Anda di halaman 1dari 13

Kedudukan Perbandingan Hukum

Sebagai Sejarah Hukum Umum,


Sebagai Metode Dan Sebagai Ilmu
Pengetahuan.

Nama : Sugandi Eka Admaja


NPM : 3018215036
Kelas A / Reguler Khusus 2018
Istilah Perbandingan Hukum

 Istilah Perbandingan Hukum, dalam bahasa Inggris


disebut Comparative Law, dalam bahasa Jerman disebut
Rechtsvergleichung atau Vergeleichende Rechtslehre,
dalam bahasa Belanda disebut Rechtsvergelijking, dan
dalam bahasa Perancis disebut Droit Compare.
Pendapat Tentang Perbandingan
Hukum

 Rudolf B. Schlesinger dalam bukunya Comparative Law


1959) menyatakan bahwa: Comparative Law merupakan
metode penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum
tertentu.
 George Winterton dalam bukunya yang Romli
Atmasasmita, mengemukakan bahwa “Comparative
Law” adalah suatu metode yang mem - bandingkan
sistem-sistem hukum dan perbandingan tersebut
menghasilkan data sistem hukum yang diperbandingkan.
 Satjipto Rahardjo, perbandingan hukum merupakan kegiatan
dalam arti membanding-bandingkan sistem hukum positip dari
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Lebih lanjut ia
mengatakan di samping perbandingan hukum dapat dilakukan
terhadap sistem-sistem hukum yang berasal dari negara yang
berlain-lainan, perbandingan juga dapat dilakukan di dalam satu
negara saja, khususnya suatu negara yang hukumnya bersifat
majemuk. Bahkan menurutnya perbandingan dapat pula
dilakukan terhadap sistem-sistem hukum yang mempunyai taraf
kepositipan yang berbeda, seperti antara hukum negara dan
hukum di sektor swasta (dalam lingkungan perusahaan).
Tujuan dan Manfaat Perbandingan
Hukum

 Menurut Romli Atmasasmita, tujuan perbandingan hukum dapat


dibedakan berdasarkan asal usul dan perkembangannya. Di lihat
dari sudut teori hukum alam, tujuan perbandingan hukum adalah
membandingkan sistem-sistem hukum untuk dapat melihat
persamaaan dan perbedaannya dalam rangka mengembangkan
hukum alam itu sendiri. Namun jika dilihat dari sudut pragmatis,
tujuan perbandingan hukum adalah tidak semata-mata mencari
persamaan dan perbedaan, namun lebih kepada mengadakan
pembaharuan hukum. Di samping itu dilihat dari segi fungsional,
maka perbandingan hukum bertujuan untuk menemukan jawaban
atas problem-problem hukum yang nyata dan sama.
 Romli Atmasasmita merinci lebih lanjut tujuan perbandingan hukum,
yaitu:
1. Tujuan yang bersifat praktis sangat bermanfaat untuk para ahli
hukum yang menangani perjanjianperjanjian internasional.
2. Tujuan yang bersifat sosiologis adalah mengobservasi suatu ilmu
hukum secara umum; ia menyelidiki hukum dalam arti ilmu
pengetahuan.
3. Tujuan yang bersifat politis dari perbandingan hukum dimaksud
adalah mempelajari perbandingan hukum untuk mempertahankan
“status quo”.
4. Tujuan yang bersifat pedagogis dari perbandingan hukum dimaksud
adalah: 1. untuk memperluas wawasan mahasiswa sehingga mereka
dapat berpikir secara “interdisiplin”; 2. untuk memperoleh input
bagi pembaharuan dan pembentukan Hukum Nasional di masa yang
akan datang.
 Soedarto mengungkapkan kegunaan mempelajari
perbandingan hukum sebagai berikut:
1. Unifikasi hukum.
2. Harmonisasi hukum.
3. Mencegah adanya chauvinisme hukum nasional
(secara negatip) dan menempuh kerja sama
internasional (secara positip).
4. Memahami hukum asing (contoh, pasal 5 ayat 1 sub ke
2 KUHP).
5. Untuk pembaharuan hukum nasional.
Perbandingan Hukum Sebagai
Sejarah Hukum Umum

 Perkembangan perbandingan hukum sebagai ilmu pengetahuan


baru jelas nampak pada akhir abad 19 dan permulaan abad 20.
Meski pada masa ini perbandingan hukum dilihat sebagai sejarah
umum atau sejarah universal dari hukum, seperti yang
dikemukakan Joseph Kohler yang menganggap istilah
“Universale Rechsgeschichte” adalah sama dengan
“Vergleichende Rechtwissenschaft.” Demikian pula Sir Frederic
Pollock menganggap tidak ada perbedaan antara “historical
yurisprudence” dan “Comparative jurisprudence” yang keduanya
berarti sejarah umum dari hukum (the general history of law).
Perbandingan Hukum Sebagai Metode

 Menurut Soerjono Soekanto, secara sederhana


perbandingan diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mengadakan identifikasi terhadap persamaan dan/atau
perbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih.
 Romli Atmasasmita berpendapat bahwa: “secara
sosiologis dapat dikatakan bahwa “Perbandingan”
adalah suatu kegiatan untuk mengadakan identifikasi
terhadap persamaan atau perbedaan antara dua gejala
(sosial) tertentu atau lebih.
 Pendapat serupa dikemukan Sunaryati Hartono,
menurutnya membanding-bandingkan berarti mencari
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan dari
dua obyek atau lebih. Lebih lanjut Sunaryati Hartono
menjelaskan, bahwa: “Jika terdapat titik persamaan
barulah akan dapat dicari perbedaan-perbedaannya.
 Sunaryati Hartono mengemukakan, di samping sebagai suatu metode penelitian,
perbandingan hukum juga dapat dipandang sebagai suatu metode pendidikan hukum.
Melalui dan menggunakan metode pendidikan Perbandingan Hukum dapat menjelaskan:
A. mengapa berbagai macam sistem hukum masih juga mungkin menunjukkan
persamaan-persamaan;
B. hal-hal apa yang (mungkin) menyebabkan persamaan dan/atau perbedaan dalam dua
sistem hukum yang berlainan;
C. bahwa di dalam sistem hukum yang sama pun akan dapat ditemukan perbedaan-
perbedaan setempat;
D. bahwa suatu sistem hukum tidak selamanya menunjukkan ciri-ciri yang sama, akan
tetapi mungkin saja mengalami perubahan fundamental dari masa ke masa;
E. bahwa cara untuk menyelesaikan satu masalah hukum yang sama ada bermacam-
macam, sehingga di dalam Hukum tidak berlaku dalil satu jawaban untuk satu
masalah/pertanyaan;
F. bahwa tidak mungkin orang menyusun suatu sistem hukum yang sempurna, yang akan
berlaku untuk selama-lamanya;
G. dan lain-lain.
Perbandingan Hukum Sebagai Ilmu

 Salah satu segi dalam disiplin hukum tersebut mencakup ilmu


hukum, yang menurut Soerjono Soekanto memiliki tiga ragam di
dalamnya, yaitu ilmu hukum tentang kaidah hukum, ilmu tentang
pengertian pokok dalam hukum, yang masuk dalam Dogmatik
Hukum, dan ilmu tentang kenyataan hukum. Ilmu kaedah dan
ilmu pengertian ini termasuk dalam lingkup yang dinamakan
“normwissenschaft” atau “sollenwissenschaft” sedangkan Ilmu
kenyataan (“tatsachenwissenschaft” atau “seinwissenschaft”)
terdiri dari, sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi
hukum, sejarah hukum, dan perbandingan hukum.
 Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto
Perbandingan Hukum merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang memperbandingkan sistim-sistim
hukum yang berlaku di dalam satu atau beberapa
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai