Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu hukum


Dosen pengampu : Imelda safitri, SH,. MH

Disusun Oleh:
Herlina Putri (02120625173)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Teori realisme hukum terkenal dengan kredonya bahwa “The life of the Law has not been
logic: it has been experience”. Dengan konsepbahwa hukum bukan lagi sebatas logika tetapi
experience. Maka hukumtidak dilihat dari kacamata hukum itu sendiri mealinkan dilihat dan
dinilaidari tujuan social yang ingin dicapai serta akibat-akibat yang timbul daribekerjanya
hukum.Menurut Bernard L.T, teori teori yang berada dalam paying realism hukum
sesngguhnya berinduk pada empirisme. Ide-ide rasional menurut empirisme bukanlah
segalanya. Ia tidak bisa diandalkan sebagai sumber kebenaran tunggal. Ide-ide itu perlu
dipastikan kebenarannya dalam duniaempiris. Dari situlah kebenaran sejati bisa terjadi.Teori
realisme hukum pada saat ini sudah menyebar keseluruhNegara di dunia termasuk
Indonesia.hal ini tentu saja mempengaruhikehidupan hukum yang ada di indonesia termasuk
peraturan-peraturan hukum yang dijalankan di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk membahas bagaiman latar belakang lahirnya teori realisme hukum dan konsepnya
kedalam suatu makalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang lahirnya dan pengertian dari realisme hukum ?
2. Bagaimanakah konsep pemikiran realisme hukum ?
3. Bagaimana teori realisme hukum ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang pengertian lahirnya realism hukum.
2. Dapat mengetahui konsep pemikiran realisme hukum.
3. Dapat mengetahui teori realisme hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya dan Pengertian Dari Realisme Hukum

Gerakan critical legal studies, yang semula merupakan keluh kesahdari beberapa pemikir
hukum di Amerika Serikat yang kritis, tanpadisangka ternyata begitu cepat gerakan ini menemukan
jati dirinya dantelah menjadi suatu aliran ersendiri dalam teori hukum. Dan ternyata pulabahwa
gerakan ini berkembang begitu pesat ke berbagai Negara dengankritikan dan buah pikiran yang
cukup segar dan elegan.

Sebagaimana biasanya suatu aliran realism hukum juga lahir dilatarbelakangi oleh berbagai
factor hukum dan nonhukum, yaitu factor-faktor sebagai berikut:

1. Factor perkembangan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan

2. Factor perkembangan social dan politik

Walaupun begitu, sebenarnya aliran pragmatism dari WilliamJames dan John Dewey itu sendiri
sanat berpengaruh terhadap ajarandari Roscoe Pound dan berpengaruh juga terhadap dari Oliver
WendellHolmes meskipun tidak sekuat pengaruhya terhadap ajaran Roscoe Pound. Pengaruh dari
aliran fragmatisme dalam filsafat sangat terasadalam aliran realism hukum. Sebagaimana diketahui
bahwa kala itu(abad ke 20), dalam dunia filsafat sangat berkembang ajaran pragmatismini antara
lain yang diekmbangkan dan dianut oleh William James dan John Dewey.

Bahkan dapat dikatakan bahwa pragmatisme sebenarnya merupakan landasan filsafat terhadap
aliran realisme hukum. Dalam tulisan - tulisan dari pada penganut dan inspirator aliran realisme
hukum,seperti tulisan dari Benjamin Cardozo atau Oliver Wendell Holmes, sangat jelas kelihatan
pengaruh dari ajaran pragmatism hukum ini.

Pendekatan pragmatis tidak percaya pada bekerjanya hukum menurut ketentuan-ketentuan


hukum di atas kertas. Hukum bekerja mengikuti persitiwa-peristiwa konkret yang muncul. Oleh
karena itu, dalil-dalil hukum yang universal harus diganti dengan logika yang fleksibel dan
eksperimental sifatnya.

Hukum pun tidak mungkin bekerja menurut disiplinnya sendiri. Perlu ada pendekatan
interdisipliner dengan memanfaatkan ilmu-ilmu seperti ekonomi, sosilogi, kriminologi, danpsikologi.
Dengan penyelidikan terhadap faktor sosial berdasarkan pendekatan tersebut dapat disinkronkan
antara apa yang dikehendaki hukum dan fakta –fakta (realita) kehidupan sosial. Semua itu diarahkan
agar hukum dapat bekerja secara lebih efektif.

Sebagaimana dikatakan oleh Oliver Wendell Holmes Jr., dugaan-dugaan tentang apa yang
diputuskan oleh pengadilan itulah yang disebut dengan hukum. Pendapat Holmes ini
menggambarkan secara tepat pandangan realis Amerika yang pragmatis.Realisme hukum amerika
bersifat pragmatisme yang pemikir-pemikirannya tidak member perhatian lagi pada masalah-
masalah teoritistentang hukum dan tidak mengindahkan lagi aspek normative darihukum. Bagi
mereka yang penting adalah yang diperlukan oleh hukum secara actual misalnya orang-orang yang
menjalankan hukum seperti para hakim dan pegawai-pegawai pengadilan lainnya, merekalah yang

membuat hukum. Ilmu pengetahuan hukum haruslah berpedoman kepada kelakuan hakim.
Hubungan antara aliran realisme hukum dan aliran sosiologi hukum sangatlah unik. Disatu pihak
bebrapa pondasi dari aliran sosiologi hukum mempunyai kemiripan atau overlapping, tetapi di pihak
lain dalam beberapa hal, keduanya justrus saling bersebrangan. Roscoe Pound,yang merupakan
penganut aliran sociological jurisprudence (hukum yangbaik haruslah hukum yang sesuai dengan
hukum yang hidup diantaramasyarakat).

Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the positive law) dengan
hukum yang hidup (the living law).Bagaimanapun juga, hukum mengatur kepentingan
masyarakatnya. Karena itu tentu saja peranan hukum dalam masyarakat yang teratur seharusnya
cukup penting. Tidak bisa dibayangkan betapa kacaunya masyarakat jika hukum tidak berperan.

Masyakat tanpa hukumakan merupakan segerombolan srigala, diman yang kuat akan memangsa
yang lemah, sebagaimana pernah disetir oleh ahli pikir terkemuka, yaitu Thomas Hobbes beberapa
ratus tahun yang silam. Homo Homini Lupus. Dan yang kalah bersaing dan tidak bisa beradaptasi
dengan perkembangan alam akan tersisih dan dibiarkan tersisih,sebagaimana disebut oleh Charles
Darwin dalam teori seleksi alam(natural Selection) dimana yang kuat akan menjadi survive.

Oleh karenaitu intervensi hukum untuk mengatur kekuasaan dan masyarakat merupakan
condition sine qua no (syarat mutlak). Dalam hal ini, hukumakan bertugas untuk mengatur dan
membatasi bagaimana kekuasaan manusia tersebut dijalankan sehingga tidak menggilas orang lain
yangtidak mempunyai kekuasaaan, Dunia akan kacau balau seandainya hukum tidak ada, tidak
berfungsi atau kurang berfungsi. Ini adalah suatu kebenaran yang sudah terbukti dan diakui bahkan
sebelum manusia mengenal peradaban sekalipun.

Mengapa masyarakat Amerika Serikat sampai membenarkan mengirimkan putra putra


bangsanya untuk bergerilya dan mempertahunkan nyawanya dihutan tropis dan rawa-rawa dalam
perangVietnam pada awal decade 1960-an, mengapa keruskan lingkungan terjadi dimana-mana. Dan
yang lebih penting lagi, mengapa semua maslah tersebut dan luluh lantak seperti itu terjadi pada
abad ke 20 ini,dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mengklaim dirinya sedang berada
dipuncak kemajuannya diatas menara gading itu.

Semua ini memperlihatkan secara jelas betapa ilmu hukum dan ilmu social danilmu budaya sudah
gagal dan lumpuh sehingga sudah tidak dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai pelindung dan
pemanfaat terhadap peradaban dan eksistemsi manusia di bumi ini.Karena itu dalam bidang ilmu
nonsains, bahkan juga kemudian dalam ilmu sains itu sendiri, terdapat gejolak-gejolak dalam bentuk
pembangkangan yang semakin lama tensinya semain tinggi.

Gejolak tersebut yang kemudian mengkristal menjadi protes yang akhirnya melahirkan aliran baru
dengan cara pandang baru terhadap manusia,dunia dan masyarakat dengan segala atributnya itu.
Karena sains juga mempunyai watak anarkis, maka pada awal mulanya setiap pembangkangan
dianggap sebagai konsekuensi dari perkembangansains sehingga pembangkangan tersebut dianggap
wajar-wajar saja.

Dari kedua ide pakar realisme tersebut di atas, menimbulkanpemikiran realis khusus di bidang
hukum, yang pada dasarnya dapatdibedakan antara realisme Amerika Serikat dan realisme
Skandinavia. Para yuris yang beraliran realis pada umumnya berpendapat bahwahukum yang
sesungguhnya dibangun dari suatu studi tentang hukumdalam pelaksanaannya (the law in action).
Bagi penganut realismeyuridis, “law is as law does”.

Karakteristik dari pendekatan yang digunakan oleh kaum realisyuridis terhadap masalah-masalah
hukum, adalah:
1. Suatu investigasi ke dalam unsur-unsur khas yang terdapat dalamkasus-kasus hukum;

2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irasional dan tidak logis didalam proses lahirnya
putusan pengadilan;

3. Suatu penilaian terhadap aturan-aturan hukum melalui evaluasiterhadap konsekuensi


penerapan aturan hukum itu;

4. Memperlihatkan hukum dalam kaitannya dengan faktor politik,ekonomi, dan lain-lain.

Realisme hukum adalah aliran yang tidak menyetujui adanya preseden (adanya ikatan antara
putusan hakim dengan putusan hakim sebelumnya dalam menangani maslah yang serupa). Tidak
menggunakanhukum secara formil, melainkan menggunakan prilaku pelaku social yangnyata terjadi
untuk menghakimi suatu kasus. Sehingga aliran ini secaraotomatis tidak mempercayai adanya
kepastian hukum yang hanyamementingkan seberapa prediktibelnya suatu hukum.

B.Konsep Pemikiran Realisme Hukum

Paham realisme hukum memandang hukum sebagaimana seorangadvokat memandang hukum.


Bagi seorang advokat yang terpentingdalam memandang hukum adalah bagaimana memprediksikan
hasil darisuatu proses hukum dan bagaimana masa depan dari kaidah hukumtersebut. Karena itu
agara dapat memprediksikan secara akurat atas hasildari suatu putusan hukum, seorang advokat
haruslah juga mempertimbangkan putuan-putusan hukum pada masa lalu untuk kemudian
memprediksi putusan pada masa yang akan datang.

Para penganut aliran critical legal studies telah pula bergerak lebih jauh dari aliran realisme
hukum dengan mencoba menganalisisnya darisegi teoretikal social terhadap politik hukum. Dalam
hal ini yang dilakukannya adalah dengan menganalisis peranan dari mitos “hukum yang netral” yang
melegitima setiap konsep hukum, dan denganmenganalisis bagaimana system hukum
mentranformasi fenomena socialyang sarat dengan unsure politik kedalam symbol – simbol
oprasional yang sudah dipolitisasi tersebut.

Yang jelas, aliran critical legal studies dengan tegas menolak upaya upaya dari ajaran realisme
hukum dalam hal upaya realisme hukum untuk menformulasi kembali unsure netralitas dari system
hukum.Seperti telah dijelaskan bahwa aliran realism hukum ini oleh parapelopornya sendiri lebih
suka dianggap sebagai hanya sebuah gerakan sehingga mereka menyebutnya sebagai gerakan
realisme hukum. Nama popular untuk aliran tersebut memang realism hukum meskipun terhadap
aliran ini pernah juga diajukan nama lain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Realisme hukum adalah aliran yang tidak menyetujui adanya preseden(adanya ikatan
antara putusan hakim dengan putusan hakimsebelumnya dalam menangani maslah yang
serupa).
2. Paham realisme hukum memandang hukum sebagaimana seorangadvokat memandang
hukum. Bagi seorang advokat yang terpentingdalam memandang hukum adalah bagaimana
memprediksikan hasildari suatu proses hukum dan bagaimana masa depan dari kaidahhukum
tersebut.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun.Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah
sendiri.Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalamPembuatan makalah
ini.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran nya agar Kami lebih baik lagi dalam
membuat makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama
Huijbers, Theo,1995, Filsafat Hukum Dalam lintasan Sejarah, Yogyakarta,Penerbit Kanisius
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan IlmuHukum
(Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bemartabat, Jakarta, Rajawali
Pers

Anda mungkin juga menyukai