Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

‘’Tugas Mata Kuliah Sejarah Hukum”

OLEH:

RISNAENI, S.H.

NIM: 0077.02.57.2022

MAGISTER ILMU HUKUM

2023
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1. Pengertian Sejarah Hukum..............................................................................................................1
2. Pentingnya Sektor Pertambangan....................................................................................................1
3. Komoditas Utama Pertambangan....................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................................2
C. DASAR HUKUM....................................................................................................................................4
D. ANALISIS..............................................................................................................................................8
1. Perizinan Pertambangan..................................................................................................................8
2. Investasi dan Pengembangan Sumber Daya.....................................................................................8
3. Kewajiban Lingkungan.....................................................................................................................9
4. Revisi dan Perpanjangan Izin...........................................................................................................9
5. Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan.........................................................................................9
E. KESIMPULAN......................................................................................................................................19

ii
A. PENDAHULUAN

Sejarah hukum memiliki peran yang sangat penting dalam mengenal lebih

dalam bagaimana hukum pada masa ini berlaku. Berikut adalah beberapa aspek

penting dalam pengenalan kaitan Sejarah hukum dengan isu yang sedang berlaku

saat ini atau kontemporer:

1. Pengertian Sejarah Hukum

Ilmu sejarah dan ilmu hukum merupakan 2 (dua) entitas yang tidak dapat

dipisahkan karena pada dasarnya hukum merupakan produk sejarah yang

terus menerus berkembang sesuai dengan peradaban manusia. Dengan

demikian, mempelajari ilmu hukum berarti juga mempelajari sejarah itu

sendiri. Sebab, produk hukum di setiap fase sejarah akan menjadi cermin

perkembangan dan pertumbuhan hukum di era terbaru. Sejarah hukum di

masa lalu memiliki pengaruh besar terhadap dinamika hukum di masa

kini. Maka, dengan mengetahui sejarah hukum di masa lalu adalah

keniscayaan untuk dapat memahami perkembangan sejarah hukum di

sebuah bangsa.. Sejarah hukum adalah studi tentang bagaimanahukum

berkembang dan mengapa hal itu berubah. Sejarahhukum berhubungan

erat dengan perkembangan peradaban dan diatur dalam konteks sejarah

sosial yang lebih luas. Diantara para ahli hukum dan ahli sejarah proses

hukum tertentu, telah dilihat sebagai rekaman evolusi undang-undang dan

penjelasan teknis tentang bagaimana undang-undang ini telah berevolusi

dengan pandangan untukmemahami asal-usul berbagai konsep hukum;

iii
Beberapa menganggapnya sebagai cabang sejarah intelektual. Ahli

sejarah abad ke-20 telah melihat sejarah hukum dengan carayang lebih

kontekstualisasi lebih sesuai dengan pemikiran sejarawan sosial.

2. Istilah Isu Kontemporer

Isu Kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa

sekarang dan menjadi permasalahan yang masih hangat dibicarakan. Isu

kontemporer dapat berkmebang karena banyaknya masalah yang timbul

akibat berbagai faktor baik dari internal maupun eksternal. Secara umum

isu diartikan sebagai suatu fenomena/ kejadian yang diartikan sebagai

masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah

masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi, kabar yang tidak jelas asal

usulnya, dan tidak terjamin kebenarannya. Isu yang tidak muncul di ruang

publik dan tidakn ada dalam kesadaran kolektif publik tidak dapat

dikategorikan sebagai isu strategis. Dalam pengertian ini, isu strategis

dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah

yang memunculkan sumber daya pemecahan masalah serta kesadaran

publik akan isu yang muncul. Isu muncul sebagai akibat dari fenomena

yang sedang terjadi saat ini dan merupakan bahan yang layak untuk

didiskusikan.

3. Kaitan Sejarah Hukum dan Isu Kontemporer

Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum[4] dan ilmu tentang

sistem dan gejala hukum dari masa lampau dengan memaparkan dan

iv
menjelaskan perkembangannya untuk memperoleh pemahaman tentang

apa yang berlaku sebagai hukum di masa lampau. Ketika kita mempelajari

sejarah hukum, selain memahami perkembangan sistem hukum sebagai

keseluruhan, kita juga memahami perkembangan institusi hukum dan

kaidah hukum tertentu dalam sebuah sistem hukum

Hukum yang berlaku sekarang memang berbeda dengan hukum

pada masa lampau dan tidak sama dengan hukum pada masa yang akan

datang. Namun, dalam tata hukum yang berlaku sekarang terkandung

unsur dari tata hukum lampau. Kemudian, dalam tata hukum yang berlaku

sekarang terbentuk tunas-tunas mengenai tata hukum pada masa yang

akan datang. Maka dari itu, hukum yang berlaku saat ini dalam mengatasi

isu kontemporer merupakan hukum yang terkandung didalamnya unsur

hukum pada masa lampau yang patut dipahami dengan baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana awal mula Sejarah hukum dimulai hingga saat ini telah

berkembang mengikuti perkembangan zaman?

2. Bagaimana hukum melewai rintangan di berbagai zaman dalam

mengatasi segala permasalahan?

3. Bagaiamana perkembangan hukum di Indonesia sampai saat ini dan

kaitannya dalam menjawab isu kontemporer?

v
C. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

3. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Majelis

Kehormatan Mahkamah Konstitusi.

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas PP

No. 23 Tahun 2010. PP ini mengubah beberapa ketentuan dalam PP No. 23

Tahun 2010.

5. Kebijakan dan Peraturan Tambahan. Selain dasar hukum di atas, terdapat

kebijakan dan regulasi tambahan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dan badan-badan terkait.

vi
D. ANALISIS

Hukum dalam perkembangannya melalui banyak tahapan dan rintangan demi

mengikuti perkembangan era globalisasi di Tengah kehidupan Masyarakat.

Adapun beberapa poin berkaitan dengan Sejarah perkembangan dalam

mengatasi permasalahan yang menjadi isu kontemporer saat ini ialah sebagai

berikut:

1. Asal Usul Teori Sejarah Hukum

Mazhab Teori Sejarah lahir pada awal abad ke-19, yaitupada tahun

1814. Lahirnya mazhab ini ditandai denganditerbitkannya manuskrip

yang ditulis oleh Friedrich Karl von Savigny yang berjudul “Vom Beruf

unserer Zeit fur Gezetgebung und Rechtwissenschaft” (tentang seruan

masa kini akan undang-undang dan ilmu hukum). Friedrich Karl von

Savigny dipandang sebagai perintis lahirnya mazhab sejarah.

Kelahiran mazhab yang dirintis oleh Savigny ini dipengaruhi oleh

buku yang berjudul “L’ esprit des Lois” (Semangat Hukum) karangan

Montesquieu (1689-1755) yang terbit pada tahun 1748. Dalam buku

tersebut, Montesquieu mengemukakan bahwa ada relasi yang kuat

antara jiwa suatubangsa dengan hukum yang dianutnya . Hukum yang

dilandasi dan dianut suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jiwa

bangsa yang direpresentasikan oleh nilai-nilai dantatanan sosial yang

ada. Nilai dan tatanan sosial itu bersifat dinamis, sehingga berimplikasi

pada dinamisnya hukum. Dengan kata lain bahwa dinamisasi nilai-nilai

vii
dan tatanan sosial menyebabkan dinamisasi pada hukum yang

diperpegangi masyarakat.1 Teori sejarah hukum secara garis besar

merupakan reaksi terhadap tiga hal:

I. Rasionalisme Abad ke-18 yang didasarkan atas hukum

alam, kekuatan akal, dan prinsip-prinsip dasar

yangsemuanya berperan pada filsafat hukum. Karena

mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa mempehatikan

fakta sejarah, kehuusan dan kondisinasional.

II. Semangat Revolusi Perancis yangmenentangwewenang

tradisi dengan misi kosmopolitannya(kepercayaan pada

rasio dan daya kekuatan tekadmanusia untuk mengatasi

lingkungannya, yaituseruannya ke penjuru dunia).

III. Pendapat yang berkembang saat itu yang melaranghakim

menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat

memecahkan semua masalah hukum.

2. Pentingnya mempelajari dan memahami Sejarah Hukum

Dalam paradigma umum, sejarah dimaknai sebagai penghubung

keadaan masa lampau dengan keadaan saat ini atau yang akan

datang atau keadaan sekarang yang berasal dari masa lampau.

Apabila sejarah dalam artian seperti ini dihubungkan dengan hukum,

maka dapat diterima bahwa hukum saat ini merupakan

lanjutan/perkembangan dari hukum masa lampau, sedangkan hukum


1
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html,%20Diakses%20tanggal
%2012%20November%202013.

viii
yang akan datang terbentuk dari hukum sekarang. Bahkan saat ini

sudahberkembang keilmuan tentang sejarah masa depan (History of

Future) dalam kerangka pemahaman sejarahberulang/berputar (Circle

History). Apabila metode History of Future ini dipakai dalam

memahami perkembangan hukum di Indonesia, maka masa depan

hukum di Indonesia lebihmudah untuk dibentuk atau diprediksi.

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa sejarah hukummempunyai

beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut:2

I. Sejarah hukum dapat memberikan pandangan yang luas

bagi kalangan hukum. hukum tidak akan mungkin berdiri

sendiri, karena senantiasa dipengaruhi oleh aspek-

aspekkehidupan yang terus berkembang.

II. Sejarah hukum dapat mengungkap pengembangan,

penggantian, penyesuaian, perombakan dan alasan-alasan

kaidah-kaidah hukum yang diberlakukan.

III. Sejarah hukum juga berguna dalam praktik hukum untuk

melakukan penafsiran historis terhadap hukum.

IV. Sejarah hukum dapat mengungkap fungsi dan efektivitas

lembaga-lembaga hukum tertentu.

Kegunaan sejarah hukum di atas dapat dijadikanframe atau kerangka

dalam melihat pembentukan danperkembangan hukum yang ada di

2
Penafsiran peraturan perundang-undangan adalah mencari danmenetapkan pengertian atas dalil-dalil yang
tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang dikehendaki dan dimaksud oleh pembuat undang-undang.
Cara menafsirkan dapat dalam pengertian subyektif dan obyektif atau sempit dan luas, selain itu terdapat berbagai
macam metode penafsiran hukum yang dapat digunakan. Lihat : R. Suroso,Pengantar Ilmu Hukum, h. 97-109.

ix
Indonesia. Akan tetapi,untuk melihat sejarah pembentukan hukum di

Indonesia,terlebih dahulu perlu memahami kondisi geografis dan

etnisatau bangsa Indonesia sebelum merdeka. Sedangkan menurut

Sri Warjiyati fungsi Sejarah hukum ialah sebagai berikut:

I. Mempertajam pemahaman dan penghayatan mengenai

hukum yang berlaku sekarang;

II. Mempermudah para pembuat hukum yang berlaku sekarang

untuk menghindari kesalahan di masa lampau serta

mengambil manfaat dari perkembangan positif hukum di

masa lampau;

III. Mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi

maupun praktisi hukum dengan melakukan penelusuran dan

penafsiran sejarah;

IV. Sejarah hukum mengungkapkan dan memberikan suatu

indikasi dari mana hukum tertentu berasal, bagaimana

posisinya sekarang, dan hendak ke mana perkembangan

hukum tersebut;

V. Mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari lembaga hukum

tertentu. Artinya, dalam keadaan yang bagaimana suatu

lembaga hukum dapat efektif menyelesaikan persoalan

hukum dan dalam keadaan yang bagaimana jika lembaga

tersebut gagal. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang ada

dalam sejarah hukum.

x
Sejarah hukum sangat dipengaruhi oleh hukum Romawi, dan tidak ada

bandingannya dengan sejarah hukum mana pun di dunia ini.

Perkembangan hukum Romawi dalam sejarah hukum dipicu oleh

beberapa faktor, antara lain:3

I. Faktor penghormatan terhadap profesi praetor atau hakim

dan legislatif, yakni dalam sistem hukum Romawi profesi

hukum sangat dihargai. Jabatan praetor sangat berperan

dalam membentuk dan mengembangkan hukum Romawi.

II. Faktor penghormatan terhadap profesi advokat, yakni para

advokat yang tidak hanya berargumentasi, namun

memberikan pendapat dalam bentuk buku hukum.

Contohnya adalah Cicero, yakni filsuf yang paling terkenal

pada zaman tersebut.

III. Faktor luasnya Kerajaan Romawi, yaitu sebuah kerajaan

yang sangat luas sehingga memerlukan hukum untuk dapat

menyatukan wilayahnya.

IV. Faktor lamanya Kerajaan Romawi berkuasa, yaitu Kerajaan

Romawi yang berkuasa sampai kurang lebih 1000 tahun.

V. Faktor kejeniusan dari Kerajaan Bizantium yakni pecahan

Kerajaan Romawi, yakni Raja Justinianus mengumpulkan

ahli hukum untuk menyusun kembali hukum Romawi ke

3
Yoyon M. Darusman, Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum, Banten: Unpam Press, 2019, hal. 48-49

xi
dalam satu kitab yang disebut Code Justinian “Corpus Juris

Civilis”.

VI. Faktor kebangkitan kembali hukum Romawi, yakni hukum

Romawi dalam Code Justinian yang ditafsirkan dan

dikembangkan kembali.

VII. Faktor pengembangan beberapa hukum nasional negara

tertentu berdasarkan hukum Romawi, yakni perkembangan

beberapa hukum nasional di negara sangat berpengaruh

bagi dunia hukum dengan membuat berbagai kodifikasi.

Contoh pembuatan Code Napoleon di Perancis yang

didasari Code Justinian, serta pembuatan Code Civil Jerman

yang didasari hukum Romawi sebelum era Code Justinian.

Soedjatmoko menilai bahwa sejarah memiliki arti yang sangat penting

untuk melatih warga negara yang baik dan mengembangkan cinta dan

kesetiaan untuk negara. Sejarah sebagai sesuatu yang harus dipelajari

untuk negara muda seperti Indonesia untuk peningkatan kualitas

sumber daya manusia dan pembangunan bangsa.4 Sedangkan

sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum[4] dan ilmu

tentang sistem dan gejala hukum dari masa lampau dengan

memaparkan dan menjelaskan perkembangannya untuk memperoleh

pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai hukum di masa

lampau. Ketika kita mempelajari sejarah hukum, selain memahami

4
Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori, dan Metodenya dalam Pengembangan Ilmu Hukum, Karanganyar:
Oase Pustaka, 2016, hal. 4

xii
perkembangan sistem hukum sebagai keseluruhan, kita juga

memahami perkembangan institusi hukum dan kaidah hukum tertentu

dalam sebuah sistem hukum.5

3. Perkembangan Hukum di Indonesia Saat Ini

Untuk menjawab sebuah pertanyaan yang sering menjadi tanya

buat kita semua adalah apakah hukum yang diajarkan dalam

pendidikan tinggi hukum sudah memenuhi kepastian dan keadilan bagi

masyarakat, sebab perkembangan sejarah hukum di Indonesia

dihadapkan pada perubahan sosial dan pergeseran nilai. Berbagai

hubungan manusia yang semula bersifat sosial berganti menjadi

komersial. Intensitas hubungannya makin erat dengan teknologi

komunikasi elektronik.

Secara nyata, ilmu hukum yang diemban di Indonesia

sebagaimana diajarkan di pendidikan-pendidikan tinggi hukum dan

yang dipraktekkan oleh para praktisi hukum, baik pemerintah maupun

swasta masih cenderung berparadigma positivistik seperti ajaran yang

dikembangkan oleh Hans kelsen dan Reine Rechtslehre-nya. Menurut

beberapa pakar hukum Indonesia, ilmu hukum demikian tidak adekuat

dalam Masyarakat.6

5
Ibid, hal, 10-11.
6
Bernard Arif Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, Sebuah Penelitian tentang Fundasi Kefilsafatan dan
Sifat keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional, Bandung: Mandar Maju, 1999,
hlm, 80.

xiii
Walaupun demikian menurut Soedirman Kartohadiprodjo hukum itu

ada untuk mewujudkan keadilan di samping ketertiban masyarakat. 7

Unsur keadilan yang meresapi keseluruhan bidang hukum berwujud

penilaian manusia dalam pergaulan hidup. Penilaian adil dan tidaknya

suatu perbuatan atau perilaku ditentukan oleh pandangan manusia

sesuai dengan pandangan hidup yang dianut. Tata hukum dan cara

berfikir yuridis sangat ditentukan oleh pandangan hidup masyarakat,

sehinga cara berpikir yuridis yang diajarkan di Indonesia sering

dipengaruhi oleh cara pandang bangsa Barat (Belanda) mengenai

hukum.

4. Pentingnya Reformasi Hukum

Sebelum berbicara tentang pembaruan/reformasi hukum, maka

akan digambarkan terlebih dahulu sejarah perkembangan hukum

Indonesia. Setelah diproklamirkannya kemerdekaan, Indonesia

memiliki dua tradisi hukum yang masing-masing terbuka untuk dipilih,

yaitu sistem hukum kolonial dengan segala seluk-beluknya serta

sistem hukum rakyat dengan segala keanekaragamannya. Pada

dasarnya pemimpin nasional mencoba membangun hukum Indonesia

dengan melepaskan diri dari ide-ide hukum kolonial. Inilah periode

awal dengan keyakinan bahwa substansi hukum rakyat yang selama

ini terjajah akan dapat diangkat dan dikembangkan secara penuh

menjadi substansi hukum nasional. Akan tetapi dalam kenyataannya

7
Ibid, hlm 172.

xiv
berakhir dengan pengakuan bahwa proses realisasinya ternyata tidak

sesederhana model-model strategiknya dalam doktrin.8

Para advokat Indonesia waktu itu dan sebagian besar cendekiawan

lainnya menginginkan negara yang bersistem hukum Eropa yang,

karena keragaman hukum rakyat tak terumus secara eksplisit itu,

alasanya adalah sistem pengelolaannya sebagai suatu tata hukum

yang modern (melihat kepada tata organisasi, prosedur-prosedur, dan

asas-asas doktrinal pengadaan dan penegakan, serta pula profesional

penyelenggaraan) telah terlanjur tercipta sepenuhnya sebagai warisan

kolonial dan tak akan mudah dirombak atau digantikan begitu saja

dalam waktu singkat.

Satjipto Rahardjo mengemukakan, bahwa hukum sebagaimana

diterima dan dijalankan oleh banyak negara di dunia sekarang ini,

pada umumnya termasuk ke dalam kategori hukum yang modern. 9

Sementara negara yang sedang berkembang kebanyakan hukumnya

terdiri dari hukum tradisional dan hukum modern. Negara-negara ini

umumnya mewarisi suatu tata hukum yang pluralistis sifatnya, dimana

hukum tradisional berlaku berdampingan dengan hukum modern. 10

Hukum modern memiliki ciri-ciri utama berbentuk tertulis, berlaku untuk

seluruh wilayah negara, dan sebagai instrumen yang secara sadar

dipakai untuk mewujudkan keputusan-keputusan politik

8
Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional – Dinamika SosialPolitik dalam
Perkembangan Hukum di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 13.
9
Satjipto Rahardjo, “Hukum dalam Perspektif Perkembangan”, dalam Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm.
178.
10
5 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1981, hlm. 154.

xv
masyarakatnya. karakteristik hukum modern tersebut memang secara

eksplisit melekat pada sistem hukum yang berasal dari Eropa daratan

yang diwarisi Indonesia setelah merdeka. Oleh karena itu,

pertimbangan untuk memilih hukum yang bentuknya tertulis dianggap

lebih berorientasi ke masa depan.

Berbicara tentang pembaruan/reformasi hukum, hal ini bukanlah

masalah yang sederhana. Masalahnya sangat luas dan kompleks.

Reformasi hukum tidak hanya reformasi peraturan perundang-

undangan saja, tetapi mencakup sistem hukum secara keseluruhan,

yaitu reformasi substansi hukum, struktur dan budaya hukum. 11 Artinya

substansi hukum, aparat penegak hukum dan pandangan serta nilai

yang membudaya, yang ada selama ini di masyarakat harus dilakukan

perubahan, menjadi lebih berpihak dan mengerti kebutuhan

masyarakat, agar terbentuknya sistem hukum yang ideal yang

seharusnya terwujud di Indonesia.

5. Efektivitas Sejarah Hukum dalam menyelesaikan Isu Hukum

Kontemporer

Hukum sejatinya tertatih-tatih mengikuti perkembangan zaman, et

recht in achter de faiten an. Namun hukum selalu berusaha menjadi

jalan keluar segala permasalahan yang muncul dimanapun dan

kapanpun, termasuk terhadap isu-isu yang sedang ramai dibicarakan

11
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan,
Kencana, Jakarta 2007, hlm. 3.

xvi
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Adapun beberapa isu hukum

tersebeut ialah sebagai berikut:

I. Dilema Putusan Final dan Mengikat di Hadapan Cacat Etik Hakim MK

Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) dalam siding

pembacaan putusan perkara dugaan pelanggaran kode etik Hakim MK,

menetapkan Anwar Usman selaku Ketua Mahkamah Konstitusi saat itu

melakukan pelanggaran berat saat terlibat dalam pemeriksaan uji materi dan

memutus perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023. Pada Putusan MKMK ini terdapat

perbedaan pendapat atau dissenting opinion dari salah satu anggota MKMK

yaitu Bintan R. Saragih yang menurutnya Usman Anwar terbukti melakukan

pelanggaran berat yang mengandung konsekuensi sanksi pemberhentian tidak

dengan hormat. Hal tersebut didasarkan pada Pasal 41 huruf c dan Pasal 47

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Majelis

Kehormatan Mahkamah Konstitusi

Keputusan MKMK ini kemudian menimbulkan pertanyaan terkait

keberadaan putusan MK pada perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang telah

diputus, sebab putusan ini memberikan legitimasi hukum kepada anak presiden

menjadi salah satu calon wakil presiden di persaingan pemilu 2024. Tentunya hal

ini menimbulkan perpecahan pendapat antara pihak yang menganggap dengan

adanya putusan MKMK ini menyebabkan putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023

menjadi cacat, dan pihak yang menanggap putusan MKMK tidak dapat

menganulir putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 karena hanya terbatas pada

pelanggaran etik.

xvii
Sejatinya jika Kembali pada bukti Sejarah perkembangan hukum yang

melahirkan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman pada Pasal 17 ayat (5) dan ayat (6) yang mengatur bahwa:

Pasal 17 ayat (5): “Seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri

dari persidangan apabila ia mempunyai kepentingan langsung atau tidak

langsung dengan perkara yang sedang diperiksa, baik atas kehendaknya

sendiri maupun atas permintaan pihak yang berperkara”

Pasal 17 ayat (6): “Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5), putusan dinyatakan tidak sah dan

terhadap hakim atau panitera yang bersangkutan dikenakan sanksi

administratif atau dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan.”

Maka dari itu 2 pasal diatas seharusnya sudah dapat menjadi dasar untuk

menyatakan putusan MK perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023 menjadi tidak sah

karena meskipun putusan tersebut dibacakan dalam siding terbuka untuk umum,

namun pemeriksaan dan pengambilan keputusannya melibatkan Anwar Usman

yang saat ini telah terbukti melakukan pelanggaran etik dalam pemeriksaan

perkara tersebut karena memiliki konflik kepentingan. Tentunya Undang-undang

kekuasaan kehakiman ini merupakan perkembangan hukum dari Undang-

undang Dasar 1945 sehingga harus ditaati.

II. Permasalahan Dasar dan Peluang Perbaikan Proses Reformasi Regulasi

xviii
Permasalahan regulasi di Indonesia tampak dari banyaknya ketentuan

yang disusun tidak detail sehingga membutuhkan peraturan turunan dan

pelaksana. Apabila ditinjau secara menyeluruh, fenomena tersebut berdampak

pada persoalan kewenangan penyusun regulasi, pembentukan regulasi yang

tidak transparan dan akuntabel, tumpang tindih substansi, dan hiper regulasi.

Menurut Prof. Susi terdapat beberapa tantangan dalam melakukan

reformasi regulasi. Pertama adalah regulatory capture, yakni suatu kondisi di

mana pembentukan peraturan didasarkan secara sepihak pada keinginan

oligarki politik dan mengesampingkan kepentingan umum. Kedua, ego sektoral

masing-masing struktur birokrasi atau “pasar” yang cenderung bersikukuh

terhadap kepentingan sektoralnya. Ketiga, daya dukung teknokrat pembentuk

peraturan yang belum memadai, belum terinternalisasi kultur kebijakan berbasis

bukti ilmiah, dan naskah akademik hanya sebagai formalitas dan kualitasnya

belum andal.

Lebih lanjut, Prof. Susi menjelaskan beberapa langkah yang dapat

ditempuh guna melakukan proses perbaikan tata kelola regulasi. Pertama, guna

meminimalisir penyusunan aturan yang sepihak terhadap kepentingan sektoral,

perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang sinkron terhadap perencanaan

pembangunan yang sifatnya umum, baik secara struktural maupun prosedural.

Selanjutnya, sistem dan aktor yang bekerja pada proses penyusunan aturan

perlu penguatan dan pembangunan retorika dan imajinasi perihal regulasi yang

scientific, evidence-based, dan berpihak pada publik.

xix
Langkah-langkah progresif tersebut kemudian perlu diikuti dengan

pemantauan dan penilaian yang terukur serta berkala, sehingga dapat segera

diperbaiki apabila terdapat celah pada proses reformasi yang tengah berjalan.

proses reformasi ini akan dapat berlanjut pada pembangunan hukum yang juga

akan memperkuat kelembagaan hukum. Selain itu, perbaikan tersebut juga

sangat menentukan bagaimana visi hukum yang ingin dimiliki oleh negeri ini di

masa mendatang.

III. Perbuatan Melawan Hukum yang Ditimbulkan Hewan Peliharaan

Salah satu bukti adanya perkembangan hukum mengikuti berkembangnya

kehidupan bermasyarakat ialah munculnya norma yang mengatur perbuatan

merugikan dari hewan peliharaan. Tentu hal ini efek dari unsur-unsur pada

hukum lampau. Tuntutan ganti rugi dapat diajukan kepada pemilik atau pemakai

hewan peliharaan, Pemilik hewan yang terkena penyakit menular juga dibebani

tanggung jawab hukum.

Di Indonesia, dengan aneka ragam hewan peliharaan, peristiwa

penerobosan atau peristiwa kerusakan akibat hewan lazim terjadi. Ada hewan

kurban yang lepas dari pengawasan, ada hewan peliharaan yang menggigit

tetangga, lalu ada kucing yang bunag hajat area halaman rumah tetangga, atau

peristiwa kerugian lain yang diakibatkan oleh hewan peliharaan. Pada dasarnya

menurut hukum, seseorang dapat dimintai tanggung jawab akibat kerugian yang

timbul oleh hewan peliharaan. Dasarnya ialah Pasal 1368 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata (BW) yang menyebutkan pemilik seekor hewan, atau siapa yang

xx
memakainya selama hewan itu dipakainya, adalah bertanggung jawab tentang

kerugian yang diterbitkan oleh hewan tersebut, baik hewan itu ada di bawah

pengawasannya maupun tersesat dari pengawasannya.

Perbuatan melawan hukum di Indonesia diatur dalam BW dan

berkembang dalam putusan pengadilan serta perundang-undangan yang lahir

kemudian, Disimak dari pasal 1365-1380 BW, ada beberapa wujud tanggung

jawab seseorang atau suatu badan hukum atas perbuatan melawan hukum,

diantaranya ialah sebagai berikut:

a) Tanggung jawab tidak hanya perbuatan melawan hukum yang

dilakukan sendiri, tetapi juga perbuatan melawan hukum yang

dilakukan orang lain, barang atau hewan yang berada dibawah

pengawasannya. Pasa 1367 dan Pasal 1368 BW menjadi

dasarnya. Pasal 1367 ayat (1) menyebutkan seseorang tidak hanya

bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan karena

perbuatannya sendiri, tetapi juga disebabkan karena perbuatan

orang yang menjadi tanggungannya, atau karena barang-barang

yang berada dibawah pengawasannya.

b) Perbuatan melawan hukum terhadap tubuh dan jiwa manusia.

Pasal 1370 BW menegaskan bahwa dalam kasus terjadi

pembunuhan secara sengaja atau karena kelalaian, maka keluarga

yang lazim mendapatkan nafkah dari pekerjaan korban, berhak

menuntut ganti rugi yang harus dinilai menurut keadaan dan

kekayaan kedua belah pihak.

xxi
c) Perbuatan melawan hukum berkaitan dengan nama baik dalam

Pasal 1372 BW disebutkan tuntutan terhadap penghinaan

bertujuan untuk mendapatkan ganti rugi dan pemulihan nama baik,

sesuai dengan kedudukan dan keadaan para pihak.

Berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab atas kerugian yang

ditimbulkan hewan peliharaan, BW menyebutkan dua pihak yang paling

bertanggung jawab, yaitu pemilik dan pemakai. Pemakai menanggung risiko dari

pemakaian hewan, sama halnya dengan risiko seorang pemakai barang

berbahaya. Munir Fuady menjelaskan bahwa secara tradisional hukum

cenderung membebankan tanggung jawab mutlak terhadap pemilik benda atas

kerugian terhadap orang lain akibat benda tersebut. Sama halnya seorang

pemilik hewan ternak atau hewan peliharaan dianggap bertanggung jawab atas

kerugian yang ditimbulkan hewannya.

Sejumlah negara telah mengatur dan berusaha mencegah perbuatan

melawan hukum yang disebabkan oleh hewan peliharaan melalui kebijakan

fencing out atau fencing in law. Fencing out bermakna pemilik hewan

bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang dialami pemilik lahan atau

property yang telah memagari lahan/propertinya. Dengan kata lain, jika

seseorang telah memagari lahan atau propertinya secara layak, tetapi jewan

masih menerobos, maka pemilik hewan bertanggung jawab secara mutlak.

Fencing in mengharuskan pemilik hewan membuat pagar atau membatasi gerak

hewan miliknya agar tidak menerobos ke lahan atau properti milik orang lain.

xxii
xxiii
E. KESIMPULAN

Kesimpulannya, sejarah hukum adalah cabang ilmu hukum yang

menelaah sejumlah peristiwa hukum dari zaman dahulu yang disusun secara

kronologis. Sejarah hukum menjelaskan perkembangan hukum untuk

memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai hukum di masa

lampau. Dengan mempelajari sejarah hukum, kita juga akan bersinggungan

dengan hukum yang berlaku sekarang dan hukum yang akan berlaku di masa

depan. Selain itu terdapat juga berbagai kegunaan dalam mempelajari sejarah

hukum, salah satunya memahami makna hukum positif dan bagi pembuat hukum

akan terhindar dari kesalahan yang terjadi di masa lampau.

Hukum tidak hanya berubah dalam ruang dan letak (hukum Amerika,

hukum Belgia dan hukum Indonesia, misalnya), tetapi juga dalam lintasan kala

dan waktu. Seperti sumber-sumber hukum formil, yakni bentuk-bentuk

penampakan diri norma-norma hukum, maupun isi norma-norma hukum itu

sendiri (sumber-sumber hukum materil). Tatanan hukum modern mengenal

sumber-norma hukum seperti: (i) perundang-undanganan (ii) yurisprudensi (iii)

doktrin (iv) konvensi.12 Norma-norma hukum dewasa ini seringkali dan sering

sekali hanya dapat dimengerti melalui sejarah hukum. Misalnya Henri de Page

dalam buku “Traite Eleentaire de Droit Civil” 1930-1950. bahwa “semakin ia

memperdalam studi hukum perdata”, semakin yakin bahwa sejarah hukum, lebih

dahulu dari pada logika dan ajaran hukum sendiri mampu menjelaskan mengapa

dan bagaimana lembaga-lembaga hukum kita muncul kepermukaan seperti

12
Munir Fuady, Sejarah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009).Hlm 1

xxiv
keberadaannya saat ini.Holmes “perjalanan yang ditempuh hukum bukanlah jalur

dan ruas logika melainkan rel pengalaman”.

L.L. van Aperdoorn mengemukakan bahwa dari sisi ilmu, hukum adalah

gejala sejarah, yang artinya tunduk pada pertumbuhan yang terus-menerus.

Pengertian tumbuh memiliki beberapa arti sebagai berikut:13

1. Unsur Perubahan

Dalam unsur ini terdapat hubungan yang erat yang tak terputus antara

hukum pada masa kini dan hukum pada masa lampau. Hukum pada masa

kini dan hukum pada masa lampau merupakan satu kesatuan. Artinya,

orang akan dapat mengetahui hukum masa kini dengan melakukan

penelitian sejarah. Dengan demikian, mempelajari hukum juga berarti

mempelajari sejarah.

2. Unsur Stabilitas

Hukum sebagai gejala masyarakat tidak berdiri sendiri. Artinya, dalam

masyarakat dan dalam sejarahnya tak ada sesuatu yang berdiri sendiri

melainkan berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, tumbuh dan

berubahnya lembaga-lembaga hukum ditentukan oleh berbagai faktor

masyarakat, seperti ekonomi, politik, agama dan norma susila.

Pemikiran sempit yang menganggap bahwa hukum mampu

menyelesaikan segala persoalan bagi sebagian pemegang teori konvensional

harus ditinggalkan. Karena terbukti bahwa saat ini hukum ternyata tidak mampu

menyelesaikan persoalannya sendiri. Para pemikir yang menggambarkan bahwa

13
Agus Riwanto, Op cit, hal. 12

xxv
hukum merupakan wilayah yang steril dan tertutup akibatnya tidak ada tempat

(tidak tersedianya) bagi pandangan di luar klaim itu.

Bagi penganut pandangan ini hukum harus steril secara filosofis,

metodologis harus berpisah dari ilmu lain. Meski tidak secara langsung gagasan

ini adalah hegemoni (dominasi) filsafat Cartesian-newtonian. Namun saat ini

pandangan tersebut tidaklah sepenuhnya dapat digunakan. Sebagai wilayah

yang terbuka hukum menjadi dominan bagi telaah disiplin lain (multi). Hal ini

dikarenakan hukum secara filosofis dan metodologis mengalami perubahan dari

tatanan yang steril menjadi tatanan multi (pluralis) kultural. Hukum berkembang

dari yang terkotak-kotak menuju holistik. Ini merupakan konsekuensi perubahan

yang mau tidak mau (harus) diterima.

Dalam rangka semakin mendekatkan nilai-nilai yang terkandung dalam

hukum dengan realitas kehidupan hukum, maka perlu dilakukan serangkaian

kebijakan dengan prioritas sebagai berikut :

1. Bidang substansi hukum

a) Mengganti peraturan hukum yang tidak sesuai dengan

perkembangan ketatanegaraan dan aspirasi rakyat;

b) Badan pembentuk Undang-undang harus membuka diri terhadap

partisipasi masyarakat dalam pembentukan Undang-undang dalam

rangka pembentukan hukum yang responsif;

c) Dalam pembentukan substansi hukum agar dipenuhi asas-asas

formal maupun material;

xxvi
d) Perlu dilakukan inventarisasi Undang-undang yang belum diikuti

dengan peraturan pelaksanaan;

e) Peraturan pelaksanaan Undang-undang dipersiapkan dan

ditetapkan segera setelah Undang-undang berlaku, agar semangat

dan jiwanya mengalir sampai kepada peraturan pelaksanaan;

f) Peraturan pelaksanaan suatu Undang-undang yang diberlakukan

berdasarkan ketentuan peralihan Undang-undang segera diganti;

g) Program Legislasi Nasional diprioritaskan untuk melaksanakan

amanat Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, mengganti

Undang-undang yang sudah ketinggalan jaman, membentuk

Undang-undang baru untuk mendukung pembangunan ekonomi

dan politik demokratis dan memerangi kejahatan transnasional atau

kejahatan luar biasa;

h) Melakukan kajian yuridis terhadap dampak putusan lembaga

yudikatif yang mengabulkan permohonan judicial review dan

melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan permasalahan yuridis

yang timbul;

2. Bidang Struktur (kelembagaan) hukum

a) Mengembalikan kepercayaan rakyat kepada aparat penegak

hukum, melalui peningkatan kinerja, sikap tegas, konsisten dan

bebas dari praktek KKN dalam penegakkan hukum;

b) Melakukan revitalisasi dan reposisi kelembagaan serta perubahan

budaya kerja;

xxvii
c) Menjamin badan peradilan bebas dari pengaruh dan campur

tangan badanbadan lain dan menjamin kebebasannya untuk

memeriksa dan memutus perkara serta menata pembinaan badan

peradilan di bawah satu atap Mahkamah Agung;

d) Melakukan pengawasan pelaksanaan kewenangan diskresioner

yang dimiliki lembaga-lembaga hukum serta menetapkan

pelaporan berkala kepada publik tentang pelaksanaan kewenangan

tersebut;

e) Mempertegas batas-batas yurisdiksi lembaga-lembaga hukum

dengan menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya;

f) Memperbaiki manajemen penanganan kasus hukum agar

transparan, akuntabel dalam rangka melaksanakan prinsip

penanganan kasus yang cepat, sederhana, akurat dan adil dengan

biaya yang wajar;

g) Memantapkan koordinasi pada tataran kebijakan dan pada

pelaksanaannya di lapangan; - Meningkatkan profesionalisme dan

integritas penegak hukum melalui pendidikan dan pelatihan serta

penegakkan disiplin dan kode etik; - Mendayagunakan lembaga

penyelesaian sengketa alternatif; - Menyediakan dana, sarana dan

prasarana yang lebih memadai untuk pelaksanaan tugas

penegakkan hukum; - Meningkatkan kesejahteraan aparat penegak

hukum.

xxviii
3. Bidang budaya hukum

a) Para pemimpin dan elit politik pada tingkat nasional maupun lokal

agar memberikan teladan dalam mematuhi hukum

b) Menyempurnakan sistem internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai

hukum kepada masyarakat baik yang berkenaan dengan

metodologi, substansi dan 25 target khalayak yang ingin dijangkau,

agar lebih partisipatif dan sesuai dengan tuntutan perkembangan

keadaan dan aspirasi masyarakat;

c) Masyarakat agar tidak mentolerir pelanggaran-pelanggaran hukum

dan turut memberikan sanksi moral kepada para pelakunya.

xxix
Daftar Pustaka

Yoyon M. Darusman, TEORI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM, Banten:


Unpam Press, 2019.

Agus Riwanto, SEJARAH HUKUM: KONSEP, TEORI, DAN METODENYA DALAM


PENGEMBANGAN ILMU HUKUM, Karanganyar: Oase Pustaka, 2016.

Bernard Arif Sidharta, REFLEKSI TENTANG STRUKTUR ILMU HUKUM, SEBUAH


PENELITIAN TENTANG FUNDASI KEFILSAFATAN DAN SIFAT KEILMUAN ILMU
HUKUM SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU HUKUM NASIONAL,
Bandung: Mandar Maju, 1999.

Munir Fuady, SEJARAH HUKUM, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Soetandyo Wignjosoebroto, DARI HUKUM KOLONIAL KE HUKUM NASIONAL –


DINAMIKA SOSIALPOLITIK DALAM PERKEMBANGAN HUKUM DI INDONESIA, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.

Satjipto Rahardjo, HUKUM DALAM PERSPEKTIF PERKEMBANGAN, dalam Ilmu


Hukum, Alumni, Bandung, 1986.

5 Satjipto Rahardjo, HUKUM DAN MASYARAKAT, Angkasa, Bandung, 1981.

Barda Nawawi Arief, MASALAH PENEGAKAN HUKUM DAN KEBIJAKAN HUKUM


PIDANA DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN, Kencana, Jakarta 2007.

http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html,%20Diakses
%20tanggal%2012%20November%202013.

xxx

Anda mungkin juga menyukai