Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Munif

Kelas : Eksekutif
NIM :30301800407
Dosen : Dr. H. Jawade Hafidz, SH., MH
Mata Uji : Filsafat Hukum

Jawaban

1 a ZAMAN PURBAKALA
Masa Yunani:
masa pra-Socrates (± 500 S.M), → objeknya terbentuknya alam semesta
masa Socrates, Plato & Aristoteles; → objeknya manusia (hukum)
masa Stoa
Masa Romawi:
Cicero, Agustinus,
Karakteristiknya:
Hukum keluar dari lingkup sakral dan mulai dipersoalkan sebagai gejala alam
(abad VI sebelum masehi – abad V sesudah masehi);
Aturan masyarakat (hukum) ada hubungan dengan aturan alam; Alam ini dianggap
sebagai suci dan sakral sebab berkaitan dengan kekuasaan ilahi. Oki aturan alam
dicerminkan dalam aturan masyarakat yang harus ditaati untuk menimbulkan keadilan,
keamanan dan kebahagian hidup bersama.
B ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Masa Gelap → runtuhnya Kekaisaran Romawi
Masa Scholastik → corak khusus dari ajaran kristen
Karakteristiknya:
Hukum ditanggapi dalam hubungan erat dengan Tuhan dan Agama (abad V s/d.
abad XV sesudah masehi);
Aturan alam tetap dianggap sebagai norma untuk kehidupan bersama, namun
motifnya berubah yaitu ditaati karena alam merupakan ciptaan Tuhan.
C ZAMAN RENAISSANCE (ABAD 12)
Pada zaman Renaissance pada abad 12, Pemikiran hukum Romawi dihidupkan
kembali;
Karakteristiknya: Hukum mulai dipandang dalam hubungannya dengan kebebasan
manusia dan dengan negara-negara nasional (abad XV – 1650).
D ZAMAN RASIONALISME/ BARU (ABAD 17)
Hukum dipandang secara rasional dalam sistem-sistem negara dan hukum.
Tokoh:Hobes, Bentham, Imanuel Khant
E ZAMAN MODERN (ABAD XIX)
Karakteristiknya:
Norma utama adalah akal budi manusia; Oki aturan masyarakat merupakan
pencerminan akal budi manusia. Hukum dipandang sebagai faktor dalam
perkembangan kebudayaan dan sebagai objek penyelidikan ilmiah; Pengertian Filsafat
hukum dikembangkan dari ahli hukum.

2 Harry Hamersma menyatakan filsafat itu datang sebelum dan sesudah


ilmu pandangan hidup manusia sehingga ada filsafat sebagai pandangan hidup.
Pandaangan tersebut mendapat dukungan dari Magnis-Suseno (1992:20) menegaskan
jawaban –jawaban filsafat itu memang tidak pernah abadi.Kerena itu filsafat tidak
pernah sampai pada akhir sebuah masalah hal ini disebabkan masalah-masalah filsafat
adalah masalah manusia sebagai manusia, dan karena manusia di satu pihak tetap
manusia, tetapi di lain pihak berkembang dan berubah, masalah-masalah baru filsafat
adalah masalah –masalah lama manusia.

3 Perbedaan: Filsafat berusaha mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban


Filsafat hanya Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu sedangkan pengetahuan dapat
mengkajinya sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan
empiris.

4 Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan


mengapa sesuatu berbuat begitu.
- Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan tidak
menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan
masyarakat.
- Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu,
termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan
manusia.
- Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguhsungguh untuk
menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa
bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan kebaikan.
- Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan, penjelajahan dan
pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman indera dan pengamatan
lahiriah.
5 - Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum
itu.
- Tujuan filsafat hukum adalah berupaya memecahkan persoalan,
menciptakan hukum yang lebih sempurna, serta membuktikan bahwa hukum mampu
memberikan penyelesaian persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat dengan menggunakan sistim hukum yang berlaku suatu masa, disuatu
tempat sebagai Hukum Positif.
- Filsafat hukum memberikan uraian yang rasional mengenai hukum sebagai upaya
untuk memenuhi perkembangan hukum secara universal untuk menjamin
kelangsungan di masa depan. Filsafat hukum memegang peranan penting dalam
kegiatan penalaran dan penelaahan asas dan dasar etik dan pengawasan sosial,

6 Memikirkan sifat-sifat umum, hidup dalam kesadaran, bersifat toleran dan bersifat
subjektif.

7. Mencoba memadukan hasil-hasil dari berbagai sains yang berbeda ke dalam suatu
pandangan dunia yang konsisten. Seorang filosof cenderung untuk tidak menjadi
spesialis, seperti ilmuwan. Karena seorang filosof ketika menganalisis benda-benda
atau masalah dengan suatu pandangan yang menyeluruh, dari beragam macam aspek,
perspektif dan teknis untuk mendapatkan solusi atau jawaban sesungguhnya. Dunia
filsafat hanya akan tertarik terhadap aspek-aspek kualitatif dari segala segala sesuatu,
terutama yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilainya. Filsafat juga menolak
untuk mengabaikan setiap aspek yang otentik dari pengalaman manusia.
8. Menurut Langemeyer , Filsafat Hukum ialah ilmu yang membahas secara filosofis
tentang hukum.
Menurut Satjipto Raharjo. Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar
dari hukum. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu
dan mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya
sendiri.
Menurut Ahrens cabang dari filsafat, dalam banyak hal, sejarah filsafat hukum
berjalan seiring dengan sejarah filsafat pada umumnya. Aliran-aliran filsafat hukum
sesungguhnya dapat dikembalikan kedalam beberapa kelompok besar filsafat,
Menurut Lili Rasjidi Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang dapat
menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya system hukum positif suatu
masyarakat.

9 Fungsi Filsafat hukum menurut G. Del Vecchio.


Del Vecchio membagi fungsi filsafat hukum menjadi tiga bagian, yaitu :
Fungsi transendental logis, yaitu menyusun pengertian hukum yang fundamental.
Fungsi fenomenologis, yaitu meneliti sejarah universal dari hukum sebagai bentuk
pengejawantahan dari cita hukum yang lestari.
Fungsi de-ontologis, yaitu meneliti cita hukum, di mana hukum itu keadilan atau
hukum kodrat, sebagai ukuran idiil yang umum bagi keadilan atau kedzoliman hukum
positif.

10 Pembentukan hukum adalah merumuskan peraturan-peraturan umum yang


berlaku umum, bagi setiap orang.
- Penemuan Hukum adalah berkenaan dengan hal menemukan
penyelesaian-​ penyelesaian dan jawaban-jawaban berdasarkan kaidah-kaidah
hukum.
- Perbantuan Hukum diartikan sebagai orang yang memberikan keterangan,
kesempatan, sarana pada orang lain untuk melakukan tindak pidana. Pembantuan itu
mensyaratkan waktu yakni sebelum atau saat terjadinya tindak pidana.

11 Intelektual rasional adalah kemampuan seseorang untuk menarik kesimpulan


yang berdasar dan dapat dibenarkan atau didukung oleh data, aturan, dan logika.
Intelektual Logis adalah kecerdasan seseorang untuk berfikir secara logika.
Intelektual intuitif adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektualitas.
12 Teori ini mau mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umum keadilan yang
mendasari dan dan menerangkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh
dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus kita. Yang dia maksudkan dengan
“keputusan moral” adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya
menyebabkan tindakan sosial kita. Keputusan moral yang sungguh dipertimbangkan
menunjuk pada evaluasi moral yang kita buat secara refleksif. b. Rawls mau
mengembangkan suatu teori keadilan sosial yang lebih unggul atas teori
utilitarianisme. Rawls memaksudkannya “rata-rata” (average utilitarianisme).
Maksudnya adalah bahwa institusi sosial dikatakan adil jika diabdiakan untuk
memaksimalisasi keuntungan dan kegunaan. Sedang utilitarianisme rata-rata memuat
pandangan bahwa institusi sosial dikatakan adil jika hanya diandikan untuk
memaksimilasi keuntungan rata-rata perkapita. Untuk kedua versi

Anda mungkin juga menyukai