Tri Sulistiyono,SH.,MH.
HUKUM PAJAK POSITIP
DI INDONESIA
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan(UU
28/2007)
B. Pajak Penghasilan (UU 36/2008 )
C. PPN dan PPn BM (UU 18/2000 )
D. PBB (UU 12/1994 )
E. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (UU
20/2000 )
F. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU
34/2004)
G. Peradilan Pajak ( UU 14/2002 )
H. UU no.28 tahun 2009 ttg pajak dan retribusi daerah
Sejarah Pemungutan Pajak
1. PEMBAYARAN/PENAGIHAN
2. PEMASUKAN SURAT KEBERATAN
3. DALUWARSA
4. PENERBITAN SURAT KETETAPAN
PAJAK (SKP, SKPT, SKPKB )
FUNGSI SKP
AJARAN MATERIAL:
1. Memberitahukan besarnya pajak terutang
2. Menetapkan besarnya utang pajak
3. Bersifat deklaratur.
AJARAN FORMAL:
1. Menimbulkan utang pajak
2. Menetapkan besarnya jumlah utang pajak
3. Memberitahukan besarnya utang pajak
4. Bersifat konstitutif
HAPUSNYA UTANG PAJAK
1. Pembayaran
2. Kompensasi Utang
3. Pembebasan Utang
4. Penghapusan Utang
5. Daluwarsa
Berakhirnya Utang Pajak
a) Pembayaran
Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan WP dengan
menggunakan surat setoran atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pembayaran dapat dilakukan di Kantor Kas Negara maupun
di Kantor Pos dan Giro
b) Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang
berbeda di tahun pajak yang sama atau jenis pajak yang
sama di tahun yang berbeda.
contoh :
Di tahun yang sama, kelebihan pembayaran PPH
dialokasikan ke kekurangan pembayaran PPN.
Di tahun yang berbeda, kelebihan pembayaran PPh tahun
lalu dialokasikan ke Pembayaran PPh tahun berjalan.
Pembebasan:
Utang pajak dapat hilang karena
ditiadakan. Pembebasan ini tdk benar2
menghilangkan pokok utang pajak,
melainkan diberikan terhadap sanksi
administrasinya
Berakhirnya Utang Pajak
c) Daluwarsa
Untuk memberikan kepastian hukum
baik bagi WP maupun fiskus, maka
diberikan batas waktu tertentu untuk
penagihan pajak.
Batas daluwarsa yang berlaku :
• untuk pajak pusat 10 tahun
• Untuk pajak daerah 5 tahun
• Untuk retribusi daerah 3 tahun
• Untuk WP yang terlibat tindak pidana
pajak, tidak diberikan batas waktu
Berakhirnya Utang Pajak
d) Penghapusan
Penghapusan pajak dilakukan karena kondisi dari WP
yang bersangkutan.
misalnya karena WP dinyatakan bangkrut oleh pihak-
pihak yang berwenang.
2. Sanksi Pidana
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak
pelanggaran dan tindak kejahatan. Sehubungan
dengan itu, di bidang perpajakan, tindak
pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan
dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
PAJAK PUSAT
• Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang
dikelola oleh Pemerintah Pusat yang
dalam hal ini sebagian besar dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak -
Kementerian keuangan.
CONTOH PAJAK PUSAT
1.Pajak Penghasilan ( PPh ) -----> UU.No. 36
tahun 2008.
2.Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah ( PPN & PPn BM ) -----> UU
No.42 Tahun 2009
3.Bea Materai ------> UU No.13 tahun 1985
4.Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) ---> UU. No 12
tahun 1994. (PBB p2 menjadi pajak daerah)
5.Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan bengunan (
BPHTB ) --------> UU No. 20 tahun 2000.
PAJAK DAERAH
• Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang tertuang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar – besarnya
kemakmuran rakyat
• Undang – undang No.28 tahun 2009 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah.
FUNGSI PAJAK
DAERAH
• Gaji rutin PNS
• Pertumbuhan ekonomi
• Kegiatan sosial dan insidental
• Peningkatan kualitas pembangunan
PAJAK DAERAH
TERBAGI 2:
a. Pajak Provinsi, terdiri dari :
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok.
LANJUTAN
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
LANJUTAN
Khusus untuk daerah yang setingkat
dengan daerah Provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah Kabupaten/Kota
otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis pajak yang dapat
dipungut6 merupakan gabungan dari
pajak untuk daerah Provinsi dan pajak
untuk daerah Kabupaten/Kota.
PERMASALAHAN PAJAK
DAERAH
• Belum intensifnya penerimaan pajak
• Penyaluran pajak
• Rendahnya kesadaran membayar
pajak
penagihan Pajak dengan
Surat Paksa
• Undang-undang No. 19 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-undang No. 19 Tahun
2000
Tahap Penagihan Pajak
• Surat Teguran
Apabila utang pajak tidak dilunasi sampai melewati 7
(tujuh) hari dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan
sejak tanggal diterbitkannya).
• Surat Paksa
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 (dua
puluh satu) hari dari tanggal surat teguran maka akan
diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru
Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya penagihan
paksa sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah),
utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.
• Surat Sita
Apabila utang pajak belum juga dilunasi dalam waktu
2 x 24 jam dapat dilakukan tindakan penyitaan atas
barang-barang Wajib Pajak, dengan dibebani biaya
pelaksanaan sita sebesar Rp. 100.000,00 (seratus
ribu rupiah).
• Lelang
Dalam waktu 4 (empat) belas hari setelah tindakan
penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan
dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui
Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan
paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar
maka akan dibebankan bersama-sama dengan biaya
iklan pengumuman lelang dalam surat kabar dan
biaya lelang pada saat pelelangan.
OBJEK SITA
: Penyitaan dilaksanakan terhadap
barang milik Penanggung Pajak yang
berada di tempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan, atau di
tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak
lain atau yang dijaminkan sebagai
pelunasan utang tertentu.
yang dapat berupa
• Barang bergerak termasuk mobil,
perhiasan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran,
giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi saham,
atau surat berharga lainnya, piutang dan
penyertaan modal pada perusahaan lain;
dan/ atau
• Barang tidak bergerak termasuk tanah,
bangunan, dan kapal
Penyitaan terhadap Penanggung Pajak
Badan dapat dilaksanakan terhadap
barang milik perusahaan, pengurus,
kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, baik
di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal
mereka, maupun di tempat lain.
PENGECUALIAN OBJEK SITA
• Pakaian dan tempat tidur beserta
perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
• Persediaan makanan dan minuman untuk
keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah.
• Perlengkapan Penanggung Pajak yang
bersifat dinas yang diperoleh dari negara.
• Buku-buku yang bertalian dengan jabatan
atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-
alat yang dipergunakan untuk pendidikan,
kebudayaan, dan keilmuan.
• Peralatan dalam keadaan jalan yang
masih digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari
dengan jumlah seluruhnya tidak lebih
dari Rp. 20.000.000,00 (dua puluh
juta rupiah); atau
• Peralatan penyandang cacat yang
digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya