Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS HUKUM
Alamat : Jalan Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang
Telepon : (024) 76918201 - 5, Fax. (024) 76918206
Laman : www.fh.undip.ac.id, Email : fh@undip.ac.id

Mata Kuliah : Hukum dan Masyarakat

Kelas : J

Dosen : Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum

Nama Mahasiswa : Deviana Natalia Situngkir

NIM : 11000121120105

RESUME VIDEO MATERI KE-1

Perkembangan ilmu hukum pasca abad ke 19-21.


Perkembangan ilmu hukum pada prinsipnya tidak dapat dibicarakan dan terlepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengaruh dari ilmu pengetahuan itu
sendiri sangat besar sehingga harus diperhatikan. misalnya ada perkembangan pada ilmu fisika,
ilmu hukum itu harus mengikut perkembangan. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa ilmu
hukum itu hanya sebatas peraturan saja. Sedangkan Ilmu hukum yang mengucilkan diri dari
dunia sains pada umumnya ilmu hukum itu sendiri tidak dapat berkembang karena
mengecilkan diri dari ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu hukum juga menghadapi revolusi besar
sehingga ilmu hukum itu sendiri harus bisa membenahi diri dengan cara meninggalkan
pencitraan alam yang automaton dan berpikir secara mekanistik-deterministik sehingga
nantinya menuju pada pemikiran yang holistik. Ilmu hukum sendiri mewarisi pikiran abad ke-
19. dalam hal ini dunia sains pada abad ke-19 mengatakan bahwa manusia itu berhadapan
dengan alam (Man against the nature) dan manusia mengeksploitasi alam itu sendiri. Ilmu
hukum dikhotomi yang memposisikan manusia untuk berhadapaj dengan alam sebagai objek
sains yang menggarapnya dengan logika dan rasio sehingga ilmu hukum memulai debutnya
dari konsep ini. sehingga akhirnya nanti ilmu hukum bisa menjadi serba positifkan dalam
rangka memenuhi kapitalistik. Hukum dihadapi oleh para penstudu sebagai entitas terpisah dan
disoroti, diiris-iris (dissection) dengan bantuan dari logika (sama dengan ilmu fisika) sehingga
ilmu hukum itu terpecah dan mengalami atomisasi dalam bentuk bangunan dan sistem
peraturan. Hukum juga sebagai mesin subsumsi (subsumtie automaat) seperti kita memencet
tombol yang dimana nantinya akan menghasilkan suatu solusi sehingga ilmu hukum dapat
dikatakan bersifat rechtsdogmatiek/analytical jurisprudence.
Sehingga dalam hal ini hukum menemukan sifat atau wataknya yang liberal pada hukum
modern itu :
Hukum modern muncul diawali dengan keambrukan demi keambrukan tatanan sosial yang satu
dan memberikan ruang munculnya tatanan baru hingga akhirnya muncul tatanan sosial politik
yang menjadi basis munculnya hukum modern. Hukum modern menyebar ke penjuru dunia
yang bersifat eropa-sentris dan berwatak liberal karena arah perkembangan eropa ditentukan
dengan dua kata kunci yaitu individualisme dan kemerdekaan. Sehingga masyarakat pun
terbentuk secara individualistik dan liberal (Laissez faire, laissez passer - let do, let go ahead);
cuek. Hukum hanya boleh menjaga status quo, dan tidak boleh mengintervensi dan diserahkan
semuanya pada para pemain dalam pasar sosial.

POSITIVISME HUKUM :
John Austin : Hukum sebagai Perintah (Law as a command)
Hans Kelsen — Reine Rechtslehre : Hukum adalah susunan logis dari peraturan-peraturan
yang berlaku pada suatu tempat tertentu dan ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan tentang
peraturan-peraturan itu berpedoman norma dasar (Grund Norm). Hukum sebagai peraturan
perundang-undangan dan tersusun secara sistematis.

WHAT IS LAW?
The imperative theories of law (pengagas teori hukum), until 19 century :
1. Jeremy Bentham (1748-1832) : The imperative theory of law
2. John Austin (1790-1859) : Analytical and the command theory. And law is
the command of a sovereign backed by sanctions
3. Hans Kelen (1881-1973) : The pure theory of law
There are three components of the law :
1. Sovereign
2. Command (power)
3. Rules and logic
and moral must be separated from the law (tidak bisa menyatu)

PERKEMBANGAN ILMU HUKUM MODERN SETELAH ABAD KE-19 :


Law and Society Theories :
1. Sociological Jurisprudance
2. Socio-legal studies
3. Sociology of law
Yang awalnya hukum diyakini kebenarannya sebagai hukum positif, digugat oleh seorang
praktisi hukum yaitu Roscoe Pound (1912) sehingga muncul yang namanya Sociological-
Jurisprudence. Orthodox-Jurisprudence bisa dikatakan 100% rules and logic.
Sedangkan yang digugat adalah sociological-jurisprudence yang dimana terdapat 75% rules
and logic dan 25% lainnya adalah aspek sosial atau social emphasis. Dan terjadi interaksi
diantara keduanya sehingga memunculkan aliran yang baru yaitu; Socio-legal studies dan
Sociology of law.

• Socio-legal studies : mempelajari hukum dan masyarakat secara rata (50%) yaitu
50% aspek sosio dan 50% aspek rules and logic.
• Sociology of law : berbanding terbalik dengan sociological-jurisprudence, 75%
aspek sosial dan 25% nya adalah legal.

POSMODERN :
Banyak keraguan yang muncul dan keinginan untuk menggugat modernisme. Dengan kritik
sebagai berikut:
1. Modernisme dianggap gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan kearah masa depan
kehidupan yang lebih baik.
2. Ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenangan dan
penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan.
3. Terdapat banyak kesenjangan yang terpaut jauh atau adanya jurang pemisah antara das
sollen dan das seins, antara teori dan fakta perkembangan ilmu-ilmu modern.
4. Ada suatu keyakinan yang berlebih pada ilmu pengetahuan modern yang dapat
memecahkan semua masalah padahal keyakinan tersebut keliru bahkan yang muncul
adalah patologi social.
5. Ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi misitis dan metafisis
manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik individu.
Dan prinsip itulah yang nantinya mewarnai bagaimana relasi hukum dan kekuasaannya:
1. Tak ada tafsir tunggal - dekonstruksi jejaring teks
2. Curiga pads perselingkuhan yang terjadi antara hukum dan kekuasaan - Hujatan pada
kekuasaan
3. Hukum terus direvisi - anti kemapanan
4. Menolak unifikasi dan kodifikasi - anti metanarasi

Anda mungkin juga menyukai