UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS HUKUM
Alamat : Jalan Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang
Telepon : (024) 76918201 - 5, Fax. (024) 76918206
Laman : www.fh.undip.ac.id, Email : fh@undip.ac.id
Kelas : J
NIM : 11000121120105
POSITIVISME HUKUM :
John Austin : Hukum sebagai Perintah (Law as a command)
Hans Kelsen — Reine Rechtslehre : Hukum adalah susunan logis dari peraturan-peraturan
yang berlaku pada suatu tempat tertentu dan ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan tentang
peraturan-peraturan itu berpedoman norma dasar (Grund Norm). Hukum sebagai peraturan
perundang-undangan dan tersusun secara sistematis.
WHAT IS LAW?
The imperative theories of law (pengagas teori hukum), until 19 century :
1. Jeremy Bentham (1748-1832) : The imperative theory of law
2. John Austin (1790-1859) : Analytical and the command theory. And law is
the command of a sovereign backed by sanctions
3. Hans Kelen (1881-1973) : The pure theory of law
There are three components of the law :
1. Sovereign
2. Command (power)
3. Rules and logic
and moral must be separated from the law (tidak bisa menyatu)
• Socio-legal studies : mempelajari hukum dan masyarakat secara rata (50%) yaitu
50% aspek sosio dan 50% aspek rules and logic.
• Sociology of law : berbanding terbalik dengan sociological-jurisprudence, 75%
aspek sosial dan 25% nya adalah legal.
POSMODERN :
Banyak keraguan yang muncul dan keinginan untuk menggugat modernisme. Dengan kritik
sebagai berikut:
1. Modernisme dianggap gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan kearah masa depan
kehidupan yang lebih baik.
2. Ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenangan dan
penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan.
3. Terdapat banyak kesenjangan yang terpaut jauh atau adanya jurang pemisah antara das
sollen dan das seins, antara teori dan fakta perkembangan ilmu-ilmu modern.
4. Ada suatu keyakinan yang berlebih pada ilmu pengetahuan modern yang dapat
memecahkan semua masalah padahal keyakinan tersebut keliru bahkan yang muncul
adalah patologi social.
5. Ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi misitis dan metafisis
manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik individu.
Dan prinsip itulah yang nantinya mewarnai bagaimana relasi hukum dan kekuasaannya:
1. Tak ada tafsir tunggal - dekonstruksi jejaring teks
2. Curiga pads perselingkuhan yang terjadi antara hukum dan kekuasaan - Hujatan pada
kekuasaan
3. Hukum terus direvisi - anti kemapanan
4. Menolak unifikasi dan kodifikasi - anti metanarasi