudharib) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
akad.

Keunggulan persekutuan komanditer adalah sebagai berikut:

1. Pendirian relatif mudah.


2. Modal yang dapat dikumpulkan relatif banyak.
3. Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besaar.
4. Kesempatan untuk berkembang lebih besar.

Sedangkan, kelemahan persekutuan komanditer adalah sebagai


berikut:

1. Tanggung jawab tidak terbatas.


2. Kelangsungan hidup tidak terjamin.
3. Sulit untuk menarik kembali investasinya.

19
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 87.
17

BAB III
KESIMPULAN
1. Perusahaan yang tidak berbadan hukum adalah perusahaan yang dimiliki
oleh perusahaan swasta, dapat berupa perusahaan perseorangan ataupun
perusahaan persekutuan.
2. Perusahaan perseorangan adalah usaha yang dilakukan oleh seorang
pengusaha yang dapat dikelola oleh satu orang dengan modal milik
sendiri.
3. Perusahaan persekutuan merupakan kombinasi terorganisisr dari dua orang
atau lebih untuk menjalankan suatu usaha sebagai mitra pemilik atau mitra
pengelola dan dimiliki oleh dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bisnis.
4. Firma adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang
dengan menggunakan nama bersama atau satu nama yang digunakan
bersama-sama.
5. Persekutuan komanditer dalam bahasa Belanda adalah persekutuan firma
yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang atau
tenaga sebagai pemasukan kepada persekutuan (sebagai modal), namun
dia tidak ikut campur dalam pengurusan dan penguasaan persekutuan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Zainal, Wira Pria Suahartana, Pengantar Hukum Perusahaan,


(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016).

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014).

Khairandy, Ridwan, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia,


(Yogyakarta: FH UII Press, 2013).

R. Saliman, Abdul, Hukum Bisnis untuk Perusahaan dan Contoh Kasus,


(Jakarta: Kencana, 2014).

Raharjo, Handri, Hukum Perusahaan, (Yogyakarta: Penerbits Pustaka


Yustisia, 2009).

Sadi Is, Muhamad, Hukum Perusahaan di Indonesia, (Jakarta: Kencana,


2016).

Anda mungkin juga menyukai