TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu),
3.2 Epidemiologi
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 176.677
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013
yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut sebesar 40% dari
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada
dan perempuan terjadi di Kep. Bangka Belitung, kasus pada laki-laki hampir dua
kali lipat dari kasus pada perempuan. Menurut kelompok umur, kasus baru paling
15
16
banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan pada kelompok umur 35-44
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi HIV
sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko paling penting
dalam terjadinya perburukan TB. Sejak permulaan abad ke 20, para klinisi telah
mengamati adanya hubungan antara DM dengan TB, meskipun masih sulit untuk
17
prevalensi penyakit infeksi ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan
Pada penelitian Guptan & Shah (2000) disebutkan bahwa pasien yang paling
banyak menderita DM tipe 2 dengan TB paru adalah pasien dengan kisaran umur
umur, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin berkurang. Selain itu, kondisi
berbentuk batang. Yang sebagian besar dindingnya terdiri atas asam lemak (lipid),
lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat bertahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Jadi karena bersifat dormant, TB dapat
18
yang pertumbuhannya lambat karena dihambat oleh pH <6,5 dan oleh asam lemak
rantai panjang. Maka dari itu, basil tuberkulosis sulit ditemukan di bagian tengah
lesi perkijauan besar karena terdapat anaerobiosis, pH rendah, dan kadar asam
lemak meningkat.
bersin, berbicara atau bernyanyi. Penularan sebagian besar melalui inhalasi basil
yang terdapat pada pasien TB paru dengan batuk berdarah maupun TB dengan
saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Infeksi TB paru terjadi
berkembang
Masalah pada kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang buruk,
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
dan pelaporan.
20
merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.
pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya risiko masyarakat
terjangkit TB.
3.5 Patofisiologi
A. Tuberkulosis Primer
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
menjadi :
21
integrum)
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
tuberkuloma)
B. Tuberkulosis Post-primer
apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti
atas.
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
dapat berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan pejamu.
Mekanisme yang mendasari terjadinya hal tersebut masih belum dapat dipahami
hingga saat ini, meskipun telah terdapat sejumlah hipotesis mengenai peran
sitokin sebagai suatu molekul yang penting dalam mekanisme pertahanan manusia
terhadap TB. Selain itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang
berkurang pada pasien DM, terutama pada mereka yang memiliki kontrol gula
disebabkan oleh defek pada makrofag alveolar atau limfosit. T. Wang et al.
24
alveolar hipodens) pada pasien TB paru aktif. Namun, tidak ditemukan perbedaan
saja. Proporsi makrofag alveolar matur yang lebih rendah pada pasien TB yang
Infeksi adalah penyebab utama klinis hiperglikemi pada DM. Tercatat 30%
kasus ketoasidosis diabetik dicetuskan oleh infeksi. Efek metabolik infeksi pada
kortisol, growth hormon, katekolamin) maupun penekanan sekresi insulin oleh sel
positif
biakan positif
A. Kasus Baru : Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi
aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan:
C. Kasus Defaulted atau drop out : Adalah pasien yang telah menjalani
D. Kasus Gagal : Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
E. Kasus Kronik : Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
F. Kasus Bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
1. Gejala Klinis :
a. Respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical checkup. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
b. Sistemik
• Demam
menurun
2. Pemeriksaan Fisik
Suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
- perkusi : pekak
- auskultasi : suara napas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan
abscess”.
3. Pemeriksaan Bakteriologik
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
dengan cara:
B. Cara pemeriksaan dahak dan specimen lain dapat dilakukan dengan cara
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar adalah dengan foto thoraks PA dengan atau tanpa foto
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opaque berawan
atau nodular
berikut
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotik
Kompleks ranke
biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik luluh paru
terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
tersebut.
30
Tujuan pengobatan :
selanjutnya
o Menurunkan penularan TB
Prinsip Pengobatan TB
TB
31
o Diminum secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
Tahapan Pengobatan TB :
- Fase Lanjutan : Tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah kekambuhan.
32
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (WHO dan ISTC) adalah sebagai
berikut :
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HZRE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
pasien TB paru dengan tes BTA positif dan pasien TB paru dengan BTA
negatif namun foto toraks positif. Berikut adalah tabel aturan pakai FDC dan
BTA positif yang telah diobati sebelumnya, meliputi pasien kambuh, pasien
gagal dan pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default) 2. Berikut
dahak secara mikroskopis dengan 2 contoh uji dahak yaitu sewaktu dan pagi.
Jika 2 contoh uji dahak negatif, maka BTA (-), jika salah satu atau kedua
Evaluasi klinik
i. Sebelum pengobatan
ii. Setelah 2 bulan pengobatan
35
i. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
dan darah lengkap.
ii. Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin,
dan gula darah , asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan.
iii. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.
iv. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol.
v. Penderita yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri.
vi. Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan
awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinik kemungkinan
terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinik dicurigai terdapat
efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman
Yang tidak kalah pentingnya selain dari paduan obat yang digunakan
adalah keteraturan berobat. Diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini
maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan
keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan lingkungan.
Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
36
3.11 Komplikasi
TB laring
Pleuritis Eksudatif
Bila terdapat proses TB di bagian paru dekat sekali dengan pleura, pleura akan
ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat. Keadaan ini disebut dengan
pleuritis eksudatif. Tidak jarang proses TB nya masih begitu kecil, sehingga pada
foto paru belum tampak kelainan. Saat cairan eksudat masih sedikit, cukup
diberikan terapi spesifik saja, tetapi apabila volume cairan semakin banyak, perlu
37
Pneumothoraks
Bisa saja terjadi proses nekrotis berlangsung dekat sekali dengan pleura, sehingga
pleura ikut mengalami nekrosis dan berlubang, sehingga terjadilah
pneumothoraks. Sebab lain pneumothoraks adalah pecahnya dinding kavitas yang
kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura pun ikut robek.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran nafas bagian
bawah (dibawah pita suara). Karena pada dasarnya proses TB adalah proses
nekrosis, kalau diantara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh
darah, besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang dapat
bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering/setiap hari. Variasi lainnya
adalah jumlah darah yang dibatukkan keluar mulai dari sangat sedikit (berupa
garis pada sputum) sampai banyak sekali (profus), tergantung pada pembuluh
darah yang terkena.
Batuk darah baru akan membahayakan jiwa penderita bila profus, karena dapat
menyebabkan kematian oleh syok dan anemia akut. Di samping itu, darah yang
akan dibatukkan keluar akan menyangkut di trakea/larings dan akan menyebabkan
asfiksia akut yang dapat berakibat fatal.1,3,12
Untuk batuk darah yang minimal sampai agak banyak, dapat diberikan koagulan
dan/atau obat-obatan trombolitik (asam traneksamat) saja. Bila perdarahan agak
hebat, perlu dipertimbangkan pemberian transfusi darah segar. Kalau hal ini
sering berulang, perlu juga dipertimbangkan lobektomi ataupun embolisasi arteri,
yang menjadi permasalahan.12
Dalam stadium akut sampai beberapa hari sesudahnya, sebaiknya diberikan pula
antitusif untuk mencegah batuk, sebaiknya diberikan pula antitusif untuk
mencegah batuk, setidak-tidaknya mengurangi frekuensi batuk untuk memberi
38
b. Oksigen
- Batuk darah > 600 cc/24 jam, dan pada observasi tidak berhenti
- Batuk darah > 100-250 cc/24 jam, Hb < 10g/dl. Dan pada
observasi tidak berhenti.
- Batuk darah 100-250 cc/24 jam, Hb >10 gr/dl, pada observasi
48 jam tidak berhenti.