Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adinda Putri Sukmadianti

NIM : 11000121140561
Kelas : J

Resume Video 3 “Ilmu Hukum Dan Ilmu Sosial”

Perbedaan Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang disebut
Positive Jurisprudence dan Social Science. Yang pertama yaitu,ilmu hukum ditinjau
dari sisi Kerabat Ilmu, tetapi bukan sains untuk ilmu pengetahuan melainkan tentang
peraturan perundang-undangan dan bukan legal science, dikatakan sebagai positive
legal data. Yang kedua yaitu dari sisi Sifat Objek, ilmu hukum tidak bersifat empirik
tetapi hanya positive judgement yang bersifat in concreto, in abstracto. Sifat nya
yaitu non-moral dan hampir sama dengan pemahaman kita tentang hukum murni
yang bersifat netral, sedangkan ilmu sosial itu memiliki sifat empirik, empirik itu
berobjek pada realitas yang dapat tersimak indrawi atau empirik itu sebagai realitas
yang dapat tertangkap oleh pancaindera, kemudian juga berdasarkan hasil
observasi. Yang ketiga Data Intelektual, maka ilmu hukum itu berisi tentang
proposisi, proposisi itu di ilmu logika dikatakan sesuatu yang terhubung minimal ada
dua konsep yang terhubung, hubungannya tentu tidak selalu cause and effect tetapi
juga bersifat hubungan pengaitan, kemudian ada juga premis-premis, dikatakan juga
civil law itu berarti lebih berkarakter sistem peraturan perundang-undangan di
common law system itu berarti persoalan judge made law. Kemudian yang keempat
yaitu Metode Berpikir, kalau ilmu hukum bersifat logis tetapi terasing dari alam
amatan, ilmu hukum yang disini seolah-olah hukum positif yang terkait dengan
hukum peraturan perundang-undangan, kemudian kalau ilmu sosial berfikir dengan
metode sains dalam metode sains itu lebih mengandalkan persoalan empirik. Yang
kelima Premis, ilmu hukum itu hasil judgement otoritas, sedangkan nanti untuk ilmu
sosial hasil dari amatan mesti bersifat valid dengan instrumen tertentu, maka
dikatakan Ipso facto.

Perbedaan yuris dan ilmuan sosial

N Pembeda Yuris Ilmuan sosial


o

1. Sosok kepribadian Seorang eksponen yang Seorang narrator,


sensitive, kukuh terhadap analis yang lugas. Pola
model perilaku, semangat perilaku dianggap
universalisme tinggi, sebagai variable
pemaksaan model pada historic yang bersifat
kehidupan sehari2 partikularistik dan
tunduk pada hukum
probabilitas.
2. Hub dengan penguasa Bekerja sama dengan Melihat keragaman
(pemerintah) pemerintah secara arus bawah. Setiap
represif, koersif peyimpangan dianggap
mewujudkan ketertiban, sebagai variable
ketentraman umum. pengubah, improvisasi
kreatif dan spontan yg
akan melahirkan
pembaharuan.

3. Posisi Sebagai pelaku2 Sbg penggembaira


suprastuktur pmthn terjadinya
perkembangan2 di
infraastruktur.

4. Berpikir Konvensional, legalistik Kontemporer, progresif,


kritis thd aliran hukum
positif.

Perkembangan ilmu hukum dan IP sosial (colonial-orde)

No. Pembeda Ilmu hukum Ilmu pengetahuan


sosial

1. Akar Pendidikan Berakar dari Berakar pd fakta sosial


pendidikan penyelenggaraan dan pribumi, van
Pendidikan hukum negeri vollenhoven dg HUKUM
belanda (kerabat HK ADAT
romona-germanic ab 18)

2. Obyek kajian HK positif (law as it is Fakta sosial, adat


written in the books) (bahasa, budaya) di
ranah infra struktur.
Mempelajari hukum: law
as it is in society

3. Tradisi pendidikan Tradisi otoritarian, Tradisi otonom,


sentralistik metode berpikirnya induktif
berpikir deduktif, bertolak
pada norma2 yg tak
terbantahkan lagi

4. Kegunaan Untuk menyelenggarakan Dipakai sbg sarana


pemerintah colonial yg bantu saja karena
eropa-sentris colonial berusaha
kuasai wilayah jajahan
(untuk memahami dan
kelola masyarakat
pribumi) antorpologi
sosiologi
Alasan yuris harus melihat “dunia lain”
a. Perkembangan orde baru sampai orde reformasi, usaha nasional
dikonsentrasikan
untuk membangun ekonomi dengan tolak keberhasilan yang dapat dilihat, diukur
dengan indicator empiric.
b. Langkah2 rekayasa masyarakat tidak lagi didominasi oleh imperative2
ideologik,
formal-yuridis.
c. Pertimbangan dan perhitungan harus didasarkan pada hukum sebab akibat
(cause andeffect).
Keadaan diatas berakibat pada dunia hukum:
1. Hukum tidak lagi merupakan ilmu dan kiat seni kehakiman yang berpusar di
seputar persoalan litigasi semata.
2. Hukum telah berkembang menjadi ilmu dan kiat kemahiran membela hak2
sipil di luar proses litigasi.
3. Hukum menjadi bagian dari bargaining power yang dinamik dan sebagai
bagian dari ekspresi kolektif warga bangsa dalam soal keadilan.
4. Hukum sudah mulai dicabar dengan dalih bahwa hukum selama ini Cuma
dapat merefleksikan ide2 dan kepentingan elit2 di kota yang maunya Cuma
memaksakan rekayasa dan bukannya hati nurani dan kearifan massa di desa2.

Dari sinilah mulai lahir perhatian orang untuk melihat hukum tidak Cuma sebagai
permainan juridiscdenken akan tetapi juga merupakan kekuatan riil yang berproses
ke arah tertatanya kehidupan yang demokratik dan adil.
Akibatnya:
1. Konsep law as it is in the books dilengkapi dan diimbuhi dengan konsep law
as what
it is functioning in society.
2. Kajian2 ilmu hukum mulai banyak mengungkap matra2 struktural,
instutusional dan bahkan behavioral ( law as it is embedded in human mind, and
manifested in their actions and interactions).
3.Mengapa perlu ilmu sosial?
Untuk memahami lebih jauh liku2 permasalahan hukum yang termanifestasi
sebagai
peristiwa sosial atau perilaku interaktif antar warga masyarakat.

Caranya:
1. Pengkajian hukum: bersiap mendayagunakan teori2 sosial ( dengan berbagai
variasi paradigmatic mulai dari teori structural Durkheimian yang makro dan
klasik sampai teori aksi dan interaksi sombolik yang mikro, bersiterus ke teori
struktururisasi Giddensian).
2. Metode: metode yang dipakai tidak lagi metode normative (doctrinal) tetapi
dengan metode social yg empiric-kuantitatif ( bila hukum dikonsepkan sebagai
institusi, gejala sosial yang empiric. Digunakan pula metode refektif-kualitatif
manakala hukum dikonsepkan sebagai produk interaksi-interaksi sosial yang
sarat dengan makna2 yang berasal dari dunia sombolik para pelaku sosial.
3. Para yuris: polarisasi yuris dan ilmuwan sosial semakin kabur. Para yuris telah
banyak menerima kenyataan dan mengakui bahwa mempelajari hukum tidak
boleh secara STERIL.
4. Adagium: oliver W. holmes (hakim agung AS): the life of law has not been
logic, but experience.
5. Pendidikan: studi law and society, sosiologi hukum, antarpologi hukum, law
and behavior, metode penelitian hukum ( tidak hanya doctrinal tapi juga
nondoctrinal) telah eksis di kurikulum FH.
6. Ranah perdebatan: seminar, diskusi tentang sosio-legal banyak digelar.

Manfaat hasil penelitian ilmu sosial.


1. Upaya mengubah ilmu hukum menjadi bagian ilmu social masih terlalu
berlebihan. Karakter rechtslehre tetap bertahan meskipun tidak lagi REINE.
2. Namun, mengabaikan sama sekali hasil-hasil penelitian IP sosial dan kajian2
nya sebagai masukan untuk membuat legal judgements yang lebih realistic dan
menjamin kemanfaatan hukum (rechsdoelmatigheid) meski agak menganggu
kepastian hukum (rechtszekerheid) adalah kurang bijaksana.
3. Pendekatan untuk saling menyapa terus dilakukan dua arah. Para sarjana dan
praktisi hukum menimba fakta temuan penelitian2 sosial untuk membuat legal
judgement yang lebih realistic, tidak hanya penciptaan hukum in abstracto, tetapi
juga penemuan hukum in concreto.
4. Ilmuwan social mengusahakan agar temuannya tidak berhenti sebagai fakta
sosial saja tetapi bisa ikut terproses menjadi judgement yang sah untuk
mempengaruhi perilaku dan pola perilaku sosial.
5. Ilmu hukum hendaknya tidak lagi dimodelkan sebagai system tertutup,
melainkan sebagai system terbuka agar mudah bertransaksi dengan lingkungan
sosial, dalam hal meng-input fakta sosial, memprosesnya sebagai throughputs
yang secara sosial relevan, kemudian meng-output-kan kembali ke masyarakat
sebagai social legal judgements yang benar2 fungsional.

Anda mungkin juga menyukai