Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

SEJARAH HUKUM

Dosen : Dr. H.M Syafei, SH, MH


Dr. Rommy Patra, SH, MH

MARIANA WINA MEGAWATI, S.H


NIM. A2021221014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
MAGISTER ILMU HUKUM
2021/2022
1. Jelaskan mengapa paham liberalisme, kapitalisme, sekulerisme dan
materialisme menjadi basis serta memiliki kontribusi yang besar dalam
pembentukan hukum modern? (bobot 15)
a. Paham Liberalisme

Paham liberalisme menjadi basis serta memiliki kontribusi yang besar


dalam pembentukan hukum modern karena liberalism merupakan salah
satu jenis budaya yang menetapkan dan memberikan nilai terhadap se-
buah tipe individu dan cara pendekatan tentang dunia. Dalam hal ini ter-
dapat percampuran yang sangat mendalam antara hukum, kebebasan indi-
vidu, pribadi dan masyarakat, yang paling mendasar dari liberalisme
adalah pemahaman yang sangat individual dan legalistik tentang pribadi
dan masyarakat. Liberalisme memahami masyarakat sebagai hubungan
antara orang yang berinteraksi dengan berbasis pada kekuatan harta
kekayaan untuk memperoleh keuntungan individu. Hukum menjadi lebih
berkembang dan dominan ketika masyarakat menjadi lebih kompleks.
Gerald Turkel menguraikan mengenai Rule of law, ketika manusia se-
makin kompleks hukum menjadi semakin dominan untuk menyelesaikan
sengketa baik dibidang ekonomi dan pasar, kekayaan dan lain sebagainya
dan mengendalikan tindakan – tindakan individu. Pola kehidupan social
memperkuat kecenderungan ke arah melemahnya hubungan kedekatan
dan kemasyarakatan. Ketika Rule of law berakar pada prinsip-prinsip ke-
bebasan dan politik individu dan persamaan moral seluruh individu, hal
ini juga merupakan kekayaan budaya yang mendukung tatanan hukum
dalam berbagai arena internasional, Rule of Law juga digunakan sebagai
cara untuk melegitimasi suatu tindakan. Gerald Turkel juga menguraikan
Rule of Law merupakan konsep utama yang menunjukkan pemahaman
hukum dalam bingkai worldview legal positivism. Aliran ini memahami-
hukum sebagai law as it is written in the books, yakni kaidah-kaidah
hukum positif yang berlaku umum di suatu waktu dan tempat tertentu.
Paham liberalism memandang hukumterbit sebagai produk eksplisit suatu
sumber kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi, jadi paham liberal-
ism didasarkan pada norma positif legislative dari ranah normative posi-
tif.

b. Paham Kapitalisme
Paham Kapitalisme menjadi basis serta memiliki kontribusi yang besar
dalam pembentukan hukum modern karena kaitalisme merupakan keter-
aturan social yang didasarkan pada pengekspresian nilai dalam hal uang
dan praktik akutansi modern. Kapitalisme dan liberalisme memiliki
keterkaitan dalam pembentukan hukum modern. Salah satu ciri khas dari
kekuasaan hukum dalam masyarakat kapitalis adalah kelas yang berkuasa
memberi dukungan terhadap kekuasaan hukum. dalam telaah Marx ter-
hadap pembuat undang-undang, kenyataanya masyarakat dirumuskan
sembarangan dengan menggunakan baju rasionalitas hukum yang formal
dan kemudian dinyatakan berlaku sah kekuasaan hukumnya. Kapitalisme
merupakan implikasi besar pada perkembangan hukum pada umumnya
dan Rule of Law pada khususnya. Kapitalisme di fasilitasi oleh Rule of
Law. Disamping adanya pendekatan studi hukum dan masyarakat yang
memberikan perhatian khusus pada telaah ilmu politik dan aktivitas poli-
tik pemerintah dan para elit ekonomi dalam memformulasikan suatu kebi-
jakan hukum dan social. Hukum memiliki peran yang sanagt signifikan
dalam menciptakan hubungan hubungan ekonomi, social dan politik pada
pola hidup dan kehidupan masyarakat, sehingga kapitalisme berkontribusi
yang sangat besar dalam pembentukan hukum modern.

c. Sekulerisme

Paham Sekulerisme menjadi basis serta memiliki kontribusi yang besar


dalam pembentukan hukum modern dimana paham ini dapat memisahkan
antara kepentingan agama dan pemeintahan. Paham ini mulai dikenal
pada masa renaissance. Perkembangan ilmu pengetahuan yang memben-
tuk perkembangan sekularisme di eropa. Dengan berkembangnya sekular-
isme mulai mempengaruhi perkembangan hukum.

d. Materialisme

Paham materialisme menjadi basis serta memiliki kontribusi yang besar


dalam pembentukan hukum modern

2. Jelaskan bagaimana proses perkembangan dan pembentukan hukum yang


ada dari era klasik di Babilonia yang kemudian memberi pengaruh kepada
era Yunani, Romawi, abad Pertengahan dan Renaissance yang kemudian
memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan tatanan hukum
dan perkembangan masyarakat modern? (bobot 20)
- Perkembangan dan pembentukan hukum yang ada dari era klasik ba-
bilonia memberi pengaruh pada era Yunani, romawi, abad pertenga-
han dan renaissance yang kemudian memberi tatanan hukum dan
perkembangan hukum masyarat modern. Yang kita ketahui bersama
bahwa hukum babilonia itu berlaku prinsip hukum bahwa tidak ada
seorangpun yang dihukum tanpa melalui suatu pengadilan, posisi
wanita dianggap bermartabat, bebas dan cakap melakukan perbuatan
hukum, seperti tidak mengenal pranata kawin paksa bagi seorang
wanita. Hukum babilonia juga memiliki kebiasaan menulis suatu per-
buatan hukum seperti menulis kontrak atau wasiat bahkan dikenalnya
jabatan semacan notaris. Dalam bidang pidana hukum babilonia
memiliki sifat hukuman adalah pembalasan seperti mata dibayar den-
gan mata. Dari aturan yang ditulis dalam huruf paku adalah dimu-
lainya dengan kata “si qius” yang berarti “barang siapa…” kontruksi
tulisan hukum tersebut tetap berlaku sampai saat ini dalam banyak
kitab undang-undang.
- Perkembangan hukum pada era Yunani dimulai pada 5-6 abad se-
belum masehi pada zaman ini menggunakan sikap an inquiring atti-
tude dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap re-
ceptive attitude. Pada era Yunani sebenarnya pemikiran tentang
hukum dan produk-produk hukumnya tidak terlalu signifikan diband-
ingkan dengan studi mengenai negara dan masyarakat dimana basis
pemikiran ilmiah orang Yunani mempengaruhi ilmu pengetahuan
hukum romawi dan didalam polis yunani hukum perdata tidak terlalu
berkembang dibandingkan hukum ketatanegaraan. Sumber historis
hukum yunani yaitu kodeks Gortyn (480-460 SM) mengandung se-
jumlah aturan hukum yang menyangkut hukum privat kemudian
berkembang UU Dura abad ke IV SM, UU Draco 621 SM mengakhiri
perselisihan dan tanggung jawab hukum dari keluarga sehingga
mewajibkan orang-orang Athena mengajukan perkara ke pengadilan,
UU Solon 594-593 SM. UU solon memberlakukan kesetaraan meng-
hapus kepemikirian bersama atas tanah, penghapusan perbudakan atas
utang piutang, pembuatan wasiat dan pengadopsian.
- Perkembangan sejarah hukum romawi dimulai pada zaman kekaisaran
romawi 27 SM – 467 SM kemudian berlanjut ke pemerintahan ro-
mawi, dan masuk ke zaman republic (500 SM- 27 SM). Sumber
hukum romawi mulai dari Periode awal dimulai pada abad VIII – VII
SM yang memiliki kebiasaan hukum dengan agama belum dipisahkan
berlaku UU Lex Publica yang dikenal sebagai sebuah akta surat yang
dikeluarkan oleh penguasa yang berisikan aturan-aturan bagi rakyat.
Ponitex maximus memegang otoritas untuk melakukan penafsiran un-
dang – undang dua belas prasasti berisikan aturan-aturan pada era re-
public sebagai ius civile dalam menyelesaikan perselisihan. Pada peri-
ode klasik kebiasaan masih menjadi sumber hukum namun mulai dit-
inggalka oleh Undang-undang maupun doktrin-doktrin ahli hukum.
dalam perundang undangan periode klasik leges, aturan yang dibuat
megistrat dan dewan rakyat. Konsul-konsul sanatus produk aturan dari
senat. Constutues kekaisaran undang-undang dibuat kaisar, edikta-
edikta, ketentuan-ketentuan umum yang berlaku diseluruh romawi dan
pada masa ini juga dikenal jaran hukum atau ius prudential oleh para
yuris konsul. Periode akhir abad IV-VI M kerajaan romasi mulai men-
galami kemunduran tapi pada periode ini terjadi kodifikasi hukum ro-
mawi yang dikenal dengan nama Corpus Juris Cuvilis pada era Kaisar
Justinianus.
- Hukum pada abad pertengahan yang mempengaruhi hukum modern
dimulai dari berakhirnya Kerajaan Romawi dan mulai ada pandangan
hidup serta hukum Tuhan. Hukum Tuhan sendiri berdasarkan kitab
suci dan teokrasi dimana Gereja dipimpin oleh Paus atau raja dan
melakukan kodifikasi terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan
gereja oleh Paus Innocentius. Kodifikasi ini disebut sebagai Corpus
Iuris Canonici. Sistematika Corpus Iuris Canonici terdiri dari buku 1
yaitu kaidah-kaidah umum, buku 2 Masyarakat Tuhan, buku 3 Penga-
jaran gerejani, buku ke 4 Jabatan Suci Gereja, buku ke 5 Harta benda
sementara dari gereja, buku ke 6 Sanksi-sanksi di Gereja serta buku ke
7 mengenai Prosedur. Kemudian ada dua tokoh yang dalam landasan
Teoritik yaitu Augustinus dan Thomas Aquinas. Augustinus membagi
negara dalam dua kelompok yaitu Civitate dei, Civitate Terrena dan
beliau menjelaskan bahwa untuk membersihkan kerajaan dunia dari
kerajaan iblis maka harus ada suatu keadilan di dunia ini yang hanya
bisa dicapai dalam Negara yang di perintah oleh agama Kristen dalam
Civite dei. Sedangkan Thomas Aquinas menjelaskan bahwa tujuan
manusia adalah mencapai kemuliaan setelah mati, jadi bukan kemuli-
aan yang bersifat keduniawian, kemuliaan abadi hanya dapat dicapai
melalui tuntutan gereja, tugas negara hanya membuka dan mem-
berikan kesempatan bagi manusia agar tuntutan dari gereja dapat di-
laksanakan dalam hal ini kerjasama antara raja dan gereja. Pada masa
ini pandangan hidup yang dipegang adalah Theosentrisme yaitu pan-
dangan hidup yang berpusat pada Tuhan, providensi yaitu pandangan
hidup yang menganggap bahwa segala sesuatu didunia dan seisinya ini
berjalan menurut rencana Tuhan dan pandangan Yensitigheit yang
menjelaskan bahwa pandangan hidup yang mementingkan kehidupan
di alam baka atau akhirat.
- Zaman Renaissance yang dikenal pada masa ini yaitu mengenai abso-
lute gereja. Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang sangat
mempengaruhi kehidupan intelektual Eropa pada periode modern awal
dimulai dari Italia dan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke 16
pengaruhnya dirasakan dalam sastra filsafat, seni, music, politik, ilmu
pengetahuan, agama dan aspek lain dari penyelidikan intelektual.
Dampak dari renaissance yaitu tumbuhnya kebebasan, kemerdekaan,
dan kemandirian individu, berkembangnya ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan budaya, runtuhnya dominasi gereja dan men-
guatkan kedudukan kaum bourgeois sehingga mereka tumbuh menjadi
kelas penguasa serta pencarian daerah baru sehingga berkobarlah era
penjajahan samudera.
- Dari perkembangan diatas maka pada zaman modern muncullah ben-
tuk agama, bentuk negara, pengetahuan, perekonomian, politik dan
hukum.
3. Jelaskan perbedaan tradisi atau keluarga hukum (family of law) ke dalam
kelompok seperti civil law system, common law system, jika ditinjau dari
aspek historisitas, ciri khas berfikir, pranata dan sumber hukum dari masing-
masing tradisi hukum tersebut? (bobot 25)
a. Civil Law
Civil law awal mula berkembang di Eropa yang juga dikenal dengan
sebutan Romano Germanic Legal System (system yang berkembang di
dataran Eropa. Perkembangan hukum Romawi pada abad ke 450 SM,
membuat kumpulan peraturan tertulis pertama “twelve Tables of Rome”.
Pada akhir abad ke V M oleh kaisar romawi Justinianus peraturan terse-
but dikodifikasi sebagai Corpus Juris Civils, yang penulisannya selesai
pada tahun 534 M, karena adanya pengaruh renaissance dan rasionalisme
maka berkembang tradisi kodifikasi hukum di Eropa. Sejak 21 Maret
1804, terdapat 3 buku yang merupakan kaidah hukum yang terkodifikasi
yaitu code penal, code civil dan code de commerce, selang setengah abad,
yaitu pada tahun 1896 Jerman juga membentuk code Civil. Kemudian se-
bagai bekas wilayah jajahan Prancis, oleh belanda code civil Prancis di-
adopsi menjadi KUHPerdata pada tahun 1838 dan code de comemerce
Prancis dijadikan sebagai KUHDagang Belanda. Berdasarkan asas
konkordinasi oleh Belanda sejak 1848 berlaku di daerah jajahan Belanda.
Kemudian kita tau bahwa sumber hukum dari Civil Law itu sendiri ada
beberapa yaitu hukum Negara, traktat, doktrin dan kebiasaan. Dari hukum
negara berkembang lagi menjadi Peraturan dan vonis dimana vonis
melahirkan Yurisprudensi dan peraturan melahirkan regeling, beleid regel
dan bescikking dimana hukum memperoleh kekuatan mengikat karena di-
wujudkan dalam peraturan perundang-undangan dan tersusun secara sis-
tematik di dalam kodifikasi. Tujuan dari prinsip ini adalah kepastian
hukum. sifat dari civil law itu yaitu dalam hal cara berfikir abstrak, kon-
septual dan simetris kemudian dalam bidang hukum yaitu secara klasik
mengenal permbedaan hukum public dan hukum privat. Pembangian sys-
tem aturan secara klasik tidak mengenal dua system aturan yang berke-
dudukan sejajar (sangat mengutamakan unifikasi, dalam pola penalaran
yaitu sistemik ke problemik. Sumber hukum civil law adalah hukum posi-
tif terutama berupa perundang-undangan (Statutory, enacted law). Karak-
teristik perundang-undangan dari civil law disusun selengkap mungkin
dengan menggunakan kodifikasi untuk bidang hukum yang mendasar
(perdata, dagang, pidana, acara perdata dan acara pidana) kemudian
karakter putusan hakim tidak berlaku asas preseden yang mengikat. Dili-
hat dari peranan pengemban hukum dalam pembentukan hukum, dalam
civil law peranan pembentuk undang-undang (badan legislative) lebih
dominan dalam pembentukan hukum. dalam civil law juga universitas
sangat besar peranannya dalam penciptaan doktrin-doktrin hukum dan
profesi kehakiman diangkat dari lulusan universitas yang sebagian besar
menjadikan profesi ini sebagai awal karir mereka.
b. Common Law / Anglo Saxon
Berbeda dengan civil law, common law berkembang di Inggis pada abad
ke X-XVI melalui pengajaran turun temurun secara lisan dan kebiasaan
dalam masyarakat. Perkembangan common law dimulai dari tahun 1066
sistem pemerintahan di Inggris bersifat feodalistis melakukan pembagian
wilayah wilayah yang dikuasakan ketangan Lord dan rakyat harus
menyewa kepadanya. Lord dapat membentuk pengadilan sendiri yang di-
namakan monoral court. Pengadilan ini menjalankan tugasnya
berdasarkan hukum kebiasaan setempat dan hukum yang ditetapkan oleh
Lord itu sendiri. Nama Anglo Saxon sejak abad ke 8 lazim dipakai untuk
menyebut penduduk Britania Raya yang berasal dari suku suku Anglia
Saks dan Yut. Pada masa Raja Henry II (1154-1180) disusun kitab “Leg-
ibus Angliae” yang memuat hukum Inggris pada waktu itu tidak benar,
kemudian diadakan sentralisasi pengadilan (Royal Court) mendasarkan
pada common law yang merupakan suatu utifikasi hukum kebiasaan yang
sudah diputus oleh hakim. Keterbatasan royal court dan system writ
dalam mengadili penduduk Inggris kemudian mencari keadilan kepada
pimpinan gereja Lord of Chancellor. Pengadilan Court of Chancery di-
dasarkan pada hukum gereja atau hukum kanonik dan hakimnya adalah
seorang rohaniwan. System penyelesaian perkara ini di pengadilan ini se-
bagai system equity yakni system penyelesaian perkara yang didasarkan
pada hukum alam atau keadilan. Pada tahun 1873-1875 dilakukan Reor-
ganisaasi dualisme lembaga peradilan satu atap. Hakekat yang di prak-
tekkan oleh common law di negara Inggris adalah sebuah judge made
law. Common Law bersumber dari Statute law, custom, reason dan
yurisprudensi. Yuripudensi disini menempatkan hakim mempunyai
wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan hukum dan mencip-
takan prinsip hukum baru yang berguna sebagai pegangan bagi hakim
lain dalam memutuskan perkara sejenis. Sumber hukum statute law perat-
uran yang dibuat oleh parlemen seperti layaknya undang-undang dalam
system continental. Fungsi statute law sebatas pelengkap common law
dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu permasalahan secara menyelu-
ruh. Sumber custom kebiasaan yang sudah berlaku selama berabad abad
di Inggris sehingga menjadi sumber nilai-nilai dari nilai nilai ini hakim
menggali serta membentuk norma-norma hukum dan kemudian di-
tuangkan dalam putusan pengadilan. Kemudian sumber hukum Anglo
Saxon berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber sumber hukum yang
lain tidak memberikan penyelesaian terhadap perkara yang sedang ditan-
gani oleh hakim artinya tidak didapatkan norma hukum yang mampu
memberikan penyelesaian mengenai perkara yang sedang diperiksa. Rea-
son merupakan cara penemuan hukum dalam system common law ketika
menghadapi maslah-masalah hukum yang tidak ditemukan norma norma
hukumnya dari sumber sumber hukum yang lain. Sifat dari common law
berbeda dengan civil law baik dari cara berfikir konkret, kasuistis dan
pragmatis. Pembagian bidang hukum secara klasikal tidak mengenal
pembagian antara hukum public dan hukum privat kemudian pembagian
system aturan mengenal common law mengenal pembagian common law
dan equity yang berkedudukan sejajar. Pendekatan dalam penyelesaian
masalah berangkat dari problem konkret yang disajikan di Pengadilan ke-
butuhan para pihak dan pola penalarannya yaitu problematic ke sistem-
atik dan sumber hukum positif terutama putusan hakim. Karakteristik pe-
rundang-undangan di common law disusun untuk merespon case law ma-
teri Undang-Undang biasanya difokuskan untuk pembentukan hukum
acara juga digunakan untuk kebutuhan dan asas preseden yang mengikat
kemudian peranan hakim lebih domain dalam pembentukan hukum
melalui putusan konkret yang kemudian diikuti berdasarkan asa preseden
(yurisprudensi). Hakim diangkat dari profesi hukum lain yang men-
jadikan profesi hakim sebagai puncak karir dan peran universitas kurang
berperan dalam penciptaan doktrin-doktrin hukum.
4. Mengapa tradisi hukum yang asal mulanya berkembang di “barat” baik civil
law system maupun common law system dianggap mempunyai pengaruh yang
sangat signifikan terhadap “cara berhukum” banyak negara-negara di dunia
saat ini? (bobot 25)
Tradisi hukum yang berkembang dibarat baik civil law maupun common law
memiliki pengaruh banyak negara didunia saat ini karena hukum awal mulanya
berkembang di barat dan barat yang sudah memiliki hukum yang paling baik
dan sempurna dari negara negara lain dibelahan dunia. Sejarah hukum adalah
sejarah ilmu untuk mengungkapkan fakta-fakta hukum tentang masa lampau
dalam kaitannya dengan masa kini.

5. Jelaskan jika ditinjau dari pembagian tradisi atau keluarga hukum (family of
law), Indonesia dalam implementasi “cara berhukumnya” masuk kategori
tradisi atau keluarga hukum yang mana? (bobot 15)

Indonesia menganut system hybrid dimana Indonesia menganut system civil


law dan common law. Saat menangani perkara, Indonesia menganut sistem
Civil Law karena hakim mencari rujukan peraturan yang sesuai dan bersifat
aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti sehingga
mendapat gambaran lengkap dari perkara. Sedangkan dalam
perkembangannya indonesia juga menganut common law. Dimana indonesia
juga menjadikan yurisprudensi dan kebiasaan dalam pertimbangan hukum.
Kemudian Prof Mahmud menjelaskan bahwa Indonesia tidak hanya
menganut sistem civil law ataupun common law, akan tetapi menganut
hukum prismatik dimana negara berdasarkan pada cita hukum Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai