Anda di halaman 1dari 4

PERBEDAAN ANTROPOLOGI HUKUM DENGAN

HUKUM ADAT

Disusun Oleh
Nama Kelompok :

Fakultas Hukum
Universita Mataram
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum hakekatnya merupakan gejala dalam kenyataan kemasyarakatan yang majemuk,
yang mempunyai  banyak aspek dimensi dan faset. Hukum berakar dan terbentuk dalam proses
interaksi berbagai aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi, social budaya, teknologi, keagamaan
dan sebagainya),dibentuk dan membentuk tatanan masyarakat, bentuknya ditentukan oleh
masyarakat dengan berbagai sifatnya, namun sekali-kali ikut menentukan bentuk dan sifat
masyarakat itu sendiri. Jadi, dalam dinamikanya, hukum itu dikondisi dan mengkondisikan
masyarakat, karena tujuan utamanya untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan secara konkret
dalam masyarakat, maka dalam hukum terkandung baik kecenderungan konservatif 
(mempertahankan dan memelihara apa yang sudah tercapai) maupun kecenderungan modernisme
(membawa, mengkanalisasi dan mengarahkan perubahan). Dengan kata lain menurut Mochtar
Kusumaatmadja, dalam implementasinya, hukum memerlukan kekuasaan dan sekaligus menetukan
batas-batas serta cara-cara penggunaan kekuasaan itu.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ilmu tentang kenyataan atau Tatsacbenwissenchaft
atau seinwissenshaft yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan atau sikap tindak. Antropologi
hukum adalah ilmu tentang manusia dalam kaitannya dengan kebudayaan atau kaidah-kaidah sosial
yang bersifat hukum. Sedangkan di dalam pengertian hukum adat, hukum ini merupakan  hukum
peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang hanya ditaati oleh
masyarakat yang bersangkutan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Antropologi Hukum
• Pengertian
Antropologi Hukum adalah bagian dari antropologi yang mempelajari perilaku hukum
masyarakat, budaya hukum masyarakat, dan cara pandangnya terhadap hukum dan produkproduk
turunannya. Hukum-hukum itu bukan hanya yang tertulis dan diundangkan oleh pemerintah, tetapi
juga hukum yang tidak tertulis dan disepakati masyarakat setempat. Antropologi itu sendiri
didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku,
keanekaragaman, dan lain sebagainya. Istilah antropologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu berasal
dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti cerita, atau kata,
atau ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
• Objek
Objek Antropologi Hukum adalah: (1) perilaku hukum masyarakat, (2) budaya hukum
masyarakat, dan (3) cara pandang masyarakat terhadap hukum serta produk-produk turunannya.
Sejak Antropologi Hukum itu merupakan bagian dari antropologi, objeknyapun lebih sempit
daripada objek antropologi, yaitu manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri. 3 Antropologi Hukum lahir sebagai sebuah pengakuan terhadap keberagaman hukum dalam
masyarakat. Hukum telah diajarkan berabad-abad lamanya di berbagai peruguran tinggi mulai
perguruan tinggi hukum di Genoa pada abad pertengahan lampau hingga kini. Hukum selalu
diartikan sebagai sebuah rule, perintah dari kehendak penguasa negara, sehingga logis bahwa hanya
ada satu hukum dalam sebuah negara untuk mengatur rakyatnya. Hukum secara kodrati mengatur
perilaku manusia, seburuk apapun hukum adalah jauh lebih baik daripada tidak ada hukum.
• Pendekatan
Salah satu hal yang menarik dari Antropologi Hukum adalah cara pendekatannya. Apalagi
sudah dikembangkan satu pendekatan lagi yang awalnya hanya sentralisme, kini sudah ada
pendekatan pluralisme. Pendekatan sentralisme merupakan pendekatan yang menganggap perilaku
dalam suatu masyarakat hanya dikarenakan satu sistem hukum. Sedangkan pendekatan pluralisme
melihat perilaku masyarakat dipengaruhi oleh beberapa sistem hukum yang ada di tengah
masyarakat. Sebab, dalam satu ruang lingkup masyarakat selalu ada sistem hukum yang beragam,
meski kekuatan memengaruhinya kecil. Pada kenyataannya, pendekatan pluralisme lebih
dianjurkan. Sebab, pada masyarakat tidak hanya ada satu hukum saja, melainkan banyak hukum.
Hanya, ada dominasi antara satu terhadap hukum lainnya. Kajian Antropologi adalah menggali
norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Antropologi Hukum tugasnya adalah memberikan
telaah atau memberikan pemahaman tentang hukum-hukum yang non state law (Non Undang-
Undang). Jadi tugas ilmu antropologi hukum adalah memberikan kajian, memberi telaah secara
mendalam yang kelak akan menjadi sistem kajian refrensi pembuat Undang-Undang. Ilmu
Antropologi Hukum ini akan terlihat pada persidangan-persidangan atau penyelesaian sengketa
yang berlangsung di Pengadilan-pengadilan hakim yang memiliki wawasan, yang memiliki
pengetahuan yang memadai untuk memutuskan perkara sengketa, akan menggali sumber-sumber
hukum yang hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat atau di dalam masyarakat.
Ciri dan pendekatan yang digunakan antropologi hukum dalam mengkaji hukum ada tiga
pendekatan yaitu pendekatan holictic approach, pendekatan legal centralism approach dan
pendekatan legal pluralism approach. Yang pertama adalah menggunakan pendekatan Holistic
(menyeluruh), dimana kaitan antara fenomena hukum dengan aspek kebudayaan secara menyeluruh
(POLEKSOSBUDHUAG). Yang kedua pendekatan secara legal centralism approach, dimana
pendekatan ini secara terpusat. Seperti missal, hokum Negara menjadi hokum yang tertinggi atau
hukum superior daripada system hukum yang lainnya atau disebut hokum inferior seperti yang
diaplikasikan pada system hokum Indonesia dimana ada kajian pemerintahan terpusat dan
pemerintah otonomi daerah. Yang terakhir pendekatan secara legal pluralism approach, dimana
pendekatan hokum dari beberapa atau berbagai perspektif. Hokum atau perilaku masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa system hokum (berlaku dua atau lebih system hukum).
Pada akhirnya antropologi hukum akan memberikan telaah dan menyeluruh tentang
pemahaman dan sifat dari aktor (orang-perorangan), yang paling pneting pengetahuan yang sudah
dicari adalah mengapa dia bertindak seperti itu.
• Sifat Penelitian
Penelitian pada antropologi hukum adalah penelitian lapangan atau disebut juga Observation
participation. Penelitian hukum antropologi mencoba untuk keluar dari nilai kewujudan nyata
tersebut, karena pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang juga meyakini ketidakwujudan.
Fenomena simbol akan sulit dibuktikan secara empiris baik secara sosio juridis maupun normatif.

• Norma
Norma / kaidah menurut antropologi hukum adalah pola ulangan perilaku dalam
masyarakat. Norma / kaidah adalah nilai dasar yang ada dalam masyarakat yang dapat mengukur
perilaku manusia agar dapat menilai mana perbuatan yang benar dan mana yang tidak benar. Sangsi
terhadap pelanggaran norma / kaidah dapat bersifat positif yaitu dengan membayar denda dan
sangsi yang bersifat negatif yaitu dikenakan hukuman badan atau dikucilkan.

Anda mungkin juga menyukai