Anda di halaman 1dari 15

PERBANDINGAN HUKUM PIDANA NEGARA INDONESIA DENGAN NEGARA INGGRIS

Nabiha Faza Izzul Hidayat


30301800460
Fakultas Hukum Eksekutif Universitas Islam Sultan Agung

Abstrak

Perbandingan hukum pidana merupakan kegiatan memperbandingkan sistem hukum yang satu dengan
yang lain baik antar bangsa,negara,bahkan agama,dengan maksud mencari dan mensinyalir perbedaan-
perbedaan serta persamaan-persamaan dengan memberi penjelasannya dan meneliti bagaimana
berfungsinya hukum dan bagaimana pemecahan yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor non hukum
yang mana saja yang mempengaruhinya.penjelasannya hanya dapat di ketahui dalam sejarah
hukumnya,sehingga perbandingan hukum yang ilmiah memerlukan perbandingan sejarah hukum.
Manfaat Perbandingan Hukum ialah: Berguna untuk unifikasi dan kodifikasi nasional, regional dan
internasional.Untuk harmonisasi hukum, antara konvensi internasional dengan peraturan perndang-
undangan nasional.Untuk pembaharuan hukum, yakni dapat memperdalam pengetahuan tentang hukum
nasional dan dapat secra obyektif melihat kebaikan dan kekurangan hkum nasional. Untuk menentukan asas-
asas umum dari hukum (terutama bagi hakim pengadilan internasional). Hal ini penting untuk menentukan
the general principles of law yang merupakan sumber penting dari public internasional.
Yang menjadi sasaran perbandingan hukum ialah (sistem atau bidang) hukum di negara yang
mempunyai lebih dari satu sistem hukum (misalnya hukum perdata dapat diperbandingkan dengan hukum
perdata tertulis) atau bidang-bidang hukum di negara yang mempunyai satu sistem hukum (seperti misalnya
syarat causalitas dalam hukum pidana dan perdata, konstruksi perwakilan dalam hukum perdata dan pidana
atau sistem (bidang) hukum asing diperbandingkan dengan sistem (bidang) hukum sendidri (misalnya law of
contract dibandingkan dengan hukum perjanjian).

Kata kunci: Perbandingan, Hukum Pidana

Abstract

Criminal law comparison is an activity of comparing one legal system with another, among nations,
countries and even religions, with the intention of finding and signifying differences and similarities by giving
an explanation and examining how the law functions and how juridical solutions are in practice and which
non-legal factors influence it. The explanation can only be known in the history of law, so a scientific
comparison of laws requires a comparison of the history of law.
Benefits of Comparative Law are: Useful for national, regional and international unification and
codification. For the harmonization of law, between international conventions and national laws and
regulations. national. To determine general principles of law (especially for international court judges). This
is important to determine the general principles of law which are important sources of the international
public.
The targets of comparative law are (systems or fields) of law in countries that have more than one legal
system (eg civil law can be compared with written civil law) or areas of law in countries that have one legal
system (such as the conditions of causality in criminal and civil law, the construction of representation in civil
and criminal law or the system (field) of foreign law is compared to the system (field) of private law (eg law of
contract compared to contract law).

Keywords: Comparison, LawCriminal


1. PENDAHULUAN atas Adalah
1. Bagaimana perbandingan hukum pidana
Perbandingan hukum pidana diperlukan Indonesia dengan Inggris?
karena dengan perbandingan hukum pidana, kita 2. Bagaimana manfaat dan
dapat mengetahui jiwa serta pandangan hidup tujuan perbandingan hukum pidana
bangsa lain termasuk hukumnya. Dan dengan Indonesia dengan Inggris
saling mengetahui hukum suatu negara, sengketa
dan kesalahpahaman dapat dihindari sehingga 3. PEMBAHASAN
tercapailah perdamaian dunia. A. Perbandingan Hukum pidana Indonesia
Perbandingan hukum pidana mempunyai dengan Inggris
peranan penting di bidang hukum pidana secara Sejumlah penulis telah berusaha
nasional maupun internasional. Terutama dalam untuk mendefinisikan istilah perbandingan
perbandingan hukum pidana Indonesia dan hukum, tetapi kebanyakan dari mereka hanya
inggris, didalam materilnya di dalam hukum menggaris bawahi tujuan dan fungsi dari
pidana inggris yang bisa di laksanakan dan perbandingan hukum tersebut. Dalam
terapkan di ndonesia dapat diterapkan di kenyataannya, perbandingan hukum
Indonesia. Perbandingan hukum merupakan merupakan subjek dari asal mula dan
kegiatan memperbandingkan sistem hukum yang pertumbuhan yang baru saja terjadi di mana
satu dengan yang lain baik antar masih banyak kontroversi terkait dengan
bangsa,negara,bahkan agama,dengan maksud sifatnya. Gutteridge telah berpendapat secara
mencari dan mensinyalir perbedaan-perbedaan tepatyangpadaintinyabahwa:
serta persamaan-persamaan dengan memberi “Definisi hukum telah dikenal dengan hal-hal
penjelasannya dan meneliti bagaimana yang kurang memuaskan, oleh karenanya
berfungsinya hukum dan bagaimana pemecahan adalah tepat jika hal ini menjadi suatu
yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor kontroversi yang tidak kunjung menghasilkan
non hukum yang mana saja yang hasil apapun. Hal ini, khususnya, merupakan
mempengaruhinya penjelasannya hanya dapat di situasi di mana setiap usaha yang dilakukan
ketahui dalam sejarah hukumnya, sehingga untuk mendefinisikan tentang istilah
perbandingan hukum yang ilmiah memerlukan perbandingan hukum namun sejak persoalan
perbandingan sejarah hukum. pokok tidak terlihat nyata maka hal tersebut
Jadi,memperbandingkan hukum bukanlah menjadi salah satu kendalanya.
sekedar menumpulkan peraturan perundang-
undangan dan mencari perbedaan serta Meskipun terdapat segala kesulitan
persamaannya saja.perhatian akan perbandingkan untuk mendefinisikan istilah tersebut, para
hukum di tujukan kepada pertanyaan sampai penulis dan ahli hukum telah memberikan
berapa jauh peraturan perundang-undangan suatu definisi mereka dengan caranya masing-
kaedah tidak tertulis itu di laksanakn dalam masing. Kebanyakan dari definisi tersebut
masyarakat, maka dari itu di carilah persamaan menyatakan bahwa mereka hanya
dan perbedaan. memasukan fungsi-fungsi dan tujuan dari
Dari perbandingan hukum ini dapat di perbandingan hukum dibandingkan bentuk
ketahui bahwa di samping banyaknya perbedaan dan sifat dasarnya. Sejak perbandingan
juga ada kesamaanya. hukum terlihat sebagai pengertian yang
Oleh karena itu perlu diketahui atau samar-samar dengan lingkup yang tidak
dipelajari karena mempunyai berbagai manfaat dapat ditentukan, para penulis dalam
antara lain, dapat membantu dalam rangka definisinyamasing-masinghanya
pembentukan hukum pidana nasional disamping
mempunyai peranan penting dalam rangka 48
hubungan antar bangsa dan sebagainya.
Pendeknya perbandingan hukum pidana
mempunyai peranan penting di segala bidang
kajian hukum. Pernyataan diataslah yang
melatar belekangi pentingnya perbandingan
hukum pidana dalam tatanan hukum di
Indonesia.

2. RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan Masalah pada latar belakang


di
menyatakan hasil yang dicapai dalam hukum berbagai bangsa di sebabkan karna
berbagai bidang sosial dan hubungan mempunyai asal-usul yang sama.sebaliknya
internasional. ternyata bahwa hukum dari bangsa-bangsa
Beberapa pengertian yang cukup yang keturunan erat hubungannya satu sama
penting dijelaskan sebagai berikut: lain dalam perkembangannya sekalipun asal
· Menurut Levy Ullman: “Perbandingan yang sam arahnya berbeda.
hukum telah didefinisikan sebagai cabang Di samping mencari persamaan dan
dari ilmu hukum di mana tujuannya yaitu perbedaan dari berbagai sistem hukum yang
untuk membentuk hubungan erat yang ada,perbandingan hukum juga menyelidiki
terusun secara sistematis antara lembaga- tentang sebab-sebab serta latar belakang
lembaga hukum dari berbagai negara. mengapa perbedaan dan kesamaan itu bisa
· Holland mendefinisikan istilah tersebut terjadi,sehingga dapat di temui “dalam sitem
sebagai: “Metode perbandingan dilakukan hukum yang sama juga terjadi perbedaan dan
dengan mengumpulkan, menganalisa, belum tentu penyelesaiannya juga
menguraikan gagasan-gagasan, doktrin, sama,kemudian antar negara mengapa bisa
peraturan dan pelembagaan yang ditemukan terjadi kesamaan sistem dan apa sebabnya”.
di setiap sistem hukum yang berkembang,
Adapun klasifikasi tindak pidana
atau setidaknya pada hampir keseluruhan
inggris dan Indonesia
sistem, dengan memberikan perhatian
mengenai persamaan atau perbedaan dan 1. Klasifikasi Tindak Pidana
mencari cara untuk membangun suatu sistem 1) Berdasarkan Hukum Pidana Inggris
secara alamiah, sebab hal tersebut mencakup Klasifikasi tindak pidana
apa yang masyarakat tidak inginkan namun menurut hukum pidana Inggris
telah disetujui dalam konteks hal-hal yang bertitik tolak dan tergantung dari
dianggap perlu dan filosofis sebab hal ini hirarki pengadilannya. Terhadap
membawa di bawah kata-kata dan nama- perkara – perkara pidana, terdapat 2
nama dan mendapatkan identitas dari (dua) pengadilan yang memiliki
subtansi di bawah perbedaan deskripsi dan kewenangan mengadili yang
bermanfaat, karena perbedaan tersebut berbeda, yaitu:
menunjukan secara khusus pengertian akhir a. Crown Court
bahwa seluruh atau sebagian besar sistem b. Magistrate Court
mengejar untuk menerapkan sistem terbaik Crown Court memiliki
yang pernah dicapai. kewenangan untuk memeriksa dan
Seorang Penulis Jerman, Bernhoft, memutus perkara pidana berat.
mengemukakan: “Perbandingan hukum Sedangkan Magistrate Court
menunjukkan bagaimana masyarakat dari memiliki kewenangan memeriksa
keadaan awal dan umum telah dan memutus perkara – perkara
mengembangkan secara bebas konsepsi pidana ringan. Berdasarkan undang –
mengenai hukum tradisional; bagaimana undang hukum pidana (Criminal Law
seseorang memodifikasi lembaga yang Act) 1977, section 14, klasifikasi
diwariskan secara turun-temurun berdasarkan tindak pidana adalah:
sudut pandangnya masing-masing; hingga a) Offences triable only on
bagaimana, tanpa adanya hubungan material, indictment
sistem hukum dari bangsa yang berbeda-beda Dalam praktek peradilan pidana
berkembang berdasarkan prinsip-prinsip di Inggris, beberapa perkara tindak
umum evolusioner. Secara singkat, pidana yang dapat diadili
perbandingan hukum berusaha untuk berdasarkan “on indictment” adalah,
menemukan ide hukum dalam bermacam “murder” (pembunuhan),
sistem hukum yang ada. “manslaughter” (penganiayaan
Kita lihat adanya kemiripan hukum berat), “rape” (perkosaan),
dari berbagai bangsa yang ternyata “robbery” (perampokan), “causing
mempunyai asal-usul yang sama,di samping grievious bodily harm with intent to
adanya perbedaan “ilmu” perbandingan rob and blackmail” (menyebabkan
hukum mengajarkan kita bahwa kesamaan luka berat yang diakibatkan oleh niat
arah antara hukum dan perkembangan

49
untuk melakukan perampokan dan Pembagian delik atas kejahatan
pemerasan). dan pelanggaran ini disebut oleh
b) Offences triable only summarily undang-undang. KUHP buku ke II
Semua tindak pidana yang memuat delik-delik yang disebut :
digolongkan ke dalam “summary pelanggaran criterium apakah yang
offences” harus diatur dalam undang dipergunakan untuk membedakan
– undang. Dengan memasukkan kedua jenis delik itu ? KUHP tidak
suatu tindak pidana ke dalam memberi jawaban tentang hal ini. Ia
“summary offences” berarti hanya membrisir atau memasukkan
mencegah diberlakukannya peradilan dalam kelompok pertama kejahatan
juri terhadap tindak pidana tersebut. dan dalam kelompok kedua
Magistrate court-lah yang memiliki pelanggaran.
kewenangan mengadili perkara – Tetapi ilmu pengetahuan mencari
perkara tersebut. Beberapa tindak secara intensif ukuran (kriterium)
pidana berdasarkan undang – undang untuk membedakan kedua jenis delik
hukum pidana 1977 telah ditetapkan itu.
sebagai “summary offences” antara Ada dua pendapat :
lain, pelanggaran lalu lintas dengan 1) Ada yang mengatakan bahwa
kadar alkohol dalam darah antara kedua jenis delik itu ada
pengemudi melebihi batas perbedaanyangbersifat
maksimum yang diperkenankan kwalitatif. Dengan ukuran ini
menurut undang – undang, lalu didapati 2 jenis delik,
melakukan kekerasan fisik terhadap ialah :
petugas polisi, bertingkah laku buruk a) Rechtdelicten
dan membahayakan di tempat – Ialah yang perbuatan
tempat umum. Pertimbangan lain yang bertentangan dengan
diberlakukannya beberapa tindakan keadilan, terlepas apakah
pidana sebagai “summary offences” perbuatan itu diancam
adalah agar setiap tertuduh dituntut pidana dalam suatu
melakukan kejahatan berat undang-undang atau tidak,
diperlakukan tidak adil karena harus jadi yang benar-benar
menunggu atau ditahan terlalu lama. dirasakan oleh masyarakat
c) Offences triable either way sebagai bertentangan
Perbuatan pelanggaran yang dengan keadilan misal :
termasuk dalam kategori ini adalah pembunuhan, pencurian.
semua perbuatan yang terdapat Delik-delik semacam ini
dalam daftar tindak pidana disebut “kejahatan” (mala
berdasarkan “Judicial Act” 1980. perse).
Beberapa tindak pidana tersebut, b) Wetsdelicten
yaitu: Ialah perbuatan yang
a) Theft Act 1968, kecuali oleh umum baru disadari
perampokan, pemerasan, sebagai tindak pidana
penganiayaan dengan maksud karena undang-undang
merampok dan mencuri menyebutnya sebagai delik,
b) Beberapa pelanggaran yang jadi karena ada undang-
disebut dalam “the criminal undang mengancamnya
damage act” 1977, termasuk dengan pidana. Misal :
pemmbakaran (arson) memarkir mobil di sebelah
c) Beberapa pelanggara yang dimuat kanan jalan (mala quia
dalam “Perjuri Act” 1911. prohibita). Delik-delik
d) “The forgery act” 1913 semacam ini disebut
e) “Sexual offences act” 1956 “pelanggaran”. Perbedaan
2. Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia secara kwalitatif ini tidak
a.Kejahatan dan Pelanggaran dapat diterima, sebab ada
kejahatan yang baru
disadari sebagai delik

50
karena tercantum dalam b) Delik materiil adalah delik yang
undang-undang pidana, jadi perumusannya dititikberatkan
sebenarnya tidak segera kepada akibat yang tidak
dirasakan sebagai dikehendaki (dilarang). Delik ini
bertentangan dengan rasa baru selesai apabila akibat yang
keadilan. Dan sebaliknya tidak dikehendaki itu telah terjadi.
ada “pelanggaran”, yang Kalau belum maka paling banyak
benar-benar dirasakan hanya ada percobaan.
bertentangan dengan rasa
keadilan. Oleh karena Misalnya : pembakaran (pasal 187
perbedaan secara demikian KUHP), penipuan (pasal 378
itu tidak memuaskan maka KUHP), pembunuhan (pasal 338
dicari ukuran lain. KUHP). Batas antara delik formil
2) Ada yang mengatakan dan materiil tidak tajam misalnya
bahwa antara kedua jenis pasal 362.
delik itu ada perbedaan c. Delik commisionis, delik ommisionis
yang bersifat kwantitatif. dan delik commisionis per
Pendirian ini hanya ommisionen commissa
meletakkan kriterium pada 1) Delik commisionis : delik yang
perbedaan yang dilihat dari berupa pelanggaran terhadap
segi kriminologi, ialah larangan, ialah berbuat sesuatu
“pelanggaran” itu lebih yang dilarang, pencurian,
ringandaripada penggelapan, penipuan.
“kejahatan”. 2) Delik ommisionis : delik yang
Kejahatan ringan : berupa pelanggaran terhadap
Dalam KUHP juga terdapat perintah, ialah tidak melakukan
delik yang digolongkan sesuatu yang diperintahkan /
sebagai kejahatan-kejahatan yang diharuskan, misal : tidak
misalnya pasal 364, 373, menghadap sebagai saksi di
375, 379, 382, 384, 352, muka pengadilan (pasal 522
302 (1), 315, 407. KUHP), tidak menolong orang
yang memerlukan pertolongan
b. Delik formil dan delik materiil (delik (pasal 531 KUHP).
dengan perumusan secara formil dan 3) Delik commisionis per
delik dengan perumusan secara ommisionen commissa : delik
materiil) yangberupapelanggaan
a) Delik formil itu adalah delik larangan (dus delik
yang perumusannya commissionis), akan tetapi dapa
dititikberatkan kepada perbuatan dilakukan dengan cara tidak
yang dilarang. Delik tersebut telah berbuat. Misal : seorang ibu
selesai dengan dilakukannya yang membunuh anaknya
perbuatan seperti tercantum dalam dengan tidak memberi air susu
rumusan delik. (pasal 338, 340 KUHP), seorang
Misalnya : penghasutan (pasal penjaga wissel yang
160 KUHP), di muka umum menyebabkan kecelakaan kereta
menyatakan perasaan kebencian, api dengan sengaja tidak
permusuhan atau penghinaan memindahkan wissel (pasal 194
kepada salah satu atau lebih KUHP).
golongan rakyat di Indonesia d. Delik dolus dan delik culpa (doleuse
(pasal 156 KUHP); penyuapan en culpose delicten)
(pasal 209, 210 KUHP); sumpah 1) Delik dolus : delik yang memuat
palsu (pasal 242 KUHP); unsur kesengajaan, misal :
pemalsuan surat (pasal 263 pasal-pasal 187, 197, 245, 263,
KUHP); pencurian (pasal 362 310, 338 KUHP
KUHP).

51
2) Delik culpa : delik yang matinya orang (pasal 351 ayat 2, 3
memuat kealpaan sebagai salah KUHP), pencurian pada waktu
satu unsur misal : pasal 195, malam hari. (pasal 363). Ada delik
197, 201, 203, 231 ayat 4 dan yang ancaman pidananya diperingan
pasal 359, 360 KUHP. karena dilakukan dalam keadaan
e. Delik tunggal dan delik berangkai tertentu, misal : pembunuhan kanak-
(enkelvoudige en samenge-stelde kanak (pasal 341 KUHP). Delik ini
delicten) disebut“geprivelegeerddelict”.
1) Delik tunggal : delik yang cukup Delik sederhana; misal :
dilakukan dengan perbuatan satu penganiayaan (pasal 351 KUHP),
kali. pencurian (pasal 362 KUHP).
2) Delik berangkai : delik yang baru i. Delik ekonomi (biasanya disebut
merupakan delik, apabila tindak pidana ekonomi) dan bukan
dilakukan beberapa kali delik ekonomi
perbuatan, misal : pasal 481 Apa yang disebut tindak pidana
(penadahan sebagai kebiasaan) ekonomi itu terdapat dalam pasal 1
f. Delik yang berlangsung terus dan UU Darurat No. 7 tahun 1955, UU
delik selesai (voordurende en darurat tentang tindak pidana
aflopende delicten) ekonomi.
Delik yang berlangsung terus : delik
yang mempunyai ciri bahwa keadaan
terlarang itu berlangsung terus, misal 3. Unsur – unsur Suatu Tindak Pidana
: merampas kemerdekaan seseorang
(pasal 333 KUHP). 1. Berdasarkan Hukum Pidana Inggris
g. Delik aduan dan delik laporan Dalam sistem hukum Inggris, setiap
(klachtdelictenennietklacht orang yang melakukan pelanggaran
delicten) terhadap undang – undang pidana
Delik aduan : delik yang harus memenuhi unsur – unsur sebagai
penuntutannya hanya dilakukan berikut :1
apabila ada pengaduan dari pihak a. Tertuduh telah melakukan suatu
yang terkena (gelaedeerde partij) perbuatan yang telah dituduhkan
misal : penghinaan (pasal 310 dst. jo atau dikenal dengan istilah Actus
319 KUHP) perzinahan (pasal 284 – reus;
KUHP), chantage (pemerasan b. Tertuduh melakukan pelanggaran
dengan ancaman pencemaran, ps. terhadap undang – undang dengan
335 ayat 1 sub 2 KUHP jo. ayat 2). disertai niat jahat atau dikenal
Delik aduan dibedakan menurut dengan istilah Mens – rea.
sifatnya, sebagai : Menurut hukum pidana Inggris,
1) Delik aduan yang absolut, Actus – reus mengandung prinsip
Misalnya : pasal 284, 310, 332. bahwa:
Delik-delik ini menurut sifatnya 1) Perbuatan yang dituduhkan
hanya dapat dituntut harus secara langsung
berdasarkan pengaduan. dilakukan tertuduh. Pada
2) Delik aduan yang relativ prinsipnya seseorang tidak
Misalnya : pasal 367, disebut dapat
relatif karena dalam delik-delik dipertanggungjawabkan atas
ini ada hubungan istimewa perbuatan orang lain, kecuali
antara si pembuat dan orang ia membujuk orang lain
yang terkena. untuk melakukan
h. Delik sederhana dan delik yang ada perlanggaran undang –
pemberatannya / peringannya undang atau tertuduh
(eenvoudige dan gequalificeerde / memiliki tujuan yang sama
geprevisilierde delicten)
Misalnya : penganiayaan yang 1
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana, Cet. Ke – Ii,
menyebabkan luka berat atau Bandung: C.V. Mandar Maju, 2000, Hlm. 56

52
dengan pelaku pelanggaran Contoh: A
tersebut. mengendarai
2) Perbuatan yang dituduhkan kendaraan
harus dilakukan tertuduh bermotor
dengan sukarela (tanpa ada melebihi batas
paksaan dari pihak lain); kecepatan yang
atau perbuatan dan akibatnya diperbolehkan di
memang dikehendaki oleh dalam kota, dan
pihak tertuduh. menabrak pejalan
3) Ketidaktahuan akan undang kaki yang
– undang yang berlaku mengakibatkan
bukan merupakan alasan pejalan kaki yang
pemaaf / yang dapat bersangkutan luka
dipertanggungjawabkan. – luka parah.
4) Unsur Mens – rea dalam c. Negligence.
hukum pidana Inggris Dengan
dijabarkan dan pengertian ini
diklasifikasikan menjadi: dimaksudkan
a. Intention atau bahwa tertuduh
purposely. tidak menduga
Dengan akibat yang akan
pengertian istilah terjadi, akan
ini berarti bahwa tetapi dalam
seseorang keadaan tertentu
tertuduh undang – undang
menyadari mensyaratkan
perbuatan dan bahwa tertuduh
menghendaki harus sudah dapat
akibatnya. menduga akibat –
Contoh: A akibat yang akan
membunuh B terjadi dari
dengan motif perbuatan yang
balas dendam dan dilakukannya.
menghendaki Contoh: A
kematian B. menyulut korek
b. Resklessness. api pada waktu ia
Dengan berada di sebuah
pengertian istilah pompa bensin,
ini berarti sehingga
tertuduh sudah mengakibatkan
dapat terbakarnya
memperkirakan pompa bensin
atau menduga tersebut dan
sebelum banyak korban
perbuatan luka bakar atau
dilaksanakan mati karenannya.
sebelum akibat
yang akan terjadi; 2. Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia
akan tetapi Unsur-unsurtindak pidanamenurut
tertuduh Moeljatno terdiri dari :
sesungguhnya a. Kelakuan dan akibat
tidak b. Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang
menghendaki menyertai perbuatan, yang dibagi
akibat itu terjadi. menjadi :
1) Unsur subyektif atau pribadi

53
Yaitu mengenai diri orang kejahatan itu adalah merupakan unsur
yang melakukan perbuatan, tambahan.
misalnya unsur pegawai negeri Pasal 531 KUHP :
yang diperlukan dalam delik ”barang siapa ketika menyaksikan
jabatan seperti dalam perkara bahwa ada orang yang sedang
tindak pidana korupsi. Pasal 418 menghadapi maut, tidak memberi
KUHP jo. Pasal 1 ayat (1) sub c pertolongan yang dapat diberikan
UU No. 3 Tahun 1971 atau kepadanya tanpa selayaknya
pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 menimbulkan bahaya bagi dirinya
jo. UU No. 20 Tahun 2001 atau orang lain, diancam, jika
tentang pegawai negeri yang kemudian orang itu meninggal,
menerima hadiah. Kalau yang dengan pidana kurungan paling lama
menerima hadiah bukan tiga bulan atau denda paling banyak
pegawai negeri maka tidak tiga ratus rupiah”.
mungkin diterapka pasal Keharusan memberi pertolongan pada
tersebut orang yang sedang menghadapi
2) Unsur obyektif atau non pribadi bahaya maut jika tidak memberi
Yaitu mengenai keadaan di pertolongan, orang tadi baru
luar si pembuat, misalnya pasal melakukan perbuatan pidana, kalau
160 KUHP tentang penghasutan orang yang dalam keadaan bahaya tadi
di muka umum (supaya kemudian lalu meninggal dunia. Syarat
melakukan perbuatan pidana tambahan tersebut tidak dipandang
atau melakukan kekerasan sebagai unsur delik (perbuatan pidana)
terhadap penguasa umum). tetapi sebagai syarat penuntutan.
Apabila penghasutan tidak 2) Keadaan tambahan yang memberatkan
dilakukan di muka umum maka pidana
tidak mungkin diterapkan pasal Misalnya penganiayaan biasa pasal
ini 351 ayat (1) KUHP diancam dengan
Unsur keadaan ini dapat berupa keadaan pidana penjara paling lama 2 tahun 8
yang menentukan, memperingan atau bulan. Apabila penganiayaan tersebut
memperberat pidana yang dijatuhkan. menimbulkan luka berat; ancaman
1) Unsur keadaan yang menentukan pidana diperberat menjadi 5 tahun
misalnya dalam pasal 164, 165, 531 (pasal 351 ayat 2 KUHP), dan jika
KUHP mengakibatkan mati ancaman pidana
Pasal 164 KUHP : menjad 7 tahun (pasal 351 ayat 3
”barang siapa mengetahui KUHP). Luka berat dan mati adalah
permufakatan jahat untuk melakukan merupakan keadaan tambahan yang
kejahatan tersebut pasal 104, 106, memberatkan pidana
107, 108, 113, 115, 124, 187 dan 187 3) Unsur melawan hukum
bis, dan pada saat kejahatan masih Dalam perumusan delik unsur ini tidak
bisa dicegah dengan sengaja tidak selalu dinyatakan sebagai unsur
memberitahukannya kepada pejabat tertulis. Adakalanya unsur ini tidak
kehakiman atau kepolisian atau dirumuskan secara tertulis rumusan
kepada yang terancam, diancam, pasal, sebab sifat melawan hukum atau
apabila kejahatan jadi dilakukan, sifat pantang dilakukan perbuatan
dengan pidana penjara paling lama sudah jelas dari istilah atau rumusan
satu tahun empat bulan atau denda kata yang disebut. Misalnya pasal 285
paling banyak tiga ratus rupiah.” KUHP : “dengan kekerasan atau
Kewajiban untuk melapor kepada yang ancaman kekerasan memaksa seorang
berwenang, apabila mengetahui akan wanita bersetubuh di luar
terjadinya suatu kejahatan. Orang yang perkawinan”. Tanpa ditambahkan kata
tidak melapor baru dapat dikatakan melawan hukum setiap orang mengerti
melakukan perbuatan pidana, jika bahwa memaksa dengan kekerasan
kejahatan tadi kemudian betul-betul atau ancaman kekerasan adalah
terjadi. Tentang hal kemudian terjadi pantang dilakukan atau sudah

54
mengandung sifat melawan hukum. Termasuk ke dalam penghapusan
Apabila dicantumkan maka jaksa pertanggungjawaban pidana di atas:
harus mencantumkan dalam 1) Insanity atau gila / sakit jiwa
dakwaannya dan oleh karenanya harus Isi ketentuan tentang Insanity / gila (M’
dibuktikan. Apabila tidak dicantumkan naghten Rule) mengandung makna 3
maka apabila perbuatan yang (tiga) hal sebahai berikut:
didakwakan dapat dibuktikan maka a) Setiap orang dianggap sehat jiwanya,
secara diam-diam unsure itu dianggap dan beban pembuktian terletak pada
ada. pihak tertuduh
Unsur melawan hukum yang b) Kebodohan semata – mata tidak
dinyatakan sebagai unsur tertulis merupakan suatu pembelaan yang
misalnya pasal 362 KUHP dirumuskan cukup; harus ada apa yang disebut
sebagai pencurian yaitu pengambilan “some disease of mind”
barang orang lain dengan maksud c) “irresistible impulse” bukan suatu
untuk memilikinya secara melawan pembelaan,akantetapijika
hukum. pembelaantersebutdapat
membuktikan bahwa tertuduh
4. Pertanggungjawaban Pidana menderita abnormalitas pikiran yang
Unsur-unsur pertanggungjawaban pidana mengakibatkan “diminished
yang menyangkut pembuat delik yang responsibility” maka hal ini hanyalah
meliputi : merupakan faktor yang meringankan
a. Kemempuan bertanggung jawab hukuman.
b. Kesalahan dlam arti luas: sengaja 2) Automatism atau gerak refleks
dan/atau kealpaan; Dalam kasus gerak refleks ini justru
c. Tidak ada alas an pemaaf.2 perbuatan tertentu tidak dapat
dipidana jika dilakukan secara tidak
1. Berdasarkan Hukum Inggris sengaja. Sebagai contoh, seorang
Hukum Pidana Inggris sopir yang dituntut karena
menysaratkan bahwa pada prinsipnya menjalankan kendaraan dalam
setiap orang yang melakukan kejahatan keadaan mengantuk dan
dapat dipertangungjawabkan atas mengakibatkan seorang pejalan kaki
perbuatannya, kecuali ada sebab – sebab mati; tidak dapat membela diri
yang meniadakan penghapusan bahwa ia tertidur karena gerak
pertanggungjawaban yang bersangkutan refleks, sebab ia seharusnya berhenti
atau “exemptions from liability.” memegang kemudi jika ia
Pertanggungjawaban pidana di mengantuk.
Inggris berdasarkan pada kesalahan, 3) Drunkenness atau mabuk
yaitu: Alasan mabuk dalam hukum pidana
a. Intent (Kesengajaan) Inggris dibedakan dalam 2 (dua)
b. Recklesness (Kesembronoan) macam, yaitu:
c. Negligence (Kealpaan) a) “involuntary drunkenness”, yatiu
Seseorang tidak seseorang mabuk disebabkan
dipertanggungjawabkan atas suatu karena perbuatan orang lain. Jika
tindak pidana jika:3 hal tersebut dapat dibuktikan maka
a. Ia memperoleh tekanan (fisik atau psikologi) alasan mabuk merupakan suatu
sedemikian rupa sehingga mengurangi “pembelaan yang mutlak” (a
pengendalian diri yang bersangkutan atau complete defense)
membatasi kebebasan pribadinya. Seperti: b) “voluntary drunkenness”. Pada
gila, atau daya paksa; umumnya tidak diakui sebagai
pembelaan yang bersifat mutlak;
kecuali mabuknya itu
2
Muladi Dan Dwidja Priyatno, Pertanggung Jawaban mengakibatkna “gila” sementara
Korporasi Dalam Hukum Pidana, Penerbit Sekolah Tinggi waktu sehingga menghilangkan
Hukum Bandung, Bandung, 1991, Hlm. 50. unsur niat yang disyaratkan oleh
3
Romly Atmasasmita,Perbandingan Hukum Pidana Kontemporer,
Jakarta: Fikahati Aneska, 2009, hlm. 93
suatu tindak pidana

55
4) Coercion atau daya paksa 1) Pengusaha atau yang memegang
Hukum Inggris membedakan “coersion” kekuasaan atau raja yang berdaulat
ini ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: 2) Diploma asing
a) “coercion by orders of superior” 3) Perkumpulan atau badan usaha
(daya paksa karena perintah atasan) secara terbatas
b) “coercion by threats” (daya paksa 4) Anak dibawah usia (10 tahun)
karena suatu ancaman)
c) “martial coercion” (daya paksa 2. Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia
oleh salah satu pihak dalam satu Pertanggungjawaban pidana hanya
ikatan perkawinan) dapat terjadi jika sebelumnya seseorang
5) Necessity atau keadaan darurat telah melakukan tindakan pidana.
“necessity” atau “keadaan darurat” Moeljatno mengatakan, orang tidak
merupakan suatu upaya bela diri yang mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi
bersifat mutlak dalam hal: pidana) kalau tidak melakukan perbuatan
a) Kasus “self – defense” asal beralasan 4
pidana. Dengan demikian,
menurut keadaan tertentu pertanggungjawaban pidana pertama-tama
b) Untuk mencegah kejahatan dengan kekerasan tergantung pada dilakukannya tindak
6) Mistake or ignorance of fact atau pidana.
kekeliruan atas fakta Apakah orang yang telah melakukan
Mistake atau kekeliruan atas fakta dapat perbuatan itu kemudian juga dipidana,
merupakan pembelaan dalam situasi tergantung pada soal, apakah dia dalam
tertentu jika kekliruan tersebut beralasan. melakukan perbuatan itu mempunyai
Sedangkan kekeliruan atas hukum bukan kesalahan atau tidak. Apabila orang yang
merupakan pembelaan. melakukan perbuaan pidana itu memang
Dalam hukum pidana Inggris diakui mempunyai kesalahan, maka tentu dia akan
adanya orang – orang tertentu yang dipidana. Tetapi, manakala dia tidak
memiliki “kekebalan“ atau “immunity” mempunyai kesalahan walaupun dia telah
terhadap pertanggungjawaban pidana melakukan perbuatan yang terlarang dan
disebabkan karena status orang tersebut. tercela, dia tentu tidak dipidana. Asas yang
Mereka adalah: tidak tertulis “tidak dipidana jika tidak ada
a) The sovereign. Dikenal dengan istilah kesalahan” merupakan dasar daripada
“the queen can do no wrong”; dipidananya si pembuat. 20Jadi perbuatan
sehingga dengan sendirinya seorang yang tercela oleh masyarakat itu
ratu di Inggris tidak dapat ditunut. dipertanggungjawabkan pada si
b) Foreign Sovereign dan “Diplomat” pembuatnya, artinya celaan yang objektif
memiliki “kekebalan” yang sama, terhadap perbuatan itu kemudian diteruskan
akan tetapi “kekebalan” seorang kepada siterdakwa.
diplomat dapat dicabut oleh Nyatalah bahwa hal dipidana atau
Pemerintah Negara asalnya. tidaknya si pembuat bukanlah bergantung
c) Corporation atau perkumpulan, pada pada apakah ada perbuatan pidana atau
umumnya dalam hal – hal tertentu tidak, melainkan pada apakah siterdakwa
dapat dipertanggungjawabkan secara tercela atau tidak karena tidak melakukan
pidana. tindak pidana. 21 Oleh karena itu dikatakan
d) Anak – anak di bawah usia 10 tahun bahwa dasar daripada adanya tindak pidana
tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah asas legaliteit, yaitu asas yang
atas perbuatannya. menentukan bahwa sesuatu perbuatan
7) Acciden atau kecelakaan adalah terlarang dan diandam dengan
Pelaku termasuk golongan orang – pidana barangsiapa yang melakukannya,
orang yang tunduk pada peraturan sedangkan dasar daripada dipidannya
khusus, seperti: diplomat asing atau sipembuat adalah asas”tidak dipidana jika
anak dibawah umur. tidak ada kesalahan.
Termasuk ke dalam penghapusan
pertanggungjawaban pidana di atas:
4
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.
Ke VII, 2002, hlm. 155

56
Dapat dikatakan orang tidak mungkin a. A principal the first degree
dipertanggungjawabkan dan dijatuhi pidana b. A principal the second degree
kalau tidak melakukan perbuatan pidana. c. An accesories before the
Tetapi meskipun dia melakukan perbuatan Setelah keluarnya The Criminal Law Act
pidana, tidaklah selalu dia dapat dipidana. 1967, participation hanya terdiri dari 3 pihak,
Orang yang melakukan tindak pidana akan yaitu:
dipidana, apabila dia mempunyai a. Actual offender (orang yang melakukan
kesalahan. perbuatan itu sendiri atau melalui
Pertanggungjawaban pidana ditentukan innocent agent);
berdasar pada kesalahan pembuat (liability b. Aiding dan abetting (orang yang
based on fault), dan bukan hanya dengan membantu pada saat atau sewaktu
dipenuhinya seluruh unsur suatu tindak kejahatan sedang berlangsung);
pidana. Dengan demikian, kesalahan c. Counselling or procuring (orang yang
ditempatkan sebagai faktor penentu menganjurkan).
pertanggungjawaban pidana dan tidak
hanya dipandang sekedar unsur mental 2. Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia
dalam tindak pidana. a. Pembagian penyertaan menurut
Berpangkal tolak pada asas tiada KUHP Indonesia adalah :
pidana tanpa kesalahan, Moeljatno 1) Pembuat/dader (pasal 55) yang
mengemukakan suatu pandangan yang terdiri dari :
dalam hukum pidana Indonesia dikenal a) Pelaku (pleger)
dengan ajaran dualistis, pada pokoknya b) yang menyuruh lakukan
ajaran ini memisahkan tindak pidana dan (doenpleger)
pertanggungjawaban pidana. Tindak pidana c) ang turut serta (medepleger)
ini hanya menyangkut persoalan d) Penganjur (uitlokker)
“perbuatan” sedangkan masalah apakah 2) Pembantu / mendeplichtige (pasal
orang yang melakukannya kemudian 56) yang terdiri dari :
dipertanggungjawabkan, adalah persoalan a) Pembantu pada saat
lain. kejahatan dilakukan
Prof. Mr. Roeslan Saleh mengatakan b) Pembantu pada saat
bahwa orang yang mampu bertanggungjawab kejahatan belum dilakukan.
itu harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 6. Percobaan
a. Dapat menginsyafi makna yang 1. Berdasarkan Hukum Pidana Inggris
senyatanya dari perbuatannya. Percobaan dalam hukum pidana
b. Dapat menginsyafi bahwa perbuatannya Inggris dipandang sebagai suatu
itu tidak dapat dipandang patur dalam misdemeanor (pelanggaran hukum
pergaulan masyarakat. ringan). Untuk dapat dipidananya
c. Mampu untuk menentukan niat atau percobaan diperlukan pembuktian
kehendaknya dalam melakukan bahwa terdakwa telah berniat
perbuatan. melakukan perbuatan melanggar
hukum dan ia telah melakukan
5. Penyertaan beberapa tindakan yang membentuk
Penyertaan diatur dalam Pasal 55 Dan actus reus dari percobaan jahat yang
Pasal 56 KUHP yang berarti baha dua orang dapat dipidana.
atau lebih yang melakukan suatu tindak 2. Berdasarkan Hukum Pidana
pidana atau dengan perkataan ada dua orang Indonesia
atau lebih mengambil bahagian untuk Percobaan melakukan kejahatan
mewujudkan suatu tindak pidana.5 diatur dalam Buku ke satu tentang
1. Berdasarkan Hukum Inggris Aturan Umum, Bab 1V pasal 53 dan
Sebelum dikeluarkannya “the criminal law 54 KUHP. Adapun bunyi dari pasal 53
act”, penyertaan terdiri dari: dan 54 KUHP berdasarkan terjemahan
Badan Pembina Hukum Nasional
5 Wirjono prodjodikoro enerjemahkan istilah “delneming” Departemen Kehakiman adalah
dengan kata “pesertaan”, bukan “penyertaan”, tetapi pada umumnya ahli sebagai berikut:
hokum pidana menyebut istilah ‘penyertaan’ Lihat wirjono projodikoro,
asas-asas hukum pidana di Indonesia, refika aditama, bandung, 2008, Pasal 53
hm. 117
57
a. Mencoba melakukan kejahatan uitvoering geopenbaarde wil om een bepaald
dipidana, jika niat untuk itu telah misdrijf te plegen.”
ternyata dari adanya permulaan (Dengan demikian, maka percobaan untuk
pelaksanaan, dan tidak selesainya melakukan kejahatan itu adalah pelaksanaan
pelaksanaan itu, bukan semata- untuk melakukan suatu kejahatan yang telah
mata disebabkan karena dimulai akan tetapi ternyata tidak selesai,
kehendaknya sendiri. ataupun suatu kehendak untuk melakukan
b. Maksimum pidana pokok terhadap suatu kejahatan tertentu yang telah
kejahatan, dalam percobaan diwujudkan di dalam suatu permulaan
dikurangi sepertiga. pelaksanaan).
c. Jika kejahatan diancam dengan Pasal 53 KUHP hanya menentukan bila
pidana mati atau pidana penjara (kapan) percobaan melakukan kejahatan itu
seumur hidup, dijatuhkan pidana terjadi atau dengan kata lain Pasal 53 KUHP
penjara paling lama lima belas hanya menentukan syarat-syarat yang harus
tahun. dipenuhi agar seorang pelaku dapat dihukum
d. Pidana tambahan bagi percobaan karena bersalah telah melakukan suatu
sama dengan kejahatan selesai. percobaan. Syarat-syarat tersebut adalah
Pasal 54 sebagai berikut:
Mencoba melakukan pelanggaran tidak a. Adanya niat/kehendak dari pelaku;
dipidana. b. Adanya permulaan pelaksanaan dari
Kedua pasal tersebut tidak memberikan niat/kehendak itu;
defenisi tentang apa yang dimaksud dengan c. Pelaksanaan tidak selesai semata-mata
percobaan melakukan kejahatan (poging), bukan karena kehendak dari pelaku.
yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut Oleh karena itu agar seseorang dapat
dengan percobaan. Menurut Wirjono dihukum melakukan percobaan melakukan
Prodjodikoro, pada umumya kata percobaan kejahatan, ketiga syarat tersebut harus
atau poging berarti suatu usaha mencapai terbukti ada padanya, dengan akta lain suatu
suatu tujuan yang pada akhirnaya tidak atau percobaan dianggap ada jika memenuhi
belum tercapai. 6 Sedangkan Menurut Jan ketiga syarat tersebut.
Remmelink, dalam bahasa sehari-hari, Percobaan seperti yang diatur dalam
probaan dimengerti sebagai upaya untuk KUHP yang berlaku saat ini menentukan,
mencapai tujuan tertentu tanpa bahwa yang dapat dipidana adalah seseorang
7
(keberhasilan) mewujudkannya. Jika yang melakukan percobaan suatu delik
mengacu kepada arti kata sehari-hari, kejahatan, sedangkan percobaan terhadap
percobaan itu diartikan sebagai menuju ke delik pelanggaran tidak dipidana, hanya saja
sesuatu hal, akan tetapi tidak sampai kepada percobaan pelanggaran terhadap ketentuan-
hal yang dituju itu, atau dengan kata lain ketentuan pidana khusus dapat juga dihukum.
hendak berbuat sesuatu, sudah dimulai tetapi Sebagai contoh seseorang yang melakukan
tidak selesai. Misalnya seseorang bermaksud percobaan pelanggaran (mencoba melakukan
membunuh orang tetapi orangnya tidak mati, pelanggaran) terhadap hal-hal yang telah
seseorang hendak mencuri barang tetapi diatur dalam UU (drt) No. 7 Tahun 1955
tidak sampai dapat mengambil barang itu, tentang Tindak Pidana Ekonomi, dapat
Satu-satunya penjelasan yang dapat dipidana.
diperoleh tentang pembentukan Pasal 53 ayat Menurut Loebby Loqman pembedaan
(1) KUHP adalah bersumber dari MvT yang antara kejahatan ekonomi dengan
menyatakan: pelanggaran ekonomi ditentukan oleh apakah
“Poging tot misdrijf is dan de begonnen perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja
maar niet voltooide uitvoering van het atau dengan tidak sengaja. Dianggap sebagai
misdrijf, of wel de door een begin van kejahatan ekonomi jika perbuatan tersebut
dilakukan dengan sengaja, tetapi jika
perbuatan tersebut dilakukan karena kelalaian
6 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama, pelaku maka hal ini dianggap sebagai
Bandung, 2011, Hlm. 162.
7
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar Atas Pasal-Pasl pelanggaran ekonomi (1996:3).
Terpenting Dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bbelanda Dab Selain itu ada juga beberapa kejahatan
Padanannya Dalam Kitab Undang-Undng Hukum Pidana Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Hlm, 285. yang percobaannya tidak dapat dihukum,

58
misalnya percobaan menganiaya (Pasal 351 pembentukan hukum
ayat (5)), percobaan menganiaya binatang supranasional.
(Pasal 302 ayat (3), dan percobaan perang
tanding (Pasal 184 ayat (5). 3. Rene David dan Brierley
Berguna dalam penelitian
B. Manfaat dan Tujuan Perbandingan hukum yang bersifat historis
Hukum Indoensia dengan inggris dan filosofis.
1. Manfaat Perbandingan Penting untuk memahami
Hukum a. Tahir Tungadi lebih baik dan untuk
1) Berguna untuk unifikasi dan mengembangkan hukum
kodifikasi nasional, regional dan nasioanal.
internasional. Membantu dalam
2) Untuk harmonisasi hukum, antara pengembangan pemahaman
konvensi internasional dengan terhadap bangsa-bangsa lain
peraturan perndang-undangan dalam
nasional. rangka menciptakan
3) Untukpembaharuanhukum, hubungan/suasana yang baik
yakni dapat memperdalam bagi perkembangan hubungan
pengetahuan tentang hukum hubungan internasional.
nasional dan dapat secra obyektif
melihat kebaikan dan kekurangan 2. Tujuan Perbandingan Hukum
hkum nasional. 1. Teoretis
4) Untuk menentukan asas-asas a. Mengumpulkan pengetahuan
umum dari hukum (terutama bagi baru
hakim pengadilan internasional). b. Peranan edukatif.
Hal ini penting untuk menentukan fungsi membebaskan dari
the general principles of law yang chauvinisme hukum.
merupakan sumber penting dari fungsi inspiratif memperoleh
public internasional. gambaran yang lebih baik
tentang sistem hukum sendiri,
2. Ade Maman Suherman. karena dengan
1) Manfaat internal memperbandingkan kita melihat
Dengan mempelajari masalah-masalah tertentu untuk
perbandingan sistem menyempurnakan pemecahan
hukum dapat tertentu di dalam hukum sendiri.
memahamipotret budaya c. merupakan alat bantu bagi
hukum suatu negaranya disiplin-disiplin lain terutama
sendiri dan mengadopsi bagi sosiologi hukum,
hal-hal yang positif dari antropoligi
sistem hukum asing guna d. merupakan instrumen untuk
pembangunan hukum menentukan perkembangan
nasional. hukum
2) Manfaat eksternal e. perkembangan asas-asas umum
Dengan mempelajari hukum
perbandingan sistem f. untuk meningkatkan saling
hukum baik individu, pengertian di antara bangsa-
organisasi maupun negara bangsa
dapat menngambil sikap g. membantu dalam pembagian
yang tepat dalam sistem hukum dalam kelompok-
melakukan hubungan kelompok
hukum dengan negara lain h. sumbangan bagi doktrin
yang berlainan sistem
hukumnya. 2. Praktis
· Untuk kepentingan
harmonisasi hukum dalam

59
a. untuk kepentingan dengan perbandingan hukum (Rene de Groot,
pembentukan undang- 1986: 10).
undang Lebih konkritnya dalam
1) membantu dalam memperbandingkan hukum yang diteliti
membentuk undang- adalah hukum yang hidup (the law in action),
undang baru jadi bukan semata-mata hanya hukum yang
2) persiapan dalam dimuat dalam peraturan perundang-undangan
menyusun undang- atau yang diuraikan dalam buku-buku saja
undang yang uniform (the law in the books), tetapi juga penafsiran
3) penelitian pendahuluan undang-undang atau penemuan hukum dalam
pada receptie peradilan dan dalam kepustakaan.
perundang-undangan Jadi yang diperbandingkan adalah
asing hukum sebagaimana nyata-nyata berfungsi di
b. untuk kepentingan dalam masyarakat di tempat tertentu. Di sini
peradilan; mempunyai perlu diteliti fungsi pemecahan yuridis dalam
pengaruh terhadap prakteknya serta adanya pengaruh faktor-
peradilan pada umumnya faktor asing. Sara pendekatan hukum
c. penting dalam perjanjian semacam ini dengan mempelajari hukum
internasional yang hidup, yang nyata-nyata berlaku disebut
d. penting untuk terjemahan “functional approach”, suatu pendekatan
yuridis hukum dengan memperhatikan berlakunya
hukum secara fungsional.
C. Sasaran Perbandingan Hukum Dalam memperbandingkan hukum
Yang menjadi sasaran perbandingan dikenal dua cara, yaitu memperbandingkan
hukum ialah (sistem atau bidang) hukum di secara makro dan secara mikro.
negara yang mempunyai lebih dari satu Perbandingan secara makro adalah suatu cara
sistem hukum (misalnya hukum perdata memperbandingkan masalah-masalah hukum
dapat diperbandingkan dengan hukum pada umumnya. Perbandingan secara mikro
perdata tertulis) atau bidang-bidang hukum adalah suatu cara memperbandingkan
di negara yang mempunyai satu sistem masalah-masalah hukum tertentu. Tidak ada
hukum (seperti misalnya syarat causalitas batasan tajam antara perbandingan secara
dalam hukum pidana dan perdata, konstruksi makro dan mikro.
perwakilan dalam hukum perdata dan pidana Hukum yang telah diketahui yang akan
atausistem(bidang)hukumasing diperbandingkan disebut “comparatum”,
diperbandingkan dengan sistem (bidang) sedangkan hukum yang akan
hukum sendidri (misalnya law of contract diperbandingkan dengan yang telah diketahui
dibandingkan dengan hukum perjanjian). disebut “comparandum”. Setalah diketahui
Uraian tentang sistem hukum asing dua hukum itu perlu ditetapkan apa yang
semata-mata bukanlah merupakan akan diperbandingakan itu, misalnya
perbandingan hukum, meskipun dalam mengenai perjanjian, perkawinan dan
menguraikan itu pada hakekatnya kita tidak sebagainya. Ini disebut “tertium
dapat lepas dari pengaruh pandangan tentang comparatum”.
hukum sendiri. Rhein stein membedakan
antara uraian tentant system hukum asing
yang disebutnya “Auslandsrechtskunde” 4. KESIMPULAN
dengan “Rechtsvergleichung”. .
Dikatakannya bahwa Perbandingan hukum pidana merupakan
Auslandsrechtskunde harus dikuasai kalau kegiatan memperbandingkan sistem hukum yang
kita hendak mengadakan perbandingan satu dengan yang lain baik antar
hukum, karena kita baru dapat bangsa,negara,bahkan agama,dengan maksud
memperbandingkan hukum asing dengan mencari dan mensinyalir perbedaan-perbedaan
hukum sendiri kalau menguasai juga hukum serta persamaan-persamaan dengan memberi
asing itu. Dalam pandangan Rheinstein ini penjelasannya dan meneliti bagaimana
maka Auslandsrechrtskunde ini harus berfungsinya hukum dan bagaimana pemecahan
dikuasai lebih dulu sebelum kita mulai yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor

60
non hukum yang mana saja yang Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta:
mempengaruhinya.penjelasannya hanya dapat di Rineka Cipta, Cet. Ke VII, 2002
ketahui dalam sejarah hukumnya,sehingga P.A.F. Lamintang, Dasar – dasar Hukum Pidana
perbandingan hukum yang ilmiah memerlukan Indonesia, Bandung: P.T. Citra Aditya
perbandingan sejarah hukum. Nakti, 1997
Manfaat Perbandingan Hukum ialah: RomliAtmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana,
a. Berguna untuk unifikasi dan kodifikasi Cet. Ke – Ii, Bandung: C.V. Mandar Maju,
nasional, regional dan internasional. 2000
b. Untuk harmonisasi hukum, antara konvensi Romly Atmasasmita,Perbandingan Hukum
internasional dengan peraturan perndang- Pidana Kontemporer, Jakarta: Fikahati
undangan nasional. Aneska, 2009
c. Untuk pembaharuan hukum, yakni dapat Soerjono Soekanto, Perbandingan hukum,
memperdalam pengetahuan tentang hukum Penerbit Alumni, Bandung 1989
nasional dan dapat secra obyektif melihat Subekti, R.- Perbandingan hukum perdata,
kebaikan dan kekurangan hkum nasional. Pradnya Paramita, Jakarta 1988
d. Untuk menentukan asas-asas umum dari Wirjono Prodjodikoro, asas-asas hukum pidana di
hukum (terutama bagi hakim pengadilan Indonesia, refika aditama, Bandung, 2008.
internasional). Hal ini penting untuk
menentukan the general principles of law yang
merupakan sumber penting dari public
internasional.

Yang menjadi sasaran perbandingan


hukum ialah (sistem atau bidang) hukum di
negara yang mempunyai lebih dari satu
sistem hukum (misalnya hukum perdata
dapat diperbandingkan dengan hukum
perdata tertulis) atau bidang-bidang hukum
di negara yang mempunyai satu sistem
hukum (seperti misalnya syarat causalitas
dalam hukum pidana dan perdata, konstruksi
perwakilan dalam hukum perdata dan pidana
atau sistem (bidang) hukum asing
diperbandingkan dengan sistem (bidang)
hukum sendidri (misalnya law of contract
dibandingkan dengan hukum perjanjian).

5. DAFTAR PUSTAKA

Djamati, R. Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia,


Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia,
Refika Aditama, Bandung, 2011
Halim, A. Ridwan, Pengantar Hukum Indonesia,
Ghalia Indonesia: Bogor, 2007
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar Atas
Pasal-Pasl Terpenting Dari Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Bbelanda Dab
Padanannya Dalam Kitab Undang-Undng
Hukum Pidana Indonesia, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Muladi Dan Dwidja Priyatno, Pertanggung
Jawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana,
Penerbit Sekolah Tinggi Hukum Bandung,
Bandung, 1991.

61

Anda mungkin juga menyukai