Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ilham Fajar Maulana

NIM : 11000123130386
Kelas :O
Semester :1
Prodi : S1 Ilmu Hukum
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen : Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.

Resume 13
TEORI HUKUM

1. HISTORIS/ SEJARAH
Pemikiran filsafat terakhir di abad ke-19 disebut Mazhab Sejarah Kelahiran mazhab yang
dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny ini dipengaruhi Montesquieu (1689-1755),
melalui bukunya L'esprit des Lois mengatakan adanya hubungan antara jiwa suatu bangsa
dengan hukumnya. Selain itu juga dipengaruhi paham nasionalisme yang mulai timbul
pada abad ke-19. Selanjutnya, kelahiran mazhab ini juga merupakan reaksi terhadap
pendapat yang dikemukakan Thibaut yang menghendaki dilakukannya kodefikasi hukum
di negara Jerman berdasarkan Hukum Perancis (Code Napoleon); serta reaksi tidak
langsung terhadap aliran hukum alam dan aliran hukum positif.

Mazhab yang tampaknya dapat menjawab kelemahan pemikiran aliran hukum alam dan
hukum positif tentang hukum itu intinya mengajarkan bahwa hukum itu tidak dibuat,
tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (das Recht wird nichtgemacht, est ist
und wird mit dem Volke). Dampak ajaran madzab ini sangat tampak pada para sarjana
sosiologi dan hukum adat.

Hukum menurut pendapat Savigny berkembang dari suatu masyarakat yang sederhana
yang pencerminannya tampak dalam tingkah laku semua individu kepada masyarakat
yang modern dan kompleks dimana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang
diucapkan oleh para ahli hukumnya.

Pokok-pokok ajaran madzab historis yang diuraikan Savigny dan beberapa pengikutnya
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hukum ditemukan tidak dibuat
b. Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang mudah
dipahami dalam masyarakat primitif ke hukum yang lebih kompleks dalam
peradaban modern kesadaran umum tidak dapat lebih lama lagi menonjolkan
dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para ahli hukum yang
merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis.
c. Undang-undang tidak dapat berlaku atau diterapkan secara universal.

Pemikiran Puchta memiliki kesamaan dengan Teori Absolutisme Negara dan Positivisme
Yuridis. Yaitu dalam suatu negara tidak membuka peluang bagi sumber hukum selain
kekuasaan negara, seperti hukum adat dan pemikiran ahli hukum kecuali sudah disahkan
oleh negara.
Menurut Puchta hukum dapat terbentuk:
1. Secara langsung berupa adat istiadat.
2. Melalui undang-undang
3. Melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para ahli hukum

Henty Summer Maine


Maine mengembangkan pemikiran Savigny yang membuktikan adanya pola evolusi pada
berbagai masyarakat dalam situasi sejarah yang sama.

Kelebihan :
a. Adanya sikap tegas bahwa hukum itu merupakan derivasi nilai-nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat sehingga mempunyai daya berlaku sosiologis.
b. Pasti sesuai dengan kesadaran Hukum masyarakat.
c. Kedudukan hukum kebiasaan sejajar dengan undang-undang tertulis

Kelemahan:
a. Inkonsistensi sikap mengenai hukum yang terbaik bagi suatu bangsa
b. Tidak mau menerima unsur-unsur hukum asing walaupun unsur-unsur itu
bersifat baik atau bermanfaat
c. Bersifat tertulis
d. Yang Tidak menganggap hukum (peraturan perundang- undangan)
penting.
e. Konsepsi mengenai kesadaran hukum bersifat sangat abstrak serta tidak
memuaskan banyak pihak

2. SOSIOLOGIS
Isi dan bentuknya yang berubah-ubah menurut waktu dan tempat, dengan bantuan factor-
faktor kemasyarakatan. Hukum bukanlah gejala yang netral, yang semata-mata
merupakan hasil rekaan bebas manusia, tetapi berada dalam jalinan yang sangat erat
dengan masalah-masalah dan perkembangan Masyarakatan.

3. REALISME
Teori-teori yang berada dalam realisme hukum, berkiblat kepada empirisme hukum yang
dikemukakan oleh David Hume, dimana realisme merupakan peraturan yang bertumpu
pada keyakinan empiris. Empirisme menolak pemikiran spekulatifyang hanya
mengandalkan pemikiran logis ala rasionalisme pada abad ke-18. Aliran realisme dibagi
menjadi realisme Amerika Serikat dan realisme Skandivania.

Realisme Amerika lebih menekankan empirisme dalam sentuhan paradigma-sikap hidup


mnekankan aspek manfaat dan kegunaan berdasarkan pengalaman. Menurut, Oliver
Wendell Holmes hukum adalah kelakuan aktual para hakim (pattern of behaviour),
dimana kelakuan aktual para hakim ditentukan oleh tiga faktor, masing-masing:
a. Kaidah-kaidah hukum yang dikonkritkan oleh hakim dengan metode
interpretasi dan kontruksi
b. Moral hidup pribadi hukum
c. Kepentingan sosial.
Adanya ruang kebebasan bagi hakim dalam mengambil keputusan. Faktor sosial,
ekonomi, serta aspek psikologis berpengaruh dalam putusan hakim. Tetapi, seorang
hakim juga tidak boleh melupakan aspek normatif hukum, yakni melayani kepentingan
umum akan keadilan. Kewibawaan seorang hakim, justru terletak pada kesetiaannya
menjunjung tujuan hukum itu. Oleh karena itu, putusan hakim tidak boleh berkembang
secara bebas tanpa batas. Kegiatan para hakim tetap terikat pada kepentingan umum
sebagai inti keadilan.

Realisme Skandinavia menitikberatkan perhatiannya pada aspek aspek prilaku hakim


daripada pertanyaan-pertanyaan tentang hukum yang tumbuh menjadi perhatian pada
sifat hak-hak dan kewajiban subjek hukum.

Tokoh aliran Realisme Hukum Skandinavia antara lain Alf Ross, Axel Hagerstorm, A.V.
Lundstedt, K. Olivecrona. Bagi mereka ilmu hukum harus bertitik tolak dari kenyataan-
kenyataan empiris yang relevan dalam bidang hukum. Kenyataan-kenyataan itu,
ditemukan dalam perasaan-perasaan psikologis. Perasaan-perasaan itu, tampak pada rasa
wajib, rasa kuasa, ataupun rasa takut akan reaksi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai