Anda di halaman 1dari 2

PELAKSANAAN KONSTITUSI DI INDONESIA SAAT INI

Konstitusi di Republik Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan.


Perjalanan sejarah mencatat ada empat Undang-Undang Dasar yang pernah digunakan
yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Konstitusi RIS 1949, Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950, dan UUD 1945 amandemen. Pembentukan dan
perubahan UUD itu sarat akan berbagai kepentingan politik yang juga diwarnai
pandangan pro dan kontra.
Contohnya, dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945, disebutkan bahwa fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Kenyataannya tidak semua
orang miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Secara umum konstitusi
Indonesia sudah menjamin hak asasi warga negaranya, namun pelaksanaannya
tergantung kepada ketaatan penyelenggara negara dan warga negaranya.
Konstitusi Indonesia ini lahir hasil reformasi, karena itu harus secara terus
menerus diupayakan agar menjadi lebih baik lagi. Sejak awal tujuan pembuatan
konstitusi Indonesia sudah jelas, melindungi segenap warga negara dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memenuhi kebutuhan
dasar, memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar serta setiap warga negara
bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan, namun dari semua itu
implementasinya belum optimal. Sampai saat ini, kita kerap melihat potret betapa
lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif selalu disibukkan dengan
persoalan politik dan korupsi. Mereka terlalu disibukkan dengan persoalan-persoalan
pertarungan politik dan perebutan kekuasaan yang tiada ujungnya. Dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan yang merupakan amanat konstitusi,
negara belum mampu mewujudkannya.
Belum lagi di bidang lain seperti penguasaan blok-blok migas, yang kini
dikuasai asing, Indonesia tidak berdaulat menentukan harga. Ini bukti Indonesia
belum mampu mewujudkan kedaulatan ekonomi. Konstitusi Indonesia di atas kertas
sudah

sangat

pelaksananya.

baik,

namun

implementasinya

terpulang

kepada

pelaksana-

Penegakan hukum harus menjadi panglima dalam mengatasi berbagai


persoalan bangsa. Tapi berbagai penyimpangan terjadi, muaranya adalah pelanggaran
hukum. Sementara kondisi perekonomian bangsa saat ini tidak sejalan dengan data
kemiskinan yang ada di negeri ini. Semua ketimpangan itu terjadi karena masih
banyaknya penyimpangan di bidang penegakan hukum. Karena itu, sangatlah
diperlukan penegakan supremasi hukum sebagai prioritas program guna mengatasi
persoalan bangsa ini. Idealnya, pertumbuhan ekonomi harus searah dengan laju
penekanan jumlah penduduk miskin, bukan malah sebaliknya.
Ketidakadilan itu terjadi karena banyaknya korupsi yang terjadi di
pemerintahan. Agar keadilan bisa tegak, kuncinya, keadilan harus dijunjung dengan
cara penegakan hukum. Tata kelola pemerintahan yang bersih bebas dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme harus menjadi perhatikan pemerintah di masa depan di
semua tingkatan, dari daerah hingga ke tingkat pusat.

Anda mungkin juga menyukai