TUGAS
SOSIOLOGI HUKUM
Disusun oleh:
Fadly Andrianto 1906409355
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2019
Sejarah Pemikiran Montesquieu
Pioner Eropa menganggap hukum sebagai entitas absolut dan otonom, tidak terikat
dengan struktur dan fungsi masyarakat.
Sebelum abad 19 hukum alam dianggap hukum yang paling adil sedangkan setelah
abad ke 19 gagasan tentang hukum alam sebagian besar digantikan oleh penafsiran historis
dan evolusioner yang menganggap hukum dan moral membentuk dua bidang yang cukup
terpisah.
Dalam The Spirit of Laws (1886) adalah bahwa hukum hasil dari sejumlah faktor dalam
masyarakat seperti adat istiadat, lingkungan fisik, dan anteseden (hal ihwal yang terjadi
dahulu atau terutama tentang riwayat hidup atau masa lampau seseorang, atau ungkapan) dan
bahwa hukum hanya dapat dipahami dalam konteks masyarakat tertentu. Ia menyatakan
bahwa hukum itu relatif, tidak ada hukum yang baik atau buruk.
Setiap hukum harus dipertimbangkan sesuai dengan latar belakangnya, antesedenya dan
latar belakangnya, jika sesuai dengan hal yang dijelaskan diatas maka hukum itu baik jika
tidak maka itu buruk.
Dalam hal ini Monstesquie memberikan pemisahaan kekuasaan konstitusi yang dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu legislatif, eksekutif, dan yudisial, dan masing-masing kekuasaan berada
ditangan orang yang berbeda- beda, dimana peran legislatif untuk memberlakukan undang-
undang baru dan eksekutif untuk menegakkan dan mengelolah hukum serta menentukan
kebijakan dalam rangka hukum dan yang terakhir peradilan hanya untuk menafsirkan hukum
yang ditetapkan oleh kekuatan legislatif.1
Sejarah konsep Trias Politica muncul sekitar tahun 1690 oleh John Locke dalam
bukunya yang terkenal yaitu “Two Treatises of Government”. John Locke dalam bukunya
menjelaskan bahwa fitrah dasar manusia adalah bekerja dan memiliki milik (property), oleh
karena itu negara yang baik harus dapat melindungi manusia yang bekerja dan juga
melindungi milik setiap orang yang diperoleh berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut. Pada
masa itu kepemilikan setiap orang menjadi rentan jika dikaitkan dengan kepentingan raja.
Seringkali raja mengakuisisi barang-barang milik individu dengan dalih beraneka ragam.
Lalu Montesquieu pada saat Raja Louis XIV yang berkuasa di Prancis bertindak atas
kekuasaan tunggalnya dan secara sewenang-wenang maka Montesquieu mengembangkan
Teori John Locke dengan memisahkan kekuasaan menjadi tiga yaitu legislatif, eksekutif, dan
yudisial.2
Konsep Trias Politica merupakan ide pokok dalam Demokrasi Barat, yang mulai
berkembang di Eropa pada abad XVII dan XVIII . Trias Politika adalah anggapan bahwa
kekuasaan negara terdiri dari tiga macam kekuasaan. Pertama, kekuasaan legislatif atau
membuat undang-undang; kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang; ketiga, kekuasaan yudisial atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-
undang.
1
Steven Vago and Steven E. Barkan, Law and Society, ed. 11 ( New York: Routledge, 2018), page. 37-38
2
https://www.kompasiana.com/babaenzo/54f7743fa3331150638b456f/trias-politica-tak-lagi-jadi-trending
topic, diakses tanggal 15 September 2019.
Trias Politica menganggap kekuasaan-kekuasaan ini sebaiknya tidak diserahkan kepada
orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Dengan demikian diharapkan hak-hak asasi warga negara dapat lebih terjamin. Konsep ini
pertama kali diperkenalkan dibukunya yang berjudul, L’Esprit des Lois (The Spirit of Laws).
Sebelumnya konsep ini telah diperkenalkan oleh John Locke. Filsuf Inggris mengemukakan
konsep tersebut dalam bukunya Two Treatises on Civil Government (1690), yang ditulisnya
sebagai kritik terhadap kekuasaan absolut raja-raja Stuart di Inggris serta untuk membenarkan
Revolusi Gemilang tahun 1688 (The Glorious Revolution of 1688) yang telah dimenangkan
oleh Parlemen Inggris.
Kritik:
Kelemahan Trias Politica
Trias Politica dalam praktiknya sulit untuk menerapkannya secara murni. Pemisahan
kekuasaan tersebut, menyebabkan masing-masing kekuasaan terpisah dengan tegas satu sama
lain. Oleh karenanya tidak ada pengawasan/kontrol terhadap masing-masing lembaga yang
melaksanakan kekuasaan tersebut. Tanpa adanya pengawasan ini dapat timbul suatu akses
bahwa ada kecenderungan lembaga ini akan melampaui batas kewenangannya. Pada negara-
negara hukum modern, alat-alat perlengkapan negara dapat saling mempengaruhi, saling
mengawasi, dan mempunyai susunan yang bersifat hirarkis.
Konsep Trias Politica tidak menjamin bahwa tidak akan ada kesewenangan kekuasaan
meskipun kekuasaan tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu eksekutif, legislatif, dan
yudisial. Montesquie tidak menjelaskan bagaimana pertanggungjawaban konsep Trias
Politica apabila timbul kesewenangan oleh salah satu dari ketiganya atau bahkan ketiganya.
Tidak menutup kemungkinan, dalam proses politik, ketiga kekuasaan tersebut dapat saling
mempengaruhi dan menciptakan permufakatan yang menguntungkan suatu pihak tertentu
sehingga menciptakan suatu ketidakadilan bagi rakyat. Apabila dalam suatu proses politik
ketiga kekuasaan tersebut saling bekerja sama dan menciptakan ketidakadilan bagi rakyat
maka bukan tidak mungkin akan terjadi kembali peristiwa Revolusi Prancis akibat
kesewenangan penguasa. Revolusi Prancis adalah konsekuensi logis dari ketidakmampuan
suatu pemerintahan dalam mengelola rakyatnya.
3
https://www.kompasiana.com/babaenzo/54f7743fa3331150638b456f/trias-politica-tak-lagi-jadi-trending-
topic, diakses tanggal 15 September 2019.
4
http://www.negarahukum.com/hukum/pemisahan-kekuasan-vs-pembagian-kekuasaan.html, diakses tanggal
15 September 2019.
Kritik atas Konsep Trias Politica Montesquieu
Menurut Rousseau negara tidak harus dibedakan menjadi 3 konsep kekuasaan tetapi
negara sebagai sistem kekuasaan harus mengabdi kepada manusia (rakyat) atau negara
sebagai pelayan masyarakat serta negara harus dapat berinteraksi langsung dengan individu-
individu, serta menurut Rousseau pembentukan hukum suatu negara tidak harus melalui suatu
badan (legislatif) yang bertindak sebagai perwakilan rakyat melainkan setiap individu
(rakyat) bertindah sebagai Law Givers untuk menyusun kebaikan umum yang membela
kepentingan Bersama, tetapi Rousseau tidak mengutarakan tentang bagaimana penegakan
hukum, Rousseau hanya memberikan gagasan tentang sistem kekuasaan eksekutif dan
legislatif.
5
Javier Aldama “Ethics and Politics at Jean Jacques Rousseau” Academia.edu (2000) hlm 24.
Immanuel Kant
Kritik terhadap konsep Montesquieu tentang pembentukan negara
Sebagaimana Immanuel Kant sebagai seorang sarjana hukum alam, maka ia menerima
pendapat bahwa negara itu terjadi karena perjanjian masyarakat, Tetapi meskipun demikian
ada perbedaanya, dan perbedaan itu bersifat prinsipil.
Berkaitan dengan pandangan diatas dalam hal ini Immanuel Kant berpendapat bahwa
konsepsi asal mula negara dan hukum (positif) berdasarkan perjanjian masyarakat adalah
sebagai berikut:
Mula-mula manusia hidup dengan manusia lain dalam suatu pergaulan yang sama sekali tidak
mengenal peraturan apapun juga. Dalam pergaulan manusia semacam ini dengan sendirinya
berlakulah kehendak dari yang paling kuat. Kehendak manusia dipimpin oleh keinginannya
untuk mempertahankan dirinya, manusia dalam kehidupannya dipimpin oleh perasaan
egoismenya dan apabila perasaan egoisme itu tidak dibatasi, maka timbullah suatu keadaan
peperangan antara orang satu melawan yang lain (sesuai dengan pendapat Hobbes)6.
Dalam suatu masyarakat yang tidak mengenal peraturan apapun juga, maka anggotanya
menjadi binatang buas yang saling membunuh, apabila yang satu berani masuk ke dalam
6
Jimly Asshiddiqie dan M.Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, cet.2 (Jakarta, Konstitusi Press
(Konpress, 2012), hlm .132.
lingkungan kepentingan lain. Agar dapat membatasi akibat perasaan egoisme, dan agar dapat
melahirkan suatu masyarakat yang damai dan tentram, maka manusia yang mempunyai rasio
bersama-sama mengadakan suatu perjanjian, di mana perjanjian ini menjadi dasar suatu
organisasi sosial, yaitu negara. Melihat paparan diatas dapat dijadikan kesimpulan yang
mendasar bahwa Immanuel Kant beranggapan bahwa ada yang disebut perjanjian masyarakat
itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidak pernah merupakan kenyataan atau peristiwa
dalam sejarah. Berbeda dengan pendapat Thomas Hobebes, John Locke, dan J.J.Rousseau
yang berpendapat bahwa perjanjian masyarakat itu sungguh-sungguh terjadi, adanya itu
merupakan suatu peristiwa dalam sejarah jadi apa yang disebut perjanjian masyarakat itu
memang ada. Immanuel Kant beranggapan bahwa manusia itu berkumpul dalam suatu
lingkungan yang sama sekali tidak mengenal aturan. Kondisi itu tentunya membawa situasi
kearah yang kuat itu yang berkuasa sehingga di sanalah berlaku hukum rimba, sehingga
akhirnya yang lemah menjadi tersiksa oleh yang kuat. Dalam kondisi tersebut tentunya tidak
bisa dibiarkan begitu saja maka disanalah timbul apa yang dinamakan dengan perjanjian
masyarakat yang menjadi dasar suatu organisasi sosial yaitu negara. Namun dalam hal ini
merupakan atas kesepakatan manusia yang mempunyai rasio.
Pemahaman yang perlu digaris bawahi disini ialah pandangan Immanuel Kant dimana
Ia beranggapan tanpa adanya negara, manusia itu tidak dapat tunduk pada hukum-hukum
yang dikeluarkan dan negara itu adalah ikatan-ikatan manusia yang tunduk pada hukum
akibatnya tindakan negara tadi dibenarkan. Jelas bahwa Immanuel Kant tetap mengakui
bahwa dalam masyarakat itu diperlukan adanya aturan atau yang lebih dikenal dengan
sebutan hukum, dan dalam melaksanakan hukum tersebut masyarakat harus di bawah
naungan suatu organisasi sosial yaitu negara7.
Kesimpulan
Karya Montesquie yang paling terkenal adalah mengenai Konsep Trias Politica.
Monstesquie memberikan pemisahaan kekuasaan konstitusi yang dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu legislatif, eksekutif, dan yudisial, dan masing-masing kekuasaan berada ditangan orang
yang berbeda-beda.
7
Ibid, hlm.155.
Menurut Rousseau, negara tidak harus dibedakan menjadi 3 konsep kekuasaan tetapi
negara sebagai sistem kekuasaan harus mengabdi kepada manusia (rakyat) atau negara
sebagai pelayan masyarakat serta negara harus dapat berinteraksi langsung dengan individu-
individu, serta menurut Rousseau pembentukan hukum suatu negara tidak harus melalui suatu
badan (legislatif) yang bertindak sebagai perwakilan rakyat melainkan setiap individu
(rakyat) bertindak sebagai law giver untuk menyusun kebaikan umum yang membela
kepentingan bersama.
Menurut Immanuel Kant, bahwa apa yang disebut perjanjian masyarakat yang
dikemukakan juga oleh Montesquie itu tidak pernah ada, tidak pernah terjadi, tidak pernah
merupakan kenyataan peristiwa di dalam sejarah. Perjanjian masyarakat itu sesungguhnya
hanyalah merupakan suatu kontruksi yuridis yang dapat menolong orang dalam menerangkan
bagaimana negara itu terjadinya, bagaimana negara itu ada, bagaimana adanya kekuasaan
dalam negara itu, dan ada pada siapa kekuasaan itu, serta bagaimana sifatnya.
Pembagian kekuasaan yang dilakukan oleh Montesquie yang disebut dengan Trias
Politica dianggap sudah tidak relevan lagi di mana tidak mungkin lagi mempertahankan
ketiga lembaga tersebut seperti legislatif, eksekutif, dan yudisial yang hanya berurusan
dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan tersebut. Trias Politica dalam praktiknya sulit
untuk menerapkannya secara murni. Pemisahan kekuasaan tersebut, menyebabkan masing-
masing kekuasaan terpisah dengan tegas satu sama lain. Oleh karenanya tidak ada
pengawasan/kontrol terhadap masing-masing lembaga yang melaksanakan kekuasaan
tersebut. Tanpa adanya pengawasan ini dapat timbul suatu akses bahwa ada kecenderungan
lembaga ini akan melampaui batas kewenangannya. Pada negara-negara hukum modern, alat-
alat perlengkapan negara dapat saling mempengaruhi, saling mengawasi, dan mempunyai
susunan yang bersifat hirarkis.
Maka diperlukannya prinsip check and balances. Adanya check and balances di sini
adalah untuk lebih menekankan kepada upaya membangun mekanisme perimbangan untuk
saling mengontrol antar cabang kekuasaan. Check and balances hanya dapat digunakan
sepanjang ada pijakan konstitusional guna mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan
atas cabang-cabang kekuasaan negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Vago, Steven and Steven E. Barkan, Law and Society, ed. 11 New York: Routledge, 2018.
JURNAL
Daya Negri Wijaya, Montesquieu dan Makna Sebuah Keadilan, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang, Th. 1, Nomor 2,
Desember 2016.
INTERNET
https://www.kompasiana.com/babaenzo/54f7743fa3331150638b456f/trias-politica-tak-lagi-
jadi-trending-topic, diakses tanggal 15 September 2019.
http://www.negarahukum.com/hukum/pemisahan-kekuasan-vs-pembagian-kekuasaan.html,
diakses tanggal 15 September 2019.