Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah.


Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai
peraturan peraturan dan hukum yang berlaku, begitu juga
dengan Negara Indonesia. Negara Indonesia adalah Negara
hukum, yang mempunyai peraturan peraturan hukum yang
bersifat memaksa seluruh masyarakat atau rakyat Indonesia
harus patuh terhadap peraturan peraturan atau kebijakan
kebijakan hukum di Indonesia. Negara pun membentuk badan
penegak hukum guna mempermudah dalam mewujudkan negara
yang adil dan makmur. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih
banyak kesalahan dalam menegakan hukum di Negara kita. Dan
masih banyak juga ketidakadilan dalam pelaksanaan hukum
yang berlaku. Tetapi itu bukanlah salah dalam perumusan
hukum, melainkan salah satu keteledoran badan badan pelaksa
hukum di Indonesia.

Akibat dari keteledoran tersebut banyak sekali pelangaran


pelangaran hukum, dan pelangar pelangar hukum yang
seharusnya di adili dan dikenakan sangsi yang seharusnya,
malah dibiarkan begitu saja. Dan hal ini sangat berdampak buruk
bagi masa depan Negara ini. Oleh karena itu kita akan
membahas apa dan bagaimana penegakan hukum yang adil.
Dan bagaimana upaya upaya penegakan hukum di Negara kita
ini.

Adapun pelaksanaan hukum juga harus bersumber dari


Allah sebab Allah lah yang menjadi sumber daripada hukum itu
sendiri, maka hukum tersebut akan menjadi sumber
kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Setiap umat manusia
harus menjunjung tinggi hukum dan menaatinya dengan baik
agar setiap manusia dapat mendapatkan keadilan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dilakukan


penulis, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi
topik pembahasan dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan hukum ?


2. Apa tujuan dari hukum ?
3. Apa saja ciri ciri dari hukum?
4. Apa saja sifat sifat dari hukum ?
5. Apa saja jenis jenis hukum di Indonesia ?
6. Apa saja Unsur Utama Dalam Penegakan Hukum ?
7. Bagaimana Kondisi hukum dan Penegakan Hukum Di
Indonesia ?
8. Faktor- Faktor Apa saja Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum ?
9. Apa yang dimaksud dengan hukum IT (Cyber Law) dan
hukum mati serta pelaksanaannya?
10. Apa Tujuan Cyber Law ?
11. Apa saja Undang-Undang Yang Mengatur Cyber
Crime?
12. Bagaimana Hukum Dalam Pandangan Kristen ?
13. Bagaimana Hubungan Hukum Dan Perintah Allah?
14. Apa saja Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap
Hukum?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum penulisan karya tulis ini untuk :
1. Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan hukum.
2. Untuk mengetahui tujuan dari hukum.
3. Untuk mengetahui ciri ciri dari hukum.
4. Untuk mengetahui sifat sifat dari hukum.
5. Untuk mengetahui jenis jenis hukum di Indonesia.
6. Untuk mengetahui unsur utama dalam penegakan
hukum,
7. Agar mengetahui kondisi hukum dan penegakan hukum
di Indonesia.
8. Agar mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum.
9. Untuk mengerti hukum IT dan Hukum Mati serta cara
pelaksanaanya.
10. Untuk mengetahui tujuan dari Cyber Law.

2
11. Untuk mengetahui undang undang yang mengatur
cyber.
12. Agar memahami hukum dalam pandangan Kristen.
13. Agar memahami hubungan hukum dan pertintah
Allah.
14. Untuk mengetahui tugas dan peranan Kristen
terhadap hukum.

1.4 Manfaat Penulisan


Mengetahui Hukum dari sudut pandang umum, sudut
pandang dunia IT , dan hubungannya dengan Iman Kristen.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum

Pengertian Hukum Secara Umum

3
Hukum merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani yaitu tora
yang sama artinya dengan taurat dan diterjemahkan dalam
kitab mazmur terjemahan baru yaitu undang-undang. Tora
berarti mengajar, menunjukkan.

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi


yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku
manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu
setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan
hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau
ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis
untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi
untuk orang yang melanggar hukum.

Pengertian Hukum Menurut Ahli

VAN KAN : Hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang


bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusai di
dalam masyarakat. Peraturan dalam menjalankan kehidupan
diperlukan untuk melindungi kepentingan dengan tertib.

MARX : Hukum adalah pengemban amanat kepentingan ekonomi


para kapitalis yang tidak segan memarakkan kehidupannya lewat
exploitasi- exploitasi yang luas. Sehingga hukum bukan saja
berfungsi sebagai fungsi politik saja akan tetapi juga sebagai
fungsi ekonomi.

WIRYONO KUSUMO : Hukum adalah keseluruhan peraturan baik


yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib
dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya
dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk
mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam
masyarakat.

4
MOCHTAR KUSUMAATMADJA : Hukum merupakan keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, dan juga mencakupi lembaga-lembaga
(institutions) dan proses-proses (processes) yang mewujudkan
berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.

SOETANDYO WIGJOSOEBROTO : Bahwa tidak ada yang konsep


tunggal mengenai apa yang disebut hukum itu. Karena
sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep: hukum sebagai asas
moralitas, hukum sebagai kaidah-kaidah positif yang berlaku
pada waktu dan tempat tertentu, dan yang ketiga, hukum
dikonsepkan sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam
sistem kehidupan bermasyarakat.

MARX : Hukum adalah pengemban amanat kepentingan ekonomi


para kapitalis yang tidak segan memarakkan kehidupannya lewat
exploitasi- exploitasi yang luas. Sehingga hukum bukan saja
berfungsi sebagai fungsi politik saja akan tetapi juga sebagai
fungsi ekonomi.

2.2 Tujuan Hukum

Tujuan secara umum

1) Mendatangkan kemakmuran masyarakat mempunyai


tujuan
2) Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
3) Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan
masyarakat
4) Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada
semua orang
5) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir
dan batin
6) Sebagai sarana penggerak pembangunan
7) Sebagai fungsi kritis

5
Tujuan Menurut Para Ahli

1) Prof. Subekti, S.H.

Hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam


pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan pada rakyatnya.

2) Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn

Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup


manusia secara damai.

3) Geny

Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai


keadilan, dan sebagai unsur daripada keadilan
disebutkannya kepentingan daya guna dan
kemanfaatan.

4) Jeremy Betham (teori utilitas),

Hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa


yang berfaedah bagi orang.

5) Prof. Mr. J. Van Kan,

Hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap


manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat
diganggu.

2.3Ciri Ciri Hukum


a) Menurut Plato

Undang-undang yang tertulis harus dibuat supaya ada yang


memerintah antara warga negara dan untuk membuat mereka
menjadi penduduk yang baik dan saleh, sehingga dengan cara

6
yang demikian ketertiban akan terjamin. Kemudian pada abad
pertengahan, Thomas Aquino mengembangkannya lebih jauh
bahwa tertib alam masih selalu dianggap sebagai norma untuk
kehidupan manusia, namun motifnya berubah. Alam tidak lagi
dianggap suci atau sacral, tetapi dipandang sebagai ciptaan
Allah. Dengan mematuhi ketertiban alam, maka orang akan
tunduk kepada kehendak Allah. Dengan demikian, manusia
melakukan kebajikan keadilan. Kalau manusia melanggar
kehendak Allah, maka akan mendapatkan hukuman karena
keadilan Allah. Kemudian pada abad XIX, Pendapat ini dilepas
sebagai konsekwensi dari kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan. Hukum ditentukan oleh sejarah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa tatanan hukum adalah hukum positif
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah adalah sumber
hukum. Sistem hukum tidak diberikan kepada kita, melainkan
diserahkan untuk kita kerjakan. Hukum itu bukan hanya dalam
keputusan, melainkan juga dalam realisasi.

b) Menurut Prof. Padmo Wahyono

Hukum yang berlaku bagi suatu negara mencerminkan


perpaduan antara sikap dan pendapat pimpinan dalam sebuah
pemerintahan Negara, dan keinginan masyarakat luas mengenai
hukum tersebut, bagaimana cara masyarakat luas memahami
dan melaksanakan prinsip-prinsip negara berdasarkan hukum,
tidak dapat di lepaskan dari tingkat pengetahuannya mengenai
hukum atau pendidikan hukumnya. Hukum akan sungguh-
sungguh merupakan hukum apabila apa yang benar-benar oleh
kita sebagai anggota masyarakat dikehendaki kemudian
diterima, apabila anggota masyarakat dapat betul-betul berfikir
seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang dan
terutama juga hal itu telah benar-benar menjadi sebuah realitas
hidup dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat.

7
c) Hukum itu mewajibkan

Menurut golongan Neopotisme, hukum itu betul-betul telah


menjadi hukum karena kewajiban instansi yang kompeten. Hans
Kelsen berpendapat bahwa kewajiban yudiris merupakan sebuah
kategori yang lepas dari realitas social. Hukum positif
mengandaikan kemungkinan paksaan, hukum bertitik tolak dari
ide bahwa ada orang-orang yang tidak taat terhadap perintah
yang diberikan kepada mereka secara sah. Hal itu mengandung
makna bahwa hukum itu dilakukan dengan pertolongan paksaan
yaitu paksaan yang diatur dalam Negara untuk dilakukan dalam
kehidupan. Apabila hukum telah terbentuk sesuai dengan
undang-undang dasar, maka setiap warga Negara berkewajiban
untuk menaatinya agar tercapai kebaikan bersama dan
pemerintah adalah menjadi orang yang paling bertanggungjawab
dalam mengawasinya.

2.4 Sifat sifat hukum

a. Besifat Mengatur

Hukum dikatakan memiliki sifat mengatur karena hukum


memuat berbagai perarturan baik dalam bentuk perintah
maupun larangan yg mengatur tingkah laku manusia dalam
hidup bermasyarakat demi terciptanya ketertiban di masyarakat

b. Bersifat Memaksa

Hukum dikatakan memiliki sifat memaksa karena hukum


memiliki kemampuan dan kewenangan memaksa anggota
masyarakat untuk mematuhinya. hal ini dibuktikan dengan
adanya sanksi yg tegas terhadap orang-orang yg melakukan
pelanggaran terhadap hukum

c. Bersifat Melindungi

8
Hukum dikatakan memiliki sifat melindungi karena hukum
dibentuk untuk melindungi hak tiap-tiap orang serta menjaga
keseimbangan yg serasi antara berbagai kepentingan yg ada.

2.5 Jenis jenis hukum di Indonesia

Ada bererapa hukum yang berlaku di Indonesia. Pembagian


hukum di Indonesia berdasarkan pada beberapa aspek. Berikut
jenis-jenis pembagian hukum di Indonesia.

a. Menurut sumbernya
1) Hukum undang-undang, yaitu peraturan hukum yang
tercantum dalam perundangan-undangan.
2) Hukum adat, yaitu peraturan-peraturan hukum yang terletak
dalam kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu peraturan hukum yang ditetapkan oleh
beberapa negara dalam suatu perjanjian Negara.
4) Hukum jurisprudensi, yaitu peraturan hukum yang terbentuk
oleh putusan hakim.
5) Hukum doktrin, peraturan hukum yang berasal dari dari
pendapat para ahli hukum.

b. Menurut bentuknya
1) Hukum tertulis, yaitu peraturan hukum yang terdapat pada
berbagai perundangan-undangan.
2) Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu peraturan
hukum yang masih hidup dalam keyakinan sekelompok
masyarakat dan ditaati oleh mayarakat tersebut walaupun
peraturan tersebut tidak tertulis dalam bentuk undang-
undang.

c. Menurut tempat berlakunya :


1) Hukum nasional, yaitu peraturan hukum yang berlaku dalam
suatu wilayah Negara tertentu.
2) Hukum internasional, yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan dalam dunia internasional.

9
d. Menurut waktu berlakunya
1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu peraturan hukum yang
berlaku pada saat ini bagi suatu masyarakat dalam suatu
daerah tertentu.
2) Ius constituendum, yaitu peraturan hukum yang diharapkan
akan berlaku pada masa mendatang.
3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu peraturan hukum yang
berlaku pada siapa saja dan kapan saja diseluruh dunia.

e. Menurut cara mempertahankannya


1) Hukum material, yaitu peraturan hukum yang berisi perintah
dan larangan untuk mengatur kepentingan bersama.
2) Hukum formal, yaitu peraturan hukum yang mengatur
tentang bagaimana cara pelaksaan hukum material.

f. Menurut sifatnya
1) Hukum yang memaksa, yaitu peraturan hukum yang bersifat
mutlak.
2) Hukum yang mengatur, yaitu peraturan hukum yang dapat
dikesampingkan jika pihak yang bersangkutan telah
membuat peraturan sendiri.

g. Menurut wujudnya
1) Hukum obyektif, yaitu peraturan hukum yang berlaku umum
dalam suatu Negara.
2) Hukum subyektif, yaitu peraturan hukum yang muncul dari
hukum obyektif teapi hanya berlaku pada orang tertentu.
Hukum subyektif juga disebut sebagai hak.

h. Menurut isinya
1) Hukum privat, yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan antara orang yang satu dengan orang lain yang
menitikberatkan kepada kepentingan pribadi.
2) Hukum publik, yaitu peraturan hukum yang mengatur
hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya dan
warga negararanya.

10
2.6 Hak dan Kewajiban WNI dalam pelaksanaan Hukum
2.6.1 HAK
1. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali serta
dijalankan dengan sebaik-baiknya.

2. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal


28J ayat 1).

3. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan


dengan undang-undang. (pasal 28J ayat 2).

2.6.2 KEWAJIBAN

1. Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat


(1)).

2. Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata


hukum dan dalam pemerintahan. (pasal 28D ayat (1)).

Pasal 27, ayat (1) segala warga negara bersamaan


dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya,
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat 1 ini
menyatakan bahwa warga negara Indonesia pisamping punya
hak juga punya kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum.

2.7 Unsur Utama Dalam Penegakan Hukum


Menurut Gustav Radbruch terdapat tiga unsur utama/tujuan
dalam penegakan hukum, antara lain :
1) Keadilan (Gerechtigkeit), dalam pelaksanaanya hukum harus
mampu menciptakan suatu suasana yang adil didalam
masyarakat.
2) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit), hukum bertugas
menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban
masyarakat.

11
3) Kemanfaatan (Zweckmaigkeit), pelaksanaan hukum atau
penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi
masyarakat.

2.8 Kondisi hukum dan Penegakan Hukum Di Indonesia


Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai
kritik daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik yang
berkaitan dengan penegakkan hukum , kesadaran hukum ,
kualitas hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan
dengan proses berlangsungya hukum dan juga lemahnya
penerapan berbagai peraturan. Kritik begitu sering dilontarkan
berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia. Kebanyakan
masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu dapat
dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang
punya uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau
aturan negara dilanggar. Ada pengakuan di masyarakat bahwa
karena hukum dapat dibeli maka aparat penegak hukum tidak
dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara
menyeluruh dan adil. Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan
sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga dipermainkan seperti
barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat
pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam
mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat
hukumyangmorat-marit.

Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum


seperti, mafia hukum di peradilan, peradilan yang diskriminatif
atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang
gampang ditemui dalam penegakan hukum di negeri ini. Orang
biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil, seperti
anak dibawah umur saudara Hamdani yang mencuri sandal
jepit bolong milik perusahaan di mana ia bekerja di Tangerang,
Nenek Minah yang mengambil tiga butir kakao di Purbalingga,
serta Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji semangka

12
langsung ditangkap dan dihukum seberat beratnya. Sedangkan
seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran
rupiah milik negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya.
Berbeda halnya dengan kasus-kasus yang hukum dengan
tersangka dan terdakwa orang-orang yang memiliki kekusaan,
jabatan dan nama. Proses hukum yang dijalankan begitu berbelit-
belit dan terkesan menunda-nuda. Seakan-akan masyarakat
selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh Negara tersebut.
Tidak ada keputusan yang begitu nyata. Contohnya saja kasus
Gayus Tambunan, pegawai Ditjen Pajak Golongan III menjadi
miliyader dadakan yang diperkirakan korupsi sebesar 28 miliar,
tetapi hanya dikenai 6 tahun penjara, kasus Bank Century dan
yang masih hangat saat ini Ketua Mahkamah Konstitusi (MK),
Akhil Mochtar ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan. Dalam
operasi itu, KPK telah menyita uang dollar Singapura senilai Rp 3
miliar yang menunjukkan penegakan hukum di bangsa Indonesia
dalam kondisi awas, hampir semua kasus diatas prosesnya
sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal
semua kasus tersebut begitu merugikan Negara dan masyarakat
kita. Kapankan ini semua akan berakhir ?

Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat


berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kekuatan demokrasi
Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang
memperjualbelikan hukum sama artinya dengan mencederai
keadilan. Merusak keadilan atau bertindak tidak adil tentu saja
merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat. Pada
kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan
tidak tidak mungkin pertahanan dan keamanan bangsa menjadi
taruhannya.

Ketidakadilan akan memicu berbagai tindakan alami berupa


perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke dalam berbagai
aksi-aksi anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap

13
pembangunan bangsa. Dengan kata lain, situasi ketidakadilan
atau kegagalan mewujudkan keadilan melalui hukum menjadi
salah satu titik problem yang harus segera ditangani dan negara
harus sudah memiliki kertas biru atau blue print untuk dapat
mewujudkan seperti apa yang dicita citakan pendiri bangsa ini .
Namun menta dan moral korup yang merusak serta sikap
mengabaikan atau tidak hormat terhadap sistim hukum dan
tujuan hukum dari pada bangsa Indonesia yang memiliki tatanan
hukum yang baik , menurut penulis , sebagai gambaran bahwa
penegakkan hukum merupakan karakter atau jati diri bangsa
Indonesia sesuai apa yang terkandung dalam isi dari Pancasila
dan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 .dengan situasi dan
kondisi seperti sekarang ini norma dan kaidah yang telah
bergerasar kepada rasa egoisme dan individual tanpa
memikirkan orang lain dan inilah nilai ketidakadilan akan
meningkatkan aksi anarkhisme, kekerasan yang jelas-jelas tidak
sejalan dengan karakter bangsa yang penuh memiliki asas
musyawarah untuk mufakat seperti yang terkadung dan tersirat
dalam isi Pancasila .

2.9 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum
Menurut Soerjono Soekanto factor faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum sebagai berikut :
a. Faktor hukumnya sendiri

Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin baik


memungkinkan penegakannya. Sebaliknya, semakin tidak baik
suatu peraturan hukum akan semakin sukarlah menegakannya.

14
Secara umum, peraturan hukum yang baikadalah peraturan
hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis.

1) Secara Yuridis

Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada


peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa
setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan
dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Misalnya,
Undang Undang di Indonesia dibentuk oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

2) Secara Sosiologis

Bilamana peraturan hukum tersebut diakui atau diterima oleh


masyarakat kepada siapa peraturan hukum tersebut ditujukan/
diberlakukanmenurut Anerkennungstheorie, (The recognition
Theory). Teori ini bertolak belakang dengan Machttheorie,
(Power Theory) yang menyatakan, bahwa peraturan hukum
mempunyai kelakuan sosiologis, apabila dipaksakan berlakunya
oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh warga masyarkat.

3) Secara Filosofis

Apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita cita


hukum (rechtsidde) sebagai nilai positif yang tertinggi. Dalam
negara Indonesia, cita cita hukum sebagai nilai positif yang
tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Faktor Penegak Hukum

Secara sosiologi setiap penegak hukum tersebut mempunyai


kedudukan (status) atau peranan (role). Kedudukan sosial
merupakan posisi tertentu dalam struktur masyarakat yang
isinya adalah hak dan kewajiban.

15
Penegakkan hukum dalam mengambil keputusan diperlukan
penilaian pribadi yang memegang peranan karena :

1)Tidak ada perundingan undang undang yang sedemikian


lengkap, sehingga dapat mengatur perilaku manusia.
2)Adanya hambatan untuk menyelesaikan perundang undangan
dengan perkembangan masyarakat sehingga menimbulkan
ketidakpastian.
3)Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang undangan.
4) Adanya kasus kasus individual yang memerlukan
penanganan khusus.

b. Faktor Sarana Dan Fasilitas


Sarana atau fasilitas antara lain mencakup tenaga manusia
yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan
yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal
hal itu tidak terpenuhi maka mustahil penegak hukum akan
mencapai tujuannya. Misalnya, untuk membuktikan apakah
suatu tanda tangan palsu atau tidak, kepolisian di daerah tidak
dapat mengetahui secara pasti, karena tidak mempunyai alat
untuk memeriksanya, sehingga terpaksa dikirim ke Jakarta.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa sarana
atau fasilitas sangat menentukan dalam penegakan hukum.
Tanpa sarana atau fasilitas yang memadai, penegakan hukum
tidak akan dapat berjalan lancar, dan penegak hukum tidak
mungkin menjalankan peranan yang seharusnya.

c. Faktor Masyarakat
Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan
semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran hukum
masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan
penegak hukum yang baik.
Kesadaran hukum merupakan suatu pandangan yang hidup
dalam masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan itu
berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu agama,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Pandangan itu selalu berubah,

16
oleh karena itu hukum pun selalu berubah. Maka diperlukan
upaya dari kesadaran hukum, yakni :
1)Pengetahuan hukum
2)Pemahaman hukum
3)Sikap terhadap norma norma
4)Perilaku hukum.

d. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilainilai mana yang
merupakan konsepsikonsepsi yang abstrak mengenai apa yang
dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk
(sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan
dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu
berlaku pula hukum tertulis (perundang undangan), yang
dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakat yang
mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum
perundang undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai
nilai yang menjadi dasar dari hukum adat, agar hukum
perundangundangan tersebut dapat berlaku secara aktif.
Mengenai berlakunya undangundang tersebut, terdapat
beberapa azas yang tujuannya adalah agar undangundang
tersebut mempunyai dampak yang positif. Asasasas tersebut
antara lain :
1) Undang undang tidak berlaku surut.
2) Undang undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi.
3) Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.
4) Undang undang yang bersifat khusus menyampingkan undang
undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama.
5) Undang undang yang berlaku belakangan, membatalkan
undang undang yang berlaku terdahulu.

2.10 Hukum IT ( Cyber Law) dan Hukum Mati

2.10.1 Cyber Law

17
Cyber Law adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang
perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan
memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia cyber ataumaya. Cyber Law sendiri
merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law.

Istilah hukum cyber diartikan sebagai padanan kata dari


Cyber Law, yang saat ini secara internasional digunakan untuk
istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan TI. Istilah lain
yang juga digunakan adalah Hukum TI (Law of Information
Teknologi), Hukum Dunia Maya (Virtual World Law) dan Hukum
Mayantara.

Secara akademis, terminologi cyber law belum menjadi


terminologi yang umum. Terminologi lain untuk tujuan yang sama
seperti The law of the Internet, Law and the Information
Superhighway, Information Technology Law, The Law of
Information, dll.

Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada satu istilah yang


disepakati. Dimana istilah yang dimaksudkan sebagai
terjemahan dari cyber law, misalnya, Hukum Sistem Informasi,
Hukum Informasi, dan Hukum Telematika (Telekomunikasi dan
Informatika).

Secara yuridis, cyber law tidak sama lagi dengan ukuran dan
kualifikasi hukum tradisional. Kegiatan cyber meskipun bersifat
virtual dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan
hukum yang nyata. Kegiatan cyber adalah kegiatan virtual yang
berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat
elektronik. Dengan demikian subjek pelakunya harus
dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah melakukan
perbuatan hukum secara nyata.

18
2.10.2 Perbuatan Dapat Menyebabkan Seseorang
Terjerat Cyber Law
1) Cyber stalking (Pencurian dunia maya)
Cyberstalking adalah penggunaan internet atau alat elektronik
lainnya untuk menghina atau melecehkan seseorang,
sekelompok orang, atau organisasi. Hal ini termasuk tuduhan
palsu, memata-matai, membuat ancaman, pencurian identitas,
pengerusakan data atau peralatan, penghasutan anak di bawah
umur untuk seks, atau mengumpulkan informasi untuk
mengganggu. Definisi dari pelecehan harus memenuhi kriteria
bahwa seseorang secara wajar, dalam kepemilikan informasi
yang sama, akan menganggap itu cukup untuk menyebabkan
kesulitan orang lain secara masuk akal.

2) Penipuan dan pencurian identitas


Pencurian identitas adalah menggunakan identitas orang lain
seperti KTP, SIM, atau paspor untuk kepentingan pribadinya, dan
biasanya digunakan untuk tujuan penipuan. Umumnya penipuan
ini berhubungan dengan Internet, namun sering huga terjadi di
kehidupan sehari-hari. Misalnya penggunaan data yang ada
dalam kartu identitas orang lain untuk melakukan suatu
kejahatan. Pencuri identitas dapat menggunakan identitas orang
lain untuk suatu transaksi atau kegiatan, sehingga pemilik
identitas yang aslilah yang kemudian dianggap melakukan
kegiatan atau transaksi tersebut.

3) Phishing scam
Dalam sekuriti komputer, phising (Indonesia: pengelabuan)
adalah suatu bentuk penipuan yang dicirikan dengan percobaan
untuk mendapatkan informasi peka, seperti kata sandi dan kartu
kredit, dengan menyamar sebagai orang atau bisnis yang
terpercaya dalam sebuah komunikasi elektronik resmi, seperti

19
surat elektronik atau pesan instan. Istilah phishing dalam bahasa
Inggris berasal dari kata fishing (= memancing), dalam hal ini
berarti memancing informasi keuangan dan kata sandi
pengguna.

4) Perang informasi (Information warfare)


Perang Informasi adalah penggunaan dan pengelolaan informasi
dalam mengejar keunggulan kompetitif atas lawan. perang
Informasi dapat melibatkan pengumpulan informasi taktis,
jaminan bahwa informasi sendiri adalah sah, penyebaran
propaganda atau disinformasi untuk menurunkan moral musuh
dan masyarakat, merusak kualitas yang menentang kekuatan
informasi dan penolakan peluang pengumpulan-informasi untuk
menentang kekuatan. Informasi perang berhubungan erat
dengan perang psikologis.

2.10.3 Undang-Undang Yang Mengatur Cyber Law

Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat


Internet, Undang-Undang yang diharapkan (ius konstituendum)
adalah perangkat hukum yang akomodatif terhadap
perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan,
termasuk dampak negative penyalahgunaan Internet dengan
berbagai motivasi yang dapat menimbulkan korban-korban
seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini, Indonesia belum
memiliki Undang - Undang khusus/ cyber law yang mengatur
mengenai cybercrime walaupun rancangan undang undang
tersebut sudah ada sejak tahun 2000 dan revisi terakhir dari
rancangan undang-undang tindak pidana di bidang teknologi
informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan ke Sekretariat
Negara RI oleh Departemen Komunikasi dan Informasi serta
dikirimkan ke DPR namun dikembalikan kembali ke Departemen

20
Komunikasi dan Informasi untuk diperbaiki. Tetapi, terdapat
beberapa hukum positif lain yang berlaku umum dan dapat
dikenakan bagi para pelaku cybercrimeterutama untuk kasus-
kasus yang menggunakan komputer sebagai sarana, antara lain:

a. Kitab Undang Undang Hukum Pidana


Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Menurut Pasal 1 angka (8) Undang- Undang No 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, program komputer adalah sekumpulan
intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema
ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media
yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau
untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam
merancang intruksi-intruksi tersebut.
1. Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding dimana
pelaku mencuri nomor kartu kredit milik orang lain walaupun
tidak secara fisik karena hanya nomor kartunya saja yang
dengan menggunakansoftware card generator di Internet
untuk melakukan transaksi di e-commerce. Setelah dilakukan
transaksi dan barang dikirimkan, kemudian penjual yang
ingin mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena
pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan transaksi.

2. Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau


hacking yang membuat sistem milik orang lain, seperti
website atau program menjadi tidak berfungsi atau dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

3. Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus


penyebaran foto atau film pribadi seseorang yang vulgar di
Internet.

b. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

21
Menurut Pasal 1 angka (1) Undang- Undang No 36 Tahun
1999,Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman,
atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-
tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau
sistem elektromagnetik lainnya.

c. Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen


Perusahaan
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997
tanggal 24 Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan,
pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas mikrofilm
dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang bukan kertas
dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin
keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan.
Misalnya Compact Disk - Read Only Memory(CD - ROM), dan
Write - Once - Read - Many (WORM), yang diatur dalam Pasal 12
Undang-Undangtersebut sebagai alat bukti yang sah.

d. Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas


Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang
yang paling ampuh bagi seorang penyidik untuk mendapatkan
informasi mengenai tersangka yang melakukan penipuan melalui
Internet, karena tidak memerlukan prosedur birokrasi yang
panjang dan memakan waktu yang lama, sebab penipuan
merupakan salah satu jenis tindak pidana yang termasuk dalam
pencucian uang (Pasal 2 Ayat (1) Huruf

e. Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Terorisme
Selain Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, Undang-Undang
ini mengatur mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan Pasal

22
27 huruf b yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat
optik atau yang serupa dengan itu .

2.11.Tujuan Cyber Law

Cyberlaw sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya


pencegahan tindak pidana, ataupun penanganan tindak pidana.
Cyber law akan menjadi dasar hukum dalam proses penegakan
hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana elektronik
dan komputer, termasuk kejahatan pencucian uang dan
kejahatan terorisme.

2.11.1 Contoh Kasus pelanggaran Cyber Law

Blogger Terancam Undang-Undang Wikileaks

Akhir-akhir ini, pengguna blog ekstra waspada. Pasalnya,


jika materi blog dianggap menghina seseorang, pemilik blog
tersebut bisa diancam pidana penjara enam tahun dan denda Rp
1 miliar. Adalah Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang
menyebutkan ancaman itu. Secara lengkap, ayat itu berbunyi
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Selanjutnya, tercantum di Pasal 45 UU ITE, sanksi pidana bagi
pelanggar pasal 27 ayat (3) yaitu penjara enam tahun dan denda
maksimal Rp 1 miliar. Kehadiran pasal itu membuat geram para
blogger, lembaga swadaya masyarakat pemilik situs, dan para
pengelola situs berita online. Mereka merasa terancam haknya
menyiarkan tulisan, berita, dan bertukar informasi melalui dunia
maya. Pasal itu dianggap ancaman terhadap demokrasi. Kini,

23
mereka ramai-ramai mengajukan permohonan pengujian Pasal
27 ayat (3) UU ITE kepada Mahkamah Konstitusi karena
bertentangan dengan Pasal 28F UUD 1945.

ICW Dukung Putusan MK Hapus Pasal Penyadapan

Indonesian Corruption Watch (ICW) mendukung langkah


Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus pasal aturan tentang tata
cara penyadapan. Karena, jika pasal ini tidak dihapuskan akan
menghambat upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
memberantas korupsi. Menurut Wakil Koordinator ICW, Emerson
Yuntho, dalam melakukan tugasnya, biasanya KPK menyadap
nomor telepon kalangan eksekutif. Jika pasal tentang
penyadapan ini diberlakukan, maka pada ujungnya Kementerian
Komunikasi dan Informasi (Kominfo) selaku eksekutif yang
mengendalikan aturan penyadapan ini. Mahkamah Konstitusi
(MK) membatalkan pasal 31 ayat 4 UU/11/ 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Pasal tersebut mengatur
tentang tata cara penyadapan.

Kasus Bullying Sonya Depari Sembiring

Kasus Cyberbullying di awal April 2016, Siswi SMA di Medan


yang bernama Sonya Depari Sembiring mendadak bikin heboh
jagat media sosial. Bukan karena prestasinya, melainkan sikap
arogan saat ditilang seorang Polisi Wanita (Polwan) saat konvoi
usai UN kemarin. Sonya malah membentak-bentak polwan Ipda
Perida Panjaitan, saat menindak mobil yang ditumpanginya
melintas dengan pintu belakang terbuka ke atas. Bahkan Sonya
mengaku anak seorang Jenderal. Cacian, ejekan, dan nyinyiran
langsung mengarah pada Sonya. Bahkan akibat ulahnya Sonya

24
harus kehilangan ayah kandung nya akibat tak tahan karena
anak nya menjadi bahan bullying.

2.11.2 Perwujudan IT dalam sejarah manusia di Alkitab


Perjanjian Lama dan Baru

1. Dalam sejarah air bah, Allah memerintahkanNuhmembuat


kapaluntuk menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan
akibat air bah. Dimensi ruang, cara pembuatan, kapal ataupun
bahan telah ditentukan oleh Allah (Kejadian 6:14-15).

2. Ketika Musa diperintahkanuntukmembuat Kemah Suci


(Keluaran 25:9), Allah sendiri telah menjadi arsitek yang
merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah
suci tersebut (Keluaran 25:1-27:21). Kemudian kemuliaan Allah
memenuhi Kemah Suci tersebut (Keluaran 40:35).

3. Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1


Raja-Raja 7-8).

2.11.3 Hukum Mati Dan Prosesnya

Hukuman mati akan dilaksanakan setelah permohonan


tersangka ditolak oleh pengadilan, dan juga adanya
pertimbangan grasi oleh presiden.

Tersangka dan anggota keluarga dari tersangka akan


diberitahukan mengenai hukuman mati dalam waktu 72 jam
sebelum eksekusi. Biasanya, pelaksanaan hukuman mati
dilakukan di Nusakambangan. Para tersangka akan dibangunkan

25
di tengah malam dan dibawa ke lokasi yang jauh (dan
dirahasiakan) untuk dilakukan eksekusi oleh regu tembak,
metode ini tidak diubah sejak 1964.

Tersangka akan ditutup matanya lalu diposisikan di daerah


berumput, juga diberikan pilihan tersangka untuk duduk atau
berdiri. Tentara menembak jantung tersangka dari jarak 5 hingga
10 meter, hanya 3 senjata yang berisi perluru dan sisanya tidak
sama sekali. Jika tersangka tidak tewas, maka diizinkan untuk
menembak tersangka di kepalanya dengan izin dari komandan
regu tembak.

2.11.4 Kasus Yang Dapat Menyebabkan Menyebabkan


Seseorang Terjerat Hukuman Mati dan UU Yang
Mengaturnya
membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau
meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden
memerintah. (KUHP pasal 104),
Membantu atau melindungi musuh negara Indonesia pada
saat perang (KUHP pasal 123 & 124) Penipuan dalam
pengiriman bahan militer pada saat perang (KUHP pasal
127)
Membunuh kepala negara dari negara sahabat (KUHP pasal
140) Pembunuhan berencana (KUHP pasal 340)
Perampokan atau pencurian yang mengakibatkan kematian
(KUHP pasal 365) Pembajakan yang menyebabkan
kematian (KUHP pasal 444)
Menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara,
pemberontakan atau desersi dikalangan Angkatan Perang.
(KUHP)
Pemerasan dengan kekerasan yang menyebabkan
kematian (KUHP)
Kepemilikan dan penyalahgunaan senjata api dan atau
bahan peledak lainnya (UU Darurat No. 12/1951)

26
Tindak pidana dalam penerbangan udara atau terhadap
infrastruktur penerbangan (UU No. 4/1976).
Penyalahgunaan dengan memproduksi, menggunakan,
mengedarkan, mengimpor, dan kepemilikan obat
psikotropika golongan I secara terorganisasi (UU No.
5/1997 tentang Psikotropika).
Penyalahgunaan dengan memproduksi, mengimpor,
mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan,
menjual, membeli, menyerahkan, menerima,menjadi
perantara dalam jual beli, atau menukar narkotika
golongan I (UU No. No. 22/1997 tentang Narkotika).
Korupsi dalam "keadaan tertentu," termasuk korupsi yang
dilakukan berulang-ulang dan korupsi yang dilakukan
selama masa darurat / bencana nasional (UU No. 31/1999
tentang Korupsi).
2.11.5 Penentang Hukum Mati

Dari Luar Negeri

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tercatat seringkali


melakukan protes atas praktik hukuman mati di Indonesia. Juru
Bicara Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Rupert Colville
menyampaikan kekecewaannya saat Indonesia melaksanakan
eksekusi mati pada tanggal 29 April 2015 karena "Indonesia
tegas memberlakukan eksekusi mati bagi pelaku tindak
kejahatan narkoba, di sisi lain RI turut mengajukan permohonan
agar warganya yang terancam hukuman mati bisa
diselamatkan". Menjelang rencana pemerintah untuk melakukan
eksekusi mati pada tanggal 29 Juli 2016, eksekusi ketiga di
bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Kepala HAM PBB
Zeid Ra'ad al-Hussein meminta pemerintah Indonesia untuk
menghentikan hukuman mati terhadap terpidana kasus
perdagangan narkotika karena "meningkatnya pelaksanaan

27
hukuman mati di Indonesia sangat mengkhawatirkan" dan "tidak
adil bagi hak asasi manusia".

Praktik hukuman mati di Indonesia juga sering mendapat


kecaman dari negara-negara lain, khususnya negara-negara di
Eropa. Beberapa negara yang pernah menentang praktik
eksekusi mati di Indonesia misalnya Belanda, Inggris, Australia,
dan Brasil Terkait rencana eksekusi mati yang akan dilaksanakan
pemerintah pada tanggal 29 Juli 2016, Inggris menyampaikan
kekecewaan tambahan karena menerima laporan yang
menyatakan bahwa empat terpidana yang akan dieksekusi
sebelumnya telah "disiksa dan mengalami kelalaian peradilan".

Penolakan dari Politisi, Praktisi, Institusi Dalam Negeri


Beragam tokoh politik maupun praktisi masyarakat
menyuarakan ketidaksetujuannya atas praktik hukuman mati di
Indonesia. Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie dengan
tegas menyatakan penolakannya atas praktik hukuman mati di
Indonesia. Katanya, "Saya berkeyakinan bahwa orang lahir,
ketemu jodohnya, meninggal, ditentukan oleh Allah. Jadi saya
tidak mau, tidak berhak menentukan (hukuman mati)." Sudomo,
Menkopolkam RI ke-3, mendukung dihapuskannya hukuman mati
karena tidak didasarkan pada Pancasila. Todung Mulya Lubis
berpendapat kalau "belum ada bukti empiris yang menunjukkan
bahwa hukuman mati memberikan efek jera". Muhammad Hafiz,
Pejabat Direktur Eksekutif Human Rights Working Group di
Jakarta, menganggap bahwa eksekusi mati tanggal 29 Juli 2016
merupakan "bukti kemunduran rezim ini dalam penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia (HAM)". Padahal, menurut Tri
Agung Kristanto dari Kompas, Indonesia sangat menghargai HAM
sejak reformasi tahun 1998, yang salah satunya ditandai dengan
"memasukkan ketentuan terkait HAM" pada Pasal 28 UUD 1945.

Penentangan dari Akademisi

28
Sejumlah akademisi dari berbagai disiplin ilmu di dalam
negeri tercatat mengemukakan penolakan secara terbuka
terhadap eksekusi mati di Indonesia. Beberapa dari antara
mereka misalnya Profesor Sulistyowati Irianto, Antonius Cahyadi,
dan Frans Supiarso dari Universitas Indonesia, Beni Juliawan dari
Universitas Sanata Dharma, Robertus Robet dari Universitas
Negeri Jakarta, serta Ahmad Sofian dari Universitas Bina
Nusantara. Secara umum, para akademisi tersebut
menyimpulkan kalau praktik hukuman mati tidak efektif untuk
mengatasi kejahatan dan tidak memberikan "efek jera" yang
diharapkan. Profesor Sulistyowati mengajak semua pihak untuk
lebih memikirkan hak seseorang untuk hidup dan Frans berharap
agar pemerintah "menempatkan belas kasih dan pengampunan
di atas segalanya".

Antonius dan Ahmad menyebutkan bahwa pelaksanaan


hukuman mati merupakan sarana penyaluran "balas dendam"
oleh negara tanpa menghasilkan dampak apapun pada korban
kejahatan. Dan karenanya, menurut Profesor Sulistyowati, praktik
ini "mewariskan budaya balas dendam pada generasi penerus
kita". Ahmad juga menyampaikan kalau praktik ini telah
dimanfaatkan oleh mereka yang memang ingin dihukum mati
karena ideologi yang mereka anut. Ahmad, Antonius, dan Robet,
menegaskan kalau pelaksanaan hukuman mati lebih
mengakomodir kepentingan politis daripada kepentingan korban
dan hukum, bahkan "digunakan sebagai instrumen sosial dan
politik untuk memamerkan kekuasaan". Bagi Robet dan Frans,
praktik hukuman mati merupakan salah satu praktik dari zaman
"purba" yang diterapkan oleh negara di zaman modern.

Robet dan Beni berpendapat bahwa pelaksanaan hukuman


mati di Indonesia hanya didasarkan pada hasil survei oleh
beberapa lembaga, yang hasilnya bahkan "tidak kredibel". Beni

29
mengklaim bahwa survei itu hanya dilakukan di 17 provinsi tetapi
laporannya menyebutkan 33 provinsi, sehingga ia merasakan
adanya kejanggalan.

Penentangan dari Tokoh Agama

Tokoh-tokoh dari komunitas keagamaan turut menyatakan


penolakannya atas praktik hukuman mati di Indonesia. Ketua
Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jimly Asshiddiqie
menyampaikan agar praktik hukuman mati di Indonesia kelak
dihapuskan, karena ia memandangnya tidak sesuai dengan sila
pertama dan kedua Pancasila serta menghimbau "agar umat
Islam di Indonesia tidak menafsirkan tradisi hukum pidana di
Alquran dan hadis secara harfiah". Ketua Syarikat Bantuan
Hukum Komunitas Advokat Syariah Irfan Fahmi mengatakan,
"Sikap seorang Muslim menolak perbudakan mestinya dibarengi
pula dengan menolak hukuman mati. Karena hak hidup dan hak
tidak diperbudak termasuk kualifikasi hak asasi manusia (HAM)."
Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr. Ignatius Suharyo
menegaskan penolakannya atas praktik hukuman mati karena
terdapat potensi kesalahan dalam sistem hukum yang dibuat
oleh manusia. Menurutnya, "Tidak ada sistem hukum yang
sempurna. Dan kita semua tahu peradilan di manapun bisa
sesat." Hal senada disampaikan oleh Romo Franz Magnis Suseno,
seorang budayawan dan rohaniwan Katolik, yang menyatakan
bahwa "sistem yudisial kita belum terjamin kejujurannya. Jika
seseorang mati dengan putusan lembaga yang belum terjamin,
bagaimana itu[?]" Ia mengklaim bahwa pelaksanaan hukuman
mati di Tiongkok tidak memberikan efek jera.

2.11.6 Hukum Mati dalam Pandangan Alkitab (PL dan


PB)

30
1. Allah memberikan kuasa untuk menghukum mati
kepada pemerintahan manusia(PL). Ada hukuman mati
sebelum zaman Nuh, tetapi kesempatan diberikan kepada
para kerabat untuk membalas dendam kepada si
pembunuh (Kej. 4:14). Dengan penetapan hukuman mati,
Allah mengambil keadilan dari tangan keluarga dari orang
yang dibunuh tersebut dan menempatkan pedang dalam
tangan pemerintahan manusia. Dengan cara ini keadilan
bisa lebih objektif dijalankan dengan menghapus faktor
balas dendam pribadi dan kemarahan emosional.

2. Hukuman mati ditegaskan kembali dalam Perjanjian


baru. Pedang yang diberikan dari atas kepada
pemerintahan manusia untuk hukuman mati. (Kej. 9:6)
secara gamblang ditegaskan kembali di dalam Perjanjian
Baru (Rom. 13:4). Yesus mengakuinya di hadapan Pilatus
(Yoh. 19:10-11), sebagaimana yang dilakukan Paulus di
hadapan para penguasa Romawi (Kis. 25:11).

2.11.7 Kasih Dan Hukuman Mati Tidak Bertentangan

Jika kasih dan hukuman mati terpisah satu sama lain, maka
pengorbanan Kristus merupakan kontradiksi. Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan
anaknya yang tunggal (Yoh. 3:16). Yesus berkata, Tidak ada
kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh.15:13). Kasih dan
hukuman bukan hanya sejalan, melainkan juga prinsip yang ada
dibalik hukuman mati adalah prinsip yang menjadikan salib itu
perlu. Inilah prinsip nyawa ganti nyawa.

31
Konsep dibelakan penebusan yang menggantikan, yaitu
mencabut nyawa untuk menebus nyawa (Im.17:11), itulah yang
membuat hukuman mati perlu untuk kejahatan besar. Jika ada
cara lain untuk memuaskan keadilan dan melepaskan anugerah,
maka pastilah Tuhan sudah menemukannya daripada harus
mengorbankan Anak satu-satunya yang kekasih (2 Kor. 5:21; 1
Pet. 3:18). Bahkan, jika hukuman mati tak berpengaruh pada
abad ke 1, maka Yesus pasti tak akan mati bagi dosa-dosa kita.
Maka hukuman mati meningkatkan nilai kehidupan, bukan
merendahkannya. Sebab semakin serius hukumannya bagi
pembunuhan, semakin tinggi nilai yang kita letakkan dalam diri
orang yang dibunuh.

2.12 Hukum Dalam Pandangan Kristen

Dalam PL (Perjanjian Lama) kata Hukum adalah


merupakan terjemahan dari katatora (Bahasa Ibrani) yang kita
kenal sebagai taurat atau torat yang diterjemahkan dalam
kitab mazmur terjemahan baru dengan undang-undang secara
harafiahnya, kata tora berarti : mengajar, menunjukkan. Apabila
bangsa Israel berhadapan dengan suatu putusan yang penting,
maka dimintalah tora dengan perantaraan seorang nabi atau
iman. Tora dalam hal ini adalah petunjuk-petunjuk Ilahi atau
keputusan Ilahi (1 Samuel 23:29). Dan juga dapat diartikan
sebagai seluruh petunjuk dan keputusan yang diberikan oleh
Tuhan kepada umatNya bangsa Israel. Untuk selanjutnya kata
tora dipakai untuk menyebutkan segenap Pentateukh. Tora
dipandang sebagai suatu anugerah kasih setia Tuhan, sebagai
tanda bukti bahwa ia memelihara umatNya.

Dalam arti harafiah, hukum memiliki arti yang sama


dengan Wahyu yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel

32
untuk mengatur tingkah lakunya. Oleh sebab itu hukum tidak
bisa dipisahkan dengan kehendak Allah karena hanya Tuhan
Allah lah yang memberi nilai yang penuh melalui Firman-Nya
yang ajaib.

a. Hukum Allah dan Hukum Kasih

Hukum Allah ialah 10 hukum taurat yang diberikan Tuhan


kepada Musa, yang berisi:

Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari


tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu
Allah lain di hadapan-Ku.
Dengan perkataan ini, Ia hendak mengingatkan kita bahwa
Ia adalah Allah kita yang selalu beserta dan menyertai kita di
sepanjang hidup ini. Melalui ini juga, Ia menyatakan diriNya
sebagai Allah pembebas.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun
yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud
menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab
Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan
yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

Perintah kedua membicarakan bagaimana cara kita


menyembah Allah. Perintah ini mengandung arti sebagai
berikut :
1. Dilarang mematungkan Allah dengan cara atau bentuk
apapun
2. Dilarang menyembah, berdoa dan memohon kepada
patung atau berhala

33
3. Dilarang melakukan kebaktian dengan cara yang salah
(Kel 32)

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan


sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah
orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan/
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari lamanya
engkau akan bekerja dan melakukan segala
pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau
atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau
hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan
bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.

Maksud dari perintah ini adalah :


1. Waktu atau hari yang di khususkan untuk Tuhan
2. Menyediakan waktu untuk merenungkan makna dan tujuan
hidup kita di hadapan Tuhan agar kita dapat menemukan
rancangan/rencana Tuhan didalamnya.
Kata Minggu, berasal dari bahasa Portugis, yakni
dominggu yang artinya Tuhan. Sehingga hari minggu
adalah hari Tuhan atau hari kemenangan Tuhan
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di
tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Yang pertama kita hormati adalah orang tua kita, karena
mereka adalah orang yang pertama kali mempunyai
hubungan dengan kita. Selain itu juga kalimat ini merujuk
pada orang yang lebih tua dari kita, seperti tokoh agama,
guru, pemerintah, atasan kita, dan lainnya.
Sepanjang mereka melakukan tugas sesuai dengan
kehendak Allah, kita harus mengikuti dan menaatinya dengan
sungguh-sungguh. Karena tugas penting orang tua adalah

34
meneruskan kisah karya penyelamatan Allah kepada anaknya
(ulangan 6:4-9).
Jangan Membunuh
Melalui perintah ini, kita di anjurkan untuk dapat
menghargai hidup manusia. Hal ini dikarenakan, hidup adalah
anugerah Allah yang mulia.
Jangan Berzinah

Perintah ini menganjurkan kita untuk menjaga kesucian


tubuh kita. Maksud dari perintah ini ialah

1. Seseorang dilarang mengambil suami atau isteri


sesamanya (2 Samuel 11:1-27)

2. Bertingkah laku, memikirkan, dan mengucapkan perkataan


yang tidak senonoh atau porno (Efesus 4:29, Matius 5:28)

3. Melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan dan


belum menjadi suami istri atau bukan suami atau istrinya.

Perintah ini menyatakan kehendak Tuhan akan kesucian


pernikahan dan seluruh kehidupan seksual di junjung tinggi
sebagai pemberian Tuhan yang mulia. Pernikahan
mencerminkan persekutuan antara Kristus dengan jemaatNya
dan tubuh kita merupakan tempat kediaman roh kudus
(Matius 5:27-28; Efesus 5:28-32; I Korintus 6:18-20).

Jangan Mencuri.
Artinya adalah :
1. Kita harus mampu menghargai milik dan hak orang lain
2. Bersyukur atas apa yang telah kita masing-masing punyai
3. Bersyukur atas pemberian Tuhan kepada kita
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Perintah ini mengajak kita untuk :
1. Selalu hidup dalam kejujuran
2. Menjaga dan memperjuangkan kebenaran
3. Menjaga mulut kita sebagai alat komunikasi dan pembawa
kasih yang baik.
Kata-kata yang kita ucapkan adalah alat dari Tuhan untuk
mengadakan hubungan dan membentuk persekutuan dengan
sesama manusia. Melalui perintah ini, kita sebagai saksi

35
Kristus yang ada di tengah dunia ini diingatkan untuk selalu
berkata secara jujur dan benar.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini
isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun
yang dipunyai sesamamu.
Perintah kesepuluh ini lebih bersifat batiniah, yakni tentang
keinginan. Jika kita mampu menguasai keinginan-keinginan,
tentulah kita tidak akan memiliki keinginan untuk menguasai
milik orang lain.

b. Hukum Kasih
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Matius 22:37-40.

Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8) dan Hukum Allah adalah


Hukum Kasih. Kasih terbagi 2 yaitu Kasih kepada Allah dan
Kasih kepada sesama manusia (Matius 22:37-39 yaitu ayat
diatas). Kasih kepada Allah adalah 4 hukum pertama dan
Kasih kepada sesama manusia adalah 6 hukum kedua, total =
10 Hukum Allah (Keluaran 20:3-17).
Inilah sebabnya dikatakan ayat diatas dalam ayat 40 (Matius
22:40) bahwa pada kedua hukum inilah (kasih kepada Allah
dan kasih kepada sesama manusia) tergantung seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi.

Hubungan Hukum Kasih dan 10 Perintah ALLAH :

36
2.13 Hubungan Hukum Dan Perintah Allah

Perintah Tuhan dan hukum, keduanya sama - sama harus


ditaati dan dijalankan. Hukum dan perintah Tuhan sama
mempunyai sanksi bagi yang melanggarnya. Perintah Tuhan
Allah adalah sesuatu yang harus dijalankan dan ditaati oleh
seluruh umat manusia yang mempunyai suatu patokan pada
Hukum Taurat sehingga manusia tidak dapat merubah perintah
Tuhan Allah.

Hukum yang dibuat oleh suatu negara harus dapat


dijalankan dan ditaati oleh seluruh warganya dimana hukum
dapat dibuat oleh suatu lembaga perundang undangan dalam
negara dan disahkan oleh suatu pemerintahan dan hukum ini
dapat diubah sewaktu waktu sesuai dengan kondisi masyarakat
dan perubahan yang terjadi pada setiap zaman dan
masyarakatnya.

Dalam Perjanjian Lama kata Hukum merupakan terjemahan


dari tora (bahasa Ibrani) yang artinya taurat atau torat.
Alkitab menyebutkan banyak nama untuk mendeskripsikan
Hukum Kristus, namun hanya mempunyai 1 perintah yaitu

37
mengasihi. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu
firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri (Galatia 5:14) Hukum Kristus adalah satu satunya
hukum yang membawa kita ke dalam kemerdekaan. Dalam
Kitab Perjanjian Lama kita mengenal ada 10 hukum taurat Kristus
(Keluaran 20:1-17).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru kata Hukum itu sama


dengan kata nomos (bahasa Yunani) yang diterjemahkan
sebagai pemakaian, kebiasaan hukum, pengertian dari kedua
perjanjian ini akan mendekati makna yang sama dalam
pengertiannya secara luas, karena Allahlah yang telah
memberikan petunjuk dan nilai menurut FirmanNya dalam
Alkitab. 2 Timotius 3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau
sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat
kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman
kepada Yesus Kristus. Perintah Perjanjian Baru adalah kita harus
hidup dalam iman dan kasih. Perintah dalam perjanjian baru
adalah kasih, dan apapun yang dilakukan diluar kasih adalah
dosa. Jadi kita akan menemukan bahwa perintah Allah dalam
Perjanjian Baru adalah bahwa kita harus berjalan di dalam kasih,
karena dengan demikian kita akan menggenapi hukum Taurat.
Orang yang mengasihi tidak mencuri, orang yang mengasihi
tidak melakukan perzinahan. Orang yang mengasihi tidak
berdusta, orang yang mengasihi tidak membunuh. Dia yang
mengasihi telah memenuhi hukum Taurat (Roma 13:8-10).

2.14 Tugas Dan Peranan Kristen Terhadap Hukum

Orang Kristen mempunyai tugas dan peranan yang harus


dilakukan dalam kehidupan terhadap hukum, antara lain :

a. Menjauhi perbuatan perbuatan yang melanggar hukum

38
Sebagai warga Negara yang baik yang telah diselamatkan
oleh Kristus kita harus menjauhi perbuatan yang melanggar
hukum, karena hukum itu juga bersumber dari Allah dan Allahlah
yang telah mengaruniakan pengertian kepada manusia untuk
bisa memahami peraturan itu. Kita harus mendukung kebijakan
pemerintah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat,
namun kita juga berhak untuk menyuarakan suara kita jika
keputusan atau kebijakan pemerintah tidak sesuai dan
menyimpang. Perbuatan yang marak terjadi di Negara kita saat
ini adalah pembunuhan, korupsi dan tindakan tindakan yang
tidak terpuji lainnya. Firman Tuhan berkata Celakalah orang
yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan
rumahnya (Habakuk 2:6,9).

b. Harus mampu bertindak kritis


Kita sebagai orang Kristen harus mampu bertindak kritis dan
tidak ikut ikutan dengan orang lain serta tidak mudah
terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang jelas jelas telah
bertentangan dengan hukum, malah sebaliknya marilah kita
saling mengingatkan, menguatkan satu sama lain. Firman Tuhan
berkata dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang
suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran (2 Timotius 2:25).

c. Menabur terus yang baik atau menjadi teladan dalam


mematuhi hukum
Dalam berbuat hendaklah kita bisa menjadi teladan dalam
melaksanakan hukum, tetapi sebelum kita bisa menjadi teladan,
terlebih dahulu kita menjadi pelaku hukum dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari hari. Kita juga harus menghormati
pemerintah yang sudah menjadi pilihan Allah dan menjadi wakil

39
Allah didunia karena mereka adalah hamba Allah, Roma 13:2
Sebab itu barang siapa melawan pemerintah, ia melawan
ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan
mendatangkan hukuman atas dirinya .

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang materi Agama Kristen
Hukum, maka diambil penulis kesimpulan sebagai berikut :

40
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi
yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku
manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya
kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu
setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan
hukum. Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau
ketetapan/ ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak tertulis
untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi
untuk orang yang melanggar hukum.

Cyber Law adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya


meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang
perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan
memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia cyber ataumaya. Cyber Law sendiri
merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Istilah
hukum cyber diartikan sebagai padanan kata dari Cyber Law,
yang saat ini secara internasional digunakan untuk istilah hukum
yang terkait dengan pemanfaatan TI.

Perintah Tuhan Allah adalah sesuatu yang harus dijalankan


dan ditaati oleh seluruh umat manusia yang mempunyai suatu
patokan pada Hukum Taurat sehingga manusia tidak dapat
merubah perintah Tuhan Allah. Hukum yang dibuat oleh suatu
negara harus dapat dijalankan dan ditaati oleh seluruh warganya
dimana hukum dapat dibuat oleh suatu lembaga
perundang undangan dalam negara dan disahkan oleh suatu
pemerintahan dan hukum ini dapat diubah sewaktu waktu
sesuai dengan kondisi masyarakat dan perubahan yang terjadi
pada setiap zaman dan masyarakatnya.

3.2 Saran

41
Untuk lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermafaat dan dapat membantu kita semua untuk
mengurangi dan memperbaiki hukum yang berada di Indonesia
yaitu :

- Setiap warga negara ikut serta dalam menjaga dan


menaati peraturan dan hukum yang ada di Indonesia.
- Kita sebagai orang Kritsten harus menaati dan menuruti
perintah dan hukum dari Allah.
- Sebagai warga negara kita harus bijak dalam
menggunakan internet agar tidak melalukan cyber crime,.

Demikian karya Makalah Agama Kristen tentang Hukum.


Semoga karya Makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Sitompul, Melati. Hukum Menurut Agama Kristen.


http://melatimps.blogspot.co.id/2016/01/hukum-menurut-
agama-kristen.html. (Diakses pada 22 Mei 2017.

42
Elisabeth, Debora. Hukum Menurut Pandangan Kristen.
http://deboraeprb.blogspot.co.id/2014/12/hukum-menurut-
pandangan-kristen.html. (Diakses pada 22 Mei 2017.

Purba, Robyharto. Hubungan Agama Kristen Protestan Terhadap


Hukum.
http://robihartopurba.blogspot.co.id/2015/03/hubungan-
agama-kristen-protestan.html. Diakses pada 22 Mei 2017.

Rinaldi, Randy. Bagaimana Kondisi Hukum dan Penegakan


Hukum Di Indonesia.
http://randyrinaldi.blogspot.co.id/2013/11/bagaimana-
kondisi-hukum-dan-penegakan.html. Diakses pada 22 Mei
2017.

Oktaviany, Nia. Pengertian Cyber Law dan Cyber Crime dan


Contohnya. http://catatankreativitas.blogspot.co.id/. Diakses
pada 22 Mei 2017. Diakses pada 20 Februari 2016.

43

Anda mungkin juga menyukai