Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

MK. PEND. PANCASILA – UNITA


SEMESTER GANJIL TA. 2022/2023

SOAL.
1. Uraikan dengan jelas bagaimana proses terbentuknya Pancasila
sampai disahkannya ?
Setiap tanggal 01 Juni akan diperingati sebagai hari lahir Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hari tersebut juga ditetapkan
sebagai hari libur nasional oleh pemerintah. Hal ini didasari oleh
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016.Penetapan
tersebut bertujuan agar pemerintah dan masyarakat senantiasa
mengingat bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Berikut sejarah singkat hari lahir Pancasila

Sejarah Singkat Hari Lahir Pancasila

Kelahiran Pancasila ada kaitannya dengan berkecamuknya perang dunia kedua


pada medio 40an. Saat itu, Belanda yang sudah sekian tahun bercokol di
Indonesia dipaksa angkat kaki dari Indonesia oleh Jepang. Jepang yang
sebelumnya telah menduduki negara-negara Asia lain akhirnya sampai juga di
Indonesia.

Pasca diusirnya Belanda, Jepang mulai membuat berbagai kebijakan yang salah
satu tujuannya adalah supaya mereka dapat memenangkan perang melawan
pihak sekutu. Terlebih lagi mereka telah memulai peperangan dengan Amerika
Serikat yang artinya mereka sedang berhadapan dengan lawan tangguh.
Karenanya, Jepang membutuhkan berbagai cara dan upaya.

Perjuangan yang dilakukan Jepang akhirnya berujung pada kekalahan. Di


tengah situasi yang semakin tidak menentu itulah Jepang mulai menjanjikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai langkah konkret dari janji tersebut,
dibentuklah Dokuritsu Junbi Cosakai atau juga dikenal sebagai Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan
inilah salah satu badan yang berperan penting dalam sejarah singkat hari lahir
Pancasila.

Rapat BPUPKI

BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk menyelidiki hal-hal penting berkaitan


dengan kemerdekaan Indonesia sekaligus menyiapkan rencana kemerdekaan
juga. Dalam menjalankan perannya, BPUPKI menggelar rapat atau sidang
sebanyak beberapa kali (2 kali sidang besar tepatnya).

Pada sidang pertamanya yang berlangsung dari tangga 29 sampai 1 Juni 1945,
salah satu agenda yang dibahas adalah perihal dasar negara Indonesia.

Usulan Dasar Negara Moh. Yamin (29 Mei 1945)

Moh. Yamin menyampaikan usulan dasar negara secara tertulis pada ketua
sidang dan secara lisan.

Usulan lisan:

1. Peri Kebangsaan.

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan, dan

5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulis:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan persatuan Indonesia

3, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab


4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Usulan Dasar Negara Soepomo (31 Mei 1945)

Menurut Soepomo, negara Indonesia merdeka adalah negara yang dapat


mempersatukan semua golongan dan paham perseorangan, serta
mempersatukan diri dengan berbagai lapisan rakyat. Selanjutnya, di bawah ini
usulan dasar negara menurut Soepomo.

1. Persatuan (Unitarisme)

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

Soepomo turut menegaskan bahwa negara Indonesia merdeka bukan negara


yang menyatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat serta
tidak menyatukan dirinya dengan golongan paling kuat (golongan politik atau

ekonomi yang paling kuat).

Usulan Dasar Negara Soekarno (1 Juni 1945)

Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia merdeka


pada 1 Juni 1945. Ia memberikan usulan yang berbentuk Philosophische
Grondslag atau Weltanschauung, yaitu fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat
yang sedalam-dalamnya demi mendirikan negara yang kekal abadi.
Soekarno menyatakan usulan dasar negara dengan sebutan Panca Dharma.
Lalu, dengan anjuran para ahli bahasa, rumusan dasar negara yang diusulkan
Soekarno ini dinamakan Pancasila.

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasional atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial, dan

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam persidangan itulah, Pancasila yang pertama kali diusulkan oleh Ir.
Soekarno dirumuskan oleh para bapak bangsa.

Tentunya usulan Soekarno tidaklah serta merta begitu saja diterima oleh para
peserta sidang. Terdapat perbedaan pandangan antara beberapa pihak.
Perbedaan pendapat tidak hanya dalam hal dasar negara melainkan juga
dalam hal bentuk negara dan hal-hal krusial lainnya.

Peran Panitia Sembilan

Dikarenakan belum usainya pembahasan dalam sidang, diputuskanlah untuk


membentuk sebuah komite untuk menyelesaikan perselisihan yang ada dalam
sidang. Komite ini kemudian dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan yang
beranggotakan:

1. Soekarno

2. Mohammad Hatta

3. Achmad Soebardjo

4. M. Yamin

5. Wahid Hasjim
6. Abdoel Kahar Moezakir

7. Abikusno Tjokrosoejoso

8. Haji Agus Salim

9. A.A. Maramis

Kesembilan tokoh inilah yang akhirnya menyelesaikan pembahasan mengenai


dasar-dasar negara termasuk juga Pancasila yang mana menjadi bagian penting
dari sejarah singkat hari lahir Pancasila. Pembahasan dasar negara ini selesai
pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian dikenal dengan sebutan Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter yang berbunyi seperti berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4.Keraykatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Disahkan Oleh PPKI

Pancasila akhirnya baru benar-benar disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945


atau sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh PPKI. Pancasila
yang disahkan pada hari tersebut lah yang isinya kita kenal sekarang yaitu
dengan direvisinya sila pertama menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ oleh
sebab satu dan lain hal.

Demikianlah sejarah singkat lahirnya sebuah dasar negara yang memiliki nama
"PANCASILA". Semoga dengan adanya peringatan setiap tahun dapat
mengenalkan ke generasi bangsa bahwa Pancasila memiliki peran penting di
Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Uraikan bagaimana dinamika Pancasila sejak disahknyannya sampai


sekarang ?

Pancasila Era Kemerdekaan


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh
Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang.
Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan
dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di
Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya.
Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16
Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua
dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul
02.00-04.00 dini hari. Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi
Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir.
Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
atas nama bangsa Indonesia. Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut
diketik oleh Sayuti Melik. Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945.

Pancasila Era Orde Lama


Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh
terhadap munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang
memenuhi “anjuran” Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang
Dasar 1945” dengan Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta
sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak lainnya menyetujui ‘kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya dengan Pancasila
seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua
usulan tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante
(Anshari, 1981: 99). Majelis ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959.
Kejadian ini menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah
Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian
dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli 1959 dan diumumkan secara
resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana
Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

Pancasila Era Orde Baru Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi 36 butir, yaitu:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
danberadab.
b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. .Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan teposeliro.

d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.


e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

3. Sila Persatuan Indonesia


a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-


Bhinneka Tunggal Ika.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia


a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkansikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b. Bersikap adil.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.


d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Pancasila Era Reformasi


Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan
aparat pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat
legitimasi politik. Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya
ekonomi nasional, maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang
dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan
moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik,
ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000: 245). Saat Orde Baru tumbang, muncul
fobia terhadap Pancasila. Dasar Negara itu untuk sementara waktu seolah
dilupakan karena hampir selalu identik dengan rezim Orde Baru. Dasar negara
itu berubah menjadi ideologi tunggal dan satu- satunya sumber nilai serta
kebenaran. Negara menjadi maha tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi (Ali,
2009: 50). Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila pada Era
Reformasi ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu dampak negatif yang
berarti, namun semakin hari dampaknya makin terasa dan berdampak sangat
fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam
kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi
konflik-konflik horisontal dan vertikal secara masif dan pada akhirnya
melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran
budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi
kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda. Dalam
bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai sektor
diperparah lagi dengan cengkeraman modal asing dalam perekonomian
Indonesia. Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh
aktivitas politik seolah-olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan
golongan. Lebih dari itu, aktivitas politik hanya sekedar merupakan libido
dominandi atas hasrat untuk berkuasa, bukannya sebagai suatu aktivitas.

Argumen tentang dinamika pancasila


Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa
Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai
Pancasila. Sebagaimana diketahui bahwa Soekarno adalah termasuk seorang
perumus bahkan penggali dan pemberi nama dasar negara. Dalam perjalanan
pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur
dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom.

Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto


diletakan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978
tentan permasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto Pancasila menjadi asas
tunggal bagi semua organisasi politik ( Orpol ) dan organisasi masyarakat
( Ormas ). Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak
menghapuskan perbedaan, tetapi merangkum semuanya dalam satu
semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka " Bhinneka
Tunggal Ika ". Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai