Referensi Buku
Prof wiryono prodjodikoro buku “HAP di Indonesia” dan buku “UU HIR”
Pembagian hukum
1. Hukum publik
2. Hukum private/perdata
Hukum Publik adalah hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan umum atau publik
Kedudukan
Baik hukum perdata materil maupun formil mempunyai peran masing-masing dimana
keduanya saling melengkapi. Hukum materil tidak dapat dijalankan atau ditegakkan bila tidak
ada hukum perdata formil.
Jadi keduanya saling berhubungan satu sama lain tanpa adanya materil, formil tidak bisa di
tegakkan tanpa ilmu teori materiil.
Kedudukan HAPer
Kedudukan Hukum Acara Perdata adalah sebagai hukum private formil atau hukum perdata
formil.
Jadi pengertian HAP adalah peraturan hukum/ketentuan hukum untuk menjalankan
(melaksanakan) ketentuan hukum perdata materiil atau menegakan ketentuan hukum perdata
materiil bila terjadi pelanggaran terhadapnya.
Pengertian HAP BPH Prof. Hapsoro Hadiwidjojo S.H. adalah : peraturan yang
mengatur tentang cara-cara bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan
cara-cara pengadilan/hakim menerima, memeriksa, dan memutus perkara yang
diajukan kepadanya dalam usaha untuk menegakan berjalannya hukum perdata
materiil. Dengan kata lain hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur cara
bagaimana orang yang merasa dirugikan mengajukan gugatan di depan pengadilan
dan cara bagaimana pengadilan menyelesaikannya.
Pengertian HAP menurut Prof. Dr, Sudikno Mertokusumo S.H. ta adalah peraturan
hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata
materiil dengan perantaraan Hakim. Dengan kata lain HAP adalah peraturan hukum
yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.
Fungsi HAP
Fungsi menjalankan (melaksanakan) ketentuan Hukum Perdata Materiil tersebut ada, yaitu
apabila dalam perkara perdata tidak terdapat pelanggaran terhadap Hukum Perdata Materiil,
sehingga tidak ada sengketa diantara satu pihak.
Fungsi menegakan ketentuan Hukum Perdata Materiil ada yaitu apabila dalam perkara
perdata terdapat pelanggaran terhadap Hukum Perdata Materiil, sehingga dalam hal ini
terdapat sengketa atau perselisihan diantara para pihak, yaitu terdapat sengketa atau
perselisihan antara pihak penggugat dan pihak tergugat.
Cara untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah dengan jalan mengatur cara bagaimana
sengketa atau perselisihan yang timbul atau terjadi diselesaikan, yaitu dengan memberikan
hak untuk mengajukan gugatan bagi yang berkepentingan.
Ruang lingkup dari HAP yaitu meliputi keseluruhan peraturan yang bertujuan untuk
melaksanakan hukum Perdata Materiil dan menegakan Hukum Perdata Materiil. Dengan
demikian maka ruang lingkup dari HAP sangatlah luas, dimana mencakup semua hal yang
berkaitan dengan melaksanakan dan menegakan Hukum Perdata Materiil.
1. Hakim bersifat menunggu dalam hukum acara perdata, pada prinsipnya adalah
bahwa tuntutan perdata/hak yang mengajukan adalah pihak yang berkepentingan
sendiri bukan oleh pengadilan.
2. Hukum bersifat pasif dalam pemeriksaan perkara perdata di pengadilan bahwa
terhadap ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan ke pengadilan pada
asasnya ditentukan oleh pihak yang berperkara bukan oleh hakim.
3. Sifat terbukanya persidangan dalam hukum acara perdata, pemeriksaan perkara
perdata di pengadilan negeri pada asasnya adalah dilakukan secara openbaar, yaitu
terbuka untuk setiap orang, dibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di
persidangan.
4. Mendengar kedua belah pihak dalam Hukum Acara Perdata, bahwa dalam
pemeriksaan perkara perdata pada asasnya kedua belah pihak harus didengar, dan
hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak sebagai yang benar
(audi et alteram partem).
5. Putusan harus disertai alasan-alasan bahwa semua putusan pengadilan harus
memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili, alasan-alasan
atau argumentasi tersebut dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban hakim atas
putusannya terhadap masyarakat, para pihak, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu
hukum, sehingga mempunyai nilai obyektif.
6. Beracara dikenakan biaya pada asasnya untuk berperkara di pengadilan adalah
dikenakan biaya sebagaimana ditentukan menurut peraturan perundang-undangan,
kecuali bagi yang tidak mampu dapat mengajukan secara cuma-cuma atau pro deo.
7. Tidak ada keharusan mewakilkan dalam pemeriksaan perkara perdata di
pengadilan negeri menurut sistem HIR/RBg pada asasnya tidak mewajibkan para
pihak yang berperkara untuk mewakilkan pada orang lain atau kuasa hukumnya.
8. Oral debat pemeriksaan dilakukan secara lisan dan langsung. Pasal 123 HIR
menetapkan antara lain Pengadilan Negeri berwenang memerintahkan supaya pihak-
pihak menghadap sendiri dimuka sidang meskipun sudah ada kuasanya.
9. Pegadilan wajib saling memberi bantuan dalam pemeriksaan perkara perdata
bahwa pengadilan wajib saling memberi bantuan yang diminta untuk kepentingan
peradilan (pasal 15 UU No. 48 Tahun 2009).
10. Hakim mengenal hukum (ius curia novit) bahwa hakim dianggap tahu akan
hukumnya dan hakim tidak boleh menolak perkara. Psl 10 UU No. 48 Tahun 2009
“pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
11. Pengadilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan pasal 2 (4) UU No. 48 Tahun
2009, bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
12. Dll.
Penemuan hk adalah suatu proses pembentukan hukum oleh hakim atau suatu proses mencari
dan menemukan hukumnya.
macam-macam sumber hukum dalam HAPER pada pokoknya dapat dikelompokan menjadi 5
macam dan merupakan hierarki yaitu
1. Undang-Undang
UU bersifat otentik dan berbentuk tertulis sehingga lebih menjamin kepastian hukum.
2. Kebiasaan
Kebiasaan yang berlaku dalam praktek persidangan di pengadilan. Kebiasaan ini
merupakan perilaku yang di ulang-ulang sehingga menjadi mengikat dan menjadi
hukum kebiasaan.
3. Yurisprudensi
Setiap putusan pengadilan yang di ikuti terus menerus dan diterima oleh pengadilan
lainnya.
4. Traktat
merupakan perjanjian-perjanjian internasional dalam bidang keperdataan.
5. Doktrin
merupakan pendapat atau pandangan para ahli hukum.
Tertib Hukum
Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus dibuat norma-norma di dalam masyarakat :
1. Norma kesusilaan.
2. Norma agama.
3. Norma kesopanan.
4. Norma hukum.
5. Dan norma-norma yang lainnya.
Dibandingan dengan norma yang lain, norma hukum adalah sanksi nya paling keras :
Sanksinya dapat dipaksakan oleh pejabat penegak hukum dan sanksinya nyata/real serta
dapat langsung dirasakan saat sekarang juga.
Dapat dipaksakan oleh apparat/pejabat penegak hukum yang ada pada pelanggar norma
lainnya tersebut.
Sengketa adalah suatu peristiwa yang menimbulkan perselisihan diantara para pihak.
Macam-macam sengketa :
1. Sengketa hukum.
2. Sengketa yang tidak berdasarkan hukum atau sengketa sosial.
Sengketa hukum :
Adalah suatu peristiwa yang menimbulkan perselisihan diantara para pihak mengenai hal
yang diatur dalam hukum.
Adalah setiap sengketa antar subyek hukum yang tidak menyangkut hukum atau tidak diatur
di dalam hukum.
Contoh ; lahirnya seorang anak, maka akan timbul masalah hukum yaitu siapa orang tuanya.
Contoh : perselisihan yang timbul karena adanya pelanggaran hukum oleh subyek hukum
tertentu dalam perjanjian/kontrak.
Penyalahgunaan keadaan adalah dimana salahsatu pihak berada dibawah satu tekanan.
Penyelesaian sengketa di zaman ini termasuk sengketa hukum dilakukan dengan cara main
hakim sendiri atau dikenal dengan istilah eigenrechting. Atau penyelesaian sengketa yang
terjadi dilakukan menurut hukum rimba, yaitu siapa yang kuaat dialah penguasa/hukumnya.
Penyelesaian sengketa dengan cara ini tidaklah sesuai dengan hukum dalam arti modern
sekarang ini, karena dengan cara demikian akan menimbulkan kekacauan dan balas dendam
yang terus menerus, untuk itu cara ini tidak dibenarlan untuk dilakukanl.
Zaman kerajaan.
Penyelesaian sengketa termasuk sengketa hukum di zaman kerajaan lebih maju dan lebih baik
dibandingkan dengan cara eigenrechting. Penyelesaian sengketa di zaman kerajaan
diselesaikan menurut aturan yang telah di tetapkan oleh hukum yang berlaku.
Zaman modern.
Sengketa hukum perdata dilakukan dengan cara damai diluar sidang, cara ini pada umumnya
akan ditempuh lebih dulu sebelum dilakukan penyelesaian dengan cara yang lainnya.
Cara ini ditempuh karena tidak procedural, lebih cepat dan biayanya murah serta tercapai
win-win solution.
a. Konsultasi,
b. Negoisasi,
c. Mediasi,
d. Konsiliasi.
e. Minta pendapat ahli (penilaian ahli). UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Penyelesaian lewat Lembaga yudikatif, yaitu lewat Lembaga-lembaga negara yang diberi
wewenang untuk menyelesaikan perselisihan/sengketa menurut kekuasaan kehakiman. Ada 4
lingkungan peradilan yang diberi wewenang untuk menyelesaikan sengketa hukum.
a. Panitia urusan piutang negara, untuk penyelesaian sengketa piutang negara (dibawah
kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang atau KPKNL).
b. Badan penyelesaian sengketa konsumen, untuk penyelesaikan sengketa tentang
perlindungan konsumen.
c. Badan arbitrase nasional Indonesia, untuk penyelesaian sengketa hukum perdata yang
disepakati dalam klausul untuk diselesaikan secara arbitrase atau melalui perwasitan.
d. Mediasi perbankan untuk penyelesaian sengketa atas nasabah bank.
e.
Pengertian
Adanya pelanggaran terhadap ketentuan hukum perdata materiil maka timbulah sengketa
diantara para pihak, sehingga seseorang atau subjek hukum yang bisa mempunyai hak untuk
menggugat ke pengadilan.
Tujuan seseorang atau subjek hukum menggugat adalah agar supaya pengadilan memeriksa
dan memutus perkara.
Hak menggugat adalah hak seseorang/subjek hukum untuk mengajukan gugatan di
pengadilan karena hak/kepentingannya dilanggar/diabaikan /tidak dipenuhi. Ada pelanggaran
terhadap ketentuan hukum…
Gugatan dikenal juga dengan istilah tuntutan perdata/tuntutan hak yang mengandung
sengketa/perselisihan.
Adanya hak evokasi adalah hak yang timbul aatau muncul akibat adanya perselisihan antara
kaum pedagang sejenis. Diatur dalam pasal 312 RV. Gugatan berdasarkan hak evokasi ini
dapat diajukan pada pengadilan di daerah hukum :
Hak prorogasi adalah hak yang memungkinkan penggugat langsung mengajukan gugatannya
pada pengadilan tinggi tanpa melalui pengadilan negeri. Hak ini diatur dalam pasal 324
sampai dengan pasal 326 RV.
Syarat dalam hak prorogasi adalah agar pemeriksaan dapat berjalan cepat dan lancer serta
tidak terbelit-belit.
KEKUASAAN KEHAKIMAN
PENGERTIAN
Pasal 1 UU No. 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyatakan bahwa
kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila demi terselenggaranya negara hukum RI.
Adapun tugas dari kekuasaan kehakiman yaitu menyelenggarakan peradilan guna
menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara
hukum RI.
BADAN-BADAN PERADILAN
1. Peradilan umum.
2. Peradilan agama.
3. Peradilan militer.
4. Peradilan tata usaha negara.
WEWENANG MENGADILI
1. Yurisdiksi
Yurisdiksi sifatnya adalah menunjuk pada Lembaga pengadilan yang ada. Adapun
yang dimaksud dengan yurisdiki adalah kewenangan mengadili dari suatu pengadilan
tertentu.
Macam-macam yurisdiksi ini yaitu :
a. Yurisdiksi voluntaria atau peradilan sukarela yaitu suatu peradilan yang tidak
diawali dengan suatu sengketa, yang ada hanya satu pihak saja yaitu pihak
pemohon.
b. Yurisdiksi contesia
Dikenal asas ius curia novit atau hakim mengenal hukum yaitu bahwa hakim/pengadilan
dianggap tahu akan hukumnya sehingga dilarang menolak untuk memeriksa dan mengadili
suatu oerkara.
19 Oktober 2022
Akta otentik
Pengeritan yakni akta yang dibuat oleh pejabat atau ditandatangani oleh pejabat.
Akta pejabat yang isinya keterangan dari pejabat yang berwenang membuat akta tersebut dan
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
Contohnya sertifikat hak milik tanah yang dibuat oleh pejabat Badan Pertanahan Nasional.
Akta pihak
Adalah akta yang isinya merupakan kehendak dari para pihak, hanya dibuat/ditandatangani di
hadapan pejabat. Contoh : akta tentang perjanjian pendirian perseroan terbatas, grosse akta
pengakuan hutang.
AKTA DIBAWAH TANGAN
Pengertian
Akta yang dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan pejabat yang berwenang.
Diatur
Pasal 164 HIR, 1874-1880 Kuhper jo pasal 1 Undang nomor 29 tahun 1967.
Akta dibawah tangan ini bilamana perlu dapat dilegalisasi/legalize pada pejabat yang
berwenang.
Akta dbawah tangan yang di legalize atau disahkan oleh pejabat yang berwenang maka akan
menjadi bukti yang sempurna.
Akta ini juga dapat di waarmerking yaitu akta dibawah tangan yang dicatatkan kepada notaris
dalam buku register waarmerking dan kemudian akta itu ditandainya
Notaris tidak bertanggung jawab terhadap kebenaran tanda tangan dan isi aktanya
Contoh akta tentang perjanjian sewa-menyewa rumah kontrak yang dibuat oleh pengontrak
dan pemilik rumah itu sendiri tanpa dibuat dihadapan notaris.
BUKAN AKTA
Alat bukti tulisan yang tidak masuk akta atau bukan berupa akta.
Alat bukti bukan akta ini dibuatnya tidak ada kesengajaan untuk alat bukti dikemudian hari.
Akta pejabat :
a. Inisiatifnya pembuatan ambtelijke acten akta ada pada pejabat yang bersangkutan.
Akta sepihak :
Akta otentik
Kesaksian adalah keterangan yang diberikan oleh seorang dalam sidang, yang bukan pihak
berperkara, dibawah sumpah mengenai apa yang didengar, dilihat dan dialami sendiri.
Pengetian terangkum dalam pasal. 301 (1), 171 HIR dan 1907 KUHper
ISI KESAKSIAN
SYARAT SAKSI
1. Yakni saksi yang memberikan keterangan itu, harus disumpah. Ketentuan ini diatur
dalam pasal 147 jo 303 HIR.
2. Memenuhi syarat materiil.
Kesaksian itu harus memenuhi apa yang diatur dalam pasal 301 jo 171 HIR kesaksian
ittu harus mengenai apa yang didengar, dilihat dan dialami sendiri oleh saksi tersebut.
SYARAT SAKSI
KEWAJIBAN SAKSI
1. Saksi berkewajiban untuk menghadiri persidangan (140,141 HIR)
2. Saksi berkewajiban untuk bersumpah (303, 148 HIR)
3. Saksi berkewajiban untuk memberikan keterangan (141, 148, 1366 KUHper)
1. Saksi harus dating bila dipanggil di pengadilan. Bila dalam hal ini saksi tidak datang
ia dapat:
- Dihukum membayar ongkos yang telah dikeluarkan. Ketentuan ini diatur dalam
pasal 141 ayat (1) HIR jo 1366 KUHper.
2. Saksi yang tidak datang tapi dibebaskan dari hukuman bila tidak datangnya karena
alasan menurut hukum. Ketentuan ini diatur dalam pasal 142 HIR.
3. Saksi tidak dapat dipaksa untuk datang jika terjadi tinggalnya diluar kompetensi
pengadilan yang memanggil. Ketentuan ini diatur dalam pasal 143 ayat (1).
Bila saksi tidak mau datang dan berada di wilayah yhukum tapi sangat diperlukan
maka ketentuan tentang delegatie verhoor dan regatoire commission sebagai diatur
dalam pasal 143 (2) HIR
Delegatie verhoor yaitu pengadilan wajib memberi bantuan atas pemeriksaan yada di wilayah
hukumnya/delegatie verhooe
1. Saksi yang datang ke pengadilan akan enggan disumpah atau enggan memberi
keterangan maka atas permintaan yang berkepentingan ketua harus memerintahkan
agar saksi desandera /gijzeling sampai memenuhi kewajiban ketentuan sanksi ini
diatur dalam pasal
2. Ini tidak dapat terjadi dan dilarang karena ada pandangan bahwa dengan adanya
SEMA No. 2 tahun 1964 dan No. 4 tahun 1975 terhadap penyandraan terhadap
debitur adalah telah dihapuskan karena bertentangan dengan peri kemanusiaan maka
dapat dikonstruksikan bahwa gijzeling tehadap saksi juga dihapuskan, maka telah ada
PERMA No,1 tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan/liffdwang.
3. Adapun sanksi yang dapat diterangkan mengacu pada ketentuan 140, 141 dst.
PEMERIKSAAN SAKSI
1. Saudara laki-laki dan saudara perempuan, ipar laki, dan ipar perempuan dari
salahsatu pihak.
2. Keluarga sedarah menurut keturunan lurus saudara laki-laki dan perempuan dari
suatu isteri salahsatu pihak.
3. Semua orang yang karena kedudukan pekerjaan atau jabatannya yang sah
diwajibkan menyimpan rahasia, tetapi semata-mata hanya mengenali hal yang
dipercayakan kepadanya.
1. Saksi keterangannya diberikan secara lisan HIR), skasi ahli keterangannya dapat
diberikan lisan ataupun tertulis/expertise report (154 HIR)
2. Isi keterangan saksi harus yang dilihat, didengar atau dialami sendiri oleh saksi
Adapun keterangannya berupa
LAIN-LAIN
Disini undang-undang itu sendiri yang menetapkan hubungan antara peristiwa yang diajukan
dan harus dibuktikan dengan peristiwa yang tidak diajukan.