Anda di halaman 1dari 69

HUKUM PAJAK

Tri Sulistiyono,SH.,MH.
HUKUM PAJAK POSITIP
DI INDONESIA
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(UU
28/2007)
B. Pajak Penghasilan (UU 36/2008 )
C. PPN dan PPn BM (UU 18/2000 )
D. PBB (UU 12/1994 )
E. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (UU
20/2000 )
F. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU
34/2004)
G. Peradilan Pajak ( UU 14/2002 )
H. UU no.28 tahun 2009 ttg pajak dan retribusi daerah
Sejarah Pemungutan Pajak

• Awalnya pemberian sukarela dari rakyat pada Raja.


• Teori Le Contract Social / Perjanjian Masyarakat
dikemukakan oleh Rousseau
• Jaman Romawi dan Yunani kuno sudah ada sekitar 509-
27SM dikenal dgn istilah censor, questor, tributum,
vegtigalia, portoria.
• Jaman Julius Cesar dikenal Centesima Rerum Venalium
(sejenis pajak penjualan); Abad XIV di Spanyol dikenal
alcabala.
• Di Indonesia dahulu dikenal pungutan dalam bentuk
natura, kerja paksa, uang, upeti.
Pengertian Dasar Pajak
• Pajak dalam istilah asing disebut: tax
(Inggris); import contribution, taxe droit
(Perancis); Steuer, Abgabe, Gebuhr
(Jerman); impuesto contribution, tributo,
gravamen, tasa (Spannyol) dan belasting
(Belanda)
• Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah
iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk
dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
• Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH,
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
• Menurut Smeets, pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya
kontraprestasi yg dapat ditunjukkan dalam hak
individual untuk membiayai pengeluaran
pemerintah
KARAKTERISTIK/CIRI YG
MELEKAT PD PAJAK
1. Pajak dipungut berdasar UU atau peraturan
pelaksananya;
2. Tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi
individual secara langsung oleh negara;
3. Pajak dipungut oleh negara baik pmrth pusat
maupun daerah;
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran
pemerintah;
5. Pajak mempunyai fungsi budgeter dan fungsi
regulerend (+ fungsi stabilitas;fungsi
redistribusi)
PUNGUTAN LAIN
RETRIBUSI
• Dipungut berdasar UU dan peraturan pelaksananya;
• Prestasi dari warga masy. Akan mendapat kontraprestasi
individual secara langsung;
• Uang retribusi digunakan utk pelayanan umum berkait
dengan pembayaran retribusi ybs.
• Pelaksanaannya bisa dipaksakan umumnya bersifat
ekonomis.
( lihat UU no. 34 th. 2000 ttg Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ;dan PP no.66 th.2001 ttg Retribusi daerah )UU
no.28 tahun 2009 ttg pajak dan retribusi daerah
• BEA :
Pungutan yg dikenakan atas suatu kejadian atau perbuatan yg
berupa lalu lintas brg dan perbuatan lainnya berdsr suatu
ketentuan UU. Contoh : Bea Keluar Masuk Pabean, Bea Materai,
Bea Balik Nama.
• Cukai :
Pungutan yg dikenakan pemerintah atas brg2 tertentu biasanya
brg konsumsi berdsrkan peraturan tertentu. Contoh : Cukai
tembakau, Cukai Rokok, Cukai minuman keras.
• Retribusi :
Iuran kepada pemerintah yg dpt dipaksakan (scr ekonomis) dgn
jasa balik langsung yg dpt ditunjuk. Contoh : Retribusi Pasar,
Retribusi Parkir, Retribusi Sampah.
• Sumbangan :
Iuran kpd pemerintah yg dpt dipaksakan (scr yuridis dan
eknomis) yg ditujukan dan dimaksudkan utk golongan tertentu.
Contoh : SWP3D (Sumbangan Wajib Pembangunan dan
Pemeliharaan Prasarana Daerah).
UNSUR-UNSUR PAJAK
1. Ada masyarakat (kepentingan Umum)
2. Ada UU yg mengatur
3. Pemungut pajak (fiscus)-penguasa
masyarakat
4. Subyek pajak-wajib pajak
5. Obyek pajak-tatbestand
6. Surat ketetapan pajak (sifat fakultatif)
Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith bukunya Wealth of Nations dengan ajaran "The
Four Maxims“ :
1. Asas Equality, pemungutan pajak harus sesuai dengan kemampuan
dan penghasilan WP. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif.
2. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak
harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat
dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment: pajak harus dipungut pada saat
yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat
wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak
menerima hadiah.
4. Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya
pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan
pajak
Beda Perikatan pajak
dengan perikatan perdata
1. Lapangan hukum publik –hukum
privat.
2. Lahir karena UU saja- lahir karena
UU dan perjanjian.
3. Pihak tidak sejajar pemerintah dgn
WP- pihak sejajar individu dgn
individu.
4. 4. kontraprestasi tidak langsung-
kontraprestasi langsung.
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) untuk tahun pajak 2015 adalah
sebagai berikut :
• Rp 36jt untuk diri Wajib Pajak orang
pribadi; (2016: 54 jt) PMK 10/2016
• Rp 3.000.000 (Tiga Juta Rupiah) tambahan
untuk Wajib Pajak yang kawin; (2016:4,5jt)
• Rp 36jt tambahan untuk seorang isteri
yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami (2016:54jt) Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan;
• Rp 3jt tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus
serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
(2016:4,5jt)
• Shg bila karyawan/pegawai
(Perorangan/ Badan) memiliki
penghasilan (gaji dan lain-lain) dalam
satu tahun melebihi PTKP tersebut
diatas wajib mendaftarkan diri sebagai
Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP
• Apabila seorang karyawan atau
pegawai yang memperoleh penghasilan
diatas PTKP tetapi belum mempunyai
NPWP, maka atas penghasilan
tersebut akan dikenakan Pajak
Penghasilan dengan tarif lebih tinggi
yaitu sebesar 20 % (dua puluh
persen) lebih tinggi dari tarif pajak
penghasilan.
UU no 11 tahun 2016
pengampunan pajak
• Pengampunan Pajak adalah
penghapusan pajak yang seharusnya
terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap Harta dan
membayar Uang Tebusan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini
ASAS PENGENAAN PAJAK
Asas utama yang paling sering digunakan oleh
negara sebagai landasan untuk mengenakan
pajak adalah:
1. Asas domisili atau disebut juga asas
kependudukan (domicile/residence principle),
berdasarkan asas ini negara akan mengenakan
pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan, apabila
orang pribadi tersebut merupakan penduduk
(resident) atau berdomisili di negara itu atau
apabila badan ybs. berkedudukan di negara itu
2. Asas sumber; negara yang menganut asas
sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan hanya apabila
penghasilan yang akan dikenakan pajak
itu diperoleh atau diterima oleh orang
pribadi atau badan yang bersangkutan dari
sumber-sumber yang berada di negara itu.
3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas
atau disebut juga asas kewarganegaraan
(nationality/citizenship principle). Dalam
asas ini, yang menjadi landasan pengenaan
pajak adalah status kewarganegaraan dari
orang atau badan yang memperoleh
penghasilan
Teori Pemungutan Pajak
1. Teori Asuransi, fiskus berhak memungut
pajak dari penduduknya, karena negara
dianggap identik dengan perusahaan asuransi,
dan wajib pajak adalah tertanggung yang
wajib membayar premi dalam hal ini pajak.
Negara berhak memungut pajak dari
penduduk karena negara bertugas melindungi
semua rakyat dan rakyat membayar premi
pada negara.
2. Teori kepentingan, Para penganut teori
ini mengatakan, bahwa negara berhak
memungut pajak dari penduduknya,
karena penduduk negara tersebut
mempunyai kepentingan kepada negara.
Makin besar kepentingan penduduk
kepada negara, maka makin besar pula
perlindungan negara kepadanya.
Termasuk kepentingan dalam
perlindungan jiwa dan harta. Semakin
tinggi tingkat kepentingan perlindungan,
maka semakin tinggi pula pajak yang
harus dibayarkan
3. Teori Daya Pikul, Teori daya pikul
sebenarnya tidak memberikan jawaban
atas justifikasi pemungutan pajak. Teori
ini hanya mengusulkan supaya dalam
memungut pajak pemerintah harus
memperhatikan daya pikul dari wajib
pajak, beban pajak yang dikenakan
harus sama besarnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul
masing-masing orang. Jadi wajib pajak
membayar pajak sesuai dengan daya
pikulnya
4. Teori Bakti, adapun teori bakti dapat
dikatakan sama dengan teori kedaulatan
negara pada mata kuliah Pengantar
llmu Hukum. Penduduk harus tunduk
atau patuh kepada negara, karena
negara sebagai suatu lembaga atau
organisasi sudah eksis, sudah ada
dalam kenyataan. Teori bakti
mengajarkan, bahwa penduduk adalah
bagian dari suatu negara; oleh karena
itu penduduk terikat pada keberadaan
negara dan karenanya wajib membayar
pajak, dalam arti wajib berbakti kepada
negara.
5. Teori Asas Daya Beli; dasar keadilan
terletak pada akibat pemungutan pajak,
artinya memungut pajak berarti
menarik daya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga
negara. Menurut teori ini yustifikasi
pemungutan pajak terletak pada akibat
pemungutan pajak. Misalnya
tersedianya dana yang cukup untuk
membiayai pengeluaran umum negara,
karena akibat baik dari perhatian
negara pada masyarakat maka
pemungutan pajak adalah juga baik
HUKUM PAJAK
• Menurut Santoso Brotodihardjo: Hukum pajak
atau hukum fiskal ialah keseluruhan dari
peraturan2x yg meliputi wewenang
pemerintah utk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkannya kembali kpd
masyarakat dgn melalui kas Negara, shg ia
mrpkan bagian dari hukum publik, yg
mengatur hubungan2x hukum antara negara
dan orang-orang atau badan-badan (hukum)
yg berkewajiban membayar pajak.
Menurut Bohari : Hk. Pajak adalah suatu
kumpulan peraturan2x yg mengatur hub
antara pemerintah sbg pemungut pajak dan
rakyat sbg pembayar pajak, Hukum Pajak
mengatur siapa subjek dan wajib pajak,
obyek pajak, kewajiban wajib pajak kepada
pemerintah, timbul/hapusnya hutang pajak,
cara penagihan pajak dan cara megajukan
keberatan/banding serta pengadilan pajak
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
Hukum Pajak secara umum dibedakan
1.Hukum Pajak Materiil (Material tax law)
2. Hukum Pajak Formal (Formal tax law)
1. Hukum Pajak Materiil adalah serangkaian
norma yang memuat ketentuan2x:
tatbestand, siapa-siapa yg harus dikenakan
pajak, berapa besar pajaknya, dan pola
hubungan hukum antara pemerintah dan
wajib pajak. Co: UU 36/2008 PPh ; UU
18/2000 PPNdan Pjk Penjualan BM ;
UU12/94 ttg PBB , dsb.
2. Hukum Pajak Formal adalah serangkaian
norma yg mengatur cara utk menjelmakan
hukum pajak materiil menjadi suatu
kenyataan. Antara lain mengatur:
Pendaftaran obyek pajak dan WP;
Pemungutan Pajak; Penyetoran pajak;
pengajuan keberatan; permohonan banding;
pengurangan dan penundaan pembayaran,
dsb. Co: UU 28/2007 ttg KUP; UU 19/2000
ttg penagihan dg surat paksa;
UU 14/2002 ttg Pengadilan Pajak
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA
• Menurut Santoso Brotodihardjo dan
Satjipto Rahardjo: Hukum pajak
merupakan bagian dari Hukum
Administratif Negara.
• Menurut PJA Adriani: Hukum Pajak
merupakan hukum publik yg berdiri
sendiri sejajar dengan Hukum
Administrasi
SISTEM PERPAJAKAN
1. Self Assessment System yaitu suatu
sistem perpajakan yang memberi
kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
memenuhi dan melaksanakan sendiri
kewajiban dan hak perpajakannya
(menghitung pajak sendiri).
2. Withholding Tax System yaitu suatu
sistem perpajakan di mana pihak ketiga
diberi kepercayaan (kewajiban), atau
diberdayakan (empowerment) oleh
undang-undang perpajakan untuk
memotong pajak penghasilan sekian
persen dari penghasilan yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak.
3. Official Assessment System adalah
suatu sistem perpajakan dalam mana
inisiatif untuk memenuhi kewajiban
perpajakan berada di pihak fiskus.
TARIF PAJAK
1. Tarif tetap adalah tarif yang jumlah
pajaknya dalam rupiah (atau dollar)
bersifat tetap walaupun Objek Pajaknya
jumlahnya berbeda-beda. Misalnya tarif
Bea Meterai berdasarkan Undang-Undang
No. 13 Tahun 1985. Jumlah Bea Meterai
atas kuitansi atau tanda terima uang di
atas Rp 1.000.000,- adalah Rp 6.000,-
Walaupun uang yang diterima besarnya Rp
100.000.000,- atau Rp 10.000.000.000,-
dan seterusnya, jumlah Bea Meterai yang
terutang tetap Rp 6.000,-
2. Tarif proporsional adalah tarif yang
prosentasenya tetap walaupun
jumlah objek pajaknya berubah-
ubah. Misalnya tarif PPN 10% atas
Rp 100.000,- 10% atas Rp
50.000.000,- 10% atas Rp
10.000.000.000,-. Deviden; bunga;
royalti: Dalam negeri: 15% Luar
negeri: 20%. PBB=0,5% BPHTB=5%.
PPh WP dlm negri Badan =28%
3. Tarif Pajak yang bersifat progresif
adalah tarif pajak yang makin tinggi
objek pajaknya, maka makin tinggi
pula prosentase tarif pajaknya.
Misalnya tarif Pajak Pendapatan
tahun 1944, Tarif Pajak Penghasilan
berdasarkan Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008. PKB kendaraan
I:1,5%; II:2%; III:2,5%; >IV: 4%
Tarif pajak orang pribadi
Penghasilan Kena pajak:
• s/d 50 juta = 5 %
• >50-250juta = 15 %
• >250-500juta = 25%
• Diatas 500juta=30%
Con: PKP 100jt
PTKP WP 15.840RB
KAWIN: 1.320RB
ANAK : 1.320 RB
PKP 100jt
50jt x 5%= 2,5jt
50jt x 15% = 7,5 jt
10jt
4. Tarif Pajak Degresif adalah tarif
pajak yang apabila objek pajaknya
makin tinggi, maka makin rendah
tarifnya. Tarif ini pernah berlaku
untuk Bea Warisan. Makin tinggi
warisan yang akan diterima oleh ahli
waris, maka tarif bea atau pajak atas
warisan makin kecil.
UTANG PAJAK
• Adalah utang yg timbulnya scr khusus
krn negara (kreditur) terikat dan
tidak dapat memilih scr bebas siapa
yg akan dijadikan debiturnya karena
utang pajak lahir hanya krn undang-
undang. (Menurut Rocmat Sumitro)
LAHIRNYA UTANG
PAJAK
1. Ajaran Material, utang pajak timbul
dengan sendirinya pd saat telah
dipenuhinya syarat subyektif dan
syarat obyektif seperti yg telah
ditentukan oleh undangh-undang.
2. Ajaran Formal, utang pajak timbul
karena undang-undang pd saat
dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak.
ARTI PENTING LAHIRNYA
UTANG PAJAK

1. PEMBAYARAN/PENAGIHAN
2. PEMASUKAN SURAT KEBERATAN
3. DALUWARSA
4. PENERBITAN SURAT KETETAPAN
PAJAK (SKP, SKPT, SKPKB )
FUNGSI SKP
AJARAN MATERIAL:
1. Memberitahukan besarnya pajak terutang
2. Menetapkan besarnya utang pajak
3. Bersifat deklaratur.
AJARAN FORMAL:
1. Menimbulkan utang pajak
2. Menetapkan besarnya jumlah utang pajak
3. Memberitahukan besarnya utang pajak
4. Bersifat konstitutif
HAPUSNYA UTANG PAJAK
1. Pembayaran
2. Kompensasi Utang
3. Pembebasan Utang
4. Penghapusan Utang
5. Daluwarsa
Berakhirnya Utang Pajak
a) Pembayaran
Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan WP dengan
menggunakan surat setoran atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pembayaran dapat dilakukan di Kantor Kas Negara maupun
di Kantor Pos dan Giro

b) Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang
berbeda di tahun pajak yang sama atau jenis pajak yang
sama di tahun yang berbeda.
contoh :
Di tahun yang sama, kelebihan pembayaran PPH
dialokasikan ke kekurangan pembayaran PPN.
Di tahun yang berbeda, kelebihan pembayaran PPh tahun
lalu dialokasikan ke Pembayaran PPh tahun berjalan.
Pembebasan:
Utang pajak dapat hilang karena
ditiadakan. Pembebasan ini tdk benar2
menghilangkan pokok utang pajak,
melainkan diberikan terhadap sanksi
administrasinya
Berakhirnya Utang Pajak
c) Daluwarsa
Untuk memberikan kepastian hukum
baik bagi WP maupun fiskus, maka
diberikan batas waktu tertentu untuk
penagihan pajak.
Batas daluwarsa yang berlaku :
• untuk pajak pusat 10 tahun
• Untuk pajak daerah 5 tahun
• Untuk retribusi daerah 3 tahun
• Untuk WP yang terlibat tindak pidana
pajak, tidak diberikan batas waktu
Berakhirnya Utang Pajak
d) Penghapusan
Penghapusan pajak dilakukan karena kondisi dari WP
yang bersangkutan.
misalnya karena WP dinyatakan bangkrut oleh pihak-
pihak yang berwenang.

Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan


dengan alasan sbb (Keputusan Menteri Keuangan
No.565/KMK.04/2000) :
1. WP meninggal dunia dengan tidak meninggalkan
warisan dan tidak memiliki ahli waris atau ahli waris
tidak dapat ditemukan
2. WP tidak memiliki harta kekayaan lagi
3. Hak untuk melakukan penagihan sudah daluwarsa
4. Sebab lain sesuai hasil penelitian
SANKSI PAJAK
• Dari sudut pandang yuridis, pajak memang
mengandung unsur pemaksaan.
• Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan
diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib
Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi
Wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan
sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa
yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk
dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal apa
saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai sanksi
perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang
jenis-jenis sanksi perpajakan dan perihal
pengenaannya.
Macam Sanksi perpajakan
1. Sanksi Administrasi yang terdiri dari:
a. Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling
banyak ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait
besarannya denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, persentase dari jumlah
tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah
tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan
ditambah dengan sanksi pidana. Pelanggaran yang
juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran
yang sifatnya alpa atau disengaja.
Macam sanksi pajak
b. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas
pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi
lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat
bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat
diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga
utang biasa dengan bunga utang paiak. Penghitungan
bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk
(bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam
ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga
majemuk.
Lanjutan sanksi bunga
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari
pokok pajak yang tidak/kurang dibayar. Tetapi,
dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian
atau tidak membayar sanksi bunga yang terdapat
dalam surat ketetapan pajak yang telah
diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat
ditagih kembali dengan disertai bunga lagi
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada
umumnya adalah sanksi bunga dalam ketentuan
perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan
penuh. Dengan kata lain, bagian dari bulan
dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung
secara harian.
Macam sanksi pajak
c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi
administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang
paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila
dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus
dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa
kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka
persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan
biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak
memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan
dalam menghitung jumlah pajak terutang.
Macam sanksi pajak

2. Sanksi Pidana
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak
pelanggaran dan tindak kejahatan. Sehubungan
dengan itu, di bidang perpajakan, tindak
pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan
dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
PAJAK PUSAT
• Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat yang
dalam hal ini sebagian besar dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak -
Kementerian keuangan.
CONTOH PAJAK PUSAT
1.Pajak Penghasilan ( PPh ) -----> UU.No. 36
tahun 2008.
2.Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah ( PPN & PPn BM ) -----> UU
No.42 Tahun 2009
3.Bea Materai ------> UU No.13 tahun 1985
4.Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) ---> UU. No 12
tahun 1994. (PBB p2 menjadi pajak daerah)
5.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan bengunan (
BPHTB ) --------> UU No. 20 tahun 2000.
PAJAK DAERAH
• Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang tertuang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar – besarnya
kemakmuran rakyat
• Undang – undang No.28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah.
FUNGSI PAJAK
DAERAH
• Gaji rutin PNS
• Pertumbuhan ekonomi
• Kegiatan sosial dan insidental
• Peningkatan kualitas pembangunan
PAJAK DAERAH
TERBAGI 2:
a. Pajak Provinsi, terdiri dari :
 Pajak Kendaraan Bermotor
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
 Pajak Air Permukaan dan
 Pajak Rokok.
LANJUTAN
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
LANJUTAN
Khusus untuk daerah yang setingkat
dengan daerah Provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah Kabupaten/Kota
otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis pajak yang dapat
dipungut6 merupakan gabungan dari
pajak untuk daerah Provinsi dan pajak
untuk daerah Kabupaten/Kota.
PERMASALAHAN PAJAK
DAERAH
• Belum intensifnya penerimaan pajak
• Penyaluran pajak
• Rendahnya kesadaran membayar
pajak
penagihan Pajak dengan
Surat Paksa
• Undang-undang No. 19 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-undang No. 19 Tahun
2000
Tahap Penagihan Pajak
• Surat Teguran
Apabila utang pajak tidak dilunasi sampai melewati 7
(tujuh) hari dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan
sejak tanggal diterbitkannya).
• Surat Paksa
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 (dua
puluh satu) hari dari tanggal surat teguran maka akan
diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru
Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya penagihan
paksa sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah),
utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.
• Surat Sita
Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu
2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas
barang-barang Wajib Pajak, dengan dibebani biaya
pelaksanaan sita sebesar Rp. 100.000,00 (seratus
ribu rupiah).
• Lelang
Dalam waktu 4 (empat) belas hari setelah tindakan
penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan
dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui
Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan
paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar
maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya
iklan pengumuman lelang dalam surat kabar dan
biaya lelang pada saat pelelangan.
OBJEK SITA
: Penyitaan dilaksanakan terhadap
barang milik Penanggung Pajak yang
berada di tempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan, atau di
tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak
lain atau yang dijaminkan sebagai
pelunasan utang tertentu.
yang dapat berupa
• Barang bergerak termasuk mobil,
perhiasan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran,
giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham,
atau surat berharga lainnya, piutang dan
penyertaan modal pada perusahaan lain;
dan/ atau
• Barang tidak bergerak termasuk tanah,
bangunan, dan kapal
Penyitaan terhadap Penanggung Pajak
Badan dapat dilaksanakan terhadap
barang milik perusahaan, pengurus,
kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, baik
di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal
mereka, maupun di tempat lain.
PENGECUALIAN OBJEK SITA
• Pakaian dan tempat tidur beserta
perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
• Persediaan makanan dan minuman untuk
keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah.
• Perlengkapan Penanggung Pajak yang
bersifat dinas yang diperoleh dari negara.
• Buku-buku yang bertalian dengan jabatan
atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-
alat yang dipergunakan untuk pendidikan,
kebudayaan, dan keilmuan.
• Peralatan dalam keadaan jalan yang
masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya tidak lebih
dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah); atau
• Peralatan penyandang cacat yang
digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya

Anda mungkin juga menyukai