Anda di halaman 1dari 11

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abad kesembilan belas merupakan masa keemasan bagi lahirnya ide-ide


baru dan gerakan intelaktual dimana manusia mulai menyadari kemampuannya
untuk merubah keadaan dalam semua lapangan kehidupan. Kesadaran tersebut
telah membawa perubahan cara pandang dalam melihat eksistensi manusia. Pada
masa ini manusia dipandang sebagai wujud dinamis yang senantiasa berkembang
dalam lintasan sejarah.
Dibidang hukum, abad kesembilan belas dapat dikatakan sebagai tonggak
lahirnya berbagai macam aliran atau mazhab hukum yang pengaruhnya bisa
dirasakan sampai saat ini. Aliran atau mazhab hukum yang lahir pada masa ini
secara sederhana dapat diklasifikasi menjadi tiga aliran yaitu : mazhab
positivisme, mazhab utilitarianisme dan mazhab historis atau sejarah.
Dalam rentang sejarah, perkembangan aliran pemikiran hukum sangat
tergantung dari aliran pemikiran hukum sebelumnya, sebagai sandaran kritik
dalam rangka membangun kerangka teoritik berikutnya. Disamping itu kelahiran
satu aliran sangat terkait dengan kondisi lingkungan tempat suatu aliran itu
pertama kali muncul. Dengan kata lain lahirnya satu aliran atau mazhab hukum
dapat dikatakan sebagai jawaban fundamental terhadap kondisi kekinian pada
zamannya. Sebagai contoh dapat dikemukakan kritik positivisme dan aliran
sejarah terhadap aliran hukum alam atau kritik kaum realis terhadap positivistik.
Demikian juga halnya dengan kritik yang ditujukan oleh postmodernisme
terhadap kemapanan modernisme.
Kelahiran mazhab sejarah dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny
(1779-1861) melalui tulisannya yang berjudul Von Beruf unserer Zeit fur
Gesetzgebung und Rechtwissenschaft (Tentang Pekerjaan pada Zaman Kita di
Bidang Perundang-undangan dan Ilmu Hukum), di pengaruhi oleh dua faktor
yaitu pertama ajaran Montesqueu dalam bukunya L esprit des Lois dan
pengaruh faham nasionalisme yang mulai timbul pada awal abad ke 19.

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Disamping itu, munculnya aliran ini juga merupakan reaksi langsung dari
pendapat Thibaut yang menghendaki adanya kodifikasi hukum perdata Jerman
yang didasarkan pada hukum Prancis (Code Napoleon). Kedua pengaruh tersebut
bisa digambarkan sebagai berikut:
Menurut Friedmann Aliran ini juga memberikan aksi tertentu terhadap dua
kekuatan besar yang berkuasa pada zamannya. Kedua hal tersebut menurut
Friedmann adalah :

1. Rasionalisme dari abad 18 dengan kepercayaan terhadap hukum alam,


kekuasaan akal dan prinsip-prinsip pertama yang semuanya dikombinasikan untuk
meletakkan suatu teori hukum dengan cara deduksi dan tanpa memandang fakta
historis, cirri khas nasional, dan kondisi sosial;
2. Kepercayaan dan semangat revolusi Prancis dengan pemberontakannya
terhadap tradisi, kepercayaan pada akal dan kekuasaan kehendak manusia atas
keadaan-keadaan zamannya.
Sedangkan Lili Rasjidi mengatakan kelahiran alairan/mazhab sejarah
merupakan reaksi tidak lansung dari terhadap aliran hukum alam dan aliran
hukum positif.
Hal pertama yang mempengaruhi lahirnya mazhab sejarah adalah pemikran
Montesqueu dalam bukunya L esprit des Lois yang mengatakan tentang
adanya keterkaitan antara jiwa suatu bangsa dengan hukumnya.
Menurut W. Friedman gagasan yang benar-benar penting dari Lesprit des
Lois adalah tesis bahwa hukum walaupun secara samar didasarkan atas beberapa
prinsip hukum alam mesti dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan seperti:
iklim, tanah, agama, adat-kebiasaan, perdagangan dan lain sebagainya. Berangkat
dari ide tersebut Montesqueu kemudian melakukan studi perbandingan mengenai
undang-undang dan pemerintahan.
Seperti yang telah diuraikan diatas, selain dipengaruhi oleh pemikiran
Montesque lahirnya mazhab sejarah juga banyak dipengaruhi oleh semangat
nasionalisme Jerman yang mulai muncul pada awal abad 19. Dengan
memanfaatkan moment (semangat nasionalisme), Savigny menyarankan
penolakan terhadap gagasan Tibhaut tentang kodifikasi hukum yang tersebar
dalam pamfletnya Uber Die Notwetdigkeit Eines Allgemeinen Burgerlichen

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Rechts Fur Deutschland (Keperluan akan adanya kodefikasi hukum perdata
negara Jerman).
Dalam suasana demikian, Savigny mendapatkan Lahan subur untuk
membumikan ajarannya yang mengatakan bahwa hukum itu tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat. Dan oleh karenanya setiap bangsa memiliki
volgeist (jiwa rakyat) yang berbeda, maka hukum suatu negara tidak dapat
diterapkan bagi negara lain, meskipun negara lain itu adalah bekas penjajahnya.
Dalam kaitan inilah kemudian Savigny mengatakan, adalah tidak masuk akal jika
terdapat hukum yang berlaku universal pada semua waktu. Hukum yang sangat
tergantung atau bersumber kepada jiwa rakyat tersebut dan yang menjadi isi dari
hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa (sejarah).

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa inti dari ajaran Mazhab Historis?
2. Apa saja pokok-pokok bahasan dalam Mazhab Historis?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dari Mazhab Historis, dan apa saja
pembahasannya?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui inti ajaran dari Mazhab Historis.


2. Mengetahui pokok-pokok bahasan dalam Mazhab Historis.
3. Mengetahui dan memahami tokoh-tokoh serta pembahasannya dalam
Mazhab historis.

BAB.2 PEMBAHASAN

2.1 Inti Ajaran Mazhab Historis

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Inti ajaran Madzab Sejarah yang didirikan oleh Savigny ini terdapat dalam
bukunya von Beruf Ungerer Zeit fur Gesetzgebung und Rechtswissenschaft
(Tentang Tugas Zaman Kita Bagi Pembentuk Undang-undang dan Ilmu Hukum).
antara lain dikatakan:
Das Recht wird nicht gemacht. est ist und wird mit dem volke (Hukum itu
tidak dibuat. tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat)
Ajaran Savigny tersebut dilatarbelakangi oleh suatu pandangannya yang
mengatakan bahwa didunia ini terdapat banyak bangsa dan pada tiap bangsa
mempunyai Volkgeist /jiwa rakyat. Perbedaan ini juga sudah barang tentu
berdampak pada perbedaan hukum yang disesuaikan dengan tempat dan waktu.
Hukum sangat bergantung atau bersumber pada jiwa rakyat dan isi hukum itu
ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa.
Hukum menurut pendapat Savigny berkembang dari suatu masyarakat yang
sederhana yang pencerminannya tampak dalam tingkah laku semua individu
kepada masyarakat yang modern dan kompleks dimana kesadaran hukum rakyat
itu tampak pada apa yang diucapkan oleh para ahli hukumnya.
Pokok-pokok ajaran madzab historis yang diuraikan Savigny dan beberapa
pengikutnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hukum ditemukan tidak dibuat. Pertumbuhan hukum pada dasarnya
adalah proses yang tidak disadari dan organis;oleh karena itu perundang-
undangan adalah kurang penting dibandingkan dengan adat kebiasaan.
2. Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang
mudah dipahami dalam masyarakat primitif ke hukum yang lebih
kompleks dalam peradaban modern kesadaran umum tidak dapat lebih
lama lagi menonjolkan dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para
ahli hukum yang merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis.
Tetapi ahli hukum tetap merupakan suatu organ dari kesadaran umum
terikat pada tugas untuk memberi bentuk pada apa yang ia temukan
sebagai bahan mentah (Kesadaran umum ini tampaknya oleh Scholten
disebut sebagai kesadaran hukum). Perundang-undangan menyusul pada

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


tingkat akhir; oleh karena ahli hukum sebagai pembuat undang-undang
relatif lebih penting daripada pembuat undang-undang.
3. Undang-undang tidak dapat berlaku atau diterapkan secara universal.
Setiap masyarakat mengembangkan kebiasaannya sendiri karena
mempunyai bahasa adat-istiadat dan konstitusi yang khas. Savigny
menekankan bahwa bahasa dan hukum adalah sejajar juga tidak dapat
diterapkan pada masyarakat lain dan daerah-daerah lain. Volkgeist dapat
dilihat dalam hukumnya oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti
evolusi volkgeist melalui penelitian hukum sepanjang sejarah.
Dalam perkembangannya, mazhab sejarah ini mengalami modifikasi oleh
pengikutnya Maine mengetengahkan teorinya yang mengatakan bahwa hukum
berkembang dari bentuk status ke kontrak, sejalan dengan perkembangan
masyarakat dari sederhana ke masyarakat kompleks dan modern. Pada masyarakat
modern hubungan antara para anggota masyarakat dilakukan atas dasar sistem hak
dan kewajiban yang tertuang dalam bentuk suatu kontrak yang dibuat secara sadar
dan sukarela oleh pihak-pihak yang berkenaan.
Dengan demikian, Maine sebenarnya tidak menerima konsep Volkgeist
Savigny yang dianggapnya sebagai suatu konsep yang diselibungi mistik. Maine
justru mengembangkan suatu tesis yang mengatakan bahwa perjalanan
masyarakat menjadi progresif disitu terlihat adanya perkembangan situasi yang
ditentukan oleh status kepada pengguna kontrak
Selanjutnya Maine mengatakan tentang adanya masyarakat yang statis dan
progresif. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang mampu
mengembangkan hukum sendiri melalui melalui 3 cara, yaitu: fiksi, equity, dan
perundang-undangan. Pandangan terakhir inilah yang oleh beberapa penulis
hukum digunakan untuk membedakan Maine dengan Savigny. Tampaknya Maine
tidak mengesampingkan peranan perundangan dan kodefikasi

2.2 Pokok Bahasan dalam Mazhab historis

Pokok pokok ajaran dalam mazhab historis sebagai berikut:

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


1. Dalam menetapkan ide, hendaknya ditinjau tingkat perekonomian
masyarakat menurut sejarahnya, tidak melihat keadaan pada saat itu.
2. Kepentingan nasional harus di utamakan. Manusia harus di pandang
sebagai individu dalam sebuah masyarakat, sehingga kepentingan pribadi
dipengaruhi oleh norma norma lain misalnya adat istiadat, kesusilaan,
dan agama.
3. Dalam mengadakan penelitian masalah masalah ekonomi harus
didasarkan pada peristiwa peristiwa ekonomi yang nyata.
Hukum ekonomi bersifat relatif dan tergantung pada waktu dan masa.
3.3. tokoh-tokoh dari Mazhab Historis dan pembahasannya
3.4. Adapun tokoh-tokoh dalam aliran sejarah cukup banyak tetapi
hanya beberapa yang dianggap penting yaitu:

1. Friedrich List (1789-1846).

List menyatahan sebenarnya kita dapat mengambil kesimpulan tentang


perkembangan masyarakat dari cara mereka berproduksi, tahapan-tahapan
sejarahnya yaitu:

a. Tahap berburu dan menangkap ikan / tahap barbarian, berciri masyarakat


primitif karena zaman dulu kebutuhan dipenuhi dari apa yang telah
disediakan oleh alam.

b. Zaman mengembala/ pastoral , adalah kegiatan beternak tapi tidak


menetap.

c. Zaman agraris, ketika masyarakat mulai menetap dan bertani secara


subsisten.

d. Zaman bertani, menghasilkan industri manufaktur sederhana dan mulai


perdagangan lokal.

e. Masyarakat bertani, manufaktul lebih maju dan bisa berdagang


internasional.

Menurut List, sistem perdagangan bebas sebagaimana dianjurkan kaum klasik


hanya cocok bagi negara-negara yang sudah berada pada tahap kelima (waktu itu
misalnya Inggris). Akan tetapi, sistem perdagangan bebas jelas tidak cocok untuk
keadaan Jerman pada waktu itu, yang keadaan industrialisasinya agak tertinggal
dari keadaan industri-industrialisasi di Inggris.

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Untuk memajukan ekonomi Jerman, List menyarankan agar pemerintah
menyusun berbagai kegiatan ekonomi sebagai bagian dari kegiatan produktif dan
kemampuan nasional. Dua sektor utama yang sangat menetukan perekonomian
nasional adalah sektor pertanian dan industri. Intervensi pemerintah tidak terbatas
hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga diperlukan di bidang-bidang lain seperti
bidang sosial, politik, dan hukum. Tanpa campur tangan yang efektif di bidang-
bidang lain tersebut, friedrich List mengkhawatirkan bahwa pembangunan
ekonomi di Jerman tidak akan berjalan mulus sesuai dengan yang diinginkan.

2. Bruno Hildebrand (1812-1878)

Menurut Hildebrand, evolusi perekonomian masyarakat dilihat dari tiap cara


kelompok masyarakat dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang,
kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat dibedakan atas tingkatan-
tingkatan sebagai berikut: (1) tukar- menukar secara in-natura atau barter; (2)
tukar-menukar dengan perantaraan uang; (3) tukar-menukar dengan menggunakan
kredit; (Pada masa ini negara-negara maju orang melakukan tukar-menukar
dengan menggunakan cek dan membeli barang melalui katalog atau telepon).

Penelitian Hildebrand di atas dianggap cukup baik untuk bidang sosiologi, tetapi
kurang bermakna ditinjau dari pengembangan ilmu ekonomi. Salah satu karya-
karya penelitian sejarah Hildebrand ialah bahwa berbagai penelitian yang
dilakukannya hanya berupa monografi sejarah yang bersifat deskriptif tentang
masalah-masalah ekonomi. Namun, karya-karya tersebut tidak disusunnya ke
dalam suatu kerangka acuan terpadu. Oleh karena itu, karya-karya sejarah
penelitian Hildebrand tersebut dinilai tidak berarti dalam pengembangan ilmu
ekonomi.

3. Gustav von Shmoler (1839-1917)

Schmoler berpendapat tentang metodologi dalam pengembangan ilmu ekonomi.


Ia menyarankan agar metode deduktif klasik ditukar dengan metode induktif-
empiris. Seperti pakar aliran sejarah lainnya, Schmoler juga menekankan perlunya
kelenturan dalam perekonomian dan memberikan ruang pada pemerintah untuk
memperbaiki keadaan ekonomi. Sehubungan dengan ini, ia mempelajari
dokumen-dokumen negara untuk mendemonstrasikan kemurahan hati birokrasi,
yang mampu membimbing dan menyatukan kekeuatan kekuatan masyarakat dan
menjamin diberlakukannya keadilan. Hal ini diyakini tidak akan pernah terwujud
dalam sistem perekonomian yang mengandalkan sistem pasar.

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Kalau diperhatikan, pandangan schmoler di atas agak berbeda dengan pandangan
tokoh-tokoh aliran sejarah lainnya. Jika tokoh-tokoh lain menghendaki adanya
berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi, Scmoler menghendaki agar
kebijaksanaan juga menyangkut politik sosial. Lebih lanjut dari itu, juga
kebijaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum buruh, Schmoler
menganjurkan didirrikan dan dibinanya organisasi-organisasi dan serikat kerja.

4. Werner Sombart (1863-1941)

Salah satu penelitian Sombart yang cukup sering dikutip orang adalah
penelitiannya tentang tahap-tahap perkembangan kapitalisme. Dari hasil
penelitiannya Sombart mengatakan bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis
sangay erat kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat. Dalam karyanya: Der
Moderne Kapitalismus (1902), waner sOmbart lebih lanjut mengatakan bahwa
pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberpa tingkatan: (1)
tingkat pra-kapitalisme; (2) tingkat kapitalisme menegah; (3) tingkat kapitalisme
tinggi; dan (4)tingkat kapitalisme akhir.

Pada tingkat pra-kapitalisme kehidupan ekonomi masih bersifat komunal;


struktur social masih berat ke pertanian; kebutuhan manusia masih kurang atau
rendah; uang belum dikenal; motif laba maksimum belum Nampak; dan produksi
hampir seluruhnya ditujukan untuk diri sendiri. Dalam tingkat kedua (kapitalisme
menegah) kehidupan ekonomi, walaupun masih bersifat komunal, telah muali
memeperlihatkan ciri-ciri individualistis; struktur pertanian-industri mulai
berimbang; masyarakat sudah mengenal uang; motif laba maksimum mulai
Nampak; dan produksi juga tidak hanya ditukan untuk diri sendiri tapi juga
ditujukan untuk pasar. Dalam tingkatan ketiga yang disebutnya sebagai tingkat
kapitalisme tinggi,ciri masyarakat komunal sudah mulai hilang; paham
individualistis muali menonjol; struktur ekonomi semakin berat ke industry dan
perkotaan; peran uang semakin menonjol; motif laba maksimum makin kelihatan;
dan sebagian besar dari industry dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Tingkatan terakhir, (kapitalisme tahap akhir), ditunjukkan oleh ciri-ciri dari
sikap individualosme yang sangat tinggi, tetapi kepentingan masyarakat tidak
diabaikan; industry meluas ke padat modal; di samping uang kartal juga mulai
dikenal uang giral; motif laba maksimum sangat tinggi, tetapi juga
dipertimbangkan penggunaan laba untuk kepentingan masyarakat, dan produksi
untuk pasar.

5. Max Weber (1864-1920)

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


Max Weber adalah ahli sosiologi dalam arti luas, di mana ilmu ekonomi dan
sejarah ekonomi oleh weber juga dimasukkan sebagai bagaian dari ilmu sosiologi.
Walaupun ia ahli sosiologi, tekanan utama dalam pembahasannya adalah
ekonomi. Ia juga intens dalam melihat pengaruh ajaran-ajaran agama tertentu,
yaitu protestan, terhadap kemajuan ekonomi. Dalam bukunya yang sangat
terkenal: The Protenstan Ethic and the spirit Capitalism (1958) ia menjelaskan
bahwa ada pengaruh nyata ajaran agama protestan terhadap perilaku dan
kemajuan ekonomi.

Weber bertolak dari suatu asumsi dasar bahwa rasionalitas adalah unsur pokok
peradaban barat yang mempunyai nilai dan pengaruh universal. Dalam kegiatan
ekonomi, dapat dilihat bahwa banyak peradaban dalam sejarah yang mengenal
mencari laba. Akan tetapi, hanya di Baratlah aktivitas mencari laba tersebut
diselenggarakan secara lebih terorganisasi secara rasional. Selanjutnya, inilah akar
utama system perekonomian kapitalisme yang mewujudkan diri dalam perilaku
ekonomi tertentu. Perilaku ekonomi kapitalis, menurut Weber, bertolak dari
harapan dan keuntungan yang diperoleh dengan mempergunakan kesempatan bagi
tukar-menukar yang didasarkan pada kesempatan mendapatkan untung secara
damai.

6. Henry Charles Carey (1793-1879)

Henry Carey adalah seorang pimpinan gerakan proteksionis dari Amerika Serikat.
Ia tertarik denagan aliran sejarah sebab ayahnya adalah teman dekat Friedrich List
sewaktu List berdiam di Amerika Serikat.dalam salah satu karyanya: Principle of
Social Science, Carey menekankan perlunya diversifikasi industry untuk
menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas. Suatu Negara yang hanya
mengandalkan pembangunan pada ekspor produk-produk pertanian dinilainya
sebagai tindakan yang bodoh dan merugikan. Bagi Carey, hanya bangsa petani
yang bodoh saja yang secara berkelanjutan mengekspor bahan-bahan mentah, dan
menerima imbal-tukarproduk-produk lain dalam jumlah sedikit. Tindakan seperti
ini hanya akan menyebabkan semakin berkurangnya kesuburan tanah dan semakin
lemahnya posisi Negara dibanding Negara-negara lain yang maju pesat. Negara-
negara maju mengembangkan produk-produk industry yang lebih tinggi nilai
tambahnya.

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa latar belakang timbulnya mazhab sosial historis
yaitu berasal dari pemikiran atau pandangan dari kaum klasik mengenai
perekonomian yang dianggap terlalu mekanistis. Yang menyatakan perekonomian

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


akan lebih bagus jika diserahkan pada pasar, setiap orang bebas berbuat demi
kepentingan masing-masing. Padahal ada peraturan-peraturan tentang kehidupan
perekonomian , masyarakat wajib dianggap sebagai kesatuan tempat berinteraksi
sosial individu satu dengan yang lain saling berkaitan. Aliran klasik serta neo-
klasik juga beranggapan prinsip ekonomi berlaku secara umum. Padahal prinsip
ekonomi juga dipengaruhi oleh tradisi,adat, agama, nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku. Karena metode deduktif yang digunakan kaum klasik terlalu abstrak
dan terlalu teoritis dan metode ini tidak sesuai dengan realita maka munculah
metode induktif historis, yang mengumpulkan kenyataan kenyataan ekonomi
dari sejarah. Dan menggunakan pendekatan induksi empiris, dengan metode ini
segala peraturan hukum, dalil dan segala teori ekonomi sangat tergantung pada
kondisi lingkungan. Hukum ekonomi tidak berlaku universal , melainkan bisa
berubah sesuai dengan keadaan masalah yang ada.

Jika diperhatikan, dapat dikatakan bahwa doktrin aliran sejarah kurang jelas.
Lebih tegas, mereka tidak mengembangkan sebuah system. Akan tetapi, lebih
merupakan reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan neo klasik yang
menghendaki tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian.

Jika diamati secara mendalam, pemikiran dari tokoh-tokoh aliran sejarah sangat
bersifat nasionalistik. Paling jelas dalam pemikiran-pemikiran List dan Schmoler.
Pemikir-pemikir ekonomi Jerman waktu itu melihat bahwa kalu perekonomian
diserahkan pada mekanisme pasar bebas sebagaimana yang digagas kaum klasik,
negara mereka akan kalah bersaing. Keadaan mereka pada waktu itu masih
tertinggal dibanding Inggris yang lebih maju industrialisasinya. Kalau bersaing
secara bebas, perekonomian Jerman bisa hancur. Untuk itu, mereka mendesak
agar pemerintah melakukan intervensi dalam perekonomian, misalnya melindungi
industri dalam negeri dari serbuan produk-produk luar negeri.

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme


DAFTAR PUSTAKA

Deliaov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers. 2012

Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta :


Yayasan Obor. 1991

http://iemaganjen.blogspot.com/2011/04/mazhab-historis.html

http://speunand.blogspot.com/2012/03/teori-pertumbuhan-
ekonomi-mahzab.html?m=0

http://junnaedymuis.blogspot.com/2012/05/sejarah-pemikiran-
ekonomi-mazhab.html

http://speunand.blogspot.com/2011/01/pemikiran-sosialisme-pra-
marx.html

Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi_Historisme

Anda mungkin juga menyukai