NIM : 8111417065
MATA KULIAH : PENGANTAR FILSAFAT HUKUM
( Dr. INDAH SRI UTARI, S.h., M.hum. )
A.
1. Konsep
Filsafat hukum memiliki beragam rumusan yang dikemukan oleh para ahli. Rumusan yang
paling umum diajukan oleh Langmeyer, yaitu filsafat hukum merupakan disiplin yang membahas
hukum secara filosofis. Stammler memberi rumusan yang lebih spesifik, yakni filsafat hukum
sebagai ajaran tentang hukum yang adil. Gustav Radbruch merumuskan filsafat hukum sebagai
cabang filsafat yang mempelajari hukum yang benar. Anthoni D’Amato menggunakan terminology
Jurisprudence sebagai nama lain filsafat hukum. Richard A Posner (1994) menjelaskan
Jurisprudence sebagai :
…the most fundamental, general, and theoretical plain of the social phenomenon called
law. For the most part it deals with problems that cannot be solved by reference to or by
reasoning from conventional legal materials; perspective that cannot be reduced to legal
doctrines or to legal reasoning. Many of the problems of jurisprudence cross doctrinal,
temporal and national boundaries.
Kajian filsafat terhadap apapun, selalu tertuju pada empat hal, yakni: segi ontologi,
epistemologi, teleologi, dan aksiologi dari hal yang dikaji.
1.1. Ontologi
Ontologi merupakan the theory of being qua being. Secara ontologi, keberadaan hukum
dilihat dalam kerangka asosiasinya dengan alam, ilahi, manusia, negara, dan masyarakat.
1.2. Epistemologi
Epistemologi adalah ajaran tentang dasar validitas sesuatu. Dalam konteks pembahasan
terhadap hukum, maka soal yang dikaji adalah kriteria yang dipakai untuk menentukan validitas
suatu aturan sehingga layak disebut hukum.
1.3. Teleologi
Pokok soal yang digumuli teleologi adalah raison d’etre atau alasan pokok kehadiran hukum
itu sendiri.
1.4. Axiologi
Axiologi merupakan ajaran tentang nilai-nilai didaratkan pada hukum, maka masalah
axiologisnya adalah soal hubungan antara nilai-nilai dengan hukum.
B. Ragam Aliran
1. Hukum Kodrat
Hukum kodrat dimaknai dalam beberapa arti oleh beberapa kalangan pada masa yang
berbeda. Meski demikian, terdapat empat asumsi umum yang dimiliki oleh semua pemikir hukum
kodrat. Empat prinsip tersebut adalah: (i). Terdapat kritera dan prinsip-prinsip universal yang
berlaku abadi. (ii). Kriteria dan prinsip-prinsip itu didasarkan pada alam, Tuhan, maupun rasio
manusia. (iii). Manusia dapat menemukan prinsip-prinsip tersebut melalui akal. (iv). Prinsip-
prinsip tersebut diproyeksi menjadi pedoman bagi hukum positif (buatan manusia).
2. Legal Positivism
Legal Positivism (positivism yuridis) menyangkal tiga tesis natural law.Bagi legal positivism,
hukum adalah kenyataan yuridis semata yang dihasilkan oleh otoritas negara, serta tidak memiliki
asosiasi mutlak dengan nilai-nilai moral. Jadi, menurut positivism yuridis, sumber hukum adalah
kemauan yang berdaulat. Negara adalah pembentuk hukum sekaligus tuhan dunia hukum.
3. Neo Positivisme
Kebalikan dari positivism yuridis yang mengandalkan otoritas negara sebagai penentu hukum,
maka Neo Positivisme justru enggan terhadap dominasi negara. Menurut Duguit, hukum yang
sejati adalah hukum yang lahir dari rasa solidaritas berbagai kelompok dalam masyarakat yang
dari waktu ke waktu terlibat secara intensif dalam kencah produksi dan distribusi.
4. Mazhab Sejarah
Bagi mazhab sejarah, hukum tidak berdiri sendiri. Ia disatukan dalam watak rakyat berkat
adanya kesatuan pendirian dari rakyat itu sendiri. Hukum tidak muncul secara kebetulan, tapi
lahir dari kesadaran batiniah rakyat. Itulah sebabnya, hukum berkembang seturut berkembangnya
rakyat, dan akhirnya lenyap ketika tatkala rakyat kehilangan kebangsaanya.
5. Interessenjurisprudenz
Aliran ini percaya bahwa semua hukum tercipta dalam kerangka tujuan atau kepentingan yang
ingin dicapai.Tokoh utama aliran ini adalah seorang pemikir Jerman, Rudolf van Jhering (1818-
1892). Jantung seluruh ajaran Jhering adalah ego/”saya”. Dan menurut Jhering, posisi ego/”saya”
dalam dunia bersandar tiga posisi : (i). Saya di sini untuk saya sendiri. (ii). Dunia ada untuk saya,
dan (iii). Saya di sini utuk dunia tanpa merugikan saya.
6. Legal Marxism
Marxisme merupakan faham kritis yang bersumber dari ajaran Karl Marx. Melalui teori “infra-
struktur”-“supra-Struktur”, Marx dengan jelas menjelaskan betapa hebatnya pengaruh kuasa
ekonomi terhadap kehidupan manusia, termasuk terhadap hukum. Menurutnya hukum adalah
alat legitimasi dari kelas ekonomi tertentu. Hukum merupakan salah satu unsur ideologi kelas dan
karenanya menjadi pemicu konflik dan faktor yang menyebabkan alienasi.
7. Sociological Jurisprudence
Merupakan aliran yang memberi tekanan pada fungsi praktis dari hukum bagi perubahan
kehidupan sosial. Hukum yang baik terletak pada karya yang dihasilkannya bagi dunia sosial.
Inilah inti ajaran Roscoe Pond melalui Sociological Jurisprudence-nya. Fokus utama Pond dengan
konsep social engineering adalah interest balancing, dan karenanya yang terpenting adalah tujuan
akhir dari hukum yang diaplikasikan dan mengarahkan masyarakat kea arah yang lebih maju.
8. Legal Realism
Ajaran realisme berinduk pada empirisme yang oleh David Hume diartikan sebagai pengetahuan
yang bertumpu pada kenyataan empiris. Empirisme menolak pengetahuan spekulatif yang hanya
mengandalkan penalaran logis ala rasionalisme abad ke-18. Oliver W holmes Jr, dengan tegas
mengatakan “The life of the law has not been logic, it has been experience”. Mengikuti jejak
Holmes, Jerome Frank memiliki pandangan yang sama. Menurutnya, kebenaran tidak bisa
disamakan dengan suatu aturan hukum.
REVIEW BUKU