Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Cilacap
Tentang
Kerjasama
SEKRETARIAT DPRD
KABUPATEN CILACAP
Dengan
i
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 8
C. Tujuan Dan Manfaat Naskah Akademik 8
D. Metode Analisis Naskah Akademik 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK PENYANDANG
DISABILITAS DAN ANAK TERLANTAR
ii
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
meru- pakan salah satu amanat konstitusi negara Republik
Indonesia. Upaya perubahan yang telah dilakukan dalam
bidang hu- kum adalah dengan memasukan jaminan HAM
bagi warga ne- gara dalam konstitusi, yaitu Undang Undang
Dasar Negara Re- publik Indonesia 1945 (UUD RI 1945).
Dalam amandemen ke- dua UUD RI 1945 dimasukan
ketentuan mengenai HAM, yang dicantumkan dalam Bab
tambahan, yaitu Bab XA. Penambah- an jaminan HAM dalam
konstitusi merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia dengan
serius ingin mendorong penghormat- an, perlindungan, dan
pemenuhan HAM oleh negara bagi war- ga negaranya.
Upaya tersebut juga sebagai satu langkah nyata dalam
membentuk Indonesia sebagai negara hukum yang
demokratis.1
Penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM
ter- hadap warga negara dijamin dalam peraturan
perundang- undangan yang berlaku di Indonesia. Ruang
lingkup warga negara dalam hal ini luas, mencakup siapapun
tanpa terke- cuali sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat
(1) UUD RI 1945, termasuk di dalamnya penyandang
disabilitas. Penegas- an mengenai lingkup itu sangat penting,
karena HAM bagi pe- nyandang disabilitas masih kerap
diabaikan, bahkan dilang- gar. Pelanggaran terjadi karena
penyandang disabilitas tidak dianggap sebagai bagian dari
warga negara, bahkan juga tidak dianggap manusia.2
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Repu- blik Indonesia Tahun 1945 tercantum tujuan negara
yang sa- lah satunya adalah memajukan kesejahteraan
umum. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka Negara
terutama pemerintah memiliki tugas dan tanggungjawab
untuk memenuhi Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut. Dimana kewajiban dan tanggungjawab juga
tercantum secara eksplisit dalam Pasal 28 I ayat (4) bahwa
“perlindungan, pemajuan. penegakan
1
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi, 2008), hlm. 9
2
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dan Transisi Politik di Indonesia, (Jakarta: Pusat
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2008), hlm. 1
2
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
3
Supriyadi Widodo Eddyono & Ajeng Gandini Kamilah, Aspek - Aspek Criminal
Justice Bagi Penyandang Disabilitas, (Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform, 2015), hlm.
2.
3
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
4
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
5
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
4
Gabriela Chrisnita Vani, dkk, “Pengasuhan (Good Parenting) Bagi Anak dengan
Disabilitas”, jurnal.unpad.ac.id/share/article/download/13067/5956. Diakses tanggal 28
September 2017.
6
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
5
Unicef, “Anak Penyandang Disabilitas”, https://www.unicef.org/indonesia/id/SOWC.
7
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Diakses tanggal 29 September 2017.
8
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
9
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Ke-
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
6
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan uraian latar belakang yang telah
dipaparkan di atas, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurang maksimalnya pelayanan Pemerintah Daerah terha-
dap perlindungan anak penyandang disabilitas dan anak
terlantar dalam memperoleh pelayanan hak-hak dasar
seba- gai warga Negara dalam berbagai bidang kehidupan
2. Banyaknya anak penyandang disabilitas dan anak
terlantar tidak sebanding dengan penyediaan infrastruktur
yang men- dukung terpenuhinya hak dasar mereka
sehingga terkesan masih ada “diskriminasi” sosial yang
menempatkan mereka rentan untuk diperlakukan tidak
adil dan manusiawi dari masyarakat dan pemerintah
daerah.
3. Masih adanya anggapan sosial terhadap anak penyandang
disabilitas dan anak terlantar sebagai kelompok
masyarakat yang bermasalah. Pandangan yang salah ini
menempatkan mereka pada posisi subordinatif dan
termarjinalkan secara sosial dan tentu sangat
menghambat perkembangan fisik dan psikhis mereka
untuk berkembang sebagai anak yang sehat dan normal.
4. Belum adanya regulasi yang menjadi payung hukum bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap Untuk memberikan
fasilitasi yang menjamin terpenuhinya hak–hak dasar
mere- ka sebagai manusia yang memiliki hak asasi
manusia yang sama. Dengan adanya Peraturan daerah ini
koordinasi dan fasilitasi program menjadi sinergis dan
terintegrasi antar sektor dalam organisasi perangkat
daerah.
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB
II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK
EMPIRIK
A. Kajian Teoritis
1. Perlindungan Anak; Perspektif Filosofis Dan Sosiologis
Gagasan bahwa usia anak-anak perlu diwarnai
dengan
suasana yang ceria, bersekolah dan aneka ragam kegiatan
bermain bukan merupakan hal baru dalam dunia
peradaban umat manusia. Dalam dunia anak-anak harus
ditumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan.
Pengetahuan dengan segala kemajuan peradabannya
merupakan suatu faktor esensial akan keberlangsungan
kehidupan di masa depan. Namun bersamaan itu pula,
umat manusia perlu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan yang ruang lingkupnya primer,
seperti pemenuhan sandang, papan dan pangan, maupun
kebutuhan sekunder, seperti kebutuhan-kebutuhan yang
sifatnya sebagai pelengkap.
Sekitar abad ke 18, kehidupan anak mulai dirambah
oleh masuknya gerakan industrialisasi dan urbanisasi di
daratan Eropa dimana kedudukan anak yang mula-mula
selalu bersandingan dengan dunia penuh keceriaan,
kegembiraan dan beraneka ragam hiburan dan permainan
berubah secara fundamental. Pada saat itu, hubungan
antara dunia industri dengan dunia anak-anak sangat tipis
sehingga pengaruh industrialisasi dirasakan pula oleh
dunia anak-anak. Termasuk diantaranya adalah
bertambah besarnya tenaga kerja anak-anak yang
digunakan dalam sektor tersebut. Setiap industri
membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga
usia-usia yang dikategorikan masih anak-anak tidak lepas
dari bidikannya.
Karena itu, masyarakat memberikan proteksi yang
bertujuan melindungi anak-anak dari berbagai akses
negatif atas kehadiran industri-industri yang umumnya
sangat berbahaya.7
Sementara itu, perlindungan terhadap anak-anak
dari berbagai ancaman tindak kekerasan masih dirasakan
kurang maksimal dan bahkan sepertinya tidak memihak
kepada hak-hak dasar yang melekat pada anak itu sendiri.
Kekerasan masih terjadi dimana-mana tanpa suatu
penanganan yang betul-betul dapat menjerakan si pelaku
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Hukum: Apakah Hukum Itu?, (Bandung: Remadja Karya, 1985), hlm. 3-8.
9 Bandingkan dengan istilah Adat-Recht, lihat, Imam Sudiyat, Asas
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Anak: Isi dan Masalah Implementasinya”, dalam Bagong Suyanto dan Sri
Sanituti Hariadi (ed.), Pekerja Anak di Sektor Berbahaya, (Surabaya:
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Lutfansah, 2000), hlm. 157-166.
1
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Bagong Suyanto dan Sri Sanituti Hariadi (ed.), Pekerja Anak: Masalah,
Kebijakan Dan Upaya Penanganannya, (Surabaya: Lutfansah, 2000), hlm.173-
180.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
18
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
19
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
20
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
kemanusiaan. Pentingnya
22
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
23
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
masyarakat,
26
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
27
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
29
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
32
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
33
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
34
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
35
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
penelitian
37
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
akses pada
39
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
dari
43
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
44
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
46
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
47
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
48
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
51
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
53
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
54
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
55
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
56
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
57
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
B. Kajian Empiris
Dalam melaksanakan perlindungan terhadap anak,
Kabupaten Cilacap telah memiliki dan mengundangkan
58
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
60
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
61
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN TERKAIT
62
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
63
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
jawab.
2. Pasal 34 Ayat 1,Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Mengemukakan bahwa fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh Negara. Dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan sosial, Negara
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan (ayat 3 amandemen
UUD 1945). Kondisi tersebut mempunyai konsekuensi
terhadap penyediaan sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia yang dapat menangani dan meningkatkan
keberdayaan masyarakat sehingga kesejahteraan sosial
masyarakat dapat ditingkatkan.
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3243);
Produk hukum ini menjamin terwujudnya
kesejahteraan anak melalui terpenuhinya kebutuhan pokok
anak. Kesejahteraan ini meliputi penjaminan pertumbuhan
dan perkembangan anak secara wajar baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Undang-undang ini mengatur
tanggungjawab orangtua terhadap kesejahteraan anak.
Dalam pasal awal undang-undang ini termuat hak anak
yang meliputi hak atas kesejahteraan, pelayanan,
perlindungan, dan pemeliharaan. Usaha kesejahteraan anak
dalam undang- undang ini meliputi pembinaan,
pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi.
Pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1979 menyebutkan
bahwa anak-anak yang bermasalah tersebut meliputi; (a)
anak yang tidak mempunyai orang tua; (b) anak yang tidak
mampu; (c) anak terlantar; dan (d) anak yang mengalami
masalah kelakuan; dan (e) anak cacat. Seterusnya UU
Nomor 4 Tahun 1979 menyebutkan bahwa anak yang tidak
mempunyai orang tua adalah anak yang tidak ada lagi ayah
dan ibu kandungnya (pasal 1 huruf 5). Anak yang tidak
mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat
terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial dengan wajar (pasal 1 huruf 6).
Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab
orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan
anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara
rohani, jasmani maupun sosial (pasal 1 huruf 7). Anak yang
mengalami masalah kelakuan adalah anak yang
64
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
65
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
66
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
67
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
69
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
70
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
72
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
73
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
74
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
75
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
77
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
78
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
80
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Nomor 4720);
Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 21 Tahun 2007, yang
dimaksud perdagangan orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan,
atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang
dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Tindak pidana perdagangan orang merupakan delik formil.
Delik formil adalah suatu perbuatan pidana yang
dilakukan dan perbuatan itu mencocoki rumusan dalam
pasal undang-undang yang bersangkutan tanpa melihat
akibat perbuatannya. Delik formil ini mensyaratkan suatu
perbuatan yang dilarang atau diharuskan selesai dilakukan
tanpa menyebut akibatnya. Atau dengan kata lain, yang
dilarang undang-undang adalah perbuatannya, bukan
“akibat” suatu perbuatan. Berbeda dengan delik materil,
dimana dalam delik material yang dilarang adalah akibat
suatu perbuatan.
14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial mengemukakan bahwa untuk
mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta
untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara
demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara
menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan
kesejahteraan sosial secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan. Penjelasan UU Nomor 11 Tahun 2009
mengemukakan bahwa permasalahan kesejahteraan sosial
yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada
warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan
dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan
sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang
mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga
tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan
bermartabat.
Pada sisi lain, ayat 1 Pasal 12 Undang-Undang Nomor
81
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
82
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
masyarakat.
Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan
menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:
- kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau
barang di Jalan;
- kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan
fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; da
- kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu
lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Mencermati lebih dalam dari semangat yang telah
disebutkan di atas, maka kita harus lebih dalam lagi melihat
isi dari Pasal-Pasal yang ada di UU Nomor 22 Tahun 2009.
Dari sini kita akan tahu apakah semangat tersebut seirama
dengan isi dari pengaturan-pengaturannya, atau justru
berbeda. Selanjutkan kita dapat melihat bagaimana UU ini
akan berjalan dimasyarakat serta bagaimana pemerintah
sebagai penyelenggara negara dapat mengawasi serta
melakuakn penegakannya.
16. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063)
Pemenuhan hak anak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan sebagaimana tercantum dalam UUD
1945. Pasal 28B ayat 2 menyebutkan bahwa setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Pasal 28 H ayat 1 menyebutkan, setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Hak setiap anak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan juga didukung dalam UU No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Disebutkan bahwa, upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak dalam kandungan, bayi,
Balita, hingga remaja; termasuk upaya pemeliharaan
kesehatan anak cacat dan anak yang memerlukan
perlindungan.
83
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
84
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
87
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
88
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
89
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
restoratif.
Penghukuman bagi pelaku Tindak Pidana Anak tidak
kemudian mencapai keadilan bagi korban, mengingat dari
sisi lain masih meninggalkan permasalahan tersendiri yang
tidak terselesaikan meskipun pelaku telah dihukum. Melihat
prinsip prinsip tentang perlindungan anak terutama prinsip
mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak maka
diperlukan proses penyelesaian perkara anak diluar
mekanisme pidana atau biasa disebut diversi. Institusi
penghukuman bukanlah jalan untuk menyelesaikan
permasalahan anak karena justru di dalamnya rawan terjadi
pelanggaran-pelanggaran terhadap hak anak.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu acara dan
prosedur di dalam sistem yang dapat mengakomodasi
penyelesaian perkara yang salah satunya adalah dengan
menggunakan pendekatan keadilan restoratif, melalui suatu
pembaharuan hukum yang tidak sekedar mengubah
undang-undang semata tetapi juga memodfikasi sistem
peradilan pidana yang ada, sehingga semua tujuan yang di
kehendaki oleh hukumpun tercapai. Salah satu bentuk
mekanisme restoratif justice tersebut adalah dialog yang
dikalangan masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan
sebutan "musyawarah untuk mufakat”. Sehingga diversi
khususnya melalui konsep restoratif justice menjadi suatu
pertimbangan yang sangat penting dalam menyelesaikan
perkara pidana yang dilakukan oleh anak.
Jika kesepakan diversi tidak dilaksanakan
sepenuhnya oleh para pihak berdasarkan laporan dari
Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan, maka
Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan
sesuai dengan Hukum Acara Peradilan Pidana Anak. Hakim
dalam menjatuhkan putusannya wajib mempertimbangkan
pelaksanaan sebagian kesepakatan diversi.Dalam PERMA 4
tahun 2014 dijelaskan bahwa Diversi diberlakukan terhadap
anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah berumur 12
(dua belas) tahun meskipun pernah kawin tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun, yang diduga melakukan
tindak pidana (pasal 2).
PERMA ini juga mengatur tahapan musyawarah
diversi, dimana fasilitor yang ditunjuk Ketua Pengadilan
wajib memberikan kesempatan kepada :Anak untuk
didengar keterangan perihal dakwaanOrang tua/Wali untuk
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan
90
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
92
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
93
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
94
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB IV
KAJIAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. KAJIAN FILOSOFIS
Secara kodrati manusia diciptakan Tuhan memang
berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain.
Namun demikian, perbedaan tersebut tidak berarti bahwa di
antara mereka boleh merendahkan kelompok lain, diskrimatif
terhadap jenis yang lain, atau menganggap diri lebih mulia
dan unggul dibanding orang lain. Perbedaan alamiah yang
sudah diciptakan Tuhan tersebut hendaknya dimaknai
sebagai sarana untuk saling memperkaya diri, saling
memahami, dan saling memperteguh toleransi.
Dari sisi fungsionalnya, manusia diciptakan Tuhan
sama, yaitu melestarikan kehidupan dan menjaga
keseimbangannya. Hanya saja, muncul kecenderungan di
kalangan beberapa masyarakat yang mencoba membuat
pembeda di antara mereka, baik dalam hal sikap, perilaku
maupun perlakuan. Sebagai contoh misalnya, beberapa
masyarakat masih membedakan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal fungsi serta peran soaialnya. Seorang
anak dan orang dewasa juga tidak jarang dibedakan
perlakuannya di masyarakat. Termasuk juga sering dijumpai
adanya perlakuan yang berbeda antara orang yang normal
secara fisik atau mereka yang tidak normal secara fisik
(disable), demikian juga dikalangan masyarakat masih
ditemukan adanya stigmatisasi terhadap orang atau anak-
anak terlantar yang sering kali dianggap sebagai
“masyarakat kelas dua” yang susah diatur, mengganggu
ketertiban, dan dekat dengan perilaku criminal.
Siapapun orangnya pasti tidak menghendaki hidup
dalam kondisi tidak normal baik fisik, mental, sosial, maupun
spiritual. Terlebih jika kondisi seperti ini harus ditambah
dengan adanya pembedaan perlakuan (bahkan terkadang
stigmasasi), maka kondisi tidak normal tersebut akan terasa
semakin membebani. Dalam konteks seperti ini, negara harus
mampu hadir dalam rangka dua hal: pertama, melakukan
edukasi kepada masyarakat agar tidak ada lagi sikap
membeda-bedakan atas dasar kondisi tidak normal yang
dialami seseorang, dan kedua, memberikan perlindungan
agar mereka yang hidup dalam kondisi tidak normal tersebut
bisa menikmati hasil dari pembangunan bangsa sebagai
konsekuensi dari hak warga negara.
95
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
96
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
B. KAJIAN SOSIOLOGIS
Dalam teminologi akademis, disabilitas sering diartikan
sebagai hilang atau terganggunya fungsi fisik atau kondisi
abnormalitas fungsi struktur anatomi, psikologi, maupun
fisiologi seseorang. Akibat dari kondisi seperti ini seseorang
mengalami keterbatasan atau gangguan terhadap fungsi
sosialnya sehingga mempengaruhi keleluasan aktifitas fisik,
kepercayaan dan harga diri yang bersangkutan, baik ketika
berhubungan dengan orang lain maupun dengan lingkungan.
Penyandang disabilitas tidak jarang mendapatkan
perlakuan diskriminatif di masyarakat. Bahkan beberapa
masyarakat menganggapnya sebagai “aib” yang
menyebabkan penyandang disabilitas harus dikucilkan,
dibatasi pergaulannya, serta dihilangkan beberapa hak
dasarnya. Keingi nan penyandang disabilitas untuk
berkembang dan berkontribusi secara sosial menjadi sulit
untuk dipenuhi karena perilaku yang diskriminatif di
masyarakat.
Jika ditarik dalam konteks anak, maka yang dimaksud
dengan anak penyandang disabilitas adalah anak yang
mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
97
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
98
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
99
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
C. KAJIAN YURIDIS
Spirit Undang-Undang Dasar tahun 1945
mengamanatkan bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Tujuan ini menegaskan komitmen konstitusional dari bangsa
Indonesia untuk melindungi dan menghormati hak asasi
seluruh warga negaranya tanpa membedakan agama, suku,
ras, golongan, gender, status sosial, ataupun keterbatasan
yang dimiliki oleh warga negaranya. Berdasarkan komitmen
ini, maka masyarakat Indonesia yang mengalami kondisi
disabilitas, secara hukum memiliki hak dan kedudukan yang
setara, serta mendapat perlindungan dari setiap perlakuan
diskriminatif. Hal ini sebagaimana diamanatkan oleh UUD
1945 pasal 28 H ayat 1-4 yang menyatakan:
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
2) Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
disabilitas dalam UU
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
tentang Pengesahan
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
10
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB VI
PENUTUP
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
-- --
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
DAFTAR PUSTAKA
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
LAMPIRAN
11
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BUPATI CILACAP
PROVINSI JAWA TENGAH
TENTANG
BUPATI CILACAP,
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
2000
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Dan
BUPATI CILACAP
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
12
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
BAB III
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
RUANG LINGKUP
Pasal 3
BAB IV
Asas
Pasal
BAB V
HAK
ANAK
Pasal 5
BAB VI
KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 6
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB VII
PERLINDUNGAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS
Bagian Kesatu
Ragam Anak Penyandang Disabilitas
Pasal 7
Bagian Kedua
Hak Anak Penyandang Disabilitas
Paragraf 1
Umum
Pasal 8
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
(2) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anak pe-
nyandang disabilitas memiliki hak:
a. mendapatkan perlindungan khusus dari diskriminasi, pe-
nelantaran, pelecehan, eksploitasi, serta kekerasan dan
ke- jahatan seksual;
b. mendapatkan perawatan dan pengasuhan keluarga atau
keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara op-
timal;
c. dilindungi kepentingannya dalam pengambilan keputusan;
d. perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan
martabat dan hak anak;
e. pemenuhan kebutuhan khusus;
f. perlakuan yang sama dengan anak lain untuk mencapai
integrasi sosial dan pengembangan individu; dan
g. mendapatkan pendampingan sosial.
Paragraf 2
Hak
Hidup
Pasal 9
Paragraf 3
Hak Bebas dari Stigma
Pasal 10
Paragraf 4
Hak Pendidikan
Pasal 11
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Paragraf 5
Hak Kesehatan
Pasal 12
Paragraf 6
Hak Politik
Pasal 13
Paragraf 7
Hak Keagamaan
Pasal 14
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Paragraf 8
Hak Keolahragaan
Pasal 15
Paragraf 9
Hak Kesejahteraan Sosial
Pasal 16
Paragraf 10
Hak Pelayanan Publik
Pasal 17
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Paragraf 11
Hak Perlindungan dari
Bencana Pasal 18
Paragraf 12
Hak Pendataan
Pasal 19
Paragraf 13
Hak Hidup Secara Mandiri dan Dilibatkan dalam Masyarakat
Pasal 20
13
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas
Paragraf 1
Umum
Pasal 21
Pasal 22
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Paragraf 2
Pendidikan
Pasal 23
Pasal 24
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 25
Pasal 26
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
a. teguran tertulis;
b. penghentian kegiatan pendidikan;
c. pembekuan izin penyelenggaraan pendidikan; dan
d. pencabutan izin penyelenggaraan pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pemberian sanksi
administra- tif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peratur- an Bupati.
Paragraf 3
Kesehatan
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Paragraf 4
Politik
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 41
Paragraf 5
Keagamaan
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Paragraf 6
Keolahragaan
Pasal 47
14
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 48
Paragraf 7
Kesejahteraan Sosial
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
e. bimbingan fisik;
f. bimbingan sosial dan konseling psikososial;
g. pelayanan Aksesibilitas;
h. bantuan dan asistensi sosial;
i. bimbingan resosialisasi;
j. bimbingan lanjut; dan/atau
k. rujukan.
(2) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara persuasif, motivatif, dan koersif oleh
kelu- arga, masyarakat, dan institusi sosial.
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
a. bantuan sosial;
b. advokasi sosial; dan/atau
c. bantuan hukum.
Pasal 55
Paragraf 8
Pelayanan Publik
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 59
Paragraf 9
Perlindungan dari Bencana
Pasal 60
Paragraf 10
Pendataan
Pasal 61
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diper- gunakan oleh Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan
hak anak penyandang disabilitas dan dapat diakses oleh
masyarakat se- suai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pemerintah Daerah yang menggunakan data sebagaimana
di- maksud pada ayat (3) menyampaikan hasil
pelaksanaannya kepada Gubernur.
Pasal 65
Bagian Keempat
Koordinasi
Pasal 66
Bagian Kelima
Pendanaan
Pasal 67
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
(3) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dikelola sesuai dengan keten-
tuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Penghargaan
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Bagian Ketujuh
Larangan
Pasal 71
Pasal 72
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB VIII
PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Perlindungan Anak Terlantar
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Bagian Kedua
Kelembagaan
Pasal 76
Bagian Ketiga
Pendanaan
Pasal 77
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 78
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
f.
memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubung- annya dengan pemeriksaan perkara;
h. melakukan penghentian penyidikan;
i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat di-
pertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahu- kan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyi- dikannya kepada Penuntut
Umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
UndangUndang Hukum Acara Pidana.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 79
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 80
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 81
Ditetapkan di Cilacap
pada tanggal ……………….
ttd
……………………..
Diundangkan di Cilacap
pada tanggal …………………. 2017
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN CILACAP,
ttd
…………………
15
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Kerjasama
SEKRETARIAT DPRD
KABUPATEN CILACAP
Dengan
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Notulen 1
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Notulen 2
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Harun (Balegda)
Artinya rapaerda ini tidak menyalahi ya? Dan bagaimana
cantolah hukumnya?
Harun (Balegda)
Kita butuh kepastian, dan agak kaget juga karena sdudah ada
argumentasi yang kuat jika nanti dalam perjalanan nanti kita
dianggap tidak jeli. Artinya bisa dipastikan bahwa perda ini
memang penting untuk diangkat.
Darimun (Balegda)
Sebaiknya kita menggunakan istilah difable atau berkebutuhan
khusus? Selain menggunakan kata cacat.
Darimun (Balegda)
Oh iya terima kasih dengan begini berarti jelas bahwa kita akan
bisa membedakan mana cacat dan mana difable.
Harun (Balegda)
Tim ahli yang saya hormati, mengenai hal ini saya khawatir
ketika dibawa pansus takutnya nanti ada argumen bahwa ini
adalah kepentingan pusat? Namun saya pikir ini adalah hal
penting dilakukan di daerah. Sebab kita mengalami sendiri
seperti korban HIV, anak jalanan pelecehan seksual.
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Harun (Balegda)
Baik Bapak ibu yang kami hormati, berhubung waktu sudah
sore, sebaiknya kita akhiri sampai di sini dulu. Kita lanjutkan
pada pertemuan yang akan datang. Marilah kita pungkasi
pertemuan sore ini dengan mengucap hamdallah…….
Wassalamu‟alaikum………..
Notulen 3
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Romelan
Itu mengapa masih bunyi anak jalanan dan anak terlantar? Kan
sudah ada di perda sebelumnya pak... ada perda perlidungan
Gepeng.
Agus Sunaryo
Memang benar ada beberapa kesamaan, namun bisa juga
dipertahankan apabila dalam pembahasan nanti bisa
menghindari point-point yang sama dengan perda sebelumnya.
Sugeng
Itu pada poin a kata tunas sebaiknya diganti penerus
Heri
Kata Orang tua itu apa definisinya sudah bisa
dipertanggungjawabkan?
Sony
Iya karena definisi tersebut karena mengacu pada UU
Romelan
Mohon maaf bapak itu kata penyandang cacat berarti diganti
dengan penyandang disabilitas.
Ahmad Muttaqin
Karena di Cilacap sudah punya Perda Perlindungan anak maka
perda ini melanjutkan perda sebelumnya. Terma kasih marilah
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Notulen 4
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Romelan (Balegda)
Slogan untuk tidak menyebut para penyandang cacat sebagai
disabled, tapi diffabled (different ability) sudah cukup bergema
di masyarakat (kendati beberapa undang-undang masih tetap
memakai kosa kata lama). Di ruang-ruang publik, seperti
pengumuman saat boarding di pesawat terbang, biasanya kita
menyebut para penyandang cacat ini (bersama para lansia)
sebagai orang-orang berkebutuhan khusus. Tapi, apakah kita
cukup berhenti sampai pada taraf retoris?
16
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Suheri (Balegda)
Kalau begitu saya rasa Pemerintah Daerah wajib menjamin
akses bagi anak penyandang disabilitas untuk mendapatkan
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.
Harun (Balegda)
Baik bapak dan ibu semua.. karena waktu yang sudah cukup
sore, maka kiranya diskusi pada sore hari ini kita sudahi sampai
di sini dulu. Adapun pembahasan selanjutnya dapat dilanjutkan
pada minggu depan. Saya ucapkan terima kasih kepada tim ahli
dan juga para anggota balegda atas attensinya.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Notulen 5
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Oleh karena itu dalam raperda ini akan disebutkan dalam pasal
75 sampai dengan 80.
Darimun (Balegda)
Terkait RPSA, ini memang penting bagi Cilacap, karena di
Cilacap memang belum memilikinya. Selama ini kita merujuk ke
Banjarnegara yang berada dalam koordinasi provinsi. Nah apa
tidak sebaiknya dalam naskah raperda ini dijelaskan secara
detail, bagaimana sebaiknya mekanisme RSPA tersebut.
Romelan (Balegda)
Pak Sony itu penjelasannya nanti bagaimana terkait dengan
PSAA yang ada? Artinya mestinya perlu ada penjelasan dalam
naskah raoerda ini terkait PSAA yang dikelola olah pemerintah
dan masyarakat?
Harun (Balegda)
Baiklah bapak ibu semua… saya rasa pembahasan naskah
raperda ini sudah cukup. Selanjutnya kami harapkan Tim Ahli
dar
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
NOTULEN FINALISASI
Harun (Balegda)
Salam….
Bapak dan ibu yang kami hormati, untuk menyingkat waktu
marilah langsung saja kita mulai diskusi sore ini dengan bacaan
basmallah….
Selanjutnya silahkan pak sony untuk menanggapi beberapa
saran dan masukan pada public hearing beberapa waktu lalu.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Romelan (Balegda)
Menurut audiens kemarin yang saya maksudkan itu adalah SLB
bukan inklusi
Yusuf (Balegda)
Apakah sudah ada pasal yang mengatur infra struktur yang
mengatur responsif gender?
Romelan (Balegda)
Perda ini perlu distressing oleh ketentuan perbup. Meskipun
demikian maka perbupnya tetap satu.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Harun (Balegda)
Baik terima kasih mas Didi atas masukannya, mohon kepada tim
ahli untuk dapat mengakomodir masukan semua peserta diskusi
pada sore ini.
Namun saying sekali diskusi tidak dapat kita lanjutkan karena
waktu yang sudah cukup sore. Marilah kita tutup diskusi ini
dengan bacaan alhamdulillahirobbil „alamiin.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Dinas Sosial
Kami mengucapkan terima kasih bahwa tugas sosial yang
selama ini dipandang sebelah mata menjadi pandangan bapak
ibu semua sehingga lahir raperda perlindungan anak
penyandang disabilitas. Beberapa masukan terkait dengan
konsideran: mencantumkan pasal 18 UUD 1945. Perlu
memasukkan pasal 34 UUD 1945 yang secara khusus membahas
tentang anak terlantar.
Terkait dengan materi, pasal 65 “kartu penyandang disabilitas”
yang menjadi ganjalan kami, selama ini tidak ada kartu
penyandang disabilitas, itu hasil klarifikasi dengan kementerian
sosial. Ini perda apakah tepat mengatur kementerian. Menurut
kami kurang tepat. Terkait dengan pendataan, anak penyandang
disabilitas dan terlantar termasuk 26 penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Tugas pemerintah daerah memvalidasi. Itu
tugas “Pusdain” Untuk tahun ini kami sudah melaksanakan.
Terkait RPSA, sekedar informasi bahwa cilacap belum punya
RSPA. Selama ini kita merujuk di Banjarnegara yang berada
dalam koordinasi provinsi. Untuk menangani anak yang
berhadapan dengan hukum, kita belum punya lembaganya.
Panti asuhan di cilacap yang terakreditasi belum ada. Paling
yang layak, sehingga bisa diajukan sebagai pemberi bantuan
hukum.
Yang menjadi masalah adalah anak terlantar, salah satu hak
anak adalah identitas. Selama ini kami mengalami kesulitan
menangani anak terlantar terutama yang dibuang oleh orang
tuanya. Kami berharap ada kemudahan untuk akses ke catatan
sipil. Kita menelusuri agak sulit sehigga dari sisi pendataan
agak manjdi masalah.
Untuk perijinan, di cilacap ditangani oleh dinas perijinan terpadu.
Dinas KB
Salam .....
Banyak kesamaan dengan perda no. 6 tahun 2016 tentang
perlindungan anak.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
Satpol PP
Salam ....
Secara umum kami mengapresiasi naskah yang diterma karena
sudah cukup mengkover. Ada beberapa masukan atas naskah
yang kami terima. Kami menyoroti ketentuan pidana pasal 73, di
sini menyebutkan pidana kurungan 6 bulan dan denda 500 juta.
Untuk pidana perda, setelah saya membaca UU no. 12 tahun
2012 bahwa etentuan pidana pada paling lama 6 bulan, dan
denda paling banyak 50 juta. Pasal 238 ttg Pemda pidana paling
lama 6 bulan dan denda paling banyak 50 juta. Kami
mengusulkan 3 bulan, ini tindak pidana ringan. Kemudian
mungkin bisa ditambahkan tentang penyidikan yang isinya
tentang siapa yang berhak menyidik terkait dengan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan atas perda.
Kesra
Pada umumnya sudah dituangkan pada perda nomor 6 tahun
2016. Kami melihat sanksi pidana. Pendapat kami sama dengan
Satpol PP, pelanggaran pidana atas Perda ini adalah maksimal 6
bulan dan denda maksimal 50 juta sehingga masuk TIPIRING.
Penyidiknya dengan demikian juga jelas yaitu Penyidik PNS.
Bagian Hukum
Salam ....
Kami mengapresiasi perda inisiatif dari Balegda DPRD Kab.
Cilacap. Terkait dengan raperda, menyoroti konsiderasi, kami
ingin ada UUD 1945, kami ingin regulasi yang jelas raperda ini
dari mana. Terkait dengan materi ini juga tidak terlalu jauh
berbeda dengan perda nomor 6 tahun 2016.
17
Naskah Akademik Raperda Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas Dan Anak Terlantar
18