Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NILAI-NILAI DASAR PNS


“ETIKA PUBLIK”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IIi
KETUA KELOMPOK : Any Novitasari, S.Pd
ANGGOTA :
1. Firda Winda Sari, S.Pd

PELATIHAN DASAR CPNS KABUPATEN JOMBANG


ANGKATAN XXIV
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas yang kami
kerjakan. Makalah ini merupakan sarana pembelajaran yang dapat mendukung dan membantu
kita dalam proses belajar. Makalah yang sederhana dengan berbagai macam kekurangan ini
mengangkat judul “Etika Publik” .

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 14 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………….. iii
PETA KONSEP ETIKA PUBLIK…………………………………………………………………………. iv
A. KODE ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK
1. PENGERTIAN ETIKA …………………………………………………………………………… 1
2. PENGERTIAN KODE ETIK………………………………………………………………..…… 1
3. KODE ETIK ASN…………………………………………………………………………………… 2
4. NILAI-NILAI DASAR ETIKA PUBLIK……………………………………………………… 4
5. DEFINISI DAN LINGKUP ETIKA PUBLIK………………………………………………... 4
6. DIMENSI ETIKA PUBLIK………………………………………………………………………. 4
7. TUNTUNTAN ETIKA PUBLIK DAN KOMPETENSI………………………………….. 5
8. PERILAKU PEJABAT PUBLIK……………………………………………………………….. 5
B.BENTUK-BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIAKSINYA
1. PENTINGNYA ETIKA DALAM URUSAN PUBLIK…………………………………… 7
2. LEGITIMASI KEBIJAKAN…………………………………………….………………………. 7
3. KONFLIK KEPENTINGAN…………………………………………………………………… 8
4. SUMBER-SUMBER KODE ETIK BAGI ASN……………………………………………. 9
5. IMPLIKASI KODE ETIK DALAM PELAYANAN PUBLIK………………………….. 9
C.AKTUALISASI ETIKA ASN
1. PEMANFAATAN SUMBER DAYA PUBLIK………………………………………………. 10
2. ABSEN SIDIK JARI………………………………………………………………………………… 10
3. PENERIMAAN TENAGA HONORER……………..………………………………………… 10
4. PENERIMAAN HADIAH ATAU CINDERA MATA…..………………………………… 11
5. KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PENGADAAN…………………………………… 11
6. PELANTIKAN WALIKOTA DI PENJARA………………………………………………… 11
7. TERPIDANA KORUPSI MENJABAT KEMBALI……………………………………….. 11
8. WHISTLE BLOWER…………………………………………………………………………….. 11
9. PENGUNDURAN DIRI PEJABAT…………………………………………….…………….. 12
10. MELANGGAR HUKUM………………………………………………..……………………….. 12
11. PERBUATAN TERCELA……………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………….. 13
POWER POINT ETIKA PUBLIK

iii
 ETIKA  DEFINISI DAN LINGKUP ETIKA PUBLIK
 KODE ETIK  DIMENSI ETIKA PUBLIK
 KODE ETIK ASN  TUNTUTAN ETIKA PUBLIK DAN
A.  NILAI-NILAI DASAR ETIKA PUBLIK KOMPETENSI
 PERILAKU PEJABAT PUBLIK

 LEGITIMASI  PEMANFAATAN SD
KEBIJAKAN PUBLIK
 KONFLIK  ABSEN SIDIK JARI
KEPENTINGAN  PENERIMAAN TENAGA
 SUMBER-SUMBER HONORER
KODE ETIK BAGI  PEMBERIAN
ASN HADIAH/CINDERAMATA
 IMPLIKASI KODE  KONFLIK
ETIK DALAM KEPENTINGAN DLM
PELAYANAN PUBLIK PENGADAAN
 PELANTIKAN
WALIKOTA DIPENJARA
 TERPIDANA KORUPSI
MENJABAT KEMBALI
 WHISTLE BLOWER
ATAU MEMBOCORKAN
INFORMASI
 PENGUNDURAN DIRI
PEJABAT
 MELANGGAR HUKUM
 PERBUATAN TERCELA
iv
B. KODE ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK
1. PENGERTIAN ETIKA
Etika dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan public.
Menurut Azyumardi Azra (2012), etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur. Dengan pengertian ini
menurut Azyumardi Azra, etika tumpang tindih dengan moralitas dan/atau akhlak
dan/atau social decorum (kepantasan sosial) yaitu seperangkat nilai dan norma yang
mengatur perilaku manusia yang bisa diterima masyarakat, bangsa dan negara secara
keseluruhan.
Etika sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut (Catalano, 1991)
Dari beberapa uraian diatas, Etika Publik adalah pencerminan tentang norma yang
menentukan benar atau salah, baik atau buruk perilaku, tindakan dan keputusan dalam
merumuskan kebijakan publik dengan tujuan menjalankan tanggung jawab sebagai
pelayan publik. Etika publik berfungsi sebagai alat dalam pembuatan kebijakan publik
dan alat evaluasi, sehingga hak-hak individu terjamin dan terlindungi.
2. PENGERTIAN KODE ETIK
Kode etik merupakan aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketantuan tertulis. Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan
profesional secara tertulis yang dengan tegas menyatakan hal baik dan juga benar, serta
apa yang tidak benar. Jadi kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis di dalam melakukan suatu kegiatan ataupun suatu pekerjaan. Kode etik sangat
berhubungan dengan perilaku seseorang.
Kode etik pada dasarnya memiliki rangkap fungsi, yaitu sebagai pelindung dan
pengembangan profesi. Fungsi ini sama dengan yang dikemukakan oleh Gibson dan
Michel (1945-449) yang menekankan kode etik, menjadikan kode etik sebagai kode
untuk menjalankan tugas profesional, dan menjadikan masyarakat sebagai kode
jabatan/profesi. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan umtuk mengatur tingkah

1
lau/etika suatu kelompok khusus melalui ketentuan-ketantuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu.
3. KODE ETIK ASN
Aparatur Sipil Negara sebagai  aparatur negara dan abdi masyarakat, mempunyai
peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat
hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi yang
menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun
1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa
Indonesia. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil
yang berkemampuan untuk melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Aparatur Sipil Negara (ASN) harus dapat melaksanakan segala peraturan dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, khususnya yang berkenaan dengan
kepegawaian, seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
kode etik adalah serangkaian norma-norma yang memuat hak dan kewajiban yang
bersumber pada nilai-nilai etik yang dijadikan sebagai pedoman berfikir, bersikap, dan
bertindak dalam aktivitas sehari-hari yang menuntut tanggung jawab suatu profesi.
Tujuan kode etik yaitu mendorong pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, meningkatkan
disiplin pegawai, menjamin kelancaran dalam pelaksanaan tugas, meningkatkan etos
kerja, kualitas kerja dan perilaku PNS yang professional, serta meningkatkan citra dan
kinerja PNS di lingkungan Kementerian/Lembaga Pemda. Prinsip Dasar Kode Etik yaitu:
ketaqwaan, kesetiaan, ketaatan, semangat nasionalisme, mengutamakan kepentingan
Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, penghormatan, tidak diskriminatif,
profesionalisme, netralitas, bermoral dan semangat jiwa korps.
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN
4. NILAI-NILAI DASAR ETIKA PUBLIK
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong konerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

3
5. DEFINISI DAN LINGKUP ETIKA PUBLIK
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
6. DIMENSI ETIKA PUBLIK
Terdapat tiga dimensi etika publik antara lain :
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga
etika publik membentuk integritas pelayanan publik. Etika Publik menuntut lebih dari
kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan
konsep etika yang khas dalam pelayanan publik. Oleh karena itu, etika publik
mengarahkan analisa politik sosial budaya (polsosbud) dalam perspektif pencarian
sistematik bentuk pelayanan publik dengan memperhitungkan interaksi antara nilai -
nilai masyarakat dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga public
2. Dimensi Modalitas
Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan sistem
akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik. Akuntabilitas
berarti pemerintah harus mempertanggung jawabkan secara moral, hukum dan politik
atas kebijakan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat. Pada prinsipnya ada tiga
aspek dalam akuntabilitas:
a. Tekanan akuntabilitas pada pertanggungjawaban kekuasaan melalui keterbukaan
pemerintah atau adanya akses informasi bagi pihak luar organisasi pemerintah.
b. Memahami akuntabilitas sekaligus sebagai tanggung jawab dan liabilitas sehingga
tekanan lebih pada sisi hukum, ganti rugi dan organisasi
c. Tekanan lebih banyak pada hak warga negara untuk bisa mengoreksi dan ambil
bagian dalam kebijakan publik sehingga akuntabilitas disamakan dengan
transparansi. Transparansi dipahami bahwa organisasi pemerintah bisa
mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan dengan memberikan
informasi yang relevan atau laporan terbuka terhadap pihak luar atau organisasi
mandiri (legislator, auditor, publik) dan dipublikasikan.

3. Dimensi Tindakan Integritas Publik

4
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau kecurangan.
Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan nilai, tujuan dan
kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam kesederhanaan
hidup. Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari pejabat publik yang sesuai
nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat. Integritas publik juga
merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung oleh institusi sosial
seperti hukum, Etika Publik aturan, kebiasaan, dan sistem pengawasan

7. TUNTUTAN ETIKA PUBLIK DAN KOMPETENSI


Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknik
dan leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung
menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan
bawah. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
(kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain.
Profesionalitas merupakan persyaratan yang tidak bisa ditawartawar lagi bagi pejabat
publik. Suatu tugas/pekerjaan harus dikerjakan oleh orang yang sesuai bidang
keahliannya. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW: ”Apabila suatu urusan
diserahkan kepada seseorang yang bukan ahlinya, tunggulah kehancuran.” Oleh karena
itu harus dianut prinsip ”the right man on the right job”, menempatkan orang yang tepat
pada posisinya sesuai dengan kemampuannya.
Di lingkungan organisasi publik sering terjadi ”the right man on the wrong place”,
menempatkan seseorang yang memiliki keahlian tertentu pada tempat yang tidak sesuai
dengan keahliannya. Sebagai contoh seorang sarjana teknik menduduki jabatan sebagai
Kepala Biro Hukum, atau sebaliknya seorang sarjana hukum diangkat sebagai kepala
Dinas Bina Marga. Pernah juga dijumpai disuatu daerah, seorang sarjana agama
menduduki jabatan kepala Dinas Pekerjaan Umum. Bahkan sering pula terjadi seseorang
yang tidak memiliki kompetensi ditempatkan pada tempat yang strategis
8. PERILAKU PEJABAT PUBLIK
Pejabat publik adalah setiap orang yang dipilih atau diangkat atau mendapat tugas
memangku dan menjalankan fungsi kenegaraan dan pemerintahan. Dalam bahasa yang
acap kali diperdengarkan, pejabat publik adalah setiap orang yang duduk dalam lembaga
kenegaraan atau pemerintahan untuk menjalankan amanat rakyat.
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih mewarisi
kultur kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan. Berbagai cara dilakukan hanya sekedar
untuk melayani dan menyenangkan pimpinan. Loyalitas hanya diartikan sebatas
menyenangkan pimpinan, atau berusaha memenuhi kebutuhan peribadi pimpinannya.
5
Kalau itu yang dilakukan oleh para pejabat publik, peningkatan kinerja organisasi tidak
mungkin dapat terwujud. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh
pejabat public
Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting,
setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni:
 Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan
 Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
 Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Perubahan mindset yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem
manajemen, mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-lain untuk
mendukung terwujudnya good governance. Dalam Reformasi Birokrasi ada 8 area
perubahan yang harus dilakukan oleh seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Pusat dan Daerah di Indonesia yakni:
1. Manajemen Perubahan.
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan.
3. Penataan dan Penguatan Organisasi.
4. Penataan Tatalaksana.
5. Penataan Sistem Manajemen SDM.
6. Penguatan Akuntabilitas.
7. Penguatan Pengawasan.
8. Peningkatan Pelayanan Publik
Keberhasilan dalam melaksanakan 8 area perubahan ini diharapkan dapat mewujudkan
birokrasi yang bersih dari KKN, pelayanan publik yang berkualitas serta meningkatnya
kapasitas dan akuntabilitas kinerja.. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi
pembangunan dan pelayanan publik, para pejabat publik harus dapat merealisasikan
prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi hukum,
kesetaraan, dan lain-lain

C. BENTUK-BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA


1. PENTINGNYA ETIKA DALAM URUSAN PUBLIK
6
Etika publik merupakan penuntun perilaku yang paling mendasar, norma etika justru
sangat menentukan perumusan kebijakan maupun pola tindakan yang ada di dalam
organisasi publik. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma
yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. Kode
etik biasanya merupakan hasil dari kesepakatan atau konsensus dari sebuah kelompok
sosial dan pada umumnya dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Pencapaian tujuan organisasi terkandung dalam visi atau misi ddari organisasi. Maka dari
itu pejabat dan pegawai harus memiliki kewaspadaan profesional dan kewaspadaan
spiritual.
Kewaspadaan profesional berarti harus menaati kaidah teknis dan peraturan yang terkait
dengan kedudukannya sebagai pembuat keputusan. Sedangkan kewaspadaan spiritual
merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan, kejujuran, keuletan, sikap sederhana dan
hemat, tanggungjawab serta akhlak dan perilaku yang baik.
2. PENGGUNAAN KEKUASAAN = LEGITIMASI KEBIJAKAN
Setiap jenjang pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-masing yang
dipegang oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang pejabat, semakin
besar juga implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi warga masyarakat. Oleh karena itu
azas etika publik mensyaratkan agar setiap kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma
etika maupun norma hukum. Kekuasaan dimiliki oleh setiap pejabat di semua level
organisasi. Setiap pejabat publik memiliki kekuasaan dalam lingkup masing-masing.
Dari segi moralitas, kekuasaan harus memiliki legitimasi yang kuat.
Legitimasi bersumber dari religi --> legitimasi sosiologis --> legitimasi etis
Legitimasi etis melihat kesesuaian antara dasar-dasar kekuasaan dari sudut norma-norma
moral
Legitimasi : bermakna kewenangan atau keabsahan dalam memegang kekuasaan
Penggunaan kekuasaan: legitimasi kebijakan
Kenapa legitimasi etis penting? Karena legitimasi etis tidak akan pernah dibatasi ruang
dan waktu
Landasan etis memiliki basis yang sangat kuat bagi perilaku manusia
Legitimasi etis berada di belakang setiap tatanan normative dalam perilaku manusia
Legitimasi etis tidak akan pernah dibatasi ruang dan waktu
Pentingnya etika dalam urusan publik
Pejabat melihat kedudukannya sebagai alat bukan tujuan
Seorang pegawai dan pejabat pemerintah harus memiliki
Kewajiban pejabat atau pegawai pemerintah dapat dilihat dari dua sisi
Sebagai Pelaksana Kepentingan Umum yaitu Mengutamakan aspirasi masyarakat dan
peka terhadap kebutuhan masyarakat. Sebagai Manusia Yang Bermoral yaitu
Memperhatikan nilai-nilai etis di dalam bertindak dan berperilaku. Seorang pegawai dan
7
pejabat pemerintah harus memiliki kewaspadaan spiritual dan kewaspadaan profesional.
Pejabat melihat kedudukannya sebagai alat bukan tujuan, sehingga masyarakat memiliki
kepercayaan yang tinggi terhadap aparatur pemerintah.
3. KONFLIK KEPENTINGAN
Kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi yang mengakibatkan kurang
optimalnya pencapaian tujuan organisasi
Pedoman Kode Etik Universal adalah Kesadaran setiap pegawai pemerintah menghindari
konflik kepentingan
Pengaruh Buruk Konflik Kepentingan
1. Aji Mumpung
2. Menerima atau Memberi Suap
3. Menyalahgunakan Pengaruh Pribadi
4. Memanfaatkan Fasilitas Organisasi untuk Kepentingan Pribadi
Konflik kepentingan adalah tercampurnya kepentingan pribadi dan kepentingan
organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi. Konflik
kepentingan akan mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan, pengerahan sumber daya
publik yang kurang optimaldan peningkatan kesejahteraan rakyat terabaikan. beberapa
tindakan yang masuk dalam kategori konflik kepentingan
 Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk keuntungan pribadi
dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan.
 Menerima segala bentuk hadiah dari pihak swasta pada saat ia melaksanakan transaksi
untuk kepentingan kedinasan atau kepentingan pemerintah.
 Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat ia berada dalam tugas-
tugas sebagai pejabat pemerintah.
 Membocorkan infrormasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia kepada pihak-
pihak yang tidak berhak.
 Terlalu erat berurusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang dalam
menjalankan bisnis pokoknya tergantung kepada izin pemerintah. (Paul Douglas,
1993:61)

4. SUMBER-SUMBER KODE ETIK ASN


Sumber-sumber Kode etik yang telah berkembang dalam sistem administrasi publik sejak
kemerdekaan:
8
1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri
Sipil dan Anggota Angkatan Perang
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri
Sipil
3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
Para pegawai dan pejabat perlu terus diingatkan akan rujukan kode etik PNS yang
tersedia. Sosialisasi dari sumber-sumber kode etik itu beserta penyadaran akan
perlunya menaati kode etik harus dilakukan secara berkesinambungan dalam setiap
jenis pelatihan kepegawaian untuk melengkapi aspek kognisi dan aspek
profesionalisme dari seorang pegawai sebagai abdi masyarakat.

5. IMPLIKASI KODE ETIK DALAM PELAYANAN PUBLIK


Kode Etik mencoba merumuskan nilai-nilai etis luhur ke dalam bidang
tertentu, dalam hal ini pada tugas-tugas pelayanan publik. Tentu saja Kode Etik
sekadar merupakan pedoman bertindak yang sifatnya eksplisit. Mengenai
pelaksanaannya dalam perilaku nyata, tergantung kepada niat baik dan sentuhan moral
yang ada dalam diri para pegawai atau pejabat sendiri.

C. AKTUALISASI ETIKA APARATUR SIPIL NEGARA

Nilai ketiga adalah etika publik. Etika publik berkenaan erat dengan publik dalam hal
berbagai stakeholder yang berhubungan dengan tupoksi. Ricocur (1990) mendefinisikan etika
sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil
(Mannuhung & Tenrigau, 2018). Selanjutnya etika publik merupakan refleksi atas standar/
norma yang menentukan baik/ buruk, benar/ salah tindakan keputusan, perilaku untuk
9
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni
memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila; Setia dan mempertahankan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945; menjalankan tugas secara
profesional dan tidak berpihak; membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; menciptakan
lingkungan kerja yang non diskriminatif; memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; memberikan layanan kepada publik secara
jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya SOCIUS: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial, 9 (1) April 2020 91 https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JS guna,
berhasil guna, dan santun; mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi; menghargai
komunikasi, konsultasi, dan kerjasama; mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; meningkatkan
efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.
AKTUALISASI ETIKA APARATUR SIPIL NEGARA
 Aktualisasi Etika Publik dan Pelayanan Publik
 Aktualisasi Kode Etik Untuk Melawan Korupsi
 Aktualisas Kode Etik Untuk Peningkatan Kinerja Organisasi
 Aktualisasi Kode Etik Untuk Peningkatan Integritas Publik
1. KASUS PENGGUNAAN SUMBER DAYA PUBLIK
 MENDAGRI MELARANG PENGGUNAAN MOBIL DINAS UNTUK MUDIK
 25 pemerintah daerah mengizinkan penggunaan mobil dinas untuk mudik
 LBH Keadilan melakukan somasi terhadap 25 pemerintah daerah yang mengizinkan
penggunaan mobil dinas
2. TIDAK JUJUR (ABSEN SIDIK JARI)
 Sejumlah PNS di lingkungan Pemprov NTB menandatangani daftar hadir hingga satu
bulan penuh ke depan. Padahal jelas-jelas PNS tersebut tidak masuk kantor alias bolos.
 Ada juga pegawai yang terlalu kreatif sepeti cara titip absen sama teman atau absen
bergilir dan saling absenkan.
 Untuk itu, penerapan sistem absensi dengan menggunakan sidik jari merupakan upaya
menumbuhkan kesadaran disiplin dikalangan PNS, khususnya mematuhi ketentuan jam
masuk dan pulang kantor.

3. NEPOTISME REKRUTMEN HONORER


 Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB)
menyatakan masih banyak melihat pengangkatan pegawai honorer diwarnai oleh
nepotisme.
 Ini menjadi salah satu faktor yang membuat sistem perekrutan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) dan birokrasi Indonesia masih bermasalah.
10
 Selama ini pemda mengusulkan formasi perekrutan PNS dari honorer, bukan semata mata
kebutuhan. Misalnya guru honorer itu orang dekat yang dimasukkan.
 Jadinya sekarang kita kekurangan orang yang kita butuhkan dan kelebihan orang yang
tidak dibutuhkan.
4. KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PENGADAAN
 Sebagai kepala Dinas Kesehatan di salah satu kabupaten yang cukup jauh letaknya dari
ibukota provinsi, dr. X MPH, selalu merasa kesulitan memenuhi kebutuhan pengadaan
obat-obatan untuk seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat yang ada di kabupaten tersebut.
 Oleh karena itu, dr. X MPH memutuskan untuk membuka apotik atas nama istrinya dan
anaknya yang kuliah di fakultas kedokteran.
 Selanjutnya, pengadaan obat-obatan untuk kebutuhan seluruh Puskesmas di kabupaten itu
harus dibeli dari apotik milik istri dan anak dr. X MPH.
5. PEMBERIAN HADIAH/CINDERA MATA
 Seorang auditor melaksanakan pemeriksaan di salah satu instansi pemerintah daerah.
 Karena auditor tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik, auditor tersebut
memperoleh temuan yang cukup signifikan nilainya.
 Selama proses pemeriksaan auditor tersebut tidak melakukan perbuatan yang tidak terpuji
dan sesuai dengan kode etik auditor.
 Setelah selesai melakukan audit dan temu akhir, pimpinan instansi pemerintah daerah
yang diperiksa tersebut dengan sukarela dan tulus hati memberikan hadiah kepada auditor
berupa selembar kain sutra yang harganya kira-kira Rp. 450.000.
6. TERPIDANA KORUPSI DIPROMOSI
 Sembilan mantan terpidana korupsi kembali menjadi pejabat di pemerintahan daerah.
 Mendagri mengatakan akan menginventarisasi para pejabat daerah yang pernah
menjalani hukuman pidana korupsi namun kini bebas dan kembali aktif sebagai PNS,
bahkan menempati jabatan fungsional dan structural.
 Pengangkatan Azirwan sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau yang
merupakan mantan terpidana kasus korupsi alih fungsi hutan lindung di Bintan yang
dihukum 2,5 tahun.
 Azirwan kemudian mengundurkan diri karena mendapat banyak sorotan media.
Gamawan mengatakan sebenarnya tidak ada aturan yang dilanggar dari pengangkatan
Azirwan karena yang mendapat hukuman di bawah empat tahun, masih bisa aktif sebagai
PNS.
7. PENGUNDURAN DIRI PEJABAT
 PM Korsel, Chung Hong-won, Minggu (27/4/2014), mengundurkan diri dari jabatannya
terkait tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol yang mengakibatkan ratusan orang
penumpangnya tewas. "Saya meminta maaf karena tak mampu mencegah terjadinya

11
kecelakaan ini dan tak mampu bertanggung jawab dengan layak sesudah tragedi ini
terjadi," kata Hong-won. 
 "Saya yakin, sebagai perdana menteri, saya harus menanggung tanggung jawab ini dan
mengundurkan diri," tambah dia. "Sejak awal saya sudah berniat mengundurkan diri
namun menangani situasi ini menjadi prioritas utama dan saya harus membantu sebelum
mengundurkan diri," ujar dia. "Namun, kini saya memutuskan untuk mundur agar diri
saya tidak menjadi beban lagi untuk pemerintah," Hong-won menegaskan.
 Kapal feri Sewol yang berbobot 6.825 ton tenggelam pada 16 April lalu dalam perjalanan
dari pulau wisata Jeju menuju kota Incheon, di sebelah barat Seoul. Sejauh ini, sebanyak
180 orang -sebagian besar pelajar yang melakukan kunjungan lapangan- dipastikan tewas
dan 110 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
8. PERBUATAN TERCELA: PNS NARKOBA
 Satuan narkoba Polres Palopo, menangkap satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) Luwu Utara,
sebagai bandar narkoba di Palopo.
 Kasat narkoba Palopo, AKP. Ade Chris Manapa, mengatakan tersangka GP (30) adalah
PNS di satuan Pamong Praja Luwu Utara dan ditangkap pada Senin malam sekitar pukul
23.00 WITA di Kelurahan Benteng, Kecamatan Wara Timur kota Palopo.
 Ade menambahkan bahwa GP ditangkap saat ia akan melakukan transaksi di Palopo.
 Beberapa barang bukti yang berhasil disita seperti satu paket sabu-sabu, dua lembar saset
kosong dan satu buah timbangan.

KESIMPULAN
Etika publik berkaitan langsung dengan pelayanan publik yaitu refleksi tentang standar atau
norma yang menentukan baik/buruk,benar/salah perilaku dalam menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Pelayanan public yang professional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami adanya etika
dan kode etik pejabat publik. Tanpa memahami dan memiliki kompetensi etika, pejabat
12
cenderung tidak peka dan tidak peduli sehingga bersikap semaunya sendiri. Setiap unsur aparatur
negara harus memiliki etika dan moralitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya untuk
melayani publik. Oleh karena dengan diterapkannya kode etik ASN adalah untuk mengatur
tingkah laku pejabat publik yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh para pejabat publik.
Aktualisasi etika pelayanan publik, selain menekankan pada aturan dank ode etik, juga
menegaskan penggunaan nilai-nilai luhur dalam memberikan pelayanan public. Hal ini akan
terwujud apabila tumbuh kesadaran yang tinggi dan komitmen yang kokoh pada diri pejabat
publik.

REFERENSI
Prof Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP, dkk. 2019. Modul Pelatihan Dasar CPNS Etika Publik.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Ir. Setia Budi ST. M.Si. 2020. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

https://www.youtube.com/watch?v=E2IPi6sT57M&t=995s
rhttps://pengertiandefinisi.com/pengertian-kode-etik-dan-tujuannya/
https://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/kode-etik-aparatur-sipil-negara#:~:text=Kode%20etik
%20PNS%20diatur%20dalam,dan%20pergaulan%20hidup%20sehari%2Dhari.
https://www.slideshare.net/musanifefendi/etika-publik

13
http://bpsdm.jatimprov.go.id/assets/images/1576209582_RIngkasan%20Etika%20Publik
%20.pdf
https://www.slideshare.net/musanifefendi/etika-publik
http://bpsdm.jatimprov.go.id/assets/images/1576209582_RIngkasan%20Etika%20Publik
%20.pdf
https://prezi.com/tb2siiiibk6g/bentuk-bentuk-kode-etik-dan-implikasinya/

14

Anda mungkin juga menyukai