Anda di halaman 1dari 2

ANASILIS KASUS BERDASARKAN TEORI SISTEM POLITIK DAVID EASTON

Pro-Kontra pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) No 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

A. Masukan/Input

1. Kebutuhan

Sebelumnya penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Indonesia selalu didominasi oleh berbagai
bentuk politisasi yang membuat kenaikan upah tidak rasional dan menimbulkan ketidakpastian.
Penetapan upah juga selalu mengundang perdebatan tiga pihak antara pemerintah, pengusaha, dan juga
buruh. Kini pemerintah mengeluarkan terobosan dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia, yakni
Peraturan Pemerintah (PP) No 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Kali ini pemerintah akan memberikan
kepastian dalam dunia usaha. Di dalam PP ini mengatur tentang kenaikan upah minimum yang didasarkan
pada formula inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dengan PP Pengupahan ini, para pekerja
dan buruh tidak perlu lagi turun ke jalan untuk mendorong kenaikan upah minimum. Karena upah akan
otomatis naik setiap tahun sesuai inflasi dan petumbuhan ekonomi nasional.

2. Dukungan

Formula kenaikan upah tiap tahun ini memiliki tujuan yaitu untuk menjaga upah buruh agar tidak anjlok
dan tidak timpang antar daerah, selain itu tidak akan terjadi lagi perdebatan dalam penetapan upah yang
sebelumnya dilakukan oleh tiga pihak antara pemerintah, pengusaha, dan juga buruh.

1. Masyarakat politik.Di sisni dukungan dari masyarakat terbilang rendah, walaupun ada masyarakat
yang setuju dan mendukung kebijakan ini, sebagian masyarakat (khusunya buruh) menentang kebijakan
ini.

2. Rezim

3. Pemerintah. Dukungan dari pemerintah penuh terhadap kebijakan terkait PP No 78 Tahun 2015 ini.
Diperkuat dengan proses penandatanganan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 23 Oktober 2015.

B. Tuntutan

Penolakan dari masyarakat (khususya buruh) yang kemudian melakukan aksi demontrasi menuntut agar
pemerintah mencabut dan membatalkan PP No 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Masyarakat menilai
bahwa kebijakan pemerintah ini hanya akan menguntungkan pihak pengusaha dan pemerintah saja. Hal
ini dikarenakan kenaikan upah akan dibatasi hanya sebatas inflansi dan pertumbuhan ekonomi, dan bisa
dipastikan nilainya akan sangat kecil. Dengan kata lain, pemerintah telah membuat kebijakan yang
berorientasi terhadap upah murah. Kebijakan seperti ini curang dan tidak adil bagi buruh.

Peraturan Pemerinta (PP) No 78 Tahun 2015 juga bertentangan dengan UU No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa penetapan
upah minimum dilakukan oleh kepala daerah berdasarkan rekomendasi dewan pengupahan yang terdiri
atas perwakilan pengusaha, buruh, dan pemerintah. Sedangkan dalam PP No 78 Tahun 2015 telah disusun
formula baru untuk menghitung penetapan upah yaitu berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi
secara nasional yang berarti kenaikan upah minimum pekerja hanya sekitar 10-11,5 persen setiap tahun.
Hal tersebut tidak sebanding dengan kenaikan tingkat inflasi yang terus menerus terjadi di Indonesia.

C. Sistem Konversi/Proses Politik

Ketika dikonversi untuk dijadikan sebagai sebuah kebijakan, terjadi proses tarik-menarik kepentingan
antara pemerintah dengan masyarakat (khusunya buruh). Para pekerja dan buruh melakukan aksi
demonstrasi menuntut agar membatalkan PP tersebut. Terdapat kendala bagi pemerintah dalam
memproses kebijakan tersebut. Namun pemerintah bersikap otoritatif demi kesejahteraan masyarakat
indonesia. Akhirnya Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) No 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan. Penandatanganan ini dilakukan oleh presiden tanggal 23 Oktober 2015. Keluarnya
Peraturan Pemerintah ini, merupakan terobosan dalam dunia ketenagakerjaan Indonesia, karena
sebelumnya penetapan UMP didominasi oleh berbagai bentuk politisasi yang membuat kenaikan upah
tidak rasional dan menimbulkan ketidakpastian. Diharapkan PP ini dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

D. Keputusan/Kebijakan

Pemerintah telah sepakat untuk tidak mengkaji ulang dan telah sepakat untuk memberlakukan Peraturan
Pemerintah No 78 Tahun 2015 ini pada tahun 2016. Jika masih banyak para buruh melakukan aksi demo,
itu tidak masalah karena negara Indonesia adalah negara demokrasi jadi tidak msalah jika dilakukan unjuk
rasa. Kali ini pemerintah akan lebih cepat membuat keputusan, dan tidak akan mencabut PP pengupahan
ini. Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2015 telah resmi ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada
tanggal 23 Oktober 2015 dan sudah resmi diundangkan. Penetapan Upah Minimum Propinsi (UMP) tahun
2016 oleh Gubernur sudah harus menggunakan formula sebagaimana diamanatkan dalam PP tersebut.
Sebagaimana diketahui, formula pengupahan dalam PP baru ini menggunakan angka inflasi nasional dan
pertumbuhan ekonomi nasional sebagai variabel utama dalam perhitungan kenaikan upah minimum.
Gubernur akan menetapkan dan mengumumkan secara serentak UMP tahun berikutnya setiap tanggal 1
November.

E. Hasil/Output

Akhirnya PP ini telah selesai di susun dan telah resmi ditandatangani oleh Presiden Jokowi. Maka pada
awal tahun 2016 untuk penetapan upah minimum sudah harus menggunakan formula baru yang telah
diamanatkan dalam PP No 78 Tahun 2015. Mau tidak mau masyarakat pekerja/buruh harus menerimanya.
Kebijakan ini bersifat otoritatif dan harus dilaksanakan semua perusahaan dalam menetapan UMP
pekerjanya.

F. Umpan Balik

Pada tataran umpan balik atau feed-back jelaslah bahwa hingga saat ini para pekerja dan buruh masih
tetap menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Masih terdapat aksi demonstrasi walaupun
PP ini sudah diresmikan. Di sini lingkungan juga berpengaruh terhadap reaksi masyarakat dalam
memberikan respon terhadap kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah tersebut. Pengaruh
lingkungan yakni menjadikan masyarakat terprovokasi untuk melakukan tindakan agar bisa terpenuhi
haknya. Reaksi masyarakat yang sedemikian rupa membuat feed-back untuk masukan/input.

Anda mungkin juga menyukai