Anda di halaman 1dari 23

UNSUR UTAMA DALAM PENEGAKAN HUKUM

Disusun Oleh:

1. Abednego Sihombing NIM: 220102002


2. Akmal Siagian NIM: 220102011
3. Ardhy Wanto F. NIM: 220102006
4. Bonar Nainggolan NIM: 220102004
5. Danny Gunawan NIM: 220102007
6. Hasoloan Sinaga NIM: 220102009
7. Janter Sihombing NIM: 220102010
8. Parlindungan S. NIM: 220102005
9. Jodi Siburian NIM: 220102012
10. Revaldo Manalu NIM: 220102003
11. Vande K.Rajagukguk NIM: 220102008

FAKULTAS TEKNIK PRODI TEKNIK INDUSTRI

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah.


Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturan
–peraturan dan hukum yang berlaku, begitu juga dengan Negara
Indonesia. Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang mempunyai
peraturan –peraturan hukum yang bersifat memaksa seluruh masyarakat
atau rakyat Indonesia harus patuh terhadap peraturan – peraturan atau
kebijakan –kebijakan hukum di Indonesia. Negara pun membentuk badan
penegak hukum guna mempermudah dalam mewujudkan negara yang
adil dan makmur. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih banyak kesalahan
dalam menegakan hukum di Negara kita. Dan masih banyak juga
ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum yang berlaku. Tetapi itu
bukanlah salah dalam perumusan hukum, melainkan salah satu
keteledoran badan – badan pelaksa hukum di Indonesia.

Akibat dari keteledoran tersebut banyak sekali pelangaran–


pelangaran hukum, dan pelangar – pelangar hukum yang seharusnya di
adili dan dikenakan sangsi yang seharusnya, malah dibiarkan begitu saja.
Dan hal ini sangat berdampak buruk bagi masa depan Negara ini. Oleh
karena itu kita akan membahas apa dan bagaimana penegakan hukum
yang adil. Dan bagaimana upaya – upaya penegakan hukum di Negara
kita ini.

Adapun pelaksanaan hukum juga harus bersumber dari Allah


sebab Allah lah yang menjadi sumber daripada hukum itu sendiri, maka
hukum tersebut akan menjadi sumber kesejahteraan bagi kehidupan
manusia. Setiap umat manusia harus menjunjung tinggi hukum dan
menaatinya dengan baik agar setiap manusia dapat mendapatkan
keadilan.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dilakukan penulis,


maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi topik
pembahasan dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan hukum ?


2. Apa tujuan dari hukum ?
3. Apa saja ciri – ciri dari hukum?
4. Apa saja Unsur Utama Dalam Penegakan Hukum ?
5. Bagaimana Kondisi hukum dan Penegakan Hukum Di
Indonesia ?
6. Faktor- Faktor Apa saja Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum ?
7. Bagaimana Hukum Dalam Pandangan Kristen ?
8. Bagaimana Hubungan Hukum Dan Perintah Allah?
9. Apa saja Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap Hukum?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum penulisan karya tulis ini untuk :
1. Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan hukum.
2. Untuk mengetahui tujuan dari hukum.
3. Untuk mengetahui ciri – ciri dari hukum.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis hukum di Indonesia.
5. Untuk mengetahui unsur utama dalam penegakan hukum,
6. Agar mengetahui kondisi hukum dan penegakan hukum di
Indonesia.
7. Agar mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum.
8. Agar memahami hukum dalam pandangan Kristen.
9. Agar memahami hubungan hukum dan pertintah Allah.

BAB II

3
PEMBAHASAN

1.4 Definisi Hukum

Pengertian Hukum Secara Umum

Hukum merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani yaitu tora yang


sama artinya dengan ‘taurat’ dan diterjemahkan dalam kitab mazmur
terjemahan baru yaitu ‘undang-undang’. Tora berarti mengajar,
menunjukkan.

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang


dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga
ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki
tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh
pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah
peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi
untuk orang yang melanggar hukum.

1.5 Tujuan Hukum


Tujuan secara umum

1) Mendatangkan kemakmuran masyarakat mempunyai tujuan


2) Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
3) Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan
masyarakat
4) Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang
5) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan
batin
6) Sebagai sarana penggerak pembanguna.

1.6 Tujuan Menurut Para Ahli

1) Prof. Subekti, S.H.

4
Hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam
pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan
pada rakyatnya.

2) Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn

Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia


secara damai.

3) Geny

Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan


sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya “kepentingan
daya guna dan kemanfaatan”.

4) Jeremy Betham (teori utilitas),

Hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang


berfaedah bagi orang.

5) Prof. Mr. J. Van Kan,

Hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia


supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

1.7 Ciri – Ciri Hukum

a) Menurut Plato

Undang-undang yang tertulis harus dibuat supaya ada yang


memerintah antara warga negara dan untuk membuat mereka menjadi
penduduk yang baik dan saleh, sehingga dengan cara yang demikian
ketertiban akan terjamin. Kemudian pada abad pertengahan, Thomas
Aquino mengembangkannya lebih jauh bahwa tertib alam masih selalu
dianggap sebagai norma untuk kehidupan manusia, namun motifnya
berubah. Alam tidak lagi dianggap suci atau sacral, tetapi dipandang
sebagai ciptaan Allah. Dengan mematuhi ketertiban alam, maka orang
akan tunduk kepada kehendak Allah. Dengan demikian, manusia

5
melakukan kebajikan keadilan. Kalau manusia melanggar kehendak
Allah, maka akan mendapatkan hukuman karena keadilan Allah.
Kemudian pada abad XIX, Pendapat ini dilepas sebagai konsekwensi dari
kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah hukum
positif yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah adalah sumber
hukum. Sistem hukum tidak diberikan kepada kita, melainkan diserahkan
untuk kita kerjakan. Hukum itu bukan hanya dalam keputusan,
melainkan juga dalam realisasi.

b) Menurut Prof. Padmo Wahyono

Hukum yang berlaku bagi suatu negara mencerminkan perpaduan


antara sikap dan pendapat pimpinan dalam sebuah pemerintahan Negara,
dan keinginan masyarakat luas mengenai hukum tersebut, bagaimana
cara masyarakat luas memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip
negara berdasarkan hukum, tidak dapat di lepaskan dari tingkat
pengetahuannya mengenai hukum atau pendidikan hukumnya. Hukum
akan sungguh-sungguh merupakan hukum apabila apa yang benar-benar
oleh kita sebagai anggota masyarakat dikehendaki kemudian diterima,
apabila anggota masyarakat dapat betul-betul berfikir seperti yang telah
dirumuskan dalam undang-undang dan terutama juga hal itu telah benar-
benar menjadi sebuah realitas hidup dalam kehidupan orang-orang dalam
masyarakat.

c) Hukum itu mewajibkan

Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul telah


menjadi hukum karena kewajiban instansi yang kompeten. Hans Kelsen
berpendapat bahwa kewajiban yudiris merupakan sebuah kategori yang
lepas dari realitas social. Hukum positif mengandaikan kemungkinan
paksaan, hukum bertitik tolak dari ide bahwa ada orang-orang yang tidak
taat terhadap perintah yang diberikan kepada mereka secara sah. Hal itu
mengandung makna bahwa hukum itu dilakukan dengan pertolongan

6
paksaan yaitu paksaan yang diatur dalam Negara untuk dilakukan dalam
kehidupan. Apabila hukum telah terbentuk sesuai dengan undang-
undang dasar, maka setiap warga Negara berkewajiban untuk menaatinya
agar tercapai kebaikan bersama dan pemerintah adalah menjadi orang
yang paling bertanggungjawab dalam mengawasinya.

1.8 Jenis – jenis hukum di Indonesia

Ada bererapa hukum yang berlaku di Indonesia. Pembagian hukum


di Indonesia berdasarkan pada beberapa aspek. Berikut jenis-jenis
pembagian hukum di Indonesia.
a. Menurut sumbernya
1) Hukum undang-undang, yaitu peraturan hukum yang tercantum
dalam perundangan-undangan.
2) Hukum adat, yaitu peraturan-peraturan hukum yang terletak dalam
kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu peraturan hukum yang ditetapkan oleh
beberapa negara dalam suatu perjanjian Negara.
4) Hukum jurisprudensi, yaitu peraturan hukum yang terbentuk oleh
putusan hakim.
5) Hukum doktrin, peraturan hukum yang berasal dari dari pendapat
para ahli hukum.

b. Menurut bentuknya
1) Hukum tertulis, yaitu peraturan hukum yang terdapat pada
berbagai perundangan-undangan.
2) Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu peraturan hukum
yang masih hidup dalam keyakinan sekelompok masyarakat dan
ditaati oleh mayarakat tersebut walaupun peraturan tersebut tidak
tertulis dalam bentuk undang-undang.

c. Menurut tempat berlakunya :

7
1) Hukum nasional, yaitu peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
wilayah Negara tertentu.
2) Hukum internasional, yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan dalam dunia internasional.

d. Menurut waktu berlakunya


1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu peraturan hukum yang
berlaku pada saat ini bagi suatu masyarakat dalam suatu daerah
tertentu.
2) Ius constituendum, yaitu peraturan hukum yang diharapkan akan
berlaku pada masa mendatang.
3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu peraturan hukum yang berlaku
pada siapa saja dan kapan saja diseluruh dunia.

1.9 Unsur Utama Dalam Penegakan Hukum


Menurut Gustav Radbruch terdapat tiga unsur utama/tujuan dalam
penegakan hukum, antara lain :
1)Keadilan (Gerechtigkeit), dalam pelaksanaanya hukum harus mampu
menciptakan suatu suasana yang adil didalam masyarakat.
2)Kepastian Hukum (Rechtssicherheit), hukum bertugas menciptakan
kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat.
3)Kemanfaatan (Zweckmaβigkeit), pelaksanaan hukum atau penegakan
hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat.

2.0Kondisi hukum dan Penegakan Hukum Di Indonesia


Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik
daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan
penegakkan hukum , kesadaran hukum , kualitas hukum, ketidakjelasan
berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum
dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. Kritik begitu sering
dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia.

8
Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu
dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya
uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara
dilanggar. Ada pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat
dibeli maka aparat penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk
melakukan penegakkan hukum secara menyeluruh dan adil. Sejauh ini,
hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga
dipermainkan seperti barang dagangan . Hukum yang seharusnya
menjadi alat pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam
mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat hukumyangmorat-
marit.

Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti,


mafia hukum di peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa
proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam
penegakan hukum di negeri ini. Orang biasa yang ketahuan melakukan
tindak pencurian kecil, seperti anak dibawah umur saudara Hamdani
yang ‘mencuri’ sandal jepit bolong milik perusahaan di mana ia bekerja di
Tangerang, Nenek Minah yang mengambil tiga butir kakao di
Purbalingga, serta Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji
semangka langsung ditangkap dan dihukum seberat beratnya. Sedangkan
seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran rupiah
milik negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya. Berbeda halnya
dengan kasus-kasus yang hukum dengan tersangka dan terdakwa orang-
orang yang memiliki kekusaan, jabatan dan nama. Proses hukum yang
dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan menunda-nuda. Seakan-akan
masyarakat selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh Negara
tersebut. Tidak ada keputusan yang begitu nyata. Contohnya saja kasus
Gayus Tambunan, pegawai Ditjen Pajak Golongan III menjadi miliyader
dadakan yang diperkirakan korupsi sebesar 28 miliar, tetapi hanya
dikenai 6 tahun penjara, kasus Bank Century dan yang masih hangat saat
ini Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akhil Mochtar ditangkap dalam

9
Operasi Tangkap Tangan. Dalam operasi itu, KPK telah menyita uang
dollar Singapura senilai Rp 3 miliar yang menunjukkan penegakan
hukum di bangsa Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus
diatas prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas.
Padahal semua kasus tersebut begitu merugikan Negara dan masyarakat
kita. Kapankan ini semua akan berakhir ?

Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat berpengaruh


besar terhadap kesehatan dan kekuatan demokrasi Indonesia. Mental
rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan hukum sama artinya
dengan mencederai keadilan. Merusak keadilan atau bertindak tidak adil
tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat. Pada
kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan tidak
tidak mungkin pertahanan dan keamanan bangsa menjadi taruhannya.

Ketidakadilan akan memicu berbagai tindakan alami berupa


perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke dalam berbagai aksi-aksi
anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap pembangunan
bangsa. Dengan kata lain, situasi ketidakadilan atau kegagalan
mewujudkan keadilan melalui hukum menjadi salah satu titik problem
yang harus segera ditangani dan negara harus sudah memiliki kertas biru
atau blue print untuk dapat mewujudkan seperti apa yang dicita citakan
pendiri bangsa ini . Namun menta dan moral korup yang merusak serta
sikap mengabaikan atau tidak hormat terhadap sistim hukum dan tujuan
hukum dari pada bangsa Indonesia yang memiliki tatanan hukum yang
baik , menurut penulis , sebagai gambaran bahwa penegakkan hukum
merupakan karakter atau jati diri bangsa Indonesia sesuai apa yang
terkandung dalam isi dari Pancasila dan Pembukaan Undang Undang
Dasar 1945 .dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini norma dan
kaidah yang telah bergerasar kepada rasa egoisme dan individual tanpa
memikirkan orang lain dan inilah nilai ketidakadilan akan meningkatkan
aksi anarkhisme, kekerasan yang jelas-jelas tidak sejalan dengan karakter

10
bangsa yang penuh memiliki asas musyawarah untuk mufakat seperti
yang terkadung dan tersirat dalam isi Pancasila . 

2.1 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum


Menurut Soerjono Soekanto factor – faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum sebagai berikut :
a. Faktor hukumnya sendiri

Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin baik


memungkinkan penegakannya. Sebaliknya, semakin tidak baik suatu
peraturan hukum akan semakin sukarlah menegakannya. Secara umum,
peraturan hukum yang baikadalah peraturan hukum yang berlaku secara
yuridis, sosiologis dan filosofis.

1)Secara Yuridis

Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada


peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap
peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan
peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Misalnya, Undang –
Undang di Indonesia dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.Bilamana peraturan hukum tersebut diakui atau
diterima oleh masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut
ditujukan/ diberlakukanmenurut “ Anerkennungstheorie”, (The
recognition Theory). Teori ini bertolak belakang dengan “Machttheorie”,
(Power Theory) yang menyatakan, bahwa peraturan hukum mempunyai
kelakuan sosiologis, apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa,
diterima ataupun tidak oleh warga masyarkat.

2)Secara Filosofis

Apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita – cita hukum


(rechtsidde) sebagai nilai positif yang tertinggi. Dalam negara Indonesia,

11
cita– cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi adalah masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2.2 Faktor Penegak Hukum

Secara sosiologi setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan


(status) atau peranan (role). Kedudukan sosial merupakan posisi tertentu
dalam struktur masyarakat yang isinya adalah hak dan kewajiban.

Penegakkan hukum dalam mengambil keputusan diperlukan penilaian


pribadi yang memegang peranan karena :

1)Tidak ada perundingan undang – undang yang sedemikian lengkap,


sehingga dapat mengatur perilaku manusia.
2)Adanya hambatan untuk menyelesaikan perundang – undangan dengan
perkembangan masyarakat sehingga menimbulkan ketidakpastian.
3)Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang – undangan.
4) Adanya kasus – kasus individual yang memerlukan penanganan
khusus.

2.3 Hukum Mati Dan Prosesnya

Hukuman mati akan dilaksanakan setelah permohonan tersangka


ditolak oleh pengadilan, dan juga adanya pertimbangan grasi oleh
presiden.

Tersangka dan anggota keluarga dari tersangka akan diberitahukan


mengenai hukuman mati dalam waktu 72 jam sebelum eksekusi.
Biasanya, pelaksanaan hukuman mati dilakukan di Nusakambangan. Para
tersangka akan dibangunkan di tengah malam dan dibawa ke lokasi yang
jauh (dan dirahasiakan) untuk dilakukan eksekusi oleh regu tembak,
metode ini tidak diubah sejak 1964.

Tersangka akan ditutup matanya lalu diposisikan di daerah


berumput, juga diberikan pilihan tersangka untuk duduk atau berdiri.

12
Tentara menembak jantung tersangka dari jarak 5 hingga 10 meter, hanya
3 senjata yang berisi perluru dan sisanya tidak sama sekali. Jika tersangka
tidak tewas, maka diizinkan untuk menembak tersangka di kepalanya
dengan izin dari komandan regu tembak.

2.4 Hukum Mati dalam Pandangan Alkitab (PL dan PB)

1. Allah memberikan kuasa untuk menghukum mati kepada


pemerintahan manusia(PL). Ada hukuman mati sebelum zaman
Nuh, tetapi kesempatan diberikan kepada para kerabat untuk
membalas dendam kepada si pembunuh (Kej. 4:14). Dengan
penetapan hukuman mati, Allah mengambil keadilan dari tangan
keluarga dari orang yang dibunuh tersebut dan menempatkan
pedang dalam tangan pemerintahan manusia. Dengan cara ini
keadilan bisa lebih objektif dijalankan dengan menghapus faktor
balas dendam pribadi dan kemarahan emosional.
2. Hukuman mati ditegaskan kembali dalam Perjanjian baru.
Pedang yang diberikan dari atas kepada pemerintahan manusia
untuk hukuman mati. (Kej. 9:6) secara gamblang ditegaskan
kembali di dalam Perjanjian Baru (Rom. 13:4). Yesus mengakuinya
di hadapan Pilatus (Yoh. 19:10-11), sebagaimana yang dilakukan
Paulus di hadapan para penguasa Romawi (Kis. 25:11).

2.5 Kasih Dan Hukuman Mati Tidak Bertentangan

Jika kasih dan hukuman mati terpisah satu sama lain, maka
pengorbanan Kristus merupakan kontradiksi. “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anaknya yang tunggal”
(Yoh. 3:16). Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih
seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”
(Yoh.15:13). Kasih dan hukuman bukan hanya sejalan, melainkan juga

13
prinsip yang ada dibalik hukuman mati adalah prinsip yang menjadikan
salib itu perlu. Inilah prinsip “nyawa ganti nyawa.”

Konsep dibelakan penebusan yang menggantikan, yaitu mencabut


nyawa untuk menebus nyawa (Im.17:11), itulah yang membuat hukuman
mati perlu untuk kejahatan besar. Jika ada cara lain untuk memuaskan
keadilan dan melepaskan anugerah, maka pastilah Tuhan sudah
menemukannya daripada harus mengorbankan Anak satu-satunya yang
kekasih (2 Kor. 5:21; 1 Pet. 3:18). Bahkan, jika hukuman mati tak
berpengaruh pada abad ke 1, maka Yesus pasti tak akan mati bagi dosa-
dosa kita. Maka hukuman mati meningkatkan nilai kehidupan, bukan
merendahkannya. Sebab semakin serius hukumannya bagi pembunuhan,
semakin tinggi nilai yang kita letakkan dalam diri orang yang dibunuh.

2.6 Hukum Dalam Pandangan Kristen

Dalam PL (Perjanjian Lama) kata “Hukum” adalah merupakan


terjemahan dari kata”tora” (Bahasa Ibrani) yang kita kenal sebagai
“taurat” atau “torat” yang diterjemahkan dalam kitab mazmur terjemahan
baru dengan “undang-undang” secara harafiahnya, kata tora berarti :
mengajar, menunjukkan. Apabila bangsa Israel berhadapan dengan suatu
putusan yang penting, maka dimintalah “tora” dengan perantaraan
seorang nabi atau iman. Tora dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk Ilahi
atau keputusan Ilahi (1 Samuel 23:29). Dan juga dapat diartikan sebagai
seluruh petunjuk dan keputusan yang diberikan oleh Tuhan kepada
umatNya bangsa Israel. Untuk selanjutnya kata tora dipakai untuk
menyebutkan segenap Pentateukh. Tora dipandang sebagai suatu
anugerah kasih setia Tuhan, sebagai tanda bukti bahwa ia memelihara
umatNya.

Dalam arti harafiah, hukum memiliki arti yang sama dengan


Wahyu yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel untuk mengatur

14
tingkah lakunya. Oleh sebab itu ‘hukum’ tidak bisa dipisahkan dengan
kehendak Allah karena hanya Tuhan Allah lah yang memberi nilai yang
penuh melalui Firman-Nya yang ajaib.

2.7 Hukum Allah dan Hukum Kasih

Hukum Allah ialah 10 hukum taurat yang diberikan Tuhan kepada


Musa, yang berisi:

 “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah


Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain di
hadapan-Ku”.
Dengan perkataan ini, Ia hendak mengingatkan kita bahwa Ia
adalah Allah kita yang selalu beserta dan menyertai kita di sepanjang
hidup ini. Melalui ini juga, Ia menyatakan diriNya sebagai Allah
pembebas.
 “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang
ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada
di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya
atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah
Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari
orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih
setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku
dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”

Perintah kedua membicarakan bagaimana cara kita menyembah


Allah. Perintah ini mengandung arti sebagai berikut :
1. Dilarang mematungkan Allah dengan cara atau bentuk apapun
2. Dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada patung atau
berhala
3. Dilarang melakukan kebaktian dengan cara yang salah (Kel 32)

15
 “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab
TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya
dengan sembarangan/”
 “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh
adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan,
atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu
atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari
lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,
dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya. “

Maksud dari perintah ini adalah :


1. Waktu atau hari yang di khususkan untuk Tuhan
2. Menyediakan waktu untuk merenungkan makna dan tujuan hidup
kita di hadapan Tuhan agar kita dapat menemukan
rancangan/rencana Tuhan didalamnya.
Kata Minggu, berasal dari bahasa Portugis, yakni “dominggu”
yang artinya “Tuhan”. Sehingga hari minggu adalah hari Tuhan atau
hari kemenangan Tuhan
 “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”
Yang pertama kita hormati adalah orang tua kita, karena mereka
adalah orang yang pertama kali mempunyai hubungan dengan kita.
Selain itu juga kalimat ini merujuk pada orang yang lebih tua dari
kita, seperti tokoh agama, guru, pemerintah, atasan kita, dan lainnya.
Sepanjang mereka melakukan tugas sesuai dengan kehendak Allah,
kita harus mengikuti dan menaatinya dengan sungguh-sungguh.

16
Karena tugas penting orang tua adalah meneruskan kisah karya
penyelamatan Allah kepada anaknya (ulangan 6:4-9).
 “Jangan Membunuh”
Melalui perintah ini, kita di anjurkan untuk dapat menghargai
hidup manusia. Hal ini dikarenakan, hidup adalah anugerah Allah
yang mulia.
 “Jangan Berzinah”

Perintah ini menganjurkan kita untuk menjaga kesucian tubuh kita.


Maksud dari perintah ini ialah

1. Seseorang dilarang mengambil suami atau isteri sesamanya (2


Samuel 11:1-27)

2. Bertingkah laku, memikirkan, dan mengucapkan perkataan yang


tidak senonoh atau porno (Efesus 4:29, Matius 5:28)

3. Melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan dan belum


menjadi suami istri atau bukan suami atau istrinya.

Perintah ini menyatakan kehendak Tuhan akan kesucian


pernikahan dan seluruh kehidupan seksual di junjung tinggi sebagai
pemberian Tuhan yang mulia. Pernikahan mencerminkan
persekutuan antara Kristus dengan jemaatNya dan tubuh kita
merupakan tempat kediaman roh kudus (Matius 5:27-28; Efesus 5:28-
32; I Korintus 6:18-20).

 “Jangan Mencuri.”
Artinya adalah :
1. Kita harus mampu menghargai milik dan hak orang lain
2. Bersyukur atas apa yang telah kita masing-masing punyai
3. Bersyukur atas pemberian Tuhan kepada kita
 “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.”
Perintah ini mengajak kita untuk :
1. Selalu hidup dalam kejujuran
2. Menjaga dan memperjuangkan kebenaran

17
3. Menjaga mulut kita sebagai alat komunikasi dan pembawa kasih
yang baik.
Kata-kata yang kita ucapkan adalah alat dari Tuhan untuk
mengadakan hubungan dan membentuk persekutuan dengan sesama
manusia. Melalui perintah ini, kita sebagai saksi Kristus yang ada di
tengah dunia ini diingatkan untuk selalu berkata secara jujur dan
benar.
 “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau
hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau
keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.”
Perintah kesepuluh ini lebih bersifat batiniah, yakni tentang
keinginan. Jika kita mampu menguasai keinginan-keinginan, tentulah
kita tidak akan memiliki keinginan untuk menguasai milik orang lain.

Hukum Kasih, Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan


dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama
dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi.” Matius 22:37-40.

Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8) dan Hukum Allah adalah Hukum
Kasih. Kasih terbagi 2 yaitu Kasih kepada Allah dan Kasih kepada
sesama manusia (Matius 22:37-39 yaitu ayat diatas). Kasih kepada
Allah adalah 4 hukum pertama dan Kasih kepada sesama manusia
adalah 6 hukum kedua, total = 10 Hukum Allah (Keluaran 20:3-17).
Inilah sebabnya dikatakan ayat diatas dalam ayat 40 (Matius 22:40)
bahwa “pada kedua hukum inilah (kasih kepada Allah dan kasih
kepada sesama manusia) tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi.”

18
Hubungan Hukum Kasih dan 10 Perintah ALLAH :

2.8 Hubungan Hukum Dan Perintah Allah

Perintah Tuhan dan hukum, keduanya sama - sama harus ditaati dan


dijalankan. Hukum dan perintah Tuhan sama mempunyai sanksi bagi
yang melanggarnya. Perintah Tuhan Allah adalah sesuatu yang harus
dijalankan dan ditaati oleh seluruh umat manusia yang mempunyai suatu
patokan pada Hukum Taurat sehingga manusia tidak dapat merubah
perintah Tuhan Allah.

Hukum yang dibuat oleh suatu negara harus dapat dijalankan dan
ditaati oleh seluruh warganya dimana hukum dapat dibuat oleh suatu
lembaga perundang – undangan dalam negara dan disahkan oleh suatu
pemerintahan dan hukum ini dapat diubah sewaktu – waktu sesuai
dengan kondisi masyarakat dan perubahan yang terjadi pada setiap
zaman dan masyarakatnya.

Dalam Perjanjian Lama kata Hukum merupakan terjemahan dari


“tora” (bahasa Ibrani) yang artinya “taurat” atau “torat”. Alkitab
menyebutkan banyak nama untuk mendeskripsikan Hukum Kristus,
namun hanya mempunyai 1 perintah yaitu ”mengasihi”. Sebab seluruh
hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Galatia 5:14) Hukum Kristus
adalah satu – satunya hukum yang membawa kita ke dalam

19
kemerdekaan. Dalam Kitab Perjanjian Lama kita mengenal ada 10 hukum
taurat Kristus (Keluaran 20:1-17).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata Hukum itu sama dengan kata
“nomos” (bahasa Yunani) yang diterjemahkan sebagai “pemakaian,
kebiasaan hukum”, pengertian dari kedua perjanjian ini akan mendekati
makna yang sama dalam pengertiannya secara luas, karena Allahlah yang
telah memberikan petunjuk dan nilai menurut Firman–Nya dalam
Alkitab. 2 Timotius 3:15 “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah
mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan
menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus”.
Perintah Perjanjian Baru adalah kita harus hidup dalam iman dan kasih.
Perintah dalam perjanjian baru adalah kasih, dan apapun yang dilakukan
diluar kasih adalah dosa. Jadi kita akan menemukan bahwa perintah
Allah dalam Perjanjian Baru adalah bahwa kita harus berjalan di dalam
kasih, karena dengan demikian kita akan menggenapi hukum Taurat.
Orang yang mengasihi tidak mencuri, orang yang mengasihi tidak
melakukan perzinahan. Orang yang mengasihi tidak berdusta, orang yang
mengasihi tidak membunuh. Dia yang mengasihi telah memenuhi hukum
Taurat (Roma 13:8-10).

2.9 Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap Hukum

Orang Kristen mempunyai tugas dan peranan yang harus dilakukan


dalam kehidupan terhadap hukum, antara lain :

a. Menjauhi perbuatan – perbuatan yang melanggar hukum


Sebagai warga Negara yang baik yang telah diselamatkan oleh
Kristus kita harus menjauhi perbuatan yang melanggar hukum, karena
hukum itu juga bersumber dari Allah dan Allahlah yang telah
mengaruniakan pengertian kepada manusia untuk bisa memahami
peraturan itu. Kita harus mendukung kebijakan pemerintah yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, namun kita juga berhak

20
untuk menyuarakan suara kita jika keputusan atau kebijakan pemerintah
tidak sesuai dan menyimpang. Perbuatan yang marak terjadi di Negara
kita saat ini adalah pembunuhan, korupsi dan tindakan – tindakan yang
tidak terpuji lainnya. Firman Tuhan berkata “Celakalah orang yang
mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya” (Habakuk
2:6,9).

b. Harus mampu bertindak kritis


Kita sebagai orang Kristen harus mampu bertindak kritis dan tidak
ikut – ikutan dengan orang lain serta tidak mudah terpengaruh dengan
lingkungan sekitar yang jelas – jelas telah bertentangan dengan hukum,
malah sebaliknya marilah kita saling mengingatkan, menguatkan satu
sama lain. Firman Tuhan berkata “ dan dengan lemah lembut dapat
menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka
sehingga mereka mengenal kebenaran ” (2 Timotius 2:25).

c. Menabur terus yang baik atau menjadi teladan dalam mematuhi


hukum
Dalam berbuat hendaklah kita bisa menjadi teladan dalam
melaksanakan hukum, tetapi sebelum kita bisa menjadi teladan, terlebih
dahulu kita menjadi pelaku hukum dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.

21
BAB III

PENUTUP

3.0 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang materi Agama Kristen Hukum, maka


diambil penulis kesimpulan sebagai berikut :

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang


dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga
ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki
tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh
pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah
peraturan atau ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak

22
tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi
untuk orang yang melanggar hukum.

Perintah Tuhan Allah adalah sesuatu yang harus dijalankan dan


ditaati oleh seluruh umat manusia yang mempunyai suatu patokan pada
Hukum Taurat sehingga manusia tidak dapat merubah perintah Tuhan
Allah. Hukum yang dibuat oleh suatu negara harus dapat dijalankan dan
ditaati oleh seluruh warganya dimana hukum dapat dibuat oleh suatu
lembaga perundang – undangan dalam negara dan disahkan oleh suatu
pemerintahan dan hukum ini dapat diubah sewaktu – waktu sesuai
dengan kondisi masyarakat dan perubahan yang terjadi pada setiap
zaman dan masyarakatnya.

23

Anda mungkin juga menyukai