HUKUM PERDATA
Perbandingan hukum perdata atau disebut juga dengan comparison of Civil Law system Inggris,
vergelijkend burgerlijk recht Belanda atau vergleichendem zivilrecht Jerman. Merupakan salah
satu mata kuliah yang sangat penting yang diajarkan pada Fakultas Hukum di seluruh Indonesia.
karena mata kuliah ini mengkaji dan menganalisis perbedaan dan persamaan sistem hukum
terutama sistem hukum perdata yang berlaku di dunia namun di dalam berbagai literatur baik
literatur nasional maupun internasional tidak ditemukan pengertian perbandingan hukum perdata,
tetapi yang ada adalah pengertian tentang hukum komparatif atau comparative law.
Comparative law didefinisikan sebagai sebuah perbandingan sistem hukum di dunia titik yang
dibandingkan yaitu perbedaan dan persamaannya dari sistem hukum tersebut. Peter De Crus
mengemukakan bahwa Hukum komparatif dapat digunakan untuk menggambarkan studi
sistematis mengenai tradisi hukum dan peraturan hukum tertentu yang berbasis komparatif.
untuk bisa dikatakan sebagai hukum komparatif yang Sesungguhnya ia juga membutuhkan
perbandingan dari dua atau lebih sistem hukum, atau dua atau lebih tradisi hukum, atau aspek-
aspek yang terseleksi, institusi atau cabang-cabang dari dua atau lebih sistem hukum.
Fokus definisi ini yaitu pada perbandingan 2 atau lebih dari sistem hukum tradisi hukum, aspek
tertentu yang terseleksi, atau institusi atau cabang-cabangnya. Ada tiga hal yang menjadi
cakupan hukum komparatif yang meliputi : tujuannya, bekerjanya, metodenya.
Tujuan dari hukum komparatif yaitu menegaskan perbedaan dan persamaan sistem hukum.
Ruang lingkup kajian perbandingan hukum perdata dibagi menjadi dua macam yang meliputi :1.
kajian terhadap perbandingan hukum perdata yang berlaku dalam suatu negara,2. kajian terhadap
perbandingan hukum perdata yang berlaku antara negara yang satu dengan negara lainnya.
Menurut Prof. Subekti, Mempelajari perbandingan hukum tidak semata-mata ingin mengetahui
perbedaan-perbedaan itu tetapi yang penting adalah untuk mengetahui sebab-sebab adanya
perbedaan-perbedaan tersebut titik untuk itu kita harus mengetahui latar belakang dari peraturan
hukum yang kita jumpai titik juga kita akan melihat adanya persamaan persamaan mengenai
berbagai hal dalam sistem hukum mana saja, karena rasa hukum dan keadilan mengenai hal itu
di mana-mana adalah sama.
5. Sistematika The Civil Code Of The Philippines, terdiri dari 4 (empat) buku, yaitu
Buku I tentang Persons, Buku II tentang Property, ownership, and its modifications,
Buku III tentang Different modes of acquiring on ownership, Buku IV tentang
Obligations and Contracts.
Seperti yang telah diketahui bahwa Romawilah yang melahirkan hukum perdata. Pada abad ke 6
Ulpanus mencetuskan Corpus Juris Civilis (Hukum Perdata Romawi) yang terdiri dari 4 bagian,
yaitu:
I. Institutions : Dalam hukum Romawi membuat pengertian lembaga-lembaga yang
dianggap sebagai himpunan segala macam undang-undang.
II. Pandecta : Ialah pendapat para ahli hukum bangsa Romawi yang terkenal dan
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan hukum Romawi. Ilmu mereka dianggap
sebagai salah satu sumber hukum.
III. Codex : ialah himpunan undang-undang yang telah dibukukan oleh para ahli
atas perintah Romawi.
IV. Novelles : Tambahan pada Codex dengan pemberian penjelasan/komentar untuk
Garis besar sistem hukum perdata dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Sistem Anglo Saxon: sistem ini di ambil dari pelajaran common law di Inggris, case law di
Amerika Serikat. hukum perdata ini sebagian besar tidak tertulis,hanya kalau di perlukan
sewaktu -waktu dikeluarkan oleh pemerintah, kemudian di umumkan. Jadi disini peraturan-
peraturan hukumnya tidak di undangkan, melainkan cukup dengan keputusan-keputusan
(keputusan hakim) atau dengan mempelajari jurisprudensi. Bagian besar yang di maksud
dalam anglo saxon juga mengenal statutes of law (undang-undang) seperti undang_undang
wesel dan cek. Dinegara-negara dengan sistem anglo sexon, common law dapat diketahui
antara lain dengan mempelajari jurisprodensi. Menurut hukum disana berlaku "azas
presedent", stare decisis yang berarti keputusan bahwa keputsan hakim yang terdahulu
mengikat hakim-hakim dan pengadilan setingkat untuk selanjutnya dapat diikuti
keputusannya. dalam hirarki peradilan keputusan mahkamah tertinggi mengikat untuk diikuti
oleh semua pengadilan. Sumber hukum Amerika adalah hukum inggris yang di bawah oleh
kolonis-kolonis (penjajah) Inggris ke dunia baru (Amerika dalam abad 17 dan 18,dan di
terima secara resmi sesudah revolusi Amerika oleh berbagai negara bagian , sebagai pondasi
hukum mereka sendiri.
b. Sistem Continental: sistem ini di anut dibenua Eropa barat, dinegara-negara hampir setengah
dunia, misalnya ; dinegeri Belanda, Skandinavia, Perancis, Jerman barat, Italia, Turki, Afrika
utara, Indonesia, Tiongkok, Peru dansebagainya. Hukum disini meliputi peraturan-peraturan
tertulis. jadi meupakan peraturan hukum yang di atur dalam kitab Undang-undang, dengan
perkataan lain dalam sistim hukum kontinental sebagian terbesar terdapat dalam undang-
undang. oleh karena itu kita kenal selain adanya undang-undang, juga berlaku hukum adat
(kebiasaan -kebiasaan) seperti hukum di Indonesia.
Sejarah hukum Inggris dan Perkembangan
Bangsa Inggris mempunyai kepribadian yang khas yang berbeda dengan kepribadian
bangsa-bangsa di Eropa Daratan, meskipun letaknya sangat berdekatan. Hal itu disebabkan
karena perjalanan sejarahnya yang khusus. Kebudayaan dan sistem pemerintahannya yang
feudal tidak mengalami banyak perubahan antara zaman abad pertengahan dan abad
modern artinya tidak ada perubahan yang mencolok seperti yang terjadi di negara-negara
Eropa Kontinental. Perubahan-perubahan di Inggris dapat dikatakan evolusioner,
sedangkan di Eropa Kontinental perubahannya berjalan secara revolusioner.
Pada waktu sekarang keadaan tersebut masih tampak pada parlemen Inggris yang terdiri
dari House of Lord dan House of Common sesuai dengan susunan
masyarakatnya yang didasarkan pada golongan aristocrat dan rakyat jelata dalam abad
pertengahan. Sebaliknya di Eropa daratan susunan masyarakat dan negara yang feodalistik
mencapai puncaknya menjadi absolutisme pada abad pertengahan yang secara drastis
berubah menjadi negara konstitusional seperti yang terjadi pada revolusi Perancis. Ini
berarti adanya perombakan secara revolusioner dari negara monarki absolute menjadi
negara konstitusional.
Dengan kepribadiannya yang khusus terbentuklah hukum yang karakteristik. Inggris
dengan corak yang khas yang berbeda dengan hukum di negara-negara yang termasuk
negara-negara Eropa Kontinental atau keluarga hukum Romawi Germania, meskipun
hukum Inggris itu sendiri dari masa ke masa mengalami perubahan, sehubungan dengan
adanya perkembangan pemikiran dari orang-orang Inggris sendiri.
Hukum Inggris itu selain di Inggris sendiri juga berlaku di semua negara yang secara
politis mempunyai ikatan dengan Inggris. Terhadap negara-negara tersebut hukum Inggris
mempunyai pengaruh yang besar.
Dalam arti sempit dan murni hukum Inggris hanya berlaku di daerah yang dinamakan
England dan Wales. Ia tidak berlaku di Irlandia Utara, Skotlandia, Kepulauan Cina dan
Kepulauan Man.
Hukum Inggris tersebut menduduki tempat yang penting dalam keluarga hukum Common
law karena dianggap sebagai pola bagi perkembangan hukum di daerah-daerah lain dalam
lingkungan hukum tersebut.
Seperti halnya hukum Romawi-Jerman yang terbagi dalam dua kelompok hukum publik
dan privat, maka hukum Inggris juga terbagi dalam dua kelompok hukum yakni hukum
Common law dan hukum Equity di samping Statute law. Common law adalah bagian dari
hukum Inggris.
Sedangkan hukum Equity adalah hukum yang didasarkan pada natural justice, keadilan
yang timbul dari hati nurani. Hukum ini mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan
dengan Common law. Equity menciptakan hukum baru yang disebut doctrine undue
influences yang pada hakikatnya merupakan suatu moral imperative dalam rangka
melaksanakan hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh Common law. Putusan hukum
Equity memperbaiki dan melengkapi Common law.
Adapun Statuta Law adalah hukum tertulis di Inggris yang dibuat oleh parlemen karena
Common law yang didasarkan pada Yurisprudensi tidak dapat mengimbangi munculnya
masalah-masalah yang baru (secara cepat) sesuai dengan perkembangan masyarakat. Untuk
mengimbangi kelambatan yurisprudensi yang dibatasi oleh jumlah perkara yang diputus
oleh hakim, maka dibuatlah peraturan-peraturan tertulis yang dapat disamakan dengan
Undang- undang. Jadi Statuta Law berfungsi mengkoreksi dan melengkapi kekurangan dari
pada Common law.
Adapun bagi orang Inggris sendiri sedikit banyak Statuta law dianggap sebagai hukum
yang bercorak asing/tidak mempunyai corak Inggris dan pada asasnya hukum Inggris itu
adalah Common law.