Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Hukum acara pidana atau yang biasa disebut hukum pidana formil merupakan bagian dari
keseluruhan aturan hukum yang ada di Negara Indonesia, yang mana berfungsi untuk
menjalankan hukum pidana materiil, agar tercapai keadilan dalam proses berperkara baik bagi
korban maupun pelaku (Jaya, dkk. 2016: 21). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) diundangkan dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, yang terdiri dari 22 bab dan 286 Pasal.
Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari, mendapatkan atau mendekati
kebenaran materiil, yakni kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana
(Mulyadi, 2012: 12). Tercapainya tujuan hukum acara pidana, maka diperlukan suatu sistem
peradilan pidana.
Sistem Peradilan Pidana yang merupakan terjemahan dari Criminal Justice System secara
singkat dapat diartikan sebagai suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat untuk
menanggulangi masalah kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat, struktur
bagian dari sistem ini yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan dan
Advokat (Yuliartini, 2015. dalam https://ejournal.undiksha.ac.id). Substansi dari sistem peradilan
pidana Indonesia adalah apa yang diundangkan dalam KUHAP dan ketentuan-ketentuan lain di
luar KUHAP yang secara keseluruhan menjadi satu sistem kaidah (Pangaribuan, 2016: 46).
Salah satu substansi dari sistem peradilan pidana di Indonesia adalah mengatur terkait 2
penyelesaian perkara pidana. Adapun tahapan-tahapan penyelesaian perkara pidana meliputi
tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan dan
upaya hukum sampai pada putusan tersebut dinyatakan berkekuatan hukum tetap dan dilakukan
eksekusi.
Sebuah premis menjadi kurang menarik ketika membandingkan sistem hukum jika tidak
mencantumkan unsur-unsur yang melekat pada masing-masing sistem hukum. Sistem hukum
atau yang biasa disebut dengan tradisi hukum memiliki banyak khazanah keilmuan yang dapat
digali lebih dalam melalui proses perbandingan yang holistik dan komprehensif. Pembedaan ini
dilakukan dengan menelaah atau menilai ciri-ciri tertentu dari setiap sistem hukum, seperti
ideologi, letak geografis, kesamaan sejarah, etnis atau ras, sumber hukum, pranata atau pranata
hukum yang unik, dan lain-lain. Keunikan inilah yang menjadi pembeda yang peneliti gunakan
sebagai objek kajian. Misalnya, jika kita melihat sistem hukum Eropa kontinental, saya
diingatkan bahwa mereka bersifat anti-formalis, tidak seperti sistem hukum Anglo-Amerika.
Anglo-Amerika atau Anglo-Saxon dicirikan oleh formalisme yang lebih, seperti pada sebagian
besar sistem hukum primitif atau undang-undang awal.
Belanda menjajah Indonesia selama lebih dari 3 (tiga) abad dan hal ini mempengaruhi
sistem hukum Indonesia hingga saat ini. Pada masa kolonial, Belanda juga mengalami hukum
Prancis, yang dalam klasifikasi René David adalah keluarga hukum Jermanik Romawi.
1. Sistem hukum ini identik dengan beberapa negara Eropa kontinental, sehingga sering disebut
sebagai sistem hukum Eropa kontinental (civil law). Sebagaimana diketahui secara umum
bahwa sistem hukum perdata juga memiliki sumber hukum yang berasal dari kodifikasi
hukum tertulis (written code).
2. John Henry Merriman menyatakan bahwa di negara-negara dengan sistem hukum perdata
terdapat 3 (tiga) sumber hukum, yaitu undang-undang (laws), peraturan turunan (ordinances)
dan kebiasaan yang tidak bertentangan dengan hukum (customs).
3. Sedangkan sistem hukum Anglo-Saxon (common law), yang memiliki akar sejarah di
Kerajaan Inggris, mengambil keputusan peradilan sebagai dasar hukumnya.
4. Ini karena pada awal sejarah Kerajaan Inggris tidak ada Parlemen yang kuat, hanya ada
perintah, (Carolina Academic Press, 2010), John Henry Merriman, The Civil Law Tradition:
An Introduction to the Legal Systems of Western Europe and Latin America, 2nd ed.,
Stanford University Press, California, 1985, hal. 23 4 Joseph Dainow, “Hukum Perdata Dan
Hukum Umum: Beberapa Titik Perbandingan”, The American Journal Of Comparative Law,
Vol. 15, tidak. 3, 1966 – 1967, hal. 419-435.
5. Putusan hakim menjadi penting karena minimnya undang-undang yang disahkan parlemen
atau sulitnya meloloskan peraturan terkait pembangunan masyarakat. Dengan demikian,
hakim dan pengadilan memainkan peran penting dalam membentuk hukum di negara-negara
seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Berdasarkan ciri-ciri legal design kedua sistem hukum tersebut, hakim di negara yang
menganut hukum perdata seperti Indonesia hanya berperan sebagai corong undang-undang,
sedangkan hakim di negara common law dapat membuat undang-undang atau undang-undang.
Maka konsep ini dipahami secara dikotomis dan statis, selalu berbeda dan tidak berubah. Karena
adanya perbedaan antara kedua sistem hukum tersebut, maka penulis tertarik untuk mempelajari
dan mengkaji lebih dalam sistem hukum acara perdata di negara-negara yang menganut kedua
sistem tersebut, yaitu negara bagian India (common law system) dan negara bagian Indonesia
(civil). sistem yang legal).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Perbandingan Hukum


A. Pengertian Perbandingan Hukum
Melakukan penelitian perbandingan hukum maka dituntut untuk mempelajari sistem
hukum di negara Indonesia dan negara lain. Memahami sistem hukum dari negara lain sangatlah
bermanfaat dalam menunjang pemahaman dan pengembangan hukum nasional, selain itu dapat
memperdalam pengertian tentang pranata masyarakat dan kebudayaan sendiri serta membawa
sikap kritis terhadap sistem hukum sendiri. 5 Istilah perbandingan hukum, dalam bahasa asing
diterjemahkan comparative law (dalam bahasa inggris) menurut Rudlof B, Schlesinger
mengatakan bahwa perbandingan hukum adalah metoda penyelidikan dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum
bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang hukum, merupakan
teknik untuk mengahadapi unsur dari suatu masalah hukum. Berbeda dengan winerton, bahwa
perbandingan hukum merupakan suatu metoda yaitu perbandingan sistem-sistem hukum dan
perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingakan.

B. Tujuan Perbandingan Hukum


Menurut Randall tujuan perbandingan hukum adalah usaha mengumpulkan berbagai
informasi mengenai hukum asing, mendalami pengalaman-pengalaman yang dibuat dalam studi
hukum asing dalam rangka pembaharuan hukum.
1. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa studi perbandingan hukum dilakukan dengan
dengan cara mempelajari hukum di luar hukum yang belaku bagi si penyelidik. Tetapi
dengan cara demikian saja, tidak dapat dikatakan melakukan studi perbandingan hukum.
Mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari hukum asing tidak sama dengan
melakukan perbandingan hukum. Barulah pada saat orang menggarap bahan-bahan yang
telah terkumpul itu menurut arah-arah tertentu terjadi suatu studi perbandingan hukum.
Penggarapan ini dapat dilakukan atas dasar keinginan antara lain yang pertama,
menunjukkan perbedaan dan persamaan yang ada di antara sistem hukum atau bidang-
bidang hukum yang dipelajari. Kedua, menjelaskan mengapa terjadi perbedaan atau
persamaan yang demikian itu serta faktor-faktor apa yang menyebabkannya. Ketiga,
memberikan penilaian terhadap masingmasing sistem yang digunakan dan keempat,
menemukan asas-asas sistem yang didapat sebagai hasil dari pelacakan yang dilakukan
dengan cara membandingkan tersebut.

C. Manfaat Perbandingan Hukum


Ada beberapa pendapat mengenai manfaat mempelajari perbandingan hukum
yaitu sebagai berikut:
Rene David dan Brierly ada beberapa manfaat dalam mempelajari perbandingan
hukum yaitu dapat memahami lebih baik, untuk mengembangkan hukum nasional kita
sendiri, membantu dalam mengembangkan pemahaman terhadap bangsa-bangsa lain
serta dapat memberikan sumbangan untuk menciptakan hubungan /suasana yang baik
bagi perkembangan hubungan internasional.
Menurut Tahir Tungadi manfaat dalam mempelajari perbandingan hukum adalah
berguna untuk unifikasi dan kodifikasi nasional, regional maupun internasional.
Mempelajari perbandingan hukum juga berguna untuk harmonisasi hukum antara
konvensi internasional dengan peraturan perundang-undangan nasional. Sedangkan untuk
pembaharuan hukum, yakni dapat memperdalam pengetahuan tentang hukum nasional
dan dapat secara objektif melihat kebaikan dan kekurangan hukum nasional. Untuk
menentukan asas-asas umum dari hukum (terutama bagi para hakim pada pengadilan
internasional) hal ini penting untuk menentukan the general principal of law yang
merupakan sumber yang penting dari hukum public internasional. Untuk menentukan
asas-asan umum dari hukum (terutama bagi para hakim pada pengadilan internasional)
hal ini penting untuk menentukan the general principal of law yang merupakan sumber
yang penting dari hukum public internasional. Sebagai ilmu pembantu bagi hukum
perdata internasional misalnya dalam hal ketentuan HPI suatu negara menunjuk pada
ketentuan hukum asing yang harus di berlakukan dalam suatu kasus. Serta diperlukan
dalam program pendidikan bagi penasihat-penasihat hukum pada lembaga perdagangan
internasional dan kedutaan-kedutaan misalnya untuk dapat melaksanakan traktat traktat
internasional.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dalam penulisan ini, pada intinya adalah


pendekatan keadilan restoratif sebagai tujuan pemidanaan dapat digunakan dalam sistem
pemidanaan di Indonesia dan sejalan pengaturan jenis pidana kerja sosial yang diatur dalam
Rancangan KUHP Indonesia Tahun 2015. Adapun kesimpulan secara menyeluruh adalah sebagai
berikut:
1. Pembaharuan KUHP sebagaimana didalamnya tertuang pembaharuan pemidanaan di
Indonesia merupakan salah satu agenda penting dalam rangka kepastian hukum demi
keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembaharuan ini diharapkan akan
terbentuknya KUHP nasional yang berkepribadian Indonesia yang sangat menghormati
nilai-nilai agamis dan adat yang bersifat modern dan sesuai pula dengan nilai-nilai,
standar dan asas serta kecendrungan internasional yang diakui oleh bangsa-bangsa
beradab didunia. Dalam Rancangan KUHP, pemikiran tujuan pidana dan pemidanaan
dirumuskan dalam bentuk pasal, rumusannya tertuang dengan judul Pemidanaan, pidana
dan tindakan. Dalam bab tersebut dikatakan bahwa tujuan pemidanaan antara lain:
a) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat;
b) Memasyaratkan Terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga menjadi orang
yang baik dan berguna;
c) Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;
d) Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

2. Dalam pidana pokok menurut pasal 66 Bab III tentang Pidana dan Pemidanaan Rancangan
KUHP diatur jenis pidana baru berupa pidana kerja sosial pidana ini dikembangkan
sebagai alternatif dari pidana perampasan kemerdekaan jangka pendek (short prison
sentence) yang akan dijatuhkan oleh hakim, sebab dengan pelaksanaan jenis pidana ini
terpidana dapat dibantu untuk membebaskan diri dari rasa bersalah, di samping untuk
menghindari efek destruktif dari pidana perampasan kemerdekaan. Demikian pula
masyarakat dapat berinteraksi dan berperan serta secara aktif membantu terpidana dalam
menjalankan kehidupan sosialnya secara wajar dengan melakukan hal-hal yang
bermanfaat. Pidana kerja sosial dapat dijatuhkan jika dalam keputusan musyawarah
majelis hakim menjelang vonis, terdakwa akan dijatuhi pidana penjara yang lamanya tidak
lebih dari 6 (enam) bulan atau pidana denda tidak lebih dari pidana denda Kategori I,
Perhitungan lamanya pidana pengganti didasarkan pada ukuran, untuk setiap pidana denda
Rp 15.000,00 (lima belas ribu rupiah) atau kurang, disepadankan dengan 1 (satu) jam
pidana kerja sosial pengganti. hal ini didasarkan pada ketentuan pasal 88 ayat (1)
Rancangan KUHP Tahun 2015
DAFTAR ISI

http://repo.undiksha.ac.id/1274/4/1614101025-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
https://www.wartademak.com/makalah-perbandingan-hukum-pidana-indonesia-dengan-negara-
lain.html
https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/A11A/2014/A.131.14.0239/A.131.14.0239-05-BAB-II-
20190125075955.pdf
http://scholar.unand.ac.id/33582/3/BAB%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai