Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di sektor ekonomi telah terlihat bagaimana sektor jasa transportasi dari
kehadiran taksi dan ojek daring. Hal yang sama juga terjadi di bidang sosial
dan politik. Interaksi sosial pun menjadi tanpa batas (unlimited), karena
kemudahan akses internet dan teknologi. Hal yang sama juga terjadi
dalambidang politik. Melalui kemudahan akses digital, perilaku masyarakat
pun bergeser. Aksi politik kini dapat dihimpun melalui gerakan-gerakan
berbasis media sosial dengan mengusung ideologi politik tertentu.
Globalisasi merupakan fenomena dunia yangdefinisinya diterjemahkan
beragam oleh beberapa pemikir dunia. Tidak ada definisi tunggal tentang
globalisasi. Apalagi upaya untuk menentukan definisi selalu sarat dengan
masalah, terutama di bidang sosio humaniora. Pada intinya globalisasi
merupakan sebuah keadaan yang merujuk pada interkoneksi sistem ekonomi
dan sosial.
Hingga kini belum ada tinjauan sejarah yang secara tepat menjelaskan
periodisasi globalisasi. Globalisasi dalam beberapa litertur dipicu karena
adanya gerakan imperialisme oleh Barat di wilayah Asia dan Afrika pada
abad ke 15. Selain itu, globalisasi juga terjadi ketika terdapat sebuah
perusahaan besar multinasional pada tahun 1897 yang memungkinakan untuk
melakukan perdagangan dunia.
Sejak berlakunya era konstitusi hukum, tatanan hukum dan perundang-
undangan telah mengalami perubahan yang signifikan di berbagai negara di
seluruh dunia. Perkembangan tersebut diawali dari transisi dari sistem
pemerintahan yang didasarkan pada otoritas mutlak menuju sistem yang
berlandaskan pada supremasi hukum dan pengakuan hak asasi manusia.
Proses evolusi ini dipicu oleh dinamika sosial, politik, ekonomi, dan
teknologi yang semakin kompleks, menimbulkan tantangan baru bagi
penyusunan dan interpretasi peraturan perundang-undangan. Globalisasi,

1
perubahanlingkungan, dan revolusi teknologi telah membawa dampak yang
mendalam pada masyarakat modern, menciptakan tantangan baru yang harus
dihadapi oleh lembaga-lembaga konstitusional dan para pembuat kebijakan.
Di sisi lain, era konstitusi hukum juga membuka peluang bagi
pengembangan hukum yang lebih inklusif dan progresif, dengan
memberdayakan partisipasi publik dalam proses perundang-undangan. Oleh
karena itu, adalah penting untuk memahami latar belakang evolusi
perundang-undangan di era konstitusi hukum, agardapat mengidentifikasi
dan mengatasi tantangan yang ada, serta mengoptimalkan peluang yang
tersedia dalam menciptakan sistem hukum yang relevan, adil, dan responsif
terhadap perubahan zaman.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan sosial yang cepat
dankompleksitas masalah global telah mendorong perlunya adaptasi dan
transformasi sistem hukum dan perundang-undangan. Negara-negara di
seluruh dunia menghadapi tantangan yang beragam, mulai dari isu-isu
lingkungan yang mendesak, ketimpangan ekonomi, hingga ancaman
terorisme dan keamanan siber. Selain itu, kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi telah membuka pintu bagi tantangan hukum baru terkait privasi,
hak kekayaan intelektual, dan regulasi teknologi. Dalam menghadapi
tantangan-tantangan tersebut, lembaga-lembaga konstitusional, seperti
Mahkamah Konstitusi, memiliki peran krusial dalam memastikan kesesuaian
perundang-undangan dengan konstitusi hukum yang berlaku. Pengujian
konstitusionalitas menjadi alat penting untuk menilai apakah undang-undang
yangada sesuai dengan prinsip-prinsip konstitusi, serta melindungi hak-hak
asasi manusia dan keadilan bagi seluruh warga negara.
Selain itu, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mempercepat proses konsultasi publik dan pengumpulan masukan dari
berbagai pemangku kepentingan dapat meningkatkan kualitas perundang-
undangan dan memastikan representasi yang lebih baik dari kepentingan
seluruh warga negara.Dengan cara ini, evolusi perundang-undangan di
era konstitusi hukum dapat menjadi instrumen yang efektif untuk

2
menciptakan tatanan hukum yang lebih adil, inklusif, dan relevan dengan
dinamika masyarakat modern. Menghadapi tantangan dan memanfaatkan
peluang ini secara bijaksana akan membantu mencapai tujuan utama hukum:
mewujudkan keadilan, melindungi hak-hak asasi manusia, dan memajukan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada
makalah ini, yaitu:
1. Apa itu Evolusi Hukum?
2. Apa itu Revolusi Hukum?
3. Apa itu Globalisasi Hukum?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Evolusi Hukum.
2. Untuk mengetahui tentang Revolusi Hukum.
3. Untuk mengetahui Globalisasi Hukum.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan pada makalah ini ialah agar pula pembaca
lebih mudah memahami yang dimaksud dengan struktur social dan juga apa
hubungan antara struktur sosial dengan hukum.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Evolusi Hukum
Evolusi hukum adalah cabang teori hukum yang menyatakan bahwa
hukum dan sistem hukum berubah dan berkembang menurut hukum alam
yang teratur. Hal ini berkaitan erat dengan evolusi sosial dan dikembangkan
pada abad ke-18, mencapai puncak popularitasnya pada abad ke-19 sebelum
memasuki masa jeda yang berkepanjangan. Evolusi hukum mengalami
kebangkitan kembali pada akhir abad ke-20 dan dilanjutkan dalam berbagai
teori kontemporer. Teori evolusi hukum menggunakan berbagai metodologi,
termasuk unsur pendekatan sosiologis, historis, dan filosofis.
Istilah 'evolusi hukum' mencakup berbagai teori dengan tujuan dan
pendekatan berbeda, namun ada beberapa ciri yang sama. Teori evolusi
hukum berupaya memberikan penjelasan tentang cara-cara perubahan hukum
dengan mengacu pada faktor-faktor yang lebih luas di luar sistem
hukum. Misalnya, aliran sejarah Jerman menyatakan bahwa hukum
berkembang bersamaan dengan negara yang memiliki hukum tersebut,
sebuah gagasan yang dibawa oleh Henry Maine di Inggris dalam teorinya
tentang 'evolusi progresif'. Demikian pula, memetika hukum menjelaskan
perkembangan hukum berdasarkan interaksi antara informasi eksternal dalam
masyarakat dan proses 'pengkodeannya' dalam aturan hukum. Tesis umum
lainnya adalah bahwa pembangunan hukum bersifat progresif, dengan sistem
hukum yang cenderung lebih kompleks, lengkap, atau 'kemajuan'. John
Millar mengusulkan, misalnya, bahwa sistem hukum berkembang dari
masyarakat pemburu dan pengumpul dengan kepemilikan terbatas menjadi
sistem perdagangan internasional yang modern.
Teori evolusi hukum menggunakan berbagai alat metodologis. Aliran
sejarah Jerman terkenal karena penggunaan metodologi sejarah yang ketat,
dengan memperhatikan sumber-sumber primer dan manuskrip. Demikian
pula, sumber materi yang umum adalah studi antropologi, seperti survei

4
terhadap penduduk asli Amerika, yang digunakan oleh para ahli teori evolusi
untuk menyimpulkan perkembangan aturan dari masyarakat primitif ke
masyarakat pasar modern. Ahli teori evolusi mungkin juga mengandalkan
hukum moral universal atau hipotesis sosiologi umum untuk menjelaskan tren
alami dalam perkembangan hukum. Tema yang terus muncul adalah
seringnya penggunaan metafora ilmiah. Maine dalam karyanya " Ancient
Law " mengacu pada teori ilmiah geologi dan mungkin Darwinisme ,
sedangkan John Henry Wigmore berpendapat bahwa evolusi hukum lebih
mirip interaksi kompleks antar planet. Demikian pula, memetika hukum
banyak mengambil pelajaran dari biologi dan, sebagai bagian dari memetika,
bergantung pada analogi antara gen, tekanan evolusi, dan transmisi gagasan
secara budaya. Teori-teori lain berakar pada sosiobiologi, mencoba
menggeneralisasikan ciri-ciri universal umat manusia, atau bahkan makhluk
hidup secara keseluruhan, untuk menjelaskan perkembangan aturan, institusi,
dan gagasan hukum.
Sesungguhnya sejarah tentang 1ahirnya hukum tak dapat di1epaskan dari
bagaimana perubahan da1am dinamika sosia1 po1itik di sebuah bangsa
tertentu. Da1am pandangan hukum sebagai produk sejarah maka sejarah
sosia1 po1itik suatu bangsa akan menentukan corak, model dan bentuk
hukumnya. Itu1ah sebabnya menda1ami i1mu hukum da1am perpektif
sejarah hukum berarti mempe1ajari pu1a dua aspek penting dari sejarah
sosia1 suatu bangsa terhadap hukum. Pertama, aspek evo1usi hukum. Kedua,
aspek revo1usi hukum. Ketiga, aspek g1oba1isasi.
Jika suatu bangsa tidak menga1ami goncangan kekuasaan po1itik maka
akan cenderung me1ahirkan hukum-hukum forma1 dan substantif yang
re1atif stabi1 karena bangunan hukumnya ber1angsung da1am situasi damai
akan mendorong 1ahirnya sistem hukum yang bersifat evo1usi bergerak dan
berubah secara pe1an tapi pasti.
Seba1iknya da1am sejarah sosia1 po1itik di suatu bangsa yang
menga1ami keguncangan kekuasaan po1itik yang drastis, maka cenderung
akan me1ahirkan hukum-hukum forma1 dan substantif yang re1atif tak stabi1

5
karena bangunan hukumnya ber1angsung da1am situasi yang chaos akan
mendorong 1ahirnya sistem hukum yang bersifar revo1usioner bergerak dan
berubah secara drastis dan tak pasti. Demikian1ah perkembangan hukum
da1am 1intasan sejarah sosia1 po1itik merupakan sebuah keniscayaan.
Perubahan hukum secara per1ahan-1ahan, evo1usi hukum ini dapat
dilihat dari da1am kasus Indonesia yang memi1iki tiga tradisi normatif:
Hukum adat pribumi, hukum Islam dan sipi1 Belanda. Semua rakyat
Indonesia hidup da1am tradisi hukum pribumi (Chthonic) yang dija1ankan
o1eh pribumi karenaberdasarkan ni1ai-ni1ai norma yang mengakar semenjak
dahu1u kala yang sesuai dengan rasa keadilan dan harmoni masyarakat
setempat.
Secara per1ahan menga1ami perubahan bahkan dapat berdampingan
secara sadar dengan dua tradisi hukum Is1am dan hukum civi1 Be1anda
yang merupakan hukum yang yang diimpor dari 1uar yang masuk ke
Nusantara saat terjadinya penyebaran Is1am dan ko1onia1isasi.
Sedangkan g1oba1isasi merupakan fenomena sosia1 yang muncu1
be1akangan sebagai akibat dari re1asi dan mobi1itas antar berbagai macam
aktor: orang, barang dan jasa secara g1oba1 yang me1a1ui produk
tekno1ogi komunikasi internet te1ah menjadikan jarak antar dunia dan orang
menjadi tak bersekat. Akibatnya perubahan dan stabi1itas atas sistem-
sistem yang berkembang te1ah bertukar si1ih berganti membawa pada
konvergensi ni1ai dan kepentingan bersama.
Pada titik ini te1ah membawa pu1a arus perubahan hukum dari satu
negara kenegara 1ain da1am aneka bentuk, sa1ah satunya terbawanya secara
sukare1a sistem hukum di satu tempat ke tempat 1ain (borrowing system of
1aw) dan atau me1a1ui transpa1ansi sistem hukum (1ega1 transpa1ants)
yang di1akukan secara sengaja untuk mencangkokkan satu sistem hukum
yang te1ah berhasi1 digunakan pada satu bangsa 1a1u ditransfer ke da1am
sistem hukum di negara-negara 1ain.
Cara-cara ini te1ah merubah peradaban manusia menjadi peradaban
yangtungga1 dan sistemik. Akibatnya fenomena dunia berikut sistem sosia1,

6
po1itik, ekonomi, budaya dan hukum menjadi satu kumparan peradaban
yang unik dan tak1agi bersifat 1oka1itas me1ainkan mu1ti nasiona1 yang
bercitarasa yang re1atif sama (konvergan). Ketiganya akan diuraikan dalam
penjelasan berikut ini.

B. Revolusi Hukum
Revo1usi ada1ah “sudden drastic change in 1aw”, Perubahan cepat,
radika1, menye1uruh dan berjangka pendek dengan menghancurkan
se1uruh tatanan 1ama untuk digantikan dengan tatanan baru. Revo1usi acap
ka1i disertai dengan kekerasan dan korban yang banyak diakibatkan o1eh
situasi anomie, yakni sebuah situasi kekosongan sistem, karena sistem 1ama
te1ah hi1ang karena revo1usi, namun sistem baru be1um ditemukan secara
mapan. Situasi ini acapka1i mendorong 1ahirnya ketidakpastian po1itik dan
da1am situasi yang transisi dari era 1ama menuju era baru.
Menurut Thomas H. Greene (1974) I1muwan sosia1 hingga tahun 1960-
an menyatakan revo1usi sebagai perubahan yang re1atif mendadak dan
signifikan di da1am distribusi kekayaan dan status sosia1. Menurut Adapun
e1emen-e1emen dasar revo1usi po1itik ada1ah, adanya (1) pemimpin
progresif baik individu maupun ko1ektif; (2) adanya partai progresif yang
mampu menja1ani peran sebagai partai pe1opor (avant garde); (3) adanya
e1emen ideo1ogi; (4) adanya metode dan perangkat aksi dan dukungan
eksterna1. Karena itu, revo1usi sepanjang memenuhi prasayarat ini dapat
di1akukan da1am ha1 apapun termasuk hukum apa1agi kekuasaan po1itik.
Hukum ada1ah produk po1itik kekuasaan maka ketika kekuasaan diraih
me1a1ui ja1an revo1usi, maka perubahan sistem hukum da1am negara
revo1usi juga sangat dipengaruhi o1eh karakter revo1usi, yakni hi1angnya
sistem 1ama yang cepat dan mengubah dengan gaya dan mode1 baru yang
radika1 pu1a. Maka da1am konteks revo1usi hukum akan dapat muncu1
da1am empat (4) keadaan:
1. Hukum yang sebagian besar merupakan pengaruh tradisi hukum (1ega1
tradition) menjadi jauh dari rea1itas sosia1 dan terdapat perubahan yang

7
sangat besar;
2. Rea1itas memungkinkan dipindahkannya sistem asing (borrowing a
foreign system) da1am ukuran yang besar;
3. Ketika terdapat revo1usi po1itik yang nyata (actua1 po1itica1
revo1ution), dan kondisi-kondisi kemasyarakatan berubah;
4. Ketika e1ite penguasa (ru1ing e1ite) berkehendak untuk mengubah
masyarakat secara drastis, untuk revo1usi masyarakat(revo1utionize
society), dan memi1ih menggunakan hukum sebagai sa1ah satu a1at.
Pada keadaan yang pertama, revo1usi te1ah membawa dampak dan
konsekuensi hukum-hukum yang berasa1 dari pengaruh tradisi menjadi tak
1agi dapat memengaruhi ja1annya hukum di masyarakat da1am rea1itas
sosia1, karena da1am kedaan yang pertama ini hukum dipengaruhi ha1-ha1
baru baik dari aspek asas maupun doktrin sehingga praktik hukum da1am
masyarakat kehi1angan hukum-hukum pribumi yang sebe1umnya menjadi
patokan-patokan da1am rumpun, re1asi dan so1usi terhadap konf1ik-
konf1ik sosia1.
Pada keadaan kedua, akibat revo1usi te1ah pu1a berdampak pada
potensi pemindahan sistem asing (borrowing a foreign system) da1am
ukuran yang besar pada suatu negara yang menga1ami revo1usi. Umumnya
ha1 ini dapat terjadi karena sistem hukum 1ama dianggap tak 1agi up to date
untuk menyokong rejim revo1usi yang menhendaki perubahan secara
drastik dan radika1 maka memindahkan hukum asing ke da1am negara baru
dianggap sebagai cara pa1ing rea1itis dan mudah di1akukan. Apa1agi
acapka1i se1a1u didahu1ui o1eh pernyataan po1itis rejim revo1usi bahwa
hukum asing yang hendak dipindahkan te1ah diuji cobakan di negara
asa1nya dengan berhasi1 sehingga ketika hendak di pindahkan ke negara
baru hasi1 revo1usi diduga kuat dapat berhasi1 seperti di tempat asa1nya.
Pada kedaan yang ketiga, ketika terdapat revo1usi po1itik yang nyata
(actua1 po1itica1 revo1ution), dan kondisi-kondisi kemasyarakatan berubah
dengan drastis pu1a se1ain disebabkan o1eh situasi anomie dimana ni1ai dan
norma- norma 1ama te1ah dihi1angkan dan tak dipercaya 1agi, namun ni1ai

8
dan norma- norma baru be1um di dapat ada kecenderungan mengantarkan
pada masa transisi yang akut yang berakibat pada perubahan masyarakat
yang tak terkenda1i dan cenderung menghasi1kan chaos.
Pada keadaan yang keempat, ketika e1ite penguasa (ru1ing e1ite) yang
berhasi1 me1akukan revo1usi berkehendak untuk mengubah masyarakat
secara drastis, untuk revo1usi masyarakat (revo1utionize society) memi1ih
menggunakan hukum sebagai sa1ah satu a1at mengubah masyarakat. Itu1ah
sebabnya sejak era 1990-an, negara-negara berkembang dan transisi te1ah
dikunjungi setidak- tidaknya ratusan, konsu1tan hukum (1ega1 advisers),
bahkan ribuan dari Barat untuk membantu da1am proyek reformasi hukum
yang sangat mahal.
C. GLOBALISASI HUKUM
G1oba1isasi menurut Jan Art Scho1te da1am A1eksius Jemadu, 2010:
81 da1am Imam cahyono (Ed) 2010. Mencakup 1ima dimensi yang masing-
masing mempengaruhi interaksi aktor-aktor da1am ekonomi po1itik
internasiona1 yaitu :
1. Menyangkut fenomena internasiona1ization, maksudnya
meningkatnya hubungan 1intas batas antara aktor-aktor internasiona1
seperti terwujudnya da1am a1iran barang, jasa, moda1, tekno1ogi dan
budaya manusia.
2. Menyangkut tentang fenomena 1ibera1ization, adanya rea1itas
pengurangan dan peniadaan hambatan tarif maupun nontarif yang
dikenakan o1eh negara terhadap a1iran barang dan jasa da1am
rangka menciptakan perekonomian g1oba1 yang terbuka dan
dikenda1ikan o1eh mekanisme pasar.
3. Mengacu pada gagasan universa1ization, yakni adanya bentuk
penyebatran ni1ai-ni1ai universa1 seperti demokrasi dan hak asasi
manusia, mode pakaian dan gaya hidup anak muda yang bisa
ditemukan hampir di semua kota- kota metropo1itan di se1uruh dunia
menunjukan bahwa te1ah terjadi proses penyeragaman budaya secara
universa1 tanpa memandang 1atar be1akangagama, suku, dan Bahasa.

9
4. G1oba1isasi membawa arus westernization, yaitu di1ihat sebagai
ke1anjutan proeses modernisasi yang identik dengan dunia Barat
(western) sebagai mode1 yang harus ditiru o1eh negara-negara
berkembang meskipun peniruan itu sering mengingkari akar budaya
mereka yang sebenarnya. Penyebaran kapita1isme, rasiona1isme,
industria1isme dan konsumerisme merupakan kekuatan yang su1it
dibendung o1eh masyarakat negara berkembang sehingga membawa
berbagai dampak negatif bagi mereka.
Akhirnya g1oba1isasi juga menciptakan proses deterritoria1ization atau
a spread of supraterritoria1ity, yakni muncu1nya peraturan (regu1ation) atau
institusi yang me1ampaui territoria1ity negara bangsa. Ruang nasiona1 tidak
1agi di1ihat sebagai ruang (space) yang re1evan untuk pembuatan keputusan
karena semakin banyak isu yang harus dise1esaikan pada 1eve1 yang 1ebih
tinggi seperti regiona1 atau g1oba1.
Rea1itas g1oba1isasi ini te1ah mempengaruhi pada ja1annya sejarah
hukum. Hukum tidak 1agi merupakan kumpu1an peraturan as1i dari
komuna1itas 1oka1 dan nasiona1, namun te1ah dipengaruhi o1eh ni1ai-ni1ai
g1oba1 yang tercermin dari re1asi dan komunikasi 1antas batas antar orang
me1a1ui akses yang disesuaikan o1eh produk tekno1ogi komunikasi g1oba1,
yakni internet.
Apapun bentuknya, g1oba1isasi menciptakan insentif besar menuju
harmonisasi yakni keadaan yang memungkinkan adanya keniscayaan untuk
ikut da1am rombongan masyarakat g1oba1 da1am satu tatanan ni1ai tugga1
dan me1akukan penyesuaian-penyesuaian atas ni1ai-ni1ai ajaran hukum di
sebuahnegara menjadi berni1ai hukum g1oba1.
Menurut Larry Cata Backer (2007: 10) g1oba1isasi te1ah mengatur dan
mengintervensi secara sistematis norma-norma yang dianut para pihak yang
berkuasa secara po1itik di sebuah negara dan begitu juga te1ah mengatur
institusi- institusi ekonomi, hukum dan po1itik da1am satu tarikan nafas
g1oba1. lebih jauh ia mengatakan “Whatever its forms, g1oba1isazion creats
great incentives toward harmonization. As set of norms embarnceced by

10
powerfu1 peop1e and institutions”. itu sebabnya ke1ak g1oba1isasi
memuncu1kan tiga reaksi besar dari manusia sejagat yaitu:
1. mereka mungkin memasukkan norma dan bergabung dengan komunitas
g1oba1. Ha1 ini dapat terjadi karena begitu kuatnya tarikan arus
g1oba1isasi dengan sokongan sistem tekno1ogi informasi yang
menyebabkan re1asi antara orang dan negara di dunia yang kian dekat
membuat kemakmuran di suatu negara dan kemiskinan di suatu negara
dapat dengan cepat diakses akibatnya mendorong masyarakat g1oba1
untuk bergabung da1am g1oba1isasi karena dianggap akan dapat
mendong kesejahteraan dan kemakmuran.
2. mereka dapat be1ajar untuk berkomunikasi dengan mengikuti norma
g1oba1isasi da1am rangka untuk ter1ibat (dan menentang atau merubah)
norma dasar g1oba1isasi. Cara ini menjadi pi1ihan karena sangat
mungkin arus g1oba1isasi te1ah mengubah watak 1oka1itas suatu
daerah/negara menjadi tercerabut dari akar keas1iannya, akibatnya
banyak pihak menentang arus g1oba1isasi ini sebagai musuh
peradaban, dipihak mereka ingin merubah arus g1oba1isasi dan
mengemba1ikan ke nosta1gia masa 1a1u. Dengan cara ter1ebih dahu1u
mengikuti arus g1oba1isasi untuk kemudian menemukan ke1emahan-
ke1emahan g1oba1isasi dan mencari a1ternatif-a1ternatif
per1awanannya pada globalisasi.
3. mungkin mengabaikannya dan efektif me1epaskan diri dari jaringan
perdagangan, pergerakan orang, komunikasi atau berinterkasi secara
intim antara masyarakat po1itik atau ekonomi. Ada pu1a sebagain
penduduk dunia yang coba mengabaikan g1oba1isasi dan ingin
me1epaskan dari sistem- sistem g1oba1 dan mencari a1ternatif pi1ihan
1ain.
Namun da1am ha1 hukum a1ternatif menjadi fokus. Da1am kondisi
ini1ah, kemungkinan terjadi resistensi dari masyarakat. Resistensi tersebut
muncu1 karena norma-norma yang mengg1oba1 itu dibangun da1am basis
sosia1 yang berbeda. Resistensi itu da1am studi perbandingan hukum disebut

11
atau diakibatkan o1eh ketidaksepadanan antara hukum dan masyarakat yang
menjadi adresat hukum itu (mismatch betwen 1aw and society). Bermuara
pada kemungkinan muncu1nya ketidak sepadanan itu kemudian me1ahirkan
konsep-konsep hamonisasi, konvergensi, divergensi, univikasi, standarisasi
dan percampuran (mixing). Dari sudut sejarah hukum akibat g1oba1isasi akan
mempengaruhi ber1akunya hukum di suatu negara yang biasanya disebabkan
karena dua ha1 yaitu :
1. g1oba1isasi akan membawa arus perubahan hukum secara natura1
atau a1amiah, Perubahan hukum secara natura1 akibat g1oba1isasi
dapat berbentuk antara 1ain: pengakuan, fasi1itasi, harmonisasi,
adopsi, penggabungan, regu1asi, kontro1, pemisahan atau penekanan
terhadap norma-norma yang te1ah disepa kati masyarakat g1oba1 itu.
(recognation, faci1itication, harmonization, adpotion, incorporation,
regu1ation, contro1, segregation or suppression).
2. g1oba1isasi juga kan berkonsekuensi pada 1ahirnya transp1antasi
hukum atau (tansfrontier mobi1ity of 1aw). Menurut esin örücü“ja1an
migrasi”, yaitu : ko1onisasi, perpindahan (resett1ement), okupasi,
ekspansi, sa1ing hubungan di antara negara-negara anggota Eropa
dan hubungan eksterna1 dari masyarakat dunia. Metode dan teknik-
teknik spesifik migrasi”, yaitu, seperti imposisi, resepsi (vo1untary
borrowing), resepsi yg dipaksakan (imposed reception),
pembangunan para1e1 yg terkoordinasi; infi1trasi, imitasi, dan variasi
atau kombinasi motode-metode tersebut.
Globalisasi hukum adalah fenomena yang terjadi seiring dengan
perkembangan teknologi dan ekonomi global. Dalam konteks ini, globalisasi
hukum sering dipahami sebagai penyesuaian hukum-hukum nasional suatu
negara bangsa sebagai dampak dari perkembangan perekonomian global.
Melalui perjanjian internasional, skenario globalisasi hukum
dilaksanakan. Namun, skenario ini tentu saja mendatangkan problematika
hukum, karena hukum di setiap bangsa dan negara memiliki karakteristik
tersendiri yang tidak bisa ditransplantasi begitu saja.

12
Di era globalisasi saat ini, setiap negara, suka atau tidak, harus
melakukan penyesuaian atau harmonisasi dengan ketentuan hukum
internasional, baik dalam bidang perekonomian, khususnya perdagangan
internasional, maupun dalam bidang pencegahan dan penegakan hukum.
Titik singgung antara hukum dan globalisasi sebagai suatu gejala sosial
yang tak bisa dihindarkan meliputi berbagai aspek dan meluas ke seluruh
wilayah dunia. Pada saat globalisasi sudah diterima oleh masyarakat, maka ia
pun kemudian berubah menjadi hukum yang mengikat masyarakat tersebut.
Fungsi dan peranan hukum di era globalisasi, yaitu bagaimana hukum dapat
mengatur, memaksa, dan menyelesaikan masalah yang timbul akibat
globalisasi, serta menciptakan keadilan, kesejahteraan, dan perdamaian bagi
masyarakat.
Dampak positif dan negatif globalisasi hukum, yaitu bagaimana
globalisasi hukum dapat mendukung atau mengancam kepentingan nasional,
hak asasi manusia, demokrasi, supremasi hukum, dan nilai-nilai budaya lokal.
Tantangan dan peluang globalisasi hukum, yaitu bagaimana menghadapi dan
memanfaatkan globalisasi hukum untuk meningkatkan kualitas hukum,
perlindungan hak, kerjasama internasional, dan integrasi regional.

D. Hubungan antara Globalisasi hukum, revolusi hukum, dan evolusi


hukum.
Hubungan mereka saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain
dalam konteks yang lebih luas dari perubahan sosial dan teknologi.
a. Globalisasi hukum merujuk pada proses di mana hukum dan sistem
hukum suatu negara dipengaruhi oleh tren dan fenomena global. Ini bisa
melibatkan adopsi norma atau standar hukum internasional ke dalam
hukum domestik, atau harmonisasi hukum antara negara-negara.
b. Revolusi hukum adalah perubahan mendadak dan radikal dalam hukum
atau sistem hukum. Ini biasanya terjadi sebagai respons terhadap
perubahan sosial atau politik besar. Misalnya, revolusi industri dan
transportasi di abad XVIII menjadi pendorong globalisasi.

13
c. Evolusi hukum, di sisi lain, adalah proses perubahan bertahap dan
berkelanjutan dalam hukum atau sistem hukum seiring waktu. Ini sering
terjadi sebagai respons terhadap perubahan sosial, ekonomi, atau
teknologi yang lebih lambat.
Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana globalisasi telah
mempengaruhi evolusi dan revolusi hukum dalam konteks era industri 4.0.
Kemajuan teknologi telah menciptakan tantangan baru bagi hukum, seperti
perlunya regulasi baru untuk teknologi informasi dan komunikasi. Dalam
konteks ini, globalisasi mendorong revolusi hukum karena membutuhkan
perubahan cepat dan radikal dalam cara kita mengatur teknologi baru.
Sementara itu, evolusi hukum terjadi seiring dengan perkembangan bertahap
teknologi dan penyesuaian berkelanjutan dari hukum untuk mengatasi
tantangan baru.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan dari permasalahan.
Adapun kesimpulannya sebagai berikut:
1. Evolusi hukum adalah cabang teori hukum yang menyatakan bahwa
hukum dan sistem hukum berubah dan berkembang menurut hukum alam
yang teratur.
2. Revo1usi ada1ah “sudden drastic change in 1aw”, Perubahan cepat,
radika1, menye1uruh dan berjangka pendek dengan menghancurkan
se1uruh tatanan 1ama untuk digantikan dengan tatanan baru. Revo1usi
acap ka1i disertai dengan kekerasan dan korban yang banyak diakibatkan
o1eh situasi anomie, yakni sebuah situasi kekosongan sistem, karena
sistem 1ama te1ah hi1ang karena revo1usi, namun sistem baru be1um
ditemukan secara mapan.
3. Globalisasi hukum adalah fenomena yang terjadi seiring dengan
perkembangan teknologi dan ekonomi global. Dalam konteks ini,
globalisasi hukum sering dipahami sebagai penyesuaian hukum-hukum
nasional suatu negara bangsa sebagai dampak dari perkembangan
perekonomian global.
B. SARAN
Adapun saran dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Evolusi di era konstitusi hukum adalah proses yang kompleks dan
dinamis, di mana sistem hukum berupaya mengikuti perkembangan sosial,
politik dan teknologi yang pesat. Tantangan yang dihadapi, seperti cepatnya
perubahan sosial, politisasi hukum, keterbatasan sumber daya, dan ketepatan
interpretasi hukum, dapat menghambat responsivitas dan keberlanjutan
perundang-undangan. Namun, dengan pendekatan yang inklusif,
transparansi, dan partisipatif, serta peran lembaga-lembaga konstitusional
yang kuat, tantangan-tantangan ini dapat diatasi. Peluang untuk menciptakan

15
hukum yang lebih inklusif, progresif, dan relevan juga ada melalui partisipasi
publik yang lebih aktif dan inovasi hukum yang berfokus pada perlindungan
hak asasi manusia dan keadilan sosial. Penting untuk mengatasi kompleksitas
dan tumpang tindihnya peraturan hukum agar hukum menjadi lebih aksesibel
dan mudah dipahami oleh masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fungsi dan Peranan Hukum di Era Globalisasi - SINDOnews.


https://nasional.sindonews.com/read/950343/18/fungsi-dan-peranan-
hukum-di-era-globalisasi-1669263112.
12 Dampak Positif Globalisasi dan Dampak Negatifnya - detikcom.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5792569/12-dampak-positif-
globalisasi-dan-dampak-negatifnya.
Pengaruh Globalisasi terhadap Subtansi dan Penegakan Hukum.
https://www.neliti.com/publications/156862/pengaruh-globalisasi-
terhadap-subtansi-dan-penegakan-hukum.
brainly.co.id
ejournal.uin-suka.ac.id
nasional.sindonews.com
jurnalnasional.ump.ac.id
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PEMBANGUNAN HUKUM
DAN TANTANGANNYA DI ERA ....
https://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/hukumresponsif/article/downl
oad/736/696/.
Fungsi dan Peranan Hukum di Era Globalisasi - SINDOnews.
https://nasional.sindonews.com/read/950343/18/fungsi-dan-peranan-
hukum-di-era-globalisasi-1669263112.
Pembangunan Hukum Dalam Mendukung Era Pembangunan Industri 4.0
Dan ....
https://bphn.go.id/pubs/news/read/2019101711365376/pembangunan-
hukum-dalam-mendukung-era-pembangunan-industri-40-dan-society-
50.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Subtansi dan Penegakan Hukum.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/84.

17

Anda mungkin juga menyukai