67%(3)67% menganggap dokumen ini bermanfaat (3 suara)
2K tayangan2 halaman
Konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak kemerdekaan dan menjamin hak asasi warga negara. Namun, implementasi konstitusi belum optimal karena lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sering disibukkan dengan politik dan korupsi. Penegakan hukum dan penanggulangan korupsi perlu ditingkatkan agar tujuan konstitusi dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dapat terpenuhi.
Konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak kemerdekaan dan menjamin hak asasi warga negara. Namun, implementasi konstitusi belum optimal karena lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sering disibukkan dengan politik dan korupsi. Penegakan hukum dan penanggulangan korupsi perlu ditingkatkan agar tujuan konstitusi dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dapat terpenuhi.
Konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak kemerdekaan dan menjamin hak asasi warga negara. Namun, implementasi konstitusi belum optimal karena lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sering disibukkan dengan politik dan korupsi. Penegakan hukum dan penanggulangan korupsi perlu ditingkatkan agar tujuan konstitusi dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dapat terpenuhi.
Konstitusi di Republik Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan.
Perjalanan sejarah mencatat ada empat Undang-Undang Dasar yang pernah digunakan yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Konstitusi RIS 1949, Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, dan UUD 1945 amandemen. Pembentukan dan perubahan UUD itu sarat akan berbagai kepentingan politik yang juga diwarnai pandangan pro dan kontra. Contohnya, dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kenyataannya tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Secara umum konstitusi Indonesia sudah menjamin hak asasi warga negaranya, namun pelaksanaannya tergantung kepada ketaatan penyelenggara negara dan warga negaranya. Konstitusi Indonesia ini lahir hasil reformasi, karena itu harus secara terus menerus diupayakan agar menjadi lebih baik lagi. Sejak awal tujuan pembuatan konstitusi Indonesia sudah jelas, melindungi segenap warga negara dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memenuhi kebutuhan dasar, memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar serta setiap warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan, namun dari semua itu implementasinya belum optimal. Sampai saat ini, kita kerap melihat potret betapa lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif selalu disibukkan dengan persoalan politik dan korupsi. Mereka terlalu disibukkan dengan persoalan-persoalan pertarungan politik dan perebutan kekuasaan yang tiada ujungnya. Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan yang merupakan amanat konstitusi, negara belum mampu mewujudkannya. Belum lagi di bidang lain seperti penguasaan blok-blok migas, yang kini dikuasai asing, Indonesia tidak berdaulat menentukan harga. Ini bukti Indonesia belum mampu mewujudkan kedaulatan ekonomi. Konstitusi Indonesia di atas kertas sudah
sangat
pelaksananya.
baik,
namun
implementasinya
terpulang
kepada
pelaksana-
Penegakan hukum harus menjadi panglima dalam mengatasi berbagai
persoalan bangsa. Tapi berbagai penyimpangan terjadi, muaranya adalah pelanggaran hukum. Sementara kondisi perekonomian bangsa saat ini tidak sejalan dengan data kemiskinan yang ada di negeri ini. Semua ketimpangan itu terjadi karena masih banyaknya penyimpangan di bidang penegakan hukum. Karena itu, sangatlah diperlukan penegakan supremasi hukum sebagai prioritas program guna mengatasi persoalan bangsa ini. Idealnya, pertumbuhan ekonomi harus searah dengan laju penekanan jumlah penduduk miskin, bukan malah sebaliknya. Ketidakadilan itu terjadi karena banyaknya korupsi yang terjadi di pemerintahan. Agar keadilan bisa tegak, kuncinya, keadilan harus dijunjung dengan cara penegakan hukum. Tata kelola pemerintahan yang bersih bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme harus menjadi perhatikan pemerintah di masa depan di semua tingkatan, dari daerah hingga ke tingkat pusat.