Pendahuluan
Di Indonesia perkembangan hukum kesehatan dimulai dari
terbentuknya Kelompok studi untuk Hukum Kedokteran FK-
UI/RS Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun 1982.
Perhimpunan untuk Hukum Kedokteran Indonesia (PERHUKI),
terbentuk di Jakarta pada tahun 1983 dan berubah menjadi
Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) pada
kongres I PERHUKI di Jakarta pada tahun 1987.
“ Hukum kesehatan pada saat ini dapat
dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu hukum
kesehatan public (public health law) dan
Hukum Kedokteran (medical law).”
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum
yang berhubungan langsung pada pemberian
layanan kesehatan dan penerapannya pada
hubungan perdata, hukum administrasi dan hukum
pidana.
TINJAUAN PUSTAKA
• Terjadinya kasus Dr. Setianingrum (seorang
dokter Puskesmas Wedarijaksa, Kabupaten Pati)
dengan Ny. Rukmini Kartono sebagai pasiennya
sekitar tahun 1981, yakni meninggalnya Ny.
Rukmini karena kejutan anfilatik akibat reaksi
alergi dari suntikan streptomisin yang diberikan
kepada Ny. Rukmini.
1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (selanjutnya disebut UU No. 29
Tahun 2004).
2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disebut UU No. 36 Tahun 2009).
3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (selanjutnya disebut UU No. 44 Tahun
2009).
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (selanjutnya disebut UU No. 36 Tahun
2014)
5) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (selanjutnya disebut UU No. 38 Tahun
2014)
• Hukum kesehatan meliputi :
kesehatan manusia
Kewajiban
Hak 1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi
1. Memperoleh perlindungan hukum dan standar operasional prosedur serta kebutuhan medis
sepanjang melaksanakan tugas sesuai 2.Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak
standar profesi dan standar operasional mampu melakukan suatu pemeriksaan/pengobatan, bisa
merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
prosedur
mempunyai kemampuan lebih baik.
2. Memberikan pelayanan medis sesuai 3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
standar profesi dan standar operasional tentang pasien, bahkan setelah pasien itu meninggal
prosedur dunia
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan 4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar
jujur dari pasien atau keluarganya perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
4. Menerima imbalan jasa yang mampu melakukannya
5. Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Pasal 50 dan 51, Hak dan Kewajiban Pasien :
Hak
1. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang Kewajiban
rencana tindakan medis yang akan 1. Memberikan informasi yang lengkap,
dilakukan dokter. jujur dan dipahami tentang masalah
2. Bisa meminta pendapat dokter lain kesehatannya.
(second opinion). 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
3. Mendapat pelayanan medis sesuai 3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di
dengan kebutuhan. sarana pelayanan kesehatan.
4. Bisa menolak tindakan medis yang akan 4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan
dilakukan dokter bila ada keraguan. yang prima.
5. Bisa mendapat informasi rekam medis.
Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia pada saat ini adalah Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang lazim
disebut KUHAP yang diundangkan pada tanggal 31 Desember tahun 1981.
1. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan
pasti.
3. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam jangka
waktu 2 x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia datang ke
rumah sakit.
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 Bab III Pasal 5 menyebutkan:
untuk bedah mayat anatomis diperlukan mayat yang diperoleh dari
rumah sakit dengan memperhatikan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan c. Pasal 7 menyebutkan: bedah
mayat anatomis dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran dan
sarjana kedokteran di bawah pimpinan dan tanggung jawab langsung
seorang ahli urai.
Perbedaan Etik dan Hukum :
Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku
untuk umum.
Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi,
Persamaan Etik dan Hukum : hukum disusun oleh badan pemerintah.
Sama-sama merupakan alat untuk Etik tidak seluruhnya tertulis, hukum tercantum secara
mengatur tertibnya hidup bermasyarakat. terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita
Negara.
Sebagai objeknya adalah tingkah laku Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan, sanksi
manusia. terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.
Mengandung hak dan kewajiban anggota Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang dibentuk
masyarakat agar tidak saling merugikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan atau oleh
Menggugah kesadaran untuk bersikap Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang
manusiawi dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pelanggaran
Sumbernya adalah hasil pemikiran para hukum diselesaikan oleh Pengadilan.
Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti
pakar dan pengalaman para anggota senior. fisik, penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti
fisik.
KESIMPULAN