Anda di halaman 1dari 5

Warga negara dapat dikatakan sebagai warga negara yang baik jika warga

negara tersebut dapat mengetahui dan memahami hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya sebagai warga negara. Jika di implementasikan di Indonesia, maka

warna negara yang baik jika warga negara Indonesia tersebut dapat dapat mengetahui

dan memahami hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara

Indonesia. Tentunya, hak-hak dan kewajiban-kewajiban warga negara biasanya

terumuskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

negara. Jadi dapat ditarik benang merahnya bahwa warga negara tersebut terlebih

dahulu harus mengetahui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melihat fakta

dalam suatu masyarakat, setiap orang perlu menyadari adanya hukum-hukum yang

berlaku dalam masyarakat tersebut. Untuk mewujudkan proses internalisasi hukum

dalam masyarakat, adanya Pendidikan Hukum adalah suatu keharusan. Harapannya

dengan adanya pengetahuan mengenai hukum di masyarakat, maka keadilan dapat

dikembangkan secara efektif, karena hukum adalah sesuatu yang bisa

membuat seseorang sadar tentang kebaikan dan keadilan. Kegagalan penegakan

berbagai hukum yang ada juga merupakan indikasi rendahnya pemahaman

masyarakat tentang hukum-hukum tersebut.

Melihat hal inilah ketika sudah berbicara mengenai hak dan kewajiban akan

muncul suatu suatu dinamika atau fenomena proses hukum. Proses hukum inilah

mengatur hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat dan juga mengatur
bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hak dan kewajiban itu sendiri. 1

Menurut Prof. Notonegoro menyatakan bahwa:

“Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara
yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua
itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu
tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada
akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.”

Berbicara mengenai proses hukum makan akan berkaitan pula dengan hak

politik dimana Hans Kelsen menyebutkan bahwa:

“Sesungguhnya juga merupakan hak berpartisipasi dalam proses pembuatan


hukum. Perbedaannya hanya bahwa hak untuk memilih adalah partisipasi
tidak langsung dalam proses pembuatan hukum. Pemilih mengambil
bagian hanya dalam pembentukan organ yang berfungsi menciptakan
norma hukum.”2
Adapun pengertian proses hukum oleh para ahli:

1. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa proses hukum tidak saja

merupakan keseluruhan azas-azas dan kaidah-kaidah yang mengatur

kehidupan manusia saja dalam masyarakat melainkan meliputi pula

1
Mahkamahagung.go.id.2020. “Pembangunan Hukum Perdata Melalui Yuriprudensi”.
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/4206/pembangunan-hukum-perdata-melalui
yurisprudensi, diakses padatanggal 8 Februari 2023.
2
Nicoletta Bersier Ladavac, Hans Kelsen (1881–1973): Biographical Note and Bibliography, Thémis
Centre d’Etudes de Philosophie, de Sociologie et de Théorie du Droit, 8, Quai Gustave-Ador, Genéve.
proses lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses (processes)

yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.3

2. Adapun menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa proses hukum

itu sendiri merupakan proses pemerintahan juga dimana proses hukum

timbal balik antara unsur-unsur pokok dari sistem –sistem kenegaraan.4

3. Menurut Kansil menyatakan bahwa proses hukum berkaitan dengan

peraturan hidup kemasyarakatan yang mengatur dan memaksa untuk

menjamin tata tertib dalam masyarakat.5 Kansil juga mengemukakan

memuat unsur-unsur hukum yaitu,peraturan tingkah laku, diadakan oleh

badan-badan resmi, bersifat memaksa, danmemiliki sanksi yang tegas.

Proses hukum inilah yang nantinya tercipta di masyarakat untuk

mencapai ekpastian, kemanfaatan, dan keadilan hukum sehingga dapat

menciptakan masyarakat yang tertib dan aman sejahtera.

Adapun tahap-tahap dalam proses hukum ini sendiri cukup bervariatif jika

dilihat dalam beberapa disiplin ilmu hukum. Jika dalam hukum Tata Usaha Negara

bahwa proses hukum dapat dilakukan gugatan langsung ke Pengadilan Tata Usaha

Negara. Tahap-tahpanya meliputi:

1. Pemeriksaan Pendahuluan;

3
Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional( Bandung :
Binacipta, 1986) hal. 11.
4
Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum ( Bandung: Alumni, 1986) hlm. 9.
5
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
hlm. 62.
2. Pembacaan Gugatan (Pasal 74 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 5

Tahun 1986);

3. Pembacaan Jawaban;

4. Replik;

5. Duplik;

6. Pembuktian;

7. Kesimpulan;

8. Putusan.6

Adapun tahapan proses hukum di masyarakat mengenai hukum adat bahwa

proses hukum ini sendiri dapat dilakukan tahapan dengan membicarakan sanksi

kepada kepala adat atau kepada desa di tempat untuk dilakukanya sanksi

administrative maupun sanksi adat di tempat. Namun, tahapan proses hukum di

masyarakat terkadang masih melibatkan emosi dan main hakim sendiri. Untuk

proses hukum disiplin ilmu pidana terdiri dari 3 tahapan yaitu Pemeriksaan dan

Pneyelidikan yang dilakukan oleh lembaga Kepolisian, kemudian Penyidikan yang

dilaksanakan oleh penyidik baik Pneyidik dari Kepolisian maupun PPNS, dan

Penuntutan yang dilaksanakan oleh Kejaksaan. Jika ketiga unsur sudah terpenuhi

maka lanjut ke tahap persidangan.

Jika berkaitan dengan politik, proses hukum ini akan memakan panjang

tahapan dalam penyelesaiannya dengan melibatkan beberapa elemen lembaga negara

6
Ptuntanjungpinang.go.id. 2020. “Tahapan Penanganan Perkara Tata Usaha Negara Umum.”
https://www.ptun-tanjungpinang.go.id/tentang-pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-muda-perkara/
tahapan-penanganan-perkara-tun-umum/, diakses pada tanggal 8 Februari 2023.
untuk di tuntut ke Pengadilan Tata Usaha Negara maupun Mahkamah Konstitusi

ataupun dengan mengedepankan mufakat yaitu mediasi demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai