Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Pena Hukum (JPH)

Fakultas Hukum Universitas Pamulang


Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK DALAM


PROSES PERDAGANGAN BARANG DAN JASA
Oleh:
Azzahra Pinta Siti Fasicha, Juan Mei Sandi, Nanang Hidayatulloh
Universitas Pamulang
Zahrapintaa28@gmail.com

Abstrak
Dalam dunia perdagangan barang atau jasa, merek merupakan salah satu bentuk karya
intelektual yang penting karena merek merupakan pembeda suatu produk dengan produk
lainnya. Merek memiliki nilai strategis dan penting bagi penjual atau pembeli. Sebuah
merek dapat menjadi aset yang sangat berharga secara komersial dan seringkali mereklah
yang membuat suatu produk menjadi mahal atau bahkan lebih berharga daripada
perusahaan. Di Indonesia sendiri, dengan cara mengubah dan menambah Undang-
Undang Merek sedemikian rupa sejak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 kemudian
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, kemudian diubah lagi dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dan kemudian diubah lagi dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis hingga saat ini,
membuktikan bahwa peran merek memang sangat penting dan perlu dilindungi. Undang-
Undang No. 20 Tahun 2016 bertujuan untuk lebih memberikan perlindungan hukum bagi
pemegang hak atas merek dagang. Dan bahwa untuk menjamin perlindungan hukum atas
merek dalam proses perdagangan barang dan jasa, maka para pemilik merek diharapkan
dapat mendaftarkan mereknya guna mendapatkan kepastian hukum.
Kata kunci : Perlindungan, Hak Merek.

Abstract

In the world of trade in goods or services, a brand is an important form of intellectual


work because a brand is a differentiator of a product with other products. Brands have
strategic and important value for sellers or buyers. A brand can be a very valuable asset
commercially and it is often the brand that makes a product expensive or even more
valuable than the company. In Indonesia itself, by amending and adding to the
Trademark Law in such a way since Law Number 21 of 1961 then amended by Law
Number 12 of 1992, then amended again by Law Number 15 of 2001, and then amended
again with Law Number 20 of 2016 concerning Marks and Geographical Indications to
date, proves that the role of brands is indeed very important and needs to be protected.
Law No. 20 of 2016 aims to provide more legal protection for holders of trademark
rights. And that in order to guarantee legal protection of trademarks in the process of
trading in goods and services, it is hoped that brand owners can register their
trademarks in order to obtain legal certainty.
Keywords : Protection, Rights of Brand.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

A. PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin meluasnya arus globalisasi yang membawa pengaruh
terhadap bidang ekonomi, perdagangan, hukum serta bidang kehidupan lainnya.
Pengaruh adanya komunikasi yang lebih mudah, bertambah pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia lebih mengecil, sehingga
telah menjadikan pemanfaatan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) ini baik secara
Nasional maupun Internasional.
Di negara-negara yang perkembangan kegiatan ekonomi dan perdagangan telah maju,
terutama di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, terdapat cara pemikiran yang
memberikan penghargaan yang tinggi terhadap HKI. Perkembangan kegiatan ekonomi
dan perdagangan tersebut membawa pengaruh terhadap penggunaan dan pemanfaatan
HKI, yang melintasi batas-batas negara, sehingga HKI memerlukan suatu perlindungan
hukum baik secara bilateral maupun multilateral. Upaya yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan tersebut adalah dengan membentuk konvensi-konvensi
Internasional.1
Hak atas Kekayaan Intelektual menjadi issue yang menarik untuk dikaji karena
perannya yang semakin menentukan terhadap laju percepatan pembangunan nasional,
terutama dalam era globalisasi. Dalam hubungan ini, era globalisasi dapat dianalisis dari
dua karakteristik dominan. Pertama, era globalisasi ditandai dengan terbukanya secara
luas hubungan antar-bangsa dan antar-negara yang didukung dengan transparansi
dalam informasi. Dalam transparansi informasi yang semakin canggih dan mudah
diakses ini, berbagai kejadian atau penemuan di suatu belahan dunia akan dengan
mudah diketahui dan segera tersebar ke belahan dunia lainnya. Hal ini membawa
implikasi, bahwa pada saatnya segala bentuk upaya penjiplakan, pembajakan dan
sejenisnya tidak lagi mendapat tempat dan tergusur dari fenomena kehidupan antar-
bangsa.2
Kedua, era globalisasi membuka peluang semua negara di dunia untuk mengetahui
potensi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing. Kendati pun tendensi yang

1
Gunawati Ane, 2015, Perlindungan Merek Terkenal Barang dan Jasa Tidak Sejenis Terhadap Persaingan Usaha Tidak
Sehat, Bandung, PT.Alumni, halaman 102.
2
Rahmi Jened, 2015, Hukum Merek Trademark Law Dalam Era Global Dan Integrasi Ekonomi,Jakarta,Prenada Media
Group, halaman 3.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

mungkin terjadi dalam hubungan antar-negara didasarkan pada upaya pemenuhan


kepentingan secara timbal balik, namun justru negara yang memiliki kemampuan lebih
akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Mengacu pada dua hal tersebut, upaya perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan
Intelektual sudah saatnya menjadi perhatian, kepentingan, dan kepedulian semua pihak
agar tercipta kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan inovatif
yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan inovatif dan kreatif yang menjadi
syarat batas dalam menumbuhkan kemampuan penerapan, pengembangan dan
penguasaan teknologi.
Merek dapat pula menjadi asset perusahaan apabila produk barang atau jasa yang
dihasilkan dengan menggunakan merek tersebut berhasil menjadi barang atau jasa yang
banyak diminati dan digunakan oleh sebagian besar masyarakat. Maka dari itu nerek yang
bersangkutan akan menjadi “kata kunci” bagi masyarakat yang akan membeli suatu
barang.3
Kebutuhan untuk melindungi merek terkenal menjadi hal yang sangat penting, dalam
menghadapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam perdagangan barang dan jasa.
Perlindungan terhadap merek terkenal sangat dibutuhkan untuk menghindari kerugian
pemegang merek dan konsumen pemakai barang dan jasa. Pelanggaran terhadap merek
terkenal mengakibatkan menurunnya kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut,
karena konsumen menganggap barang dan jasa yang mutunya baik tersebut kualitasnya
sudah menurun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya omzet penjualan, sehingga
merugikan pemegang merek. Selain itu, konsumen akan memperoleh barang atau jasa yang
mutunya lebih rendah dibandingkan dengan merek asli yang sudah terkenal. Karena
berada dalam ranah antar negara, keberadaan asas dan kaidah hukum tentang
perlindungan terhadap merek terkenal pertama kali merupakan asas dan kaidah yang
diletakkan oleh hukum internasional. Pada gilirannya, asas dan kaidah hukum
internasional tersebut harus diimplementasikan dan diaplikasikan oleh negara dalam
forum domestiknya. Asas dan kaidah hukum internasional yang memberikan perlindungan
hukum terhadap merek terkenal tidak akan efektif tanpa diimplementasikan dalam tata

3
Trisno Raharjo, “Analisis Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim Dalam PutusanPutusan Perkara Merek Terkenal di
Indonesia”, Laporan Penelitian, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1999, hlm. 1
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

hukum nasional masing-masing negara yang dibebani kewajiban internasional tersebut.4


Di antara bidang-bidang HKI yang ada pasca hadirnya TRIPS (The Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights), masalah merek merupakan hal yang
penting. Inti permasalahan tersebut berhubungan dengan perlindungan terhadap
pemegang merek yang sah kemudian diakui oleh orang lain secara melawan hukum.
Permasalahan merek merupakan hal yang bersifat kompleks, hal ini dapat dilihat dari
penjelasan berikut ini: Perkembangan yang terjadi dalam hukum merek juga
mengharuskan pemerintah untuk selalu memperbarui peraturan yang ada agar dapat
mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan di bidang perdagangan dan investasi
telah berkembang semakin pesat, sehingga dengan adanya Undang-undang Merek dapat
menampung perkembangan yang ada diharapkan tidak hanya memberikan perlindungan
bagi pemilik merek tetapi juga meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. (Sudargo
Gautama dan Rizawanto Winata. 2002:5).5
Merek pada hakikatnya merupakan sebuah tanda. Merek adalah tanda yang dapat
ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,
dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi
dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau
jasa.6
Hukum perdata di Indonesia mengenal asas first-to-file yang pada intinya adalah dalam
kasus pengakuan hak atas kekayaan intelektual oleh beberapa pihak dalam suatu
penemuan atau ciptaan yang sama, maka orang/badan hukum yang pertama kali
mendaftarkan hak atas kekayaan intelektualnya kepada instansi yang berwenang yaitu ke
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
adalah sebuah unsur pelaksana Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4
Nurul Intan Sari, Siti, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Berdasarkan Konvensi Paris Dan Perjanjian Trips
Serta Penerapannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek”, Jurnal Yuridis, Vol. 2, No. 2.
2015, hlm.166.
5
Tommy, Perlindungan Merek, Cetakan kedua: Maret 2018 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia) h.13
6
http://fh.ubb.ac.id/img_ubb/file1/Opini/Darwance_Pentingnya%20Hak%20Kekayaan%20Intelektual.pdf Diakses pada
tanggal 6 April 2022, pukul 11.55 WIB
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

Indonesia memberi perhatian lebih kepada HKI dengan bergabung menjadi anggota
organisasi internasional, salah satunya yaitu Paris Convention yang kemudian diratifikasi
dengan Keppres No. 15 Tahun 1997 dan juga menandatangani TRIPs (Trade Related Aspect
of Intellectual Property Rights) Agreement dan meratifikasinya melalui Keppres No.7
Tahun 1997. Dengan diratifikasinya Paris Convention dan TRIPs Agreement maka
Indonesia wajib untuk menyesuaikan undang-undang yang ada dengan ketentuan yang
diatur dalam perjanjian internasional tersebut.7
Merek merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia bisnis.
Pentingnya suatu merek dalam mempengaruhi berkembangnya bisnis suatu barang atau
jasa dapat dilihat dari adanya keinginan masyarakat yang merupakan pembeli atau
konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang memiliki merek terkenal. Tidak jarang
dalam kehidupan sosial masyarakat ada anggapan bahwa merek barang atau jasa yang
digunakan dapat menunjukkan status sosial pemakai merek. Keadaan seperti ini yang
dimanfaatkan oleh para oknum pengusaha yang tidak bertanggung jawab, sehingga banyak
konsumen yang tertipu dengan menggunakan merek yang sama tapi dengan kualitas yang
berbeda. Namun di sisi lain, banyak juga konsumen yang meski mengetahui barang yang
dibelinya merupakan barang palsu atau jiplakan tetap membelinya. Mereka tidak mampu
membeli barang yang asli karena harganya yang terlampau mahal. Ketidakmampuan
masyarakat kebanyakan untuk membeli barang asli dipandang oleh para pedagang sebagai
peluang bisnis yang menjanjikan.
Bagi Produsen, Merek selain untuk membedakan produknya dengan produk
perusahaan lain yang sejenis, juga dimaksudkan untuk membangun citra perusahaan
dalam pemasaran. Bagi konsumen, Merek selain mempermudah pengindentifikasian juga
menjadi symbol harga diri. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pilihan barang dari
Merek tertentu, cenderung untuk menggunakan barang dengan Merek tersebut seterusnya
dengan berbagai alasan seperti karena sudah mengenal lama, terpercaya kualitas
produknya, dan lain-lain sehingga fungsi merek sebagai jaminan kualitas semakin nyata.
Perlindungan hukum bagi pemegang merek yang sah dimaksudkan untuk
memberikan hak yang sifatnya eksklusif (khusus) bagi pemegang merek (exclusive right)
7
Ida Ayu Windhari Kusuma Pratiwi, “Pelanggaran Merek Terkenal Dan Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Dalam
Perspektif Paris Convention, Trips Agreement Dan Uu Merek Indonesia”. Jurnal Magister Hukum Udayana, Vol. 7, No. 3.
2014, hlm. 424
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

agar pihak lain tidak dapat menggunakan tanda yang sama atau mirip dengan yang
dimilikinya untuk barang yang sama atau hampir sama. Hak khusus tersebut bersifat
monopoli, artinya hanya pemegang merek yang dapat menggunakannya. Pemegang merek
dapat menggunakan mereknya dengan catatan tanpa melanggar aturan-aturan yang ada
dalam penggunaan merek, sekaligus melarang pihak lain untuk menggunakan mereknya
atau memberi izin.
Di Indonesia, pengaturan tentang hak atas merek diatur dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Undang – undang ini merupakan
pengganti dari UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Di negara Indonesia sendiri
menganut sistem “first to file” sehingga dikatakan bahwa barang siapa pertama kali
mendaftar dalam HAKI terutama merek maka dia yang berhak atas merek tersebut.
Munculnya UU Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis merupakan
wujud pemerintah dalam mengakomodir aspek yuridis para pelaku usaha sehingga usaha
perdagangan baik perorangan ataupun badan usaha bisa menjamin secara hukum kegiatan
ekonomi secara keseluruhan.8
Di Indonesia pengaturan tentang merek sebagaimana di atur dalam ketentuan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang meratifikasi dari
konvensi paris pada tahun 1979. Yang akar atau basis dari aturan ini terdapat pada Article
5 (2) Paris Conventions:
“Use of trademark by the proprietor in a from differing in elements which do not alter
the distinctive character of the mark in the from in wich it was registered in one of the
countries of the union shall not entail invalidation of registration and shall not disminish
the protection granted to the mark”.
Terjemahan bebasnya adalah Penggunaan merek dari pemilik dalam bentuk dengan
unsur-unsur yang berbeda tetapi tidak menghilangkan karakter pembeda dari dalam
bentuk dimana merek tersebut didaftarkan di satu Negara peserta konvensi, tidak
mengakibatkan pembatalan dari pendaftarannya dan tidak menghilangkan perlindungan

8
Cita Yustisia Serfiyani & Iswi Serfiyani & R. Serfianto D.P., 2017, Buku Pintar HAKI dan Warisan Budaya, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, hal. 420.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

yang telah diberikan sebagai merek terdaftar.9


Untuk itu, penelitian ini penting dilakukan mengingat merek merupakan hal yang sangat
penting dalam dunia bisnis. Merek sangat erat kaitannya dengan dunia perdagangan baik
berupa perdagangan barang maupun jasa. Fungsi merek dalam dunia perdagangan ialah
agar konsumen dapat membedakan hasil suatu produk tertentu dengan produk lainnya
untuk barang atau jasa yang sejenis. Dengan adanya perlindungan hukum atas suatu merek
menunjukkan bahwa Negara berkewajiban dalam menegakkan hukum merek. Oleh karena
itu apabila ada pelanggaran merek terdaftar, pemilik merek dapat mengajukan gugatan ke
Kantor Pengadilan. Dengan perlindungan tersebut maka akan terwujud keadilan yang
menjadi tujuan dari hukum. Salah satu tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan
masyarakat. Dengan perlindungan hukum maka pemilik merek yang sah terlindungi hak-
haknya. Negara wajib memberikan perlindungan terhadap pihak-pihak yang dirugikan
sesuai dengan konteks State Law.

A. PERMASALAHAN
Dari uraian diatas, maka dapat dikemukakan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan pendaftaran merek berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis?
2. Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak atas Merek yang diatur dalam Undang-
undang?
3. Bagaimana prosedur pendaftaran, pengalihan dan penghapusan perlindungan atas
merek di Indonesia?

B. METODE PENELITIAN
Oleh karena ruang lingkup penelitian ini adalah pada disiplin Ilmu Hukum, maka
penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hukum kepustakaan yakni dengan
“cara meneliti bahan pustaka” yang dinamakan penelitian hukum normatif.
Secara terperinci, metode-metode dan teknik-teknik yang digunakan dalam penulisan
ini ialah:
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, maka penulis menggunakan Metode Penelitian

9
Rahmi Jened, Op.cit., Hlm. 4-5
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

Kepustakaan (Library Research), yakni suatu metode yang digunakan dengan jalan
mempelajari literatur-literatur yang berhubungan, konvensi-konvensi internasional,
serta bahan-bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi pembahasan
yang digunakan untuk mendukung pembahasan ini.
2. Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan suatu teknik pengolahan data secara
deduksi dan induksi, sebagai berikut:
a. Secara Deduksi, yaitu pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
umum, kemudian dibahas menjadi suau kesimpulan yang bersifat khusus.
b. Secara Induksi, yaitu pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
khusus, kemudian dijabarkan kedalam suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Kedua metode penelitian dan teknik penulisan tersebut dipakai secara bergantian oleh
penulis untuk mendukung pembahasan penulisan ini. Selain itu, literature-literatur yang
dipakai dalam penulisan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif, yang hasilnya disusun dalam bentuk karya ilmiah.
C. PEMBAHASAN
Pengaturan tentang Tata Cara Pendaftaran Merek di Indonesia
Pendaftaran suatu merek tentu saja telah diatur dalam Undang-Undang Merek tahun
2016. Namun, pendaftaran suatu merek merek ternyata permah memiliki 2 (dua) sistem
pendaftaran. Sistem yang pertama adalah sistem sistem deklaratif, digunakan pada
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961, sedangkan sistem konstitutif digunakan sejak
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 sampai Undang-Undang merek terbaru tahun
2016.
Berkenaan dengan pendaftaran, Indonesia mengenal atau menganut asas konstitutif
yaitu hak atas merek diperoleh atas pendaftarnya. Artinya, pemegang hak merek adalah
seseorang yang mendaftar pertama kali di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan
Intelektual. Jadi pendaftaran adalah mutlak untuk terjadinya hak merek. Tanpa
didaftarkan tidak ada hak merek, juga tidak ada pelindungan, tetapi sekali telah
didaftarkan dan memperoleh sertifikat merek, maka ia akan dilindungi dan orang lain
tidak dapat memakai merek yang sama, dengan perkataan hanya dianggap sebagai hak
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

khusus atau hak eksklusif.10


Meski demikian, perlu untuk diketahui mengenai sistem pendaftaran merek secara
internasional. Hal ini dirasa perlu guna menjadi perbandingan dengan sistem pendaftaran
merek di Indonesia. Secara internasional menurut Soegondo Soemodiredjo ada dikenal 4
sistem pendaftaran merek yaitu:11
a. Pendaftaran merek tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Menurut sistem ini merek
yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat-syarat
permohonannya telah dipenuhi antara lain pembayaran biaya permohonan,
pemeriksaan dan pendaftaran. Tidak diperiksa apakah merek tersebut memenuhi
syarat-syarat lain yang ditetapkan dalam undang-undang, misalnya tidak diperiksa
apakah merek tersebut pada keseluruhannya atau pada pokoknya ada persamaan
dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain.
Sistem ini dipergunakan misalnya oleh negara Perancis, Belgia, Luxemburg, dan
Rumania.
b. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu. Sebelum didaftarkan merek
yang bersangkutan terlebih dahulu diperiksa mengenai syarat-syarat permohonannya
maupun syarat-syarat mengenai merek itu sendiri. Hanya merek yang memenuhi
syarat dan tidak mempunyai persamaaan pada keseluruhan atau pada pokoknya
dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain dapat
didaftarkan. Misalnya sistem ini dianut oleh Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Jepang
dan Indonesia.
c. Pendaftaran dengan pengumuman sementara. Sebelum merek yang bersangkutan
didaftarkan, merek itu diumumkan lebih dahulu untuk memberi kesempatan kepada
pihak lain untuk mengajukan keberatankeberatan tentang pendaftaran merek
tersebut.Sistem ini dianut antara lain negara Spanyol, Colombia, Mexico, Brazil dan
Australia.
d. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya merek-
merek terdaftar lain yang ada persamaannya. Pemohon pendaftaran merek diberitahu
bahwa mereknya mempunyai persamaaan pada keseluruhan atau pada pokoknya

10
Saidin 2, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 361
11
Soegondo Soemodiredjo, Merek Perusahaan dan Perniagaan, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara, 1963, hlm. 10-11
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain.Walaupun
demikian, jika pemohon tetap menghendaki pendaftaran mereknya, maka mereknya itu
didaftarkan juga. Sistem ini dipakai oleh negara Swiss dan Australia. Suatu merek dapat
menjadi merek terdaftar harus melalui prosedur pendaftaran merek yang ada. Merek
tersebut harus didaftarkan dengan memenuhi syarat-syarat pendaftaran merek. Dalam
waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya
permohonan untuk didaftar, kantor merek akan mengumumkan permohonan tersebut
dalam Berita Resmi Merek. Pengumuman tersebut akan berlangsung selama 1 (satu) hari
yang dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan
secara berkala, atau dengan menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah
serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat misalnya internet.

Pendaftaran merek dapat dimintakan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa
secara bersamaan.12 Prosedur demikian ini memberikan kemudahan kepada pemilik merek
dan pemeriksa merek karena administrasi dan penanganan pemeriksaannya lebih
sederhana, dan pula tidak bertentangan dengan ketentuan yang mengatur perlindungan
hukum terhadap orang atau jasa yang berada pada jenis yang bersangkutan.
Pendaftaran merek ini akan menimbulkan 2 (dua) hal, yaitu subjek hukum merek dan
tentu saja objek hukum merek.
1) Subyek Hukum Merek
Menurut Soedjono Dirdjosisworo, subjek hukum atau subject van een recht
yaitu“orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi atau badan hukum yang
berhak,berkehendak atau melakukan perbuatan hukum. Subjek hukum memiliki
kedudukan dan peranan yang sangat penting didalam bidang hukum, khususnya
hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat mempunyai wewenang
hukum. Menurut ketentuan hukum, dikenal 2 macam subjek hukum yaitu manusia
dan badan hukum.13 Orang yang memperoleh hak atas merek disebut pemilik hak atas
merek, namanya terdaftar dalam Daftar Umum Merek yang diumumkan dalam Berita
Resmi Merek.

12
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, Pasal 6.
13
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2006, hlm. 50
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

Menurut Abdulkadir Muhammad Pemilik Merek terdiri dari:14


a. Orang perseorangan (one person);
b. Beberapa orang secara bersama-sama (several persons jointly), atau
c. Badan hukum (legal entity).
Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karena pemilik mereka adalah orang
yang membuat merek itu sendiri. Dapat pula terjadi seseorang memiliki merek berasal dari
pemberian atau membeli dari orang lain.15 Subjek hak atas merek yang diatur dalam
Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis adalah pihak yang mengajukan permohonan
pendaftaran merek dan pihak yang menerima permohonan pendaftaran merek dalam hal ini
adalah kuasa yang telah diberikan oleh pemohon atau pejabat kantor Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).16
2) Objek Hak atas Merek
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (manusia atau badan
hukum) yang dapat menjadi pokok suatu perhubungan hukum, karena sesuatu itu dapat
dikuasai oleh subjek hukum.17
Dalam hal ini tentunya sesuatu itu mempunyai harga dan nilai, sehingga memerlukan
penentuan siapa yang berhakatasnya, seperti benda-benda bergerak ataupun tidak bergerak
yang memiliki nilai dan harga, sehingga penguasaannya diatur oleh kaidah hukum. Barang
adalah objek hak milik. Hak juga dapat menjadi objek hak milik. Karena itu benda adalah
objek hak milik. Dalam arti hukum, yang dimaksud dengan benda ialah segala sesuatu yang
menjadi objek hak milik. Semua benda dalam arti hukum dapat diperjualbelikan, dapat
diwariskan dan dapat diperalihkan kepada pihak lain.
Adapun objek hukum yang dinyatakan dalam Pasal 503 KUHPdt yaitu: “Tiap-tiap
kebendaan adalah bertubuh atau tidak bertubuh.” Benda dapat dibagi menjadi 2 macam
yaitu:
a. Benda berwujud (lichamelijke zaken), yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca
indera seperti tanah, meja dan sebagainya;

14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.130
15
Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Pekanbaru, Rineka Cipta, 2008, hlm. 9
16
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Buku panduan Hak Kekayaan
Intelektual. Tangerang. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, 2008
17
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm. 285
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

b. Benda yang tidak berwujud (onlichamelitje zaken), yaitu segala hak.


Merek yang telah terdaftar di Ditjen HKI membawa akibat bagi pemilik merek
memperoleh hak atas merek. Pemilik merek diberi hak eksklusif oleh negara untuk
menggunakan mereknya dalam dunia perdagangan. Oleh karena itu pemilik merek
harus konsekuen dengan merek yang telah terdaftar tersebut. Konsekuensinya pemilik
merek harus tetap menggunakan mereknya untuk berdagang dengan tetap memproduksi
objek sesuai dengan kelasnya sebagaimana dalam pendaftaran merek.
Apabila pemilik merek pasif, tidak melakukan kegiatan perdagangan dengan
menggunakan merek yang telah terdaftar, maka akibatnya merek tidak mendapat
perlindungan hukum untuk masa yang akan datang. Dalam hal ini ada dua kemungkinan
yang dapat terjadi, yaitu:
a. Pemilik merek tidak dapat memperpanjang masa perlindungan merek;
b. Ditjen HKI melakukan penghapusan pendaftaran merek.
Mengenai pemilik merek tidak dapat memperpanjang masa perlindungan mereka lah
sudah sangat logis karena mereknya saja tidak digunakan dalam perdagangan, tidak ada
gunanya pemilik merek diberi kesempatan untuk memperpanjang masa perlindungan
mereknya. Kalaupun dilakukan perpanjangan masa perlindungannya merupakan
pekerjaan yang sia-sia karena tidak ada gunanya sama sekali. Merek yang demikian
walaupun tetap dilindungi hukum akan tetapi tidak ada nilainya. Merek terdaftar yang
tidak digunakan oleh pemiliknya sudah tepat apabila pendaftaran mereknya dihapuskan.
Merek yang tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut akan dihapuskan dari
pendaftarannya. Pemiliknya saja sudah tidak lagi menggunakannya dan untuk apa harus
tetap dilindungi oleh hukum. Dengan dilakukan penghapusan pendaftaran merek oleh
Ditjen HKI dapat mencegah perbuatan pelanggaran merek oleh pihak lain yang sengaja
memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan yang tidak wajar.

Jangka Waktu Perlindungan Hak atas Merek


Jangka waktu perlindungan merek terdaftar diatur dalam Pasal 35, 36, 37, 38 dan 39.
Dalam Pasal 35 Undang-Undang Merek mengatur mengenai jangka waktu pelindungan
dan perpanjangan merek terdaftar, sebagai berikut:
(1) Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun sejak Tanggal Penerimaan.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

(2) Jangka waktu pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara
elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia oleh pemilik Merek atau
Kuasanya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
pelindungan bagi Merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya.
(4) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masih dapat
diajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka
waktu pelindungan Merek terdaftar tersebut dengan dikenai biaya dan denda sebesar
biaya perpanjangan.
Menurut Pasal 36 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis, permohonan
perpanjangan disetujui apabila:
a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa
sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek tersebut; dan
b. Barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan
atau/ diperdagangkan.
Pasal 37
(1) Permohonan perpanjangan ditolak jika tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 36.
(2) Penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan
menyebutkan alasannya.
(3) Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan permohonan banding kepada Komisi
Banding Merek.
(4) Ketentuan mengenai permohonan banding sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 sampai dengan pasal 30 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
penolakan permohonan perpanjangan.

Pasal 38
(1) Perpanjangan Merek terdaftar yang berupa logo atau lambang perusahaan atau
badan hukum, tidak memerlukan prosedur sebagaimana dimaksud dalam pasal
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

35 sampai dengan Pasal 37, akan tetapi cukup dengan melakukan pembayaran
biaya perpanjangan Merek terdaftar dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu pelindungan bagi Merek ' terdaftar,
sepanjang tidak terjadi sengketa terhadap perpanjangan Merek dimaksud.
(2) Dalam hal terjadi sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan
pendaftaran permohonan perpanjangan Me:ek ditetapkan setelah memiliki
purusan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 39
(1) Perpanjangan jangka waktu pelindungan Merek terdaftar dicatat dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(2) Perpanjangan jangka waktu pelindungan Merek terdaftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek
atau Kuasanya.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara permohonan
perpanjangan jangka waktu pelindungan Merek terdaftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Prosedur Pendaftaran, Pengalihan dan Penghapusan Perlindungan atas Merek


di Indonesia
Merek mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi, terutama
dalam dunia perdagangan barang dan jasa untuk membedakan dengan produk lain yang
sejenis dalam satu kelas. Kelas barang dan jasa adalah kelompok jenis barang dan jasa
yang mempunyai sifat, cara pembuatan dan tujuan penggunaannya.18
Pendaftaran merek merupakan alat bukti yang sah atas merek terdaftar. Pendaftaran
merek juga berguna sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhannya
atau sama pada pokoknya yang dimohonkan oleh orang lain untuk barang atau jasa
sejenis. Pendaftaran merek sebagai dasar mencegah orang lain memakai merek yang
sama pada pokoknya atau secara keseluruhan dalam peredaran barang atau jasa.
1. Prosedur Pendaftaran Merek
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan

18
http://yudicare.wordpress.com/2011/03/17/pentin gnya-pendaftaran-haki-merek/ dilihat pada tanggal 13 Juli pukul
13.20
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

hukum terhadap hak atas merek. Pendaftaran merek dilakukan pada Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat Jendral HKI adalah instansi pendaftaran merek yang
ditugaskan untuk mendafratarkan merek yang dimohonkan pendaftarannya oleh pemilik
merek. Pendaftaran merek dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah
ditentukan oleh UU No. 20 Tahun 2016.
Pendaftaran merek dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa pendaftar
dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya.
Hak atas merek tidak ada tanpa pendaftaran. Inilah yang lebih membawa kepastian.
Karena jika seseorang dapat membuktikan ia telah mendaftarkan suatu merek dan ia
diberikan suatu Sertifikat Merek yang merupakan bukti daripada hak miliknya atas suatu
merek, maka orang lain tidak dapat mempergunakannya dan orang lain tidak berhak untuk
memakai merek yang sama untuk barang-barang yang sejenis pula. Jadi sistem konstitutif
ini memberikan lebih banyak kepastian.
Mengacu pada pengertian merek dalam BAB I UU tentang Merek dan Indikasi
Geografis Pasal 1 ayat 5, jelas disebutkan merek merupakan hak eksklusif yang diberikan
negara kepada pemilik merek yang telah terdaftar. Jadi yang ditekankan disini adalah
bahwa hak atas merek tercipta karena pendaftaran dan bukan karena pemakaian pertama.
Jelas disini dipakai sistem konstitutif. Dan hal ini menjamin lebih terwujudnya kepastian
hukum.
Hanya orang yang didaftarkan sebagai pemilik yang dapat memakai dan memberikan
orang lain hak untuk memakai (dengan sistem lisensi). Tetapi tidak mungkn orang lain
memakainya. Dan jika tidak didaftar, tidak ada perlindungan sama sekali karena tidak ada
hak atas merek.19
Selanjutnya Pasal 21 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan pula
bahwa: “Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik”.20
Dari ketentuan pasal tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa dalam Undang-Undang
Merek dan Indikasi Geografis tahun 2016, meskipun menganut sistem konstitutif, tetapi
tetap asasnya melindungi pemilik yang beritikad baik. Hanya permintaan yang diajukan
oleh pemilik merek yang beritikad baik saja yang dapat diterima untuk didaftarkan. Dengan

19
Ibid, hal 367.
20
Lihat UU No. 16 Tahun 2016 Pasal 21
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

demikian aspek perlindungan hukum tetap diberikan kepada mereka yang beritikad baik.
Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU Merek dan Indikasi
Geografis Tahun 2016 diatur dalam Pasal 4 yang menentukan bahwa:
(1) Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya kepada
Menteri secara elektronik atau nonelektronik dalam bahasa lndonesia.
(2) Dalam Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan:
a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;
b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;
c. nama lengkap dan alamat Kuasa jika Permohonan diajukan melalui Kuasa;
d. warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur
warna;
e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal
Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas; dan
f. kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis
jasa.
(3) Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan label Merek
dan bukti pembayaran biaya.
(5) Biaya Permohonan pendaftaran Merek ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.
(6) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa bentuk 3 (tiga)
dimensi, label Merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek
tersebut.
(7) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa suara, label Merek
yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.
(8) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan surat
pernyataan kepemilikan Merek yang dimohonkan pendaftarannya.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pengalihan Hak Merek
Hak atas merek merupakan hak khusus yang diberikan oleh negara kepada peilik merek
terdaftar. Oeh karena itu, pihak lain tidak dapat menggunakan merek terdaftar tanpa seizin
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

pemiliknya. Pengalihan hak atas merek terdaftar merupakan suatu tindakan pemilik merek
untuk mengalihkan hak kepemilikannya kepada orang lain.
Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 menyatakan hak atas merek
terdaftar dapat dialihkan karena:
a. Pewarisan;
b. Wasiat;
c. Wakaf;
d. Hibah
e. Perjanjian; atau
f. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan
Pengalihan hak atas merek terdaftar wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan disertai dokumen yang mendukung. Jika
pencatatan tidak dilakukan, pengalihan hak atas merek tidak berakibat hukum kepada
pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan prinsip kekuatan berlaku terhadap pihak ketiga pada
umumnya karena pencatatan dalam suatu daftar umum (registrasi).21 Untuk Pengalihan
Merek Kolektif terdaftar wajib dimohonkan pencatatannya kepada Menteri dengan dikenai
biaya serta dicatat dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Orang yang berminat menggunakan merek milik orang lain yang terdaftar harus terlebih
dahulu mengadakan perjanjian lisensi dan dan wajib dimohonkan pencatatannya kepada
Menteri dengan dikenai biaya. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 dalam Pasal 1 butir 18
menyatakan bahwa: “Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar
kepada pihak lain berdasarkan perjanjian secara tertulis sesuai peraturan perrrndang-
undangan untuk menggunakan Merek terdaftar.”
Dari pengertian diatas, batasan lisensi merek adalah pemilik merek sudah
mencatatkan Permohonannya. Penggunaan merek oleh lisensi dianggap sebagai
penggunaan merek oleh lisensor, sehingga apabila lisensor tidak menggunakan sendiri
mereknya, kekuatan hukum pendaftarannya tidak akan dihapus.
3. Penghapusan Perlindungan Atas Merek
Konsekuensi dari merek yang telah didaftar adalah harus dipergunakan dengan permintaan
pendaftarannya. Undang-Undang Merek menghendaki pemilik merek bersikap jujur dalam

21
Dwi Rezki Sri Astarini, Penghapusan Merek Terdaftar, P.T. Alumni, Bandung 2009. hal 56.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

menggunakan mereknya, artinya merek yang telah didaftar dipergunakan sesuai kelas
barang atau jasa yang didaftarkan juga harus sama bentuknya dengan merek yang
dipergunakan. Apabila merek yang telah didaftarkan tidak dipergunakan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang, akan mengakibatkan pendaftaran
merek yang bersangkutan dihapuskan. Pengaturan mengenai penghapusan merek terdaftar
yang berlaku sekarang diatur dalam Bab XII mengenai Penghapusan dan Pembatalan
Pendaftaran Merek dari Pasal 72 sampai dengan Pasal 75 Undang-Undang Merek No. 20
Tahun 2016.
Pasal 72
(1) Penghapusan Merek terdaftar dapat diajukan oleh pemitik Merek yang
bersangkutan kepada Menteri.
(2) Permohonan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan
oleh pemilik Merek atau melalui Kuasanya, baik untuk sebagian maupun seluruh
jenis barang dan/atau jasa.
(3) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih terikat perjanjian
Lisensi, penghapusan hanya dapat dilakukan jika hal tersebut disetujui secara
tertulis oleh penerima Lisensi.
(4) Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya
dimungkinkan jika dalam perjanjian Lisensi, penerima Lisensi dengan tegas
menyetujui untuk mengesampingkan adanya persetujuan tersebut.
(5) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat
dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(6) Penghapusan Merek terdaftar dapat dilakukan atas prakarsa Menteri.
(7) Penghapusan Merek terdaftar atas prakarsa Menteri dapat dilakukan jika:
a. memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhannya dengan
Indikasi Geografis;
b. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,
moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum; atau
c. memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya
tradisional, warisan budaya tak benda, atau nama atau logo yang sudah
merupakan tradisi turun temurun.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

(8) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dapat dilakukan
setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Banding Merek.
(9) Komisi Banding Merek memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) berdasarkan permintaan Menteri.
Pasal 73
(1) Pemilik Merek yang keberatan terhadap keputusan penghapusan Merek
terdaftar atas prakarsa Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (6
dan ayat (7) dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara.
(2) Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung.
Pasal 74
(1) Penghapusan Merek terdaftar dapat pula diajukan oleh pihak ketiga yang
berkepentingan dalam bentuk gugatan ke Pengadilan Niaga dengan alasan
Merek tersebut tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian
terakhir.
(2) Alasan Merek tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku dalam hal adanya:
a. larangan impor;
b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan
Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berrn'enang yang
bersifat sementara; atau
c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Penghapusan Merek terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pada dasarnya. perlindungan hukum atas merek dalam perdagangan barang dan jasa
memang mutlak diperlukan untuk mencegah dan menghindari paraktek-praktek yang
tidak jujur, seperti pemalsuan dan pembajakan, serta memperoleh kepastian hukum.
Untuk itu negara telah mengatur ketentuan-ketentuan hukum mengenai perlindungan
merek yang disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di era global yang
tujuannya adalah mengakomodasi semua kepentingan yang ada guna menciptakan
perlindungan hukum.
2. Model pengaturan pendaftaran Merek untuk memberikan kepastian hukum yang adil,
yaitu memberlakukan Sistem Konstitutif atau “First to File” secara ketat dan konsisten.
Hak dan perlindungan Merek hanya diberikan kepada pemilik Merek terdaftar, dan
gugatan pembatalan hanya dapat dilakukan oleh pemilik Merek Terdaftar. Di samping
itu, penerapan Sistem Konstitutif tidak hanya menyangkut kewajiban yang beraspek
hak keperdataan bagi kepentingan pendaftar saja, tetapi juga menyangkut aspek
kepentingan publik, dengan memberikan sanksi bagi yang menggunakan Merek namun
tidak mendaftarkan Merek-nya.
3. Prosedur pendaftaran, Pengalihan dan Penghapusan perlindungan hak atas merek
telah diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan kepastian hukum. Pada intinya,
pendaftaran merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan perlindungan hukum
atas merek. Pendaftaran merek dilakukan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual. Direktorat Jenderal HKI dengan memenuhi prosedur yang telah
ditentukan dalam Undang-Undang Merek. Demikian pula halnya dengan pengalihan
dan penghapusan perlindungan atas merek dapat dilakukan jika telah memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Merek.
2. Saran
Untuk menjamin perlindungan hukum atas merek dalam proses perdagangan barang
dan jasa, maka para pemilik merek diharapkan dapat mendaftarkan mereknya guna
mendapatkan kepastian hukum. Selain itu, pengalihan dan penghapusan hak atas merek
harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan undang-undang demi terjaminnya suatu
perlindungan hukum. Diperlukan tindakan yang tegas terhadap pihak-pihak yang
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

melanggar hak atas merek. Untuk itu, penyediaan perangkat hukum dibidang merek harus
didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan benar-benar berkompeten dalam
mengurus persolan dibidang merek. Perangkat hukum yang ada diharapkan memberikan
sanksi yang tegas bagi pelaku pelanggaran hukum merek agar timbul efek jera bagi
masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran hukum khususnya dibidang merek. Selain
itu, sosialisasi dibidang merek dirasa perlu dilakukan kepada masyarakat. Kesadaran
masyarakat umum ataupun pengusaha sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya
praktek-praktek curang dibidang merek, juga dapat menjamin terlaksananya proses
perdagangan barang dan jasa yang sehat.
E. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Firmansyah, Hery, 2011: “Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Panduan
Memahami Dasar Hukum Penggunaan Dan Perlindungan Merek”, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta.
Djumhana, Muhammad, dan Djubaedillah, 2014: Perkembangan Doktrin dan Teori
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Soekanto, Soerjono, 2007: Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Sutedi, Adrian, 2013: Hak Atas Kekayaan Intelektual, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta.
Purwaka, Hendra, Tommy, 2018: “Perlindungan Merek”, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, Jakarta.
Janed, Rahmi, dkk, 2015: Hukum Ekonomi, Merek Dalam Era Global & Integrasi,
Prenadamedia Group, Jakarta
Suyud Margono, 2010: Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Nuansa Aulia,
Bandung.
Ibrahim, Johny Teori, 2007: Metode dan Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publising, Malang
Sudaryat, Sudjana, Rika Ratna Permata, 2010: “Hak Kekayaan Intelektual,
Memahami Prinsip Dasar, Cakupan, Dan Undang-Undang Yang Berlaku”, Oase
Media, Bandung.
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

Arifardhani, Yoyo, 2020: “Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar”,
Kencana, Jakarta.
Hariyani, Iswi, 2010: Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta.
Purwaningsih, Endang, 2015: Hukum Bisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Purba, Ahmad Zen Umar, 2005. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni,
Bandung.
Usman, Rachmadi, 2003: Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, P.T. Alumni,
Bandung.
Muhammad, Abdulkadir, 2001: Kajian Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Cipta
Aditya Bakti, Bandung.
B. Jurnal
Semaun, Syahriyah, 2016: Perlindungan Hukum Terhadap Perdagangan Barang dan
Jasa, DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, STAIN Parepare.
Mamahit, Jisia, 2013: Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdagangan Barang
Dan Jasa, Lex Privatum, ejournal Unsrat.
Viva Hotmauli Napitupulu, 2017: Kajian Merek Pada Fenomena Vaksin Palsu
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016, Diponegoro Law Jurnal,
Vol.2017, 6.
Khoirul Hidayah, 2014: Kajian Hukum Islam Terhadap Hak Merek Sebagai Obyek
dalam Perjanjian Rahn, De Jure Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 2014, 2.
C. Sumber Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.67 Tahun
2016 Tentang Pendaftaran Merek.
Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Perundang-undangan.
Keputusan Presiden Nomor 20Tahun 1979 Tentang Pengesahan Paris Convention
For The Protection of Industrial Property Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights Agreement
Jurnal Pena Hukum (JPH)
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Jl. Raya Puspitek No.11, Serpong, Tangerang
Selatan, 15310- Indonesia
Tel / fax : (021) 7412566 / (021) 7412566
ISSN: - (Cetak), ISSN: - (Online)
E-mail: penahukum@unpam.ac.id
Open Access at: http://openjournal.unpam.ac.id/JPH

D. Sumber Lainnya
http://repository.uin-suska.ac.id/15685/7/7.%20BAB%20II__2018220IH.pdf
Diakses pada tanggal 14 April 2022, pukul 11.55 WIB
http://repository.uin-suska.ac.id/3542/3/BAB%20II.pdf Diakses pada tanggal 14
April 2022, pukul 15.35 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2020/05/merek-brand.html Diakses pada tanggal 15
April 2022 pukul 19.25 WIB
https://www.dslalawfirm.com/daftar-merek-dagang/ Diakses pada tanggal 15 April
2022 pukul 20.00 WIB
https://jakarta.kemenkumham.go.id/info-layanan-hukum/leaflet-pendaftaran-
merek?showall=&start=1 Diakses pada tanggal 15 April 2022 pukul 20.15 WIB
http://repository.uin-suska.ac.id/20579/7/7.%20BAB%20II%20%281%29.pdf
Diakses pada tanggal 15 April 2022 pukul 22.20 WIB
http://repository.stei.ac.id/4445/1/BAB%20II.pdf Diaksees pada tanggal 15 April
2022 pukul 22.15 WIB
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-barang-jasa/ Diakses pada tanggal 15 April
2022 pukul 22.25 WIB
https://repository.unsri.ac.id/16154/2/RAMA_74201_02101001038_0007027001_0
2.pdf Diakses pada tanggal 15 April 2022 pukul 22.35 WIB
http://digilib.uinsgd.ac.id/34875/5/4_bab1.pdf Diakses pada tanggal 15 April 2022
pukul 22. 37 WIB
https://media.neliti.com/media/publications/146352-ID-perlindungan-hukum-atas-
merek-dalam-perd.pdf Diakses pada tanggal 12 Juli 2022 pukul 12.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai