B. Sifat Dasar
Perbandingan hukum, dalam pengertian yang paling sederhana, merupakan suatu
metode studi dan penelitian di mana hukum-hukum dan lembaga-lembaga hukum dari
dua negara atau lebih diperbandingkan. Metode ini menaruh perhatian pada analisa
kandungan dari sistem hukum yang berbeda dalam rangka menemukan solusi guna
menjawab berbagai masalah hukum. Hal ini juga merupakan teknik dan kemahiran
khusus di mana beberapa hal tertentu dapat diperoleh dengan mengamati hukum-
hukum dari berbagai bangsa dengan cara memperbandingkan satu dengan lainnya.
Perbandingan hukum bukanlah suatu subjek persoalan, melainkan suatu
metode studi. Hal tersebut merupakan proses mempelajari hukum-hukum di luar negeri
dengan membandingkannya dengan hukum-hukum local. Tugas utamanya adalah untuk
mengetahui dengan pasti perbedaan dan persamaan di dalam peraturan hukum, prinsip-
prinsip dan lembaga-lembaga terkait pada dua negara atau lebih dengan cara pandang
untuk menyediakan solusi bagi permasalahan setempat. Hal ini juga merupakan disiplin
untuk memelihara “social order” berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang hidup
di negara-negara lain.
C. Pengertian
Sejumlah penulis telah berusaha untuk mendefinisikan istilah perbandingan
hukum, tetapi kebanyakan dari mereka hanya menggarisbawahi tujuan dan fungsi dari
perbandingan hukum tersebut. Dalam kenyataannya, perbandingan hukum merupakan
subjek dari asal mula dan pertumbuhan yang baru saja terjadi di mana masih banyak
kontroversi terkait dengan sifatnya. Gutteridge telah berpendapat secara tepat yang
pada intinya bahwa:
“Definisi hukum telah dikenal dengan hal-hal yang kurang memuaskan, oleh karenanya
adalah tepat jika hal ini menjadi suatu kontroversi yang tidak kunjung menghasilkan
hasil apapun. Hal ini, khususnya, merupakan situasi di mana setiap usaha yang
dilakukan untuk mendefinisikan tentang istilah perbandingan hukum namun sejak
persoalan pokok tidak terlihat nyata maka hal tersebut menjadi salah satu
kendalanya.”[2]
Meskipun terdapat segala kesulitan untuk mendefinisikan istilah tersebut, para
penulis dan ahli hukum telah memberikan definisi mereka dengan caranya masing-
masing. Kebanyakan dari definisi tersebut menyatakan bahwa mereka hanya
memasukan fungsi-fungsi dan tujuan dari perbandingan hukum dibandingkan bentuk
dan sifat dasarnya. Sejak perbandingan hukum terlihat sebagai pengertian yang samar-
samar dengan lingkup yang tidak dapat ditentukan, para penulis dalam definisinya
masing-masing hanya menyatakan hasil yang dicapai dalam berbagai bidang sosial dan
hubungan internasional.
Beberapa pengertian yang cukup penting dijelaskan sebagai berikut:
1. Menurut Levy Ullman: “Perbandingan hukum telah didefinisikan sebagai cabang
dari ilmu hukum di mana tujuannya yaitu untuk membentuk hubungan erat yang
terusun secara sistematis antara lembaga-lembaga hukum dari berbagai negara.”[3]
9. Pollack berpendapat bahwa: “Tidak ada perbedaan apakah kita berbicara mengenai
perbandingan jurisprudensi atau sebagaimana warga Jerman cenderung untuk
menyebutkannya sebagai sejarah hukum secara umum.”[10]
11. Randal menyatakan: “Perbandingan legislasi pada sisi keaslian dalih, nampaknya
dirancang dalam rangka untuk menekankan praktik sebagai perbedaan penting
pada aspek akademis dari perbandingan penelitian hukum, dan menitikberatkan
melampaui dua keistimewaan hasil yang dapat diperoleh dengan menggunakan
metode perbandingan. Hasil pertama dalam hal ini yaitu koleksi dan distribusi
informasi sebagai hukum luar negeri. Hasil kedua yaitu pemnfaatan dari
pengalaman yang diperoleh dalam sisten hukum lainnya untuk tujuan penyusunan
hukum.” [12]
2. KLASIFIKASI DAN NILAI DARI PERBANDINGAN HUKUM
Perbandingan hukum, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, merupakan suatu
karakter yang modern. Tetapi dalam hal ini tidak terdapat keraguan adanya kenyataan
bahwa mulai terdapat kecenderungan untuk melihat berbagai hukum di negara lain,
bahkan hal tersebut telah dimulai sejak masa dahulu. Pada waktu yang bersamaan terdapat
banyak contoh untuk membuktikan bahwa berbagai sistem hukum di dunia pada awalnya
tidak menganjurkan untuk melakukan studi perbandingan mengenai hukum di negara lain.
Hukum Romawi sekalipun tidaklah menyediakan dorongan untuk mengembangkan
perbandingan hukum karena hukum Romawi bukanlah hasil dari proses perbandingan
terhadap hukum-hukum negara lain. “Corpus Juris Civilise” yang merepresentasikan
hukum Romawi mengandung ungkapan yang datang dari para kaisar. Begitu pula dengan
istilah “edicta” merupakan hasil pemberian langsung dari mereka sebagai kepala negara,
atau “rescripta” yaitu jawaban yang diberikan oleh para kaisar ketika berkonsultasi
mengenai pertanyaan-pertanyaan hukum oleh berbagai pihak ataupun oleh para hakim.
Bangsa Romawi mendeskripsikan sistem hukum mereka berdasarkan dua komposisi, yaitu
pertama, “seluruh bangsa”, berdasarkan Perjanjian-perjanjian Kelembagaan,[1] di mana
diatur oleh hukum; dan kedua, kebiasaan, ditentukan sebagian oleh hukum khusus mereka
sendiri, dan sebagian lainnya berdasarkan hukum-hukum yang umum diberlakukan bagi
umat manusia. Hukum di mana mengikat orang banyak dinamakan hukum perdata, tetapi
hukum yang diangkat dengan alasan alamiah bagi seluruh umat manusia dinamakan
hukum bangsa-bangsa, sebab dalam hal ini seluruh bangsa menggunakannya. “Bagian dari
hukum” yang dibuat dengan alasan alamiah tersebut merupakan elemen di mana maklumat
atau perintah yang termuat seharusnya telah berfungsi di dalam yurisprudensi Romawi. Di
tempat lain hal tersebut dibahasakan secara lebih mudah melalui istilah “Jus Naturale”
atau hukum alam, dan peraturan-peraturannya disandarkan pada kewajaran alamiah
(natural aquitas) sebagaimana juga dengan alasan alamiah.
Di lain pihak, common law Inggris secara keseluruhan telah membuka diri
terhadap perkembangan mengenai perbandingan hukum. Ahli hukum pertama diantara
para penganjur lainnya yaitu Leibnitz. Ia berusaha untuk melakukan penelitian berbagai
hukum dari negara-negara yang civilized. Walaupun pada akhirnya ia tidak terlalu berhasil
dalam usahanya itu namun hal tersebut telah memiliki nilai akademik tersendiri. Di
Inggris, Montesquieu dinobatkan sebagai pendiri dari perbandingan hukum karena ia yang
pertama kali menyadari bahwa peraturan hukum seharusnya tidak diperlakukan sebagai
hal yang abstrak, tetapi harus ditempatkan secara berlawanan dengan latar belakang dari
sejarahnya dan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungannya di mana harus pula
disesuaikan dengan fungsinya. Di dalam bukunya yang terkenal, “Del Espirit des”, ia
mengemukakan bahwa pada akhirnya hukum-hukum di dunia akan gagal mencapai
tujuannya. Asal usul dari perbandingan hukum pada awalnya dapat diikuti dari abad
pertengahan kesembilan belas. Gagasan untuk mempelajari hukum negara lain tidaklah
dianjurkan oleh ahli sejarah ilmu hukum. Hal tersebut bukan hanya terhadap
perkembangan dari kodifikasi hukum tetapi juga apapun yang dilakukan atas nama
mempelajari hukum negara lain. Beberapa usaha telah dilakukan di Perancis dan Paris di
mana ruang untuk mempelajari perbandingan hukum dan perbandingan kriminal didirikan
pada tahun 1832 dan 1846.Sedangkan di Amerika sendiri telah terdapat permusuhan yang
cukup besar terhadap apapun yang berhubungan dengan hukum Inggris. Dengan demikian,
sistem hukum Amerika secara keseluruhan berusaha mengenyampingkan studi tentang
hukum Inggris. Akan tetapi, Bagaimanapun juga mereka tetap mendapat sedikit bantuan
dari sistem hukum Perancis.
Berbagai hasil yang mempelopori perkembangan mengenai perbandingan hukum
teleh diselesaikan dan dapat kita temukan di Inggris. Lord Bacon dan Mansfield
merupakan pelopor penting dalam hal ini. Hukum kuno dari Henry Maine (1861) telah
membuka mata kita semua terhadap pentingnya perkembangan dari perbandingan hukum.
Ia juga yang telah mengenalkan metode korelatif ke dalam sejarah kelembagaan. Pada
tahun 1984 Professor di bidang perbandingan hukum dari Quain mendirikan University
College, London yang kemudia pada tahun 1985 dibangun Komunitas Inggris untuk
Perbandingan Peraturan Hukum.
Abad Ke-20 menandakan realisasi bahwa kebijakan untuk mengisolasi hukum
bukanlah kebijakan yang baik dan bila hal tersebut dilakukan akan sangat tidak membantu
terciptanya perkembangan dari adanya unifikasi hukum. Dalam beberapa tahun terakhir
berbagai institusi telah didirikan untuk maksud tujuan penelitian terkait dengan
perbandingan hukum. Daya upaya juga telah dilakukan untuk mempromosikan bidang ini,
akan tetapi terobosan utama terkait dengan perkembangan bidang ini belum terlihat secara
jelas. Namun, kegunaan dan kepentingannya telah dirasakan oleh kita semua dan keragu-
raguan yang pernah terjadi terhadap keberadaannya kini hampir hilang seluruhnya.
Bahkan saat ini, perbandingan hukum justru dipisahkan sebagai cabang untuk mempelajari
hukum dan teknik hukum.
A. Klasifikasi Perbandingan Hukum
Untuk memahami lebih mendalam tentang perbandingan hukum, maka perlu
pula kita melihat pembagian atau pengklasifikasian perbandingan hukum itu sendiri
menurut beberapa ahli ternama.
2. Klasifikasi Wigmore
Wigmore membagi perbandingan hukum menjadi tiga kategori:[2]
1. Perbandingan Nomoscopy
Perbandingan nomoscopy memastikan dan menjelaskan sistem hukum
lainnya sebagai sebuah fakta. Perbandingan ini menaruh perhatian pada
deskripsi secara formal hukum di berbagai sistem hukum.
2. Perbandingan Nomothetics
Perbandingan nomothetics mencoba untuk memastikan politik dan manfaat
relatif dari institusi yang berbeda dengan suatu pandangan untuk memperbaiki
peraturan hukum. Dengan kata lain, perbandingan ini membuat penaksiran dari
manfaat-manfaat relatif dari peraturan hukum berdasarkan perbandingan.
3. Perbandingan Nomogenetics
Perbandingan nomogenetics mencoba untuk mengikuti jejak
perkembangan dari berbagai sistem dalam hubungannya dengan kronologi dan
sebab-sebab lainnya. Dengan kata lain, perbandingan ini menaruh perhatian
untuk mempelajari perkembangan sistem-sistem hukum yang berhubungan
satu sama lainnya.
3. Klasifikasi Kaden
Kaden mengklasifikasikan perbandingan hukum sebagai berikut:[3]
1. Perbandingan Formal (Formelle Rechstver Gleichung)
Perbandingan formal merupakan perbandingan berdasarkan penelitian
terhadap sumber-sumber hukum, misalnya, bobot substansi yang diberikan
pada berbagai sistem terhadap peraturan hukum, perkara hukum dan
kebiasaan, serta aplikasi dari metode yang berbeda tentang teknik hukum guna
menafsirkan berbagai peraturan. Metode ini, dengan kata lain, melihat
berbagai sistem yang berbeda dari peraturan hukum dan kebiasaan serta
berbagai teknik untuk melakukan interpretasi terhadap peraturan-peraturan
hukum.
2. Perbandingan Dogmatik (Dogmatische Rechsvergleichung)
Perbandingan dogmatik meletakan perhatiannya dengan memberikan
berbagai solusi dari masalah yang dialami oleh sistem hukum yang berbeda.
Metode ini memastikan adanya pengaplikasian hasil berdasarkan perbandingan
berbagai masalah hukum di suatu negara.
4. Klasifikasi menurut Kantorowicz
Ia mengklasifikasikan perbandingan hukum sebagai berikut:[4]
1. Perbandingan Hukum Geografis
Perbandingan hukum geografis secara tidak langsung melakukan
penelitian dengan mencari persamaan struktur hukum secara umum di
berbagai sistem hukum.
2. Perbandingan Hukum Materiil
Perbandingan hukum materiil yaitu penelitian dengan
memperbandingkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
substansi pokok hukum.
3. Perbandingan Hukum Metodis
Perbandingan hukum metodis yaitu proses di mana tidak sepenuhnya
merupakan analisa, namun mempunyai peranan penting untuk melihat secara
sistematik substansi pokok hukum.
5. Klasifikasi menurut Max Rheinstein
Rheinstein telah membagi menjadi dua klasifikasi, yaitu:[5]
1. Perbandingan Makro…Perbandingan makro, yaitu perbandingan dengan
penekanan pada keseluruhan sistem hukum, seperti, “Anglo-Amerika
Common Law”, “Civil Law, atau dengan Hukum Romawi, sebagaimana
diterapkan di Perancis dan Jerman.
2. Perbandingan Mikro…Perbandingan mikro memberikan penekanan pada
peraturan hukum secara menyeluruh beserta lembaganya pada dua atau lebih
sistem hukum.
6. Klasifikasi menurut Gutteridge
Gutteridge mengklasifikasikan perbandingan hukum menjadi dua bagian:[6]
1. Perbandingan Hukum secara Deskriptif
Perbandingan hukum secara deskriptif menyangkut dengan deskripsi
dari bermacam-macam fakta hukum yang ditemukan di berbagai negara.
Perbandingan ini tidak tersangkut paut dengan hasil dari perbandingan. Fungsi
utama dari perbandingan hukum secara deskriptif ini adalah untuk menemukan
perbedaan antara dua atau lebih sistem hukum terhadap permasalah hukum
secara tersendiri. Bagi Gutteridge, hal ini tidaklah cukup untuk dinyatakan
sebagai suatu penelitian hukum. Gutteridge menyatakan: “Perbandingan
hukum secara deskriptif berbeda dengan perbandingan hukum yang dapat
digunakan sebab perbandingan ini lebih mengkhususkan untuk menganalisa
variasi antara hukum dari dua negara atau lebih, di mana hal ini tidak secara
langsung menghasilkan solusi dari permasalahan yang ada, baik itu secara
abstrak maupun dalam tataran praktik alamiah. Perbandingan tersebut tidak
mempunyai tujuan lain selain memberikan informasi dan bukanlah kewajiban
dari orang yang melakukan penelitian tersebut untuk memastikan apa yang
kemduian harus dilakukan terhadap hasil penelitiannya tersebut.”[7]
2. Perbandingan Hukum yang dapat Digunakan
Perbandingan Hukum yang dapat digunakan terkait dengan
pemeriksaan dari fakta-fakta hukum dengan tujuan untuk memperoleh hasil.
Hal ini patut dihargai untuk dinyatakan sebagai penelitian hukum, sebab
penelitian tersebut akan memberikan suatu kesimpulan dan menggambarkan
perbandingan dari berbagai fakta hukum setelah melakukan analisa dan studi
yang tepat dan hati-hati. Perbandingan hukum ini merupakan praktik alamiah
yang merupakan metode untuk mencapai berbagai tujuan, seperti, reformasi
hukum, unifkasi hukum, dan lain sebaginya. Dalam hal ini, prosesnya tidaklah
mudah dan hanya ahli hukum yang berpengalaman yang dapat menggunakan
metode ini.
3. Perbandingan Kelembagaan dan Fungsional
Ketidaksamaan terhadap sifat dan lingkup dari perbandingan hukum
sangatlah serius sehingga lebih banyak klasifikasi yang dapat ditambahkan
dalam studinya. Mempertimbangkan aktifitas dari perbandingan hukum dan
bidang studinya, di terkait dengan lingkup perbandingan, maka dapat
dilakukan melalui dua bentuk. Pertama, mempelajari dan membandingkan
pelembagaan hukum dari dua atau lebih sistem hukum, yang dikenal dengan
isitlah perbandingan kelembagaan; dan kedua yaitu perbandingan fungsional
mengenai perbandingan peraturan hukum secara lebih terperinci, misalnya
fungsi-fungsi dari hukum dan lembaga terkaitnya.
Perbandingan kelembagaan, dikenal juga dengan perbandingan
struktur, adalah perbandingan terhadap lembaga yang mempunyai hubungan
dengan hukum. Dalam metode ini terkait dengan fenomena dari sistem
peradilan, konstitusi, pengangkatan dan pemindahan para hakim, pengacara,
struktur dan sumber-seumber hukum, dan lain sebaginya. Metode
perbandingan ini mencoba untuk mengklarifikasi dan membuktikan baik itu
persamaan maupun perbedaan dari pelembagaan hukum tersebut, di mana
hukum yang dibuat telah dijalankan di negara-negara berdasarkan hasil studi.
Setelah mengadopsi perbandingan dari jenis tersebut, jika salah satunya
dikembangkan lebih lanjut dan kemudian mencoba untuk mencari
karakteristik khusus dari lembaga-lembaga itu, maka ia meletakan dirinya
dalam bidang perbandingan fungsional.
Perbandingan fungsional yaitu studi dari proses dan kandungan hukum
serta pelaksanaan riil dari berbagai fungsi yang ditawarkan oleh bermacam
sistem hukum. Di sini, peraturan hukum beserta penyebab dan akibatnya akan
dipelajari. Dengan demikian, jika seseorang memeriksa suatu masalah khusus
dari hukum pidana Indonesia dengan negara lainnya, perbandingan tersebut
dinamakan perbandingan fungsional.
B. Nilai, Tujuan dan Kelemahan dari Perbandingan Hukum
Secara garis besar kegunaan, beberapa nilai dan tujuan dari perbandingan hukum
adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman akan hukum yang lebih baik
2. Membantu dalam hal pembuatan peraturan perundang-undangan dan badan reformasi
hukum lainnya
3. Membantu pembentukan hukum dalam sistem peradilan
4. Membantu para pengacara untuk berpraktik
5. berguna dalam hal hubungan perdagangan dan ekonomi dengan negara lain.
Selain mempunyai kegunaan yang cukup signifikan untuk mengembangkan hukum di
suatu negara, tetapi tidak dapat pula dielakan bahwa terdapat beberapa kelemahan
mengenai pokok permasalahan dalam melakukan perbandingan hukum, diantaranya yaitu:
1. Proses yang sangat sulit
2. Tidak tersedianya bahan studi;
3. Minimnya ahli di bidang ini
4. Kesulitan dan bahasa
5. Perbedaan mengenai istilah dan perlakuan hukum
6. Tidak terdapat standarisasi teknik dalam perbandingan
7. Rentan dengan hasil yang keliru.
C. KESIMPULAN
Terdapat beberapa hal penting yang perlu kita ingat terkait dengan topik perbandingan
hukum (1) dan (2), diantaranya yaitu:
1. Perbandingan adalah sumber yang sangat penting dalam perbandingan dan memahami
sesuatu.
2. Perbandingan hukum merupakan suatu metode studi dan pebelitian dengan cara
memperbandingkan peraturan perundang-undangan dan institusi hukum dari satu
negara atau lebih.
3. Perbandingan hukum bergerak pada pertanyan ilmiah dan juga merupakan metode
studi.
4. Fungsi utama dari perbandingan yurisprudensi yaitu untuk memfasilitasi legislasi dan
perbaikan hukum secara praktis.
5. Para pencetus dan ahli perbandingan hukum banyak dilakukan di England.
6. Berbagai ahli hukum telah memberikan perbedaan klasifikasi dari perbandingan
hukum.
7. Klasifikasi oleh Gutteridge mengenai perbandingan hukum dipertimbangkan sebagai
salah satu yang mempunyai nilai keseimbangan.
8. Terdapat beberapa tujuan dan perbandingan hukum. Tujuan terpenting dan secara
umum diterima yaitu untuk meningkatkan pemahaman akan sistem hukum dari negara
lain.
9. Terdapat juga beberapa kelemahan dari perbandingan hukum yang dapat menghambat
pertumbuhan dari perbandingan hukum.
10. Perbandingan merupakan proses yang berbeda dengan teknik lain. Oleh karena itu
diperlukan kemampuan khusus, pelatihan dan kualifikasi.