Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di

dunia. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberkulosis complex dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

di Indonesia. Penyakit infeksi terbanyak yang mengakibatkan kematian di seluruh

dunia adalah tuberkulosis, yaitu sekitar 1,7 juta kematian setiap tahunnya.

World Health Organization (WHO) tahun 2012 memperkirakan sekitar 8,7

juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang meninggal dunia. Dilaporkan

sebanyak 55% sampel berjenis kelamin laki-laki dengan sampel tertinggi

sebanyak 91% berada pada rentang usia 21-60 tahun. Indonesia berada pada

peringkat keempat dunia terbanyak penderita TB setelah India, China, dan Afrika

Selatan. Angka prevalensi rata-rata nasional tuberkulosis paru adalah 0,107%,

sehingga bila dihitung secara kasar, pada setiap 100.000 penduduk Indonesia

terdapat 107 penderita tuberkulosis paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif.

Hal ini menunjukkan masih tingginya angka kesakitan tuberkulosis paru di

Indonesia.

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,

diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)

dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan

63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka

Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan

1
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,

diantaranya 314.965 adalah kasus baru.

Data Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012

menyatakan bahwa kasus baru (insidensi) TB paru BTA positif berjumlah 96 per

100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru BTA positif berjumlah 1,6

per 100.000 penduduk. Sebanyak 478 penduduk merupakan jumlah kasus baru TB

paru di Aceh Utara. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA

positif di Aceh Utara cukup tinggi, yaitu berjumlah 388 penduduk. Tuberkulosis

paru berada di posisi 9 dari daftar penyakit untuk rawat jalan dan posisi 5 untuk

rawat inap di Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012.

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko paling penting

dalam terjadinya perburukan TB. Sejak permulaan abad ke 20, para klinisi telah

mengamati adanya hubungan antara DM dengan TB, meskipun masih sulit untuk

ditentukan apakah DM yang mendahului TB atau TB yang menimbulkan

manifestasi klinis DM.

Prevalensi TB meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi DM.

Frekuensi DM pada pasien TB dilaporkan sekitar 10-15% dan prevalensi penyakit

infeksi ini 2-5 kali lebih tinggi pada pasien DM dibandingkan dengan kontrol

yang non-DM.6,7 Dalam studi terbaru di Taiwan disebutkan bahwa DM

merupakan komorbid dasar tersering pada pasien TB yang telah dikonfirmasi

dengan kultur, terjadi pada sekitar 21,5% pasien. Lesi pada bagian bawah paru

lebih sering dijumpai pada penderita TB paru dengan DM dan pada wanita yang

2
berusia >40 tahun dengan perbandingan (17/81,21.0%) pada penderita DM

dibanding (4/61,6.6%) pada penderita non DM.

Anda mungkin juga menyukai