Anda di halaman 1dari 4

Cahya Agung Pambudi

11000122140693

Hukum Konstitusi

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang


Perkembangan Konstitusi Dunia

Konstitusi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dimulai sejak zaman Yunani Kuno
yang dapat dibuktikan dengan memperhatikan pendapat Plato yang membedakan
istilah nomoi (undang-undang) dan politiea (konstitusi). Politea mengandung
kekuasaan yang lebih tinggi daripada nomoi, karena politea mempunyai kekuasaan
membentuk sedangkan nomoi merupakan materi yang dibentuk agar tidak terpisah.
Pada masa kejayaannya (antara tahun 624-404 SM) Athena pernah mempunyai tidak
kurang dari 11 konstitusi. Pada masa itu Aristoteles sebagai murid terbesar Plato
berhasil mengumpulkan 158 konstitusi dari berbagai negara sehingga diakui sebagai
orang pertama yang melakukan studi perbandingan konstitusi.

Pada masa itu pemahaman tentang konstitusi hanyalah merupakan suatu kumpulan
dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata Bagi bangsa Yunani. Keberadaan
Negara tidak semata mata untuk memungkinkan adanya kehidupan, tetapi untuk
membuat kehidupan berjalan dengan baik. Apa yang tidak dimiliki konstitusionalisme
politik Yunani adalah sesuatu yang penting bagi kelanjutan eksistensi bentuk
pemerintahan seperti itu, yaitu kemampuan untuk bergerak seiring dengan perubahan
zaman dan memenuhi kebutuhan baru yang muncul.

Pekembangan konstitusi pada masa Romawi memiliki referensi yang dianggap


sebagai sumber rujukan yaitu kitab-kitab Hukum Romawi dan Hukum Gereja (Kano-
nik) dan menjadi awal mengenai penggunaan perkataan konstitusi dalam sejarah.
Dalam perkembangannya, bangsa Romawi melebarkan sayap kerajaan dunianya,
berubah dari negara polis, menjadi suatu imperium (kerajaan dunia) yang dapat
mempersatukan seluruh daerah peradaban dalam suatu kerajaan. Ilmu ketatanegaraan
pada masa itu tidak mengalami perkembangan pesat karena pada masa Romawi lebih
menitikberatkan persoalan-persoalan praktis daripada masalah-masalah teoritis,
namun pemikiran-pemikiran hukum pada zaman Romawi sangat mempengaruhi
perkembangan ketatanegaraan pada abad berikutnya.

Pada dasarnya gagasan konstitusi dan konstitusionalisme pada masa Romawi sudah
terlihat. Namun demikian, gagasan konstitusionalisme ini sungguh sangat
disayangkan harus lenyap seiring dengan kekalahan bangsa Romawi oleh suku bangsa
Eropa Barat dan benua Eropa memasuki abad pertengahan (600-1400).
Romawi adalah sebuah monarki, tetapi kemudian raja-rajanya diturunkan dengan
paksa. Sekitar 500 SM., republik mulai muncul secara jelas, disusul dengan perebutan
kekuasaan antar golongan yang berlangsung lama dan berakhir (300 SM) dengan
ditetapkannya persamaan hak terhadap rakyat jelata yang dilindungi oleh para pejabat
yang dipih khusus untuk itu yang disebut Tribunes. Dalam konstitusi repulik, ada tiga
elemen pemerintahan yang diharapkan dapat saling memeriksa dan mengimbangi satu
sama lain, yaitu elemen monarki (diserahkan dari tangan raja semula) yang
memanifestasikan dirinya dalam bentuk jabatan penasihat. Elemen kedua adalah
elemen aristokratis yang diwujudkan dalam bentuk Senat, sebuah majelis yang dalam
suatu masa memiliki kekuasaan legislatif yang sangat besar. Elemen ketiga adalah
elemen demokratis yang berupa pertemuan-pertemuan rakyat dalam tiga jenis
konvensi yang dibagi berdasarkan tanah atau rakyat (cury, century, atau suku bangsa).
Konstitusi Romawi yang di mulai sebagai suatu perpaduan harmonis antara elemen
monarki, aristokrasi,dan demokrasi telah berakhir sebagai suatu aristokrasi yang tidak
bertanggungjawab. Perasaan nasional sama sekali tidak ada dalam Imperium Romawi.

Perkembangan konstitusi abad pertengahan Bermula dari Holly Roman Empire yang
didirikan oleh Charles Agung pada 800 M, dimana pemerintahannya sangat berbeda
dengan Kekaisaran Romawi semula. Holly Roman Empire adalah Kekaisaran Roma
yang telah dimodifikasi secara territorial, rasial, social, politik dan spiritual hingga
mencapai taraf yang di sana konstitusionalisme Roma lama lenyap seluruhnya.
Sebelum kekaisaran Charles Agung mengembangkan konstitusi, kekaisaran itu
terpecah-pecah diantara para penerusnya yaitu timbul masalah konstitusional
perebutan kekuasaan antarbangsa yaitu eksperimen yang umumnya dikenal sebagai
Gerakan Dewan (Conciliar Movement).

Semula konstitusi dimaksudkan untuk mengatur dan membatasi wewenang penguasa,


menjamin hak (asasi) rakyat, dan mengatur pemerintahan. Seiring dengan
kebangkitan paham kebangsaan dan demokrasi, konstitusi juga menjadi alat
mengkonsolidasikan kedudukan politik dan hukum dengan mengatur kehidupan
bersama untuk mencapai cita-cita. Itulah sebabnya pada zaman sekarang konstitusi
tidak hanya memuat aturan hukum, tetapi juga merumuskan prinsip hukum, haluan
negara, dan patokan kebijaksanaan yang secara keseluruhan mengikat penguasa.
Pada abad pertengahan ini terdapat beberapa istilah yang dipakai pada zaman Romawi
Seperti misalnya, terdapat kodifikasi hukum yaitu kodifikasi hukum yang
diselenggarakan oleh raja, disebut Corpus Juris, dan kodifikasi yang diselenggarakan
oleh Paus Innocentius, yaitu peraturan yang dikeluarkan oleh gereja yang dari suatu
peraturan atau undang-undang.

Konstitusi modern dimulai sejak adanya pengundangan UUD yang tertulis. Dengan
diundangkannya UUD tertulis banyak mempengaruhi dan memberikan wawasan
tentang perlunya UUD sebagai suatu konstitusi. Karena sesuai dengan zaman modern
konstitusi lahir dari adanya kebiasaan yang timbul dari praktik ketatanegaraan. Secara
luas konstitusi berarti keseluruhan hukum dasar baik yang tertulis atau tidak tertulis
yang mengatur secara mengikat mengenai penyelenggaraan ketatanegaraan suatu
Negara.

Pada dasarnya konstitusi modern menganut pokok-pokok yang didalamnya


terkandung jaminan hak-hak asasi manusia, susunan ketatanegaraan yang bersifat
mendasar, dan pembagian pada pembatasan kekuasaan. Konstitusi juga sebagai
sumber hukum yang tertinggi  sehingga dijadikan patokan untuk menentukan UU,
membuat kebijakan, serta dapat membatasi kewenangan penguasa dalam suatu
Negara. Dari sifat konstitusi yang flexible dan rigid (kaku), maka konstitusi pada
perkembangan modern dapat menyesuaikan keadaan dalam suatu Negara yang
berhubungan dengan masyarakat sehingga lebih menjamin hak-hak asasi masyarakat.
Ketatanegaraan dituangkan sebagai bentuk kaidah-kaidah hukum yang dapat
digunakan untuk membatasi kekuasaan yang didalamnya mengandung prinsip Negara
hukum, pembatasan kekuasaan, demokrasi, jaminan hak-hak asasi manusia dalam
bentuk konstitusi. Pembatasan kekuasaan dapat dilakukan melalui suprastruktur
politik maupun infrastruktur politik. Rakyat dapat mengontrol kekuasaan penguasa
dan lebih berperan dalam keikutsertaannya dalam suatu lembaga Negara. Secara
ringkas konstitusi merupakan tujuan dan cita-cita suatu Negara.
Referensi
https://abbach.wordpress.com/2012/04/03/perkembangan-konstitusi/
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/galuhjustisi/article/download/
424/368

Anda mungkin juga menyukai