Anda di halaman 1dari 10

Transaksi Terapeutik

Oleh:
1. Ayu Ulfah (1852200015)
2. Husnun Afifah (1852200014)
3. Rizal Fendy (1852200021)
Transaksi Terapeutik
Transaksi Terapeutik adalah perjanjian antara dokter dengan pasien
yang memberikan kewenangan kepada dokter untuk melakukan
kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien berdasarkan
keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh dokter tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 434 /Men.Kes
/X / 1983 “Yang dimaksud perjanjian terapeutik adalah hubungan
antara dokter dengan pasien dan penderita yang dilakukan dalam
suasana saling percaya (konfidensial), serta senantiasa diliputi oleh
segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani”
Terapeutik adalah terjemahan dari therapeutic yang berarti dalam
bidang pengobatan. Ini tidak sama dengan therapy atau terapi yang
berarti pengobatan. Persetujuan yang terjadi di antara dokter dengan
pasien bukan di bidang pengobatan saja tetapi lebih luas, mencakup
bidang diagnostic, preventif, rehabilitasi maupun promotif, maka
persetujuan ini disebut persetujuan terapeutik atau transaksi terapeutik.
Untuk sahnya perjanjian terapeutik (Nasution : 2005), harus dipenuhi
syarat-syarat sesuai pasal 1320 KUH Perdata :
1. Adanya kesepakatan dari mereka yang saling mengikatkan dirinya.
2. Adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Mengenai suatu hal tertentu.
4. Untuk suatu sebab yang halal / diperbolehkan.
Syarat adanya kecakapan untuk membuat perjanjian, diatur dalam
pasal 1329 dan 1330 KUH Perdata sebagai berikut :
Pasal 1329 : Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-
perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap.
Pasal 1330 : cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah :
• 1. Orang-orang yang belum dewasa.
• 2. Mereka yang ditaruh di dalam pengampuan.
• 3. Orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh undang-
undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-
undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
Pihak yang tidak boleh membuat kesepakatan atau kesepakatan yang
dibuat bisa dianggap tidak sah antara lain :
1. Orang dewasa yang tidak cakap untuk bertindak (misalnya : orang
gila, pemabuk, atau tidak sadar), maka diperlukan persetujuan dari
pengampunya (yang boleh membuat perikatan dengan dokter
adalah pengampunya). Yang dimaksud dengan dewasa menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/Men.Kes/per/IX/1989,
Pasal 8 ayat (2) adalah telah berumur 21 tahun atau telah menikah
2. Anak dibawah umur, diperlukan persetujuan dari walinya atau orang
tuanya.
Subyek-Subyek Kontrak Terapeutik
Subyek-subyek kontrak terapeutik adalah masalah yang terletak di bidang Hukum Perdata.
Kontrak terapeutik dapat digolongkan ke dalam kelompok kontrak atau perjanjian.
ditinjau secara yuridis yang dapat menjadi subyek hukum dalam lalu lintas hukum
termasuk juga mengadakan kontrak terapeutik, hanya ada 2 dua bentuk yaitu :
1.   Perorangan ( natuurlijk persoon)
Setiap orang yang sudah dewasa (21) tahun, atau yang sudah menikah sebelunya,
berhak untuk membuat perjanjian, termasuk suatu kontrak terapeutik. Mereka yang di
bawah pengampunan (onder curatele) harus diwakili oleh walinya (curator)
2.   Badan Hukum (rechtspersoon)
Badan-badan yang sudah diberikan izin untuk menyelenggarakan pemberian pelayanan
kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, seperti : pemerintah, ABRI, yayasan yang
sudah ada pengakuan sebagai badan hukum, PT, atau badan hukum lainnya
Obyek-obyek Kontrak Terapeutik

Hubungan yang terjadi antara pasien dan dokter / rumah sakit dinamakan
kontrak terapeutik. Umumnya obyek dari suatu kontrak terapeutik adalah
penyembuhan suatu penyakit (medical treatment, curative).
syarat-syarat kontrak terapeutik yang ditentukan di dalam KUH Perdata
pasal 1320, yaitu :
1.    Kesepakatan dari pihak-pihak yang bersangkutan (overeenkomst van
partijen),
2.    Kecakapan (bekwaamheid) untuk membuat suatu perjanjian,
3.    Suatu obyek tertentu (een bepaald voorwerp)
4.    Suatu sebab yang diizinkan (geoorloofde oorzaak).
Sifat hubungan dokter dengan Pasien
Hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien secara umum
dianggap sebagai suatu jenis kontrak. Sebuah kontrak adalah kesepakatan
antara dua orang atau lebih, dimana kedua belah pihak membuat
perjanjian untuk masing-masing pihak, menurut istilah hukum,
memberikan prestasinya. Masalah perjanjian diatur dalam Hukum Perdata.

Bila terjadi konflik antara dokter dan pasien diselesaikan oleh organisasi
profesi dan lebih banyak menitikberatkan untuk menjaga kehormatan
profesi dibandingkan memperjuangkan nasib pasien, padahal idealnya
adalah penyelesaian atas akibat kesalahan dan kelalaian dokter dalam
bentuk pertanggungjawaban yang meringankan pasien.
Hubungan pasien dengan dokter merupakan hubungan yang erat dan kompleks
keeratan hubungan antara pasien karena diharuskan adanya kesalingpercayaan dan
keterbukaan. Dalam hukum pasien dan dokter masing-masing memiliki hak dan
kewajiban.
Hubungan terapeutik antara pasien dengan dokter terdiri dari lima asas yang
berlaku dalam hubungan kontraktual yaitu Asas konsensual,Asas itikad baik,Asas
bebas,Asas tidak melanggar hukum dan Asas kepatutan dan kebiasaan.
Hak-hak pasien yang tertulis dalam Pasal 53 ayat (2), dihormati dan
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, antara lain :
1. Hak atas informasi.
2. Hak untuk memberikan persetujuan.
3. Hak atas rahasia kedokteran.
4. Hak atas pendapat kedua.
Dan, Sebagai seorang pasien harus percaya bahwa :
1. Dokter memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan untuk
menyembuhkan penyakitnya
2. Dokter itu akan bekerja dengan teliti dan hati-hati, dengan
perkataan lain bahwa ia akan bekerja secara lege artis.
3. Dokter itu akan berusaha sebisanya untuk menyembuhkannya

Anda mungkin juga menyukai