PENDAHULUAN
tingkah laku serta perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hukum juga
hukum akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan peraturan yang sudah
ditentukan. Hukum dapat berupa hukum tertulis (terkodifikasi) dan hukum yang
tingkah laku yang harus ditaati oleh setiap orang dalam bertindak dan
melakukan hubungan satu dengan yang lain”. “...as a tool of social engeneering
yakni sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih
baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup masyarakat”. “...as a tool of
social control yakni sebagai alat untuk mengontrol tingkah laku dan perbuatan
manusia agar mereka tidak melakukan perbuatan yang melawan norma hukum,
1
Abdul Manan, 2005, Aspek – Aspek Pengubahan Hukum, Jakarta: Prenada Media, hlm. 2.
1
mestinya, maka hukum tidak boleh statis harus selalu dinamis 2, harus diadakan
ada, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum acara dan hukum lainnya
stelsel hukum dunia merupakan salah satu referensi yang penting dalam
berlaku saat ini. Dalam hal ini diharapkan mendapatkan hasil berupa beberapa
aspek pengubah hukum dari sistem tersebut, baik dari hukum asing maupun
hukum dunia, juga akan mendapat kesempatan pengetahuan yang lebih serta
Dengan begitu dapat dipetik manfaat dari pengalaman bangsa lain tersebut
Saat ini di Indonesia masih ada beberapa kasus yang memiliki angka
statistik perkara tersebut belum terselesaikan cukup tinggi. Seperti pada kasus
pidana biasa kejahatan/pencurian pada Tahun 2019 dari perkara yang masuk
meninggalkan kasus sisa akhir 3.969 kasus. Kasus pidana biasa narkotika di
tahun yang sama kasus yang masuk sejumlah 34.423 ditambah sisa awal 9.423
2
Ibid, hlm. 3.
3
Ibid, hlm. 29.
2
menjadi 43.846, masih meninggalkan kasus sisa akhir 8.379 kasus 4. Tingginya
nilai angka statistik yang ada menunjukkan bukan hanya beracara di pengadilan
rumit namun juga dapat disebabkan sumber daya manusia dalam penegakan
KUHAP menurut Yanto (2013) dalam Ismatul Azimah (2016) telah mengalami
teknologi yang harus segera disusun oleh bangsa Indonesia agar hukum acara
berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan yang perlu diikuti oleh Indonesia
4
Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, 16 September
2019, Statistik Perkara Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum,
https://badilum.mahkamahagung.go.id/statistik.html
5
Ismatul Azimah, “Studi tentang Plea Bargaining di Amerika Serikat dan Prospek Jalur Khusus
dalam Pembaharuan KUHAP”. Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2016, Online, Internet, 5 Mei 2020, http://digilib.uin-
suka.ac.id/20872/1/12340137_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf Hlm. 7
3
International Convention Against,Torture dan International Covenant on Civil
langsung dengan hukum acara pidana yang lahir sesudah adanya Kitab Undang-
jangan sampai orang yang tidak berdosa mendapat hukuman atau kalau
memang ia berdosa, jangan sampai ia mendapat hukuman yang terlalu berat dan
pihak pemeriksaan tindak pidana, dan sistem peradilan juga terpengaruh oleh
due process model, yaitu proses hukum yang adil dan layak serta pengakuan
6
Ahmad Ubbe, 2009, dalamMuhaimin, 2016, Keberadaan Hakim Komisaris dan
Transparansidalam Proses Penyidikan (The Existence of judge Commissioner and The
Transparency of The Process of Investigation), Online, Internet, 5 Mei 2020,
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=books&cd=&ved=2ahU
KEwjs_4DKo4vqAhVv8HMBHTi2AdEQFjAAegQIABAB&url=https%3A%2F%2Fejourn
al.balitbangham.go.id%2Findex.php%2Fdejure%2Farticle%2Fdownload%2F57%2F9&
usg=AOvVaw3gj655PZQsetHnIxVmHJgFHlm. 4.
7
Wirjono Prodjodikoro, 1980, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, hlm.
15 – 18.
4
yang cukup signifikan seperti due process model yang diharapkan diterapkan
jaminan kepastian hukum, penegakan hukum yang adil dan perlindungan hak
asasi manusia dari terdakwa. Terdakwa juga menjadi bagian penting dalam
HIR suatu pengakuan salah dari seorang terdakwa harus disertai keterangan
yang serba lengkap dan yang dikuatkan juga oleh lain-lain alat bukti seperti
saksi atau surat-surat. Dalam hal ini hakim dituntut untuk teliti dalam
Pidana (RUU KUHAP) tercantum dalam Pasal 199 yang mengatur tentang jalur
khusus dimana terdakwa masih mendapat keringanan atas pengakuan yang telah
terpisahkan dari seluruh sistem penegakan yang berlaku, sehingga cara ini
8
Ismatul Azimah, Op.Ccit, hlm. 5.
9
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm. 34 – 35.
5
merupakan salah satu prosedur formal dan legal. Praktek tersebut dikenal
berikut:
pengakuan bersalah12”.
10
Romli Atmasasmita, 2011, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana, hlm. 117.
11
Intan Khoirun Nisa’, 2017, Analisis Terhadap Penerapan Sistem Jalur Khusus (Plea Baragining
System) dalam system Peradilan Pidana Indonesia (Studi Terhadap Pasal 199 RUU
KUHAP), Online, Internet, 5 mei 2020, http://eprints.umm.ac.id/37767/hlm. 4
12
Harvard Law Review, 1970, The unconstitutionaly of Plea Bargaining, vol. 83, Online, Internet,
6 Mei 2020, https://www.jstor.org/stable/pdf/1339821.pdf?seq=1hlm. 1389.
13
Stone, Katherine Van Wezel, 1981, The Post-War Paradigm in American Labor Law, Vol 90, The
Yale Law Journal,
6
Hal yang menarik dari Plea Bargaining System ialah “...keterkaitan suatu
setiap orang memiliki hak untuk bebas dari penyiksaan, pada kenyataan nya
pengakuan dan penyiksaan seperti dua yang belum bisa lepas dari sistem
peradilan pidana di Indonesia. Dapat dibuktikan dari salah satu kasus seorang
Setiap negara pihak harus menjamin bahwa setiap pernyataan yang telah
dibuat sebagai tindak lanjut dari tindak penyiksaan harus tidak digunakan
sebagai bukti, kecuali terhadap orang yang dituduh melakukan tindak
penyiksaan, sebagai bukti bahwa pernyataan itu telah dibuat
Sesuai dengan peraturan yang ada diatas pengadilan harus menolak bukti
masih sering ditemukan para tersangka yang sudah mengaku bersalah karena
yang tercantum dalam KUHAP dan akhirnya berujung pada kriminalisasi orang
yang tidak bersalah atau biasa disebut sebagai kasus salah tangkap.
atau mengurangi dakwaan di depan deputi penuntut umum karen yang tersebut
https://digitalcommons.law.yale.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://scholar.google.c
o.id/&httpsredir=1&article=6685&context=ylj, hlm 498
7
terakhir ini harus menyetujuinya, karena penuntut polisi itu tidak dapat menarik
dakwaan.
B. Perumusan Masalah
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian, ada tujuan yang dicapai oleh Penulis. Tujuan ini
tidak lepas dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan dari
8
1. Untuk mengetahui pengaturan Plea Bargaining di Jepang dan
Singapura.
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
dan
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
14
Petrus Soerjowinoto, dkk, 2018, Metode Penulisan Karya Hukum, Semarang: Universitas Katolik
Soegijapranata, Hlm. 17
9
2. Spesifikasi Penelitian
3. Objek Penelitian
dari:
Act. No. 131 of 1948 (Hukum Acara Pidana Jepang), Penal Code
10
c. Bahan Hukum Tersier yakni bahan-bahan yang berkaitan dan
7. Sistematika Penulisan
penelitian
11
4) Tinjauan tentang Japan Criminal Procedure Code
memuat:
Singapura
saran
12