NIM : 11000121140561
Kelas : J
Perbedaan Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang disebut
Positive Jurisprudence dan Social Science. Yang pertama yaitu,ilmu hukum ditinjau
dari sisi Kerabat Ilmu, tetapi bukan sains untuk ilmu pengetahuan melainkan tentang
peraturan perundang-undangan dan bukan legal science, dikatakan sebagai positive
legal data. Yang kedua yaitu dari sisi Sifat Objek, ilmu hukum tidak bersifat empirik
tetapi hanya positive judgement yang bersifat in concreto, in abstracto. Sifat nya
yaitu non-moral dan hampir sama dengan pemahaman kita tentang hukum murni
yang bersifat netral, sedangkan ilmu sosial itu memiliki sifat empirik, empirik itu
berobjek pada realitas yang dapat tersimak indrawi atau empirik itu sebagai realitas
yang dapat tertangkap oleh pancaindera, kemudian juga berdasarkan hasil
observasi. Yang ketiga Data Intelektual, maka ilmu hukum itu berisi tentang
proposisi, proposisi itu di ilmu logika dikatakan sesuatu yang terhubung minimal ada
dua konsep yang terhubung, hubungannya tentu tidak selalu cause and effect tetapi
juga bersifat hubungan pengaitan, kemudian ada juga premis-premis, dikatakan juga
civil law itu berarti lebih berkarakter sistem peraturan perundang-undangan di
common law system itu berarti persoalan judge made law. Kemudian yang keempat
yaitu Metode Berpikir, kalau ilmu hukum bersifat logis tetapi terasing dari alam
amatan, ilmu hukum yang disini seolah-olah hukum positif yang terkait dengan
hukum peraturan perundang-undangan, kemudian kalau ilmu sosial berfikir dengan
metode sains dalam metode sains itu lebih mengandalkan persoalan empirik. Yang
kelima Premis, ilmu hukum itu hasil judgement otoritas, sedangkan nanti untuk ilmu
sosial hasil dari amatan mesti bersifat valid dengan instrumen tertentu, maka
dikatakan Ipso facto.
Dari sinilah mulai lahir perhatian orang untuk melihat hukum tidak Cuma sebagai
permainan juridiscdenken akan tetapi juga merupakan kekuatan riil yang berproses
ke arah tertatanya kehidupan yang demokratik dan adil.
Akibatnya:
1. Konsep law as it is in the books dilengkapi dan diimbuhi dengan konsep law
as what
it is functioning in society.
2. Kajian2 ilmu hukum mulai banyak mengungkap matra2 struktural,
instutusional dan bahkan behavioral ( law as it is embedded in human mind, and
manifested in their actions and interactions).
3.Mengapa perlu ilmu sosial?
Untuk memahami lebih jauh liku2 permasalahan hukum yang termanifestasi
sebagai
peristiwa sosial atau perilaku interaktif antar warga masyarakat.
Caranya:
1. Pengkajian hukum: bersiap mendayagunakan teori2 sosial ( dengan berbagai
variasi paradigmatic mulai dari teori structural Durkheimian yang makro dan
klasik sampai teori aksi dan interaksi sombolik yang mikro, bersiterus ke teori
struktururisasi Giddensian).
2. Metode: metode yang dipakai tidak lagi metode normative (doctrinal) tetapi
dengan metode social yg empiric-kuantitatif ( bila hukum dikonsepkan sebagai
institusi, gejala sosial yang empiric. Digunakan pula metode refektif-kualitatif
manakala hukum dikonsepkan sebagai produk interaksi-interaksi sosial yang
sarat dengan makna2 yang berasal dari dunia sombolik para pelaku sosial.
3. Para yuris: polarisasi yuris dan ilmuwan sosial semakin kabur. Para yuris telah
banyak menerima kenyataan dan mengakui bahwa mempelajari hukum tidak
boleh secara STERIL.
4. Adagium: oliver W. holmes (hakim agung AS): the life of law has not been
logic, but experience.
5. Pendidikan: studi law and society, sosiologi hukum, antarpologi hukum, law
and behavior, metode penelitian hukum ( tidak hanya doctrinal tapi juga
nondoctrinal) telah eksis di kurikulum FH.
6. Ranah perdebatan: seminar, diskusi tentang sosio-legal banyak digelar.