Anda di halaman 1dari 263

Hak Cipta  dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-udang ada pada

Universitas Terbuka - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan – 15418
Banten – Indonesia
Telp.: (021) 7490941 (hunting); Fax.: (021) 7490147;
Laman: www.ut.ac.id

Dilarang mengutip sebagian ataupun seluruh buku ini


dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit

Edisi Kedua
Cetakan pertama, November 2009 Cetakan ketujuh, Januari 2014
Cetakan kedua, Agustus 2010 Cetakan kedelapan, Maret 2015
Cetakan keempat, November 2011 Cetakan kesembilan, Juni 2015
Cetakan kelima, April 2012 Cetakan kesepuluh, Mei 2016
Cetakan keenam, Januari 2013

Penulis : 1. Dr. Suharyono, M.A.


2. Niam Sovie
Penelaah Materi : 1. Deny Eka Saputra, S.E., M.Ec.
2. Mirza Pahlevi
3. Widyasari, S.E.
Pengembang Desain Instruksional : Mirza Pahlevi

Desain Cover & Ilustrator : Suparmi


Lay Outer : Sofyanusuri
Copy Editor : Brontolaras

330.9598
SUH SUHARYONO
m Materi pokok sistem ekonomi Indonesia 1- 9; ISIP4310/
3 sks/ Suharyono, Niam Sovie. -- Cet.10; Ed.2 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
268 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-429-6

1. sistem ekonomi
I. Judul II. Sovie, Niam
ix

Tinjauan Mata Kuliah

S uatu sistem muncul karena adanya usaha manusia untuk memenuhi


kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat bervariasi
akan memunculkan sistem yang berbeda-beda. Kebutuhan manusia yang
bersifat fisiologis seperti sandang, pangan, dan papan, akan memunculkan
sistem ekonomi. Kebutuhan manusia untuk meningkatkan pengetahuan akan
memunculkan sistem pendidikan. Demikian pula untuk pemenuhan
kebutuhan lainnya akan muncul berbagai sistem seperti sistem politik,
sosial, budaya, Pertahanan, dan keamanan.
Dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, manusia membutuhkan
manusia lainnya karena pada dasarnya manusia tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya sendiri. Hubungan dengan manusia lain akan membentuk
suatu jaringan hubungan yang di dalamnya ada suatu sistem pengaturan.
Sistem pengaturan itu mengatur mekanisme hubungan yang terjadi, misalnya:
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, bagaimana
cara melakukan, dan untuk apa kegiatan tersebut dilakukan.
Semua sistem pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsafat dan
pandangan hidup bangsa di mana sistem itu diberlakukan. Pandangan hidup
akan tercermin dalam nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang
menganutnya. Sebagai contoh: sistem ekonomi kolektif akan muncul dalam
masyarakat yang menganut paham komunis. Dalam sistem ini segalanya
diatur oleh sentral kekuasaan, yaitu pemerintah. Semua kegiatan individu
ditujukan untuk kepentingan negara dan negaralah yang mengatur
pendistribusiannya.
Bangsa Indonesia memiliki filsafat, ideologi dan pandangan hidup
Pancasila. Oleh karena itu semua sistem yang berlaku, termasuk sistem
ekonomi, mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Buku ini membahas materi tentang Sistem Ekonomi Indonesia yang pada
hakikatnya adalah Sistem Ekonomi Pancasila. Keseluruhan buku ini terbagi
dalam 9 Modul, yang masing-masing membahas materi sebagai berikut.
Modul 1 : Sistem Ekonomi.
x

Modul 2 : Sistem Ekonomi Kapitalisme dan Komunisme.


Modul 3 : Sistem Ekonomi Indonesia.
Modul 4 : Koperasi dalam Sistem Ekonomi Indonesia.
Modul 5 : BUMN dalam Sistem Ekonomi Indonesia.
Modul 6 : Keberadaan Swasta dalam Sistem Ekonomi Indonesia.
Modul 7 : Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Modul 8 : Kebijakan Pemerintah dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan.
Modul 9 : Sistem Ekonomi Indonesia dalam Era Global.

Setelah mempelajari mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia (SEI),


mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan SEI sebagai suatu sistem
ekonomi yang dibangun berdasar kristalisasi filosofi dan nilai budaya
Indonesia yang diharapkan unggul di dalam percaturan persaingan global.
Secara spesifik mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1. apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi dan beberapa persoalan yang
terkait di dalamnya;
2. arti dan ciri sistem ekonomi kapitalis dan komunis;
3. dasar-dasar filosofis, konstitusional, dan operasional Sistem Ekonomi
Indonesia;
4. prinsip-prinsip koperasi, peran dan kedudukan koperasi dalam
perekonomian Indonesia, dan strategi serta kebijakan pemerintah dalam
pengembangan koperasi;
5. pengertian BUMN, kondisi serta peran BUMN dalam perekonomian
Indonesia;
6. peran swasta dalam pengembangan perekonomian Indonesia, serta
kebijakan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran swasta
dalam pembangunan;
7. berbagai bentuk strategi pembangunan ekonomi dan strategi
pembangunan ekonomi yang diterapkan di Indonesia;
8. pengertian ekonomi kerakyatan, potensi dan kendala yang ada, serta
kebijakan pemerintah yang dapat meningkatkan perwujudan ekonomi
kerakyatan;
9. tantangan perekonomian dunia dan regional serta bagaimana eksistensi
Sistem Ekonomi Indonesia dalam era global.
xi

PETUNJUK SUKSES MEMPELAJARI BUKU MATERI POKOK


ISIP4310 SISTEM EKONOMI INDONESIA

Untuk mencapai pemahaman yang optimal ketika Anda mempelajari


BMP ini, ikutilah langkah-langkah petunjuk berikut.
1. Baca pendahuluan yang ada pada setiap modul sebelum membaca materi
kegiatan belajar.
2. Mulailah membaca kegiatan belajar secara seksama, bila perlu catat kata-
kata kunci (key word) pada materi yang dibahas.
3. Kerjakan soal latihan yang terdapat pada setiap akhir kegiatan belajar
sesuai rambu-rambu pada petunjuk jawaban latihan.
4. Baca rangkuman, kemudian kerjakan Tes Formatif dan cocokkan
hasilnya, dengan KUNCI JAWABAN TES FORMATIF yang ada di
lembar akhir modul. Ingat, usahakan jangan melihat Kunci Jawaban
terlebih dahulu ketika Anda mengerjakan soal.
5. Laksanakan tindak lanjut sesuai dengan pencapaian yang Anda peroleh
sebelum memulai kegiatan belajar selanjutnya.
6. Hindari cara belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) sebab cara itu akan
merusak memori otak Anda! Ungkapkan “sedikit demi sedikit akhirnya
menjadi bukit” sangat pas untuk mencapai sukses belajar mandiri!

Jika saja langkah-langkah tersebut Anda laksanakan dengan Sungguh-


sungguh, Anda pasti akan berhasil!

Selamat belajar, semoga sukses selalu menyertai Anda!


xii

Peta Kompetensi
Sistem Ekonomi Indonesia/ISIP4310/3 sks
iii

Daftar Isi

TINJAUAN MATA KULIAH ........................................................... ix

MODUL 1: SISTEM EKONOMI INDONESIA 1.1


Kegiatan Belajar 1:
Pengertian Sistem Ekonomi dan Elemen-elemen yang
Mempengaruhi Sistem Ekonomi ........................................................ 1.2
Latihan …………………………………………............................... 1.14
Rangkuman ………………………………….................................... 1.14
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 1.15

Kegiatan Belajar 2:
Beberapa Masalah yang Timbul dalam Suatu Sistem Ekonomi ........ 1.18
Latihan …………………………………………............................... 1.25
Rangkuman ………………………………….................................... 1.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.26

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 1.29


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 1.30

MODUL 2: SISTEM EKONOMI KAPITALISME DAN


KOMUNISME 2.1
Kegiatan Belajar 1:
Sistem Ekonomi Kapitalisme ............................................................. 2.3
Latihan …………………………………………............................... 2.11
Rangkuman ………………………………….................................... 2.11
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 2.12
iv

Kegiatan Belajar 2:
Sistem Ekonomi Komunisme ............................................................. 2.15
Latihan …………………………………………............................... 2.23
Rangkuman ………………………………….................................... 2.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.24

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 2.27


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 2.28

MODUL 3: SISTEM EKONOMI PANCASILA 3.1


Kegiatan Belajar 1:
Dasar Filosofis Sistem Ekonomi Indonesia ........................................ 3.3
Latihan …………………………………………............................... 3.9
Rangkuman ………………………………….................................... 3.9
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 3.10

Kegiatan Belajar 2:
Dasar Konstitusional dan Operasional Sistem Ekonomi Indonesia ... 3.13
Latihan …………………………………………............................... 3.23
Rangkuman ………………………………….................................... 3.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.24

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 3.27


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 3.29

MODUL 4: KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI


INDONESIA 4.1
Kegiatan Belajar 1:
Pengertian dan Kedudukan Koperasi dalam Perekonomian
Indonesia ............................................................................................ 4.2
Latihan …………………………………………............................... 4.8
Rangkuman ………………………………….................................... 4.9
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 4.10
v

Kegiatan Belajar 2:
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Koperasi di Indonesia .......... 4.13
Latihan …………………………………………............................... 4.23
Rangkuman ………………………………….................................... 4.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.24

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 4.27


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 4.29

MODUL 5: BUMN DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA 5.1


Kegiatan Belajar 1:
Pengertian dan Peran Badan Usaha Milik Negara dalam
Perekonomian Nasional ...................................................................... 5.2
Latihan …………………………………………............................... 5.15
Rangkuman ………………………………….................................... 5.16
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 5.16

Kegiatan Belajar 2:
Upaya Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas BUMN .................... 5.19
Latihan …………………………………………............................... 5.23
Rangkuman ………………………………….................................... 5.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.25

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 5.28


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 5.30

MODUL 6: PERANAN SWASTA DALAM SISTEM


EKONOMI INDONESIA 6.1
Kegiatan Belajar 1:
Peran Swasta dalam Perekonomian Nasional .................................... 6.3
Latihan …………………………………………............................... 6.9
Rangkuman ………………………………….................................... 6.9
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 6.10
vi

Kegiatan Belajar 2:
Krisis Ekonomi dan Peningkatan Peran Swasta dalam
Perekonomian Indonesia .................................................................... 6.13
Latihan …………………………………………............................... 6.17
Rangkuman ………………………………….................................... 6.18
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.19

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 6.22


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 6.23

MODUL 7: STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI


INDONESIA 7.1
Kegiatan Belajar 1:
Berbagai Macam Strategi Pembangunan Ekonomi ............................ 7.3
Latihan …………………………………………............................... 7.8
Rangkuman ………………………………….................................... 7.9
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 7.9

Kegiatan Belajar 2:
Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia ........................................ 7.13
Latihan …………………………………………............................... 7.23
Rangkuman ………………………………….................................... 7.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.24

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 7.27


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 7.28

MODUL 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


MENGEMBANGKAN EKONOMI KERAKYATAN 8.1
Kegiatan Belajar 1:
Beberapa Persoalan yang Timbul dalam Mewujudkan Ekonomi
Kerakyatan .......................................................................................... 8.3
Latihan …………………………………………............................... 8.13
Rangkuman ………………………………….................................... 8.14
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 8.14
vii

Kegiatan Belajar 2:
Kemitraan Usaha Antarpelaku Ekonomi ............................................ 8.18
Latihan …………………………………………............................... 8.21
Rangkuman ………………………………….................................... 8.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.22

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 8.25


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 8.26

MODUL 9: SISTEM EKONOMI INDONESIA DALAM ERA


GLOBAL 9.1
Kegiatan Belajar 1:
Tantangan Perekonomian Dunia dan Regional .................................. 9.3
Latihan …………………………………………............................... 9.13
Rangkuman ………………………………….................................... 9.13
Tes Formatif 1 ……………………………..…….............................. 9.14

Kegiatan Belajar 2:
Sistem Perekonomian Indonesia dalam Era Global ........................... 9.17
Latihan …………………………………………............................... 9.22
Rangkuman ………………………………….................................... 9.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.23

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF.............................................. 9.27


DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 9.28
Modul 1

Sistem Ekonomi Indonesia


Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

M odul pertama ini menguraikan beberapa konsep yang berhubungan


dengan sistem ekonomi, yaitu pengertian sistem, konsep sistem
ekonomi dan elemen-elemen yang diuraikan dalam sistem ekonomi. Di sini
akan dikemukakan definisi sistem ekonomi dari John F. Due, Theodore
Morgan dan Hatta.
Sistem perekonomian akan berhadapan dengan permasalahan yang
mendasar, yaitu tentang produksi, distribusi, dan konsumsi. Sedangkan
bentuk dari sistem perekonomian sangat tergantung pada elemen
pendukungnya, sehingga elemen-elemen tersebut dapat memberi warna pada
sistem ekonomi.
Selanjutnya akan dibahas mengenai persoalan-persoalan yang timbul
dalam suatu sistem ekonomi. Tugas sistem ekonomi menyangkut
mengenai apa yang akan diproduksi, bagaimana memproduksinya, siapa
yang akan mengonsumsinya dan kapan dikonsumsinya.
Materi modul ini sebagai pengantar untuk memahami Sistem Ekonomi
Indonesia. Jika Anda menguasai modul satu ini maka Anda akan lebih
mudah mempelajari modul-modul berikutnya.
Secara umum modul ini bertujuan agar Anda mampu menjelaskan
pengertian sistem ekonomi dan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan suatu sistem ekonomi. Sedangkan secara khusus Anda diharapkan
dapat menjelaskan berikut ini.
1. Pengertian teori sistem.
2. Konsep sistem ekonomi.
3. Faktor atau elemen-elemen yang dominan dalam sistem ekonomi.
4. Persoalan-persoalan yang muncul berhubungan dengan sistem ekonomi.
1.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kegiatan Belajar 1

Pengertian Sistem Ekonomi dan


Elemen-elemen yang Mempengaruhi
Sistem Ekonomi

S ebelum kita membicarakan apa yang dimaksudkan dengan sistem


ekonomi maka perlu kiranya terlebih dahulu kita memahami arti dari
sistem. Dalam Webster's New Collegiate Dictionary, sistem didefinisikan
sebagai ”a regularly interacting or interdependent group of items forming a
unified whole “. Definisi tersebut secara bebas dapat diartikan sebagai
suatu kesatuan item (sub-sistem) yang berinteraksi atau tergantung satu sama
lain dalam membentuk suatu kesatuan yang utuh.
Selain itu ada definisi lain yang mengatakan bahwa sistem merupakan
"hubungan yang khas yang diidentifikasikan yang sifatnya harmonis dan
terpadu dalam suatu struktur organisasi". Sebuah sistem bukan sekedar
himpunan suatu subyek (kumpulan orang atau masyarakat), himpunan suatu
obyek (kumpulan dokumen atau arsip), bukan pula himpunan norma
(undang-undang atau peraturan kepegawaian) atau kumpulan organisasi.
Sebuah sistem merupakan jalinan semua himpunan-himpunan yang
mencakup subyek atau obyek dan perangkat kelembagaan yang
membentuknya.
Selanjutnya definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Henri Pratt
Fairchild “... system is an aggregate of related interest or activities. There
is the assumption of an organization of part or phases in orderly
arrangement a philosophy in all its related phases may be so regarded,
also a communication or transportation system; or an economic system.
Whatever the system, its related character is identified by harmony in
operation and integration of its structure".
Dari beberapa definisi di atas dapat digarisbawahi bahwa di dalam
sistem ada elemen-elemen atau sub sistem yang mencirikan, sebagai
berikut.
1. Di dalam sistem terdapat suatu kompleksitas keseluruhan elemen-
elemen; ada bagian-bagian yang merupakan bagian-bagian daripada
keseluruhan.
 ISIP4310/MODUL 1 1.3

2. Elemen-elemen tersebut dicirikan oleh interrelasi, (bagian-bagian yang


ada saling mempengaruhi satu sama lain).
3. Elemen-elemen tersebut secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang terintegrasi; bagian-bagian daripadanya merupakan suatu
keseluruhan yang berdiri secara otonom, dibandingkan dengan
keseluruhan-keseluruhan yang lain. Dengan perkataan lain, keseluruhan
tersebut merupakan sebuah entitas (entity).
4. Entitas tersebut memiliki atau ditujukan ke arah pencapaian tujuan atau
sasaran tertentu; terdapat suatu integrasi elemen yang diatur dan disusun
dengan mengingat sarana, arti dan hakikat bagi adanya sistem yang
bersangkutan.

Untuk lebih memahami pengertian "sistem" maka penulis mencoba


memberi contoh yang lebih mudah, misalnya:
1. mobil,
2. manusia.

Kedua contoh di atas, adalah bentuk dari suatu sistem. Mobil adalah
mechanical system, sedangkan manusia adalah organic system. Apabila ada
sebagian sub sistem rusak maka terganggulah sistem secara keseluruhan.
Jalannya mobil dapat cepat atau lambat sangat tergantung pada kondisi mesin
dan sarana penunjang, seperti: ban, sopir, bensin, keadaan jalan, keamanan
jalan, tanda-tanda lalu lintas yang sempurna, petugas keamanan jalan dan
lain-lainnya. Demikian juga "manusia" sebagai organic system. Untuk
mencapai tujuan hidupnya maka sangat tergantung pada input dalam
proses pertumbuhan jiwa dan raganya, seperti:
1. kesehatan (dalam arti luas);
2. pendidikan/agama/lingkungan;
3. perasaan ikut mempunyai negara;
4. merasa berkewajiban untuk mempertahankan negara terhadap serangan
dari luar maupun dari dalam;
5. merasa wajib ikut melestarikan ideologi negara.

Apabila input-input tersebut tidak terpenuhi maka sistem itu akan rusak
dalam arti tidak bisa membentuk manusia seutuhnya (human entity).
Demikian gambaran yang sederhana tentang sistem. Masih banyak contoh
sistem, misalnya:
1.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

1. sistem politik;
2. sistem pertahanan;
3. sistem pendidikan;
4. sistem kesehatan;
5. sistem lingkungan;
6. sistem pemerintahan.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap sistem harus
ada dan didukung oleh sub sistem, baik internal maupun eksternal. Apabila
semua sub sistem berinteraksi maka mekanisme sistem dapat berjalan
normal dan diharapkan dapat mengarah ke hal yang lebih baik.

A. PENGERTIAN SISTEM EKONOMI

Beranjak dari pengertian sistem di atas, selanjutnya kita mencoba


untuk melihat apa yang dimaksudkan dengan sistem ekonomi. Apabila kita
membicarakan sistem ekonomi atau sering pula disebut dengan istilah
orde ekonomi maka kita tidak bisa mengabaikan lembaga-lembaga sosial
yang ada di dalamnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia
misalnya: lembaga-lembaga keagamaan, politik, hukum, lembaga-
lembaga ekonomi, dan lain-lain. Istilah lembaga-lembaga ini sering pula
diganti dengan pranata-pranata.
Dalam kaitan ini, George N. Halm menyatakan bahwa "Economic
system differ, socialist or capitalist, planned or unplanned, according
to ' their institutions". Pendapat ini tampaknya meletakkan kaitan yang erat
antara sistem ekonomi dengan lembaga-lembaga yang ada padanya.
Pendapat lain yang sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh
John F. Due bahwa sebuah sistem ekonomi adalah " ... as the group of
economic institutions or, regarded as a unit the economic system, the
organization through the operation of which the various resources scarce,
relative to the need for them are utilized to satisfy the wants of man".
Dari definisi di atas, dapat digambarkan melalui ilustrasi
sebagaimana tercantum dalam gambar sebagai berikut.
 ISIP4310/MODUL 1 1.5

A B

C D

SISTEM EKONOMI

A, B, C dan D merupakan elemen-elemen atau sub sistem dari sistem


ekonomi yang hanya menitikberatkan pada lembaga-lembaga atau pranata
ekonomi (economic institutions). Definisi di atas, agaknya terlalu sempit
karena hanya menitikberatkan pada pranata-pranata ekonomi saja.

Definisi lain yang lebih luas dikemukakan oleh Theodore Margan


yang menyatakan bahwa “... Every economic system is part of
constellation of economic, social and political institution and ideas and
can be understood only as part of this whole “. Definisi tersebut apabila
digambarkan dalam bentuk himpunan akan tampak sebagai berikut:

A, B, C dan D merupakan sub sistem dari sistem ekonomi yang


bersangkutan, di mana:

A B

C D

SISTEM EKONOMI

A = pranata ekonomi B = pranata sosial C = pranata politik


D = pranata ide-ide
1.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

Pengertian sistem ekonomi yang dikemukakan oleh beberapa sarjana


Indonesia, di antaranya adalah Tom Gunadi, menyatakan bahwa:
"Sistem perekonomian adalah sistem sosial atau kemasyarakatan dilihat
dalam rangka usaha keseluruhan untuk mencapai kemakmuran". Dalam
pengertian sistem sosial terkandung unsur berikut ini.
1. Tujuan bersama dengan harapannya, yang melahirkan berbagai
kebiasaan, tradisi, kaidah, aturan yang melembaga yang semuanya itu
memungkinkan masyarakat melakukan usaha bersama, menata dan
menertibkan setiap kegiatan individu dan kelompok, dalam rangka
ikhtiar mencapai tujuan bersama tersebut. Dalam hubungannya dengan
perekonomian, jelas tujuan bersama yang dimaksudkan ini ialah
kemakmuran masyarakat.
2. Seperangkat nilai yang melekat pada tujuan bersama tersebut dan
menciptakan pengikat yang mempersatukan anggota masyarakat dalam
usaha bersama menurut cara-cara tertentu.
3. Sikap dasar dan pengertian tentang hak dan kewajiban yang membentuk
pola tingkah laku dan tindakan individu maupun kelompok, satu
terhadap yang lain.
4. Otoritas, kepemimpinan, struktur kekuasaan untuk mengarahkan usaha
bersama, memilih atau menetapkan alternatif-alternatif bagi alat-alat
yang dipergunakan dan mempersatukan seluruh anggota masyarakat
untuk bersama mempergunakan alat-alat tersebut.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa sistem ekonomi diarahkan untuk


menciptakan orde ekonomi yang sesuai dengan watak suatu negara. Orde
ekonomi ini haruslah dipandu dengan prinsip bahwa ada pengakuan
terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik hukum, dan pembangunan.
Di pihak lain, Dumairy menyatakan bahwa sistem ekonomi adalah
suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar
manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
kehidupan. Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsur manusia sebagai
subyek; barang ekonomi sebagai obyek serta seperangkat kelembagaan
yang mengatur dan menjalin kegiatan perekonomian.
Menurut Hatta, Orde ekonomi, ialah bangun organisasi dari
kehidupan ekonomi yang sifatnya relatif lestari. Dikatakannya pula ada 6
(enam) faktor yang memberikan bentuk pada orde ekonomi, yaitu:
 ISIP4310/MODUL 1 1.7

1. kebutuhan hidup manusia;


2. pemberian alam dan keadaannya pada suatu tempat atau sumber daya
alam;
3. tenaga kerja;
4. persediaan barang;
5. pengetahuan teknik atau penguasaan teknologi;
6. organisasi yuridis dan sosial yang dapat memberikan arah kepada
tindakan-tindakan subjek ekonomi dan juga menentukan batasnya.

Sedangkan menurut Abdul Madjid dan Sri Edi Swasono (1985): "Orde
Ekonomi merupakan konstitusi ekonomi dari negara. Sistem
perekonomian sebenarnya merupakan suatu kehidupan ekonomi yang
mencakup seluruh kegiatan-kegiatan dan proses yang diarahkan agar
anggota masyarakat dapat tercukupi kebutuhan kebendaan. Kegiatan
ekonomi sebenarnya merupakan salah satu aspek kehidupan masyarakat.
Karena itu, sistem perekonomian selalu terikat pada kaidah-kaidah yang
berlaku bagi semua tindakan/tingkah laku/tindak-tanduk manusia yaitu kaidah-
kaidah moral yang dapat melahirkan ekonomi normatif.
Sistem ekonomi tidak terlepas dari sesuatu yang hidup (segala macam).
Sistem perekonomian akan berhadapan dengan permasalahan yang
mendasar, yaitu tentang produksi, distribusi, dan konsumsi. Sedang bentuk
dari sistem perekonomian sangat tergantung pada elemen pendukungnya,
sehingga elemen-elemen tersebut dapat memberi warna pada sistem
ekonomi.

B. ELEMEN-ELEMEN YANG MEMPENGARUHI SISTEM


EKONOMI

Elemen pendukung yang dapat memberi warna pada sistem ekonomi


sebagaimana dikemukakan Hatta di atas (6 faktor) juga dikemukakan oleh
Van der Valk, seperti dikutip oleh Winardi, bahwa beberapa hal yang
dihadapi manusia dapat disebutkan sebagai berikut.
1. Kebutuhan manusia.
2. Jumlah, sifat, serta susunan penduduk.
3. Konstelasi alamiah negara yang bersangkutan.
4. Jumlah barang-barang modal yang tersedia.
5. Pengetahuan teknik.
6. Organisasi yuridis dan sosial masyarakat.
1.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

Berbicara mengenai soal sistem perekonomian maka kita tidak dapat


lepas dari "struktur perekonomian suatu negara". Sebab struktur
perekonomian merupakan kerangka kerja (frame work) dalam perjuangan
hidup dan untuk mendapat penghidupan yang lebih sempurna, dan akan
menentukan corak masyarakat. Struktur perekonomian suatu negara dapat
menentukan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Persoalan
ekonomi juga ditentukan oleh struktur perekonomiannya.
Persoalan ekonomi tidak dapat diselesaikan hanya dengan dalil-dalil
ekonomi saja (seperti pendapat Max Weber) tetapi, persoalan ekonomi
harus diselesaikan dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti:
1. hukum, ekonomi, dan
2. faktor bukan ekonomi (politik, etika, agama, moral, pandangan hidup).

Dari definisi-definisi yang sudah dikemukakan kiranya dapat


disimpulkan bahwa "Sistem ekonomi merupakan organisasi yang terdiri
dari sejumlah lembaga atau pranata (ekonomi, sosial, politik, ide-ide)
yang saling mempengaruhi satu sama lain yang ditujukan ke arah
pemecahan problem-problem produksi, distribusi, dan konsumsi yang
merupakan problem dasar setiap perekonomian demi tercapainya
kemakmuran masyarakat".
Mengenai sistem, Pande Raja Silalahi berpendapat bahwa "Sistem
yang cocok dengan suatu bangsa, pada hakikatnya harus didasarkan kepada
pandangan hidup bangsa yang bersangkutan, atau ia harus menjelma
sesuai dengan pandangan hidup dari bangsa tersebut".
Dengan demikian, untuk mewujudkan sistem yang dimaksudkan bukan
sekedar melakukan pilihan terhadap sistem yang sudah ada walaupun dalam
kenyataannya pilihan tersebut akan berbentuk serupa dengan sistem yang
berlaku di dalam masyarakat lainnya. Ini memberi gambaran bahwa suatu
negara mungkin saja belum menemukan sistem yang cocok, yang berarti
bangsa yang bersangkutan masih perlu merumuskan sistem (termasuk
sistem ekonomi) yang sesuai.
Bila setiap negara di dunia mewujudkan sistem yang sesuai dengan
pandangan hidup bangsanya, maka segera tergambar pada kita betapa banyak
sistem yang akan terwujud, dan di antara sistem-sistem ini akan terdapat
perbedaan maupun persamaan. Persamaan tersebut merupakan bukti bahwa
terdapat persamaan pandangan hidup di antara manusia di dunia. Sedang
perbedaan di dalam sistem dapat diartikan bahwa selain menggambarkan
 ISIP4310/MODUL 1 1.9

perbedaan dalam pandangan hidup, juga menggambarkan ciri khas dari


suatu bangsa. Tetapi celakanya, dalam kehidupan dunia sekarang ini,
perbedaan di antara sistem sering menimbulkan pertikaian (konflik). Hal
ini sebagai akibat dari kenyataan bahwa dalam kehidupan bernegara
saling ketergantungan di antara bangsa di dunia sudah merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Sedangkan dalam kondisi
saling ketergantungan tersebut, selalu timbul usaha manipulasi terhadap
hubungan yang ada.
Kalau kita mengamati perkembangan kehidupan bangsa-bangsa di
dunia, kita menemukan suatu negara yang sering mengalami
keguncangan ekonomi. Hal itu mungkin disebabkan karena sistem
ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan pada dasarnya belum
sesuai dengan pandangan hidup bangsanya, atau tidak sesuai lagi dengan
pandangan hidup masyarakat. Dikatakan tidak sesuai lagi, karena nilai-nilai
yang hidup di dalam masyarakat telah mengalami perubahan sebagai
akibat dari perkembangan yang telah dicapai. Demikian pula keguncangan
bisa terjadi karena kurang memadainya pengetahuan masyarakat mengenai
sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa tersebut sehingga menjadi sumber
ketidakstabilan. Atau kalaupun kestabilan dapat dipertahankan,
keseluruhan dinamika yang berlangsung di dalam sistem tersebut tidak dapat
memberi hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Akibatnya dapat
melahirkan opini yang menyalahkan sistem yang dianut, padahal sistem
tersebut pada hakikatnya merupakan perwujudan pandangan hidup dari
bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian kiranya menjadi jelas, betapa
penting dan hakikinya setiap anggota masyarakat perlu mengetahui sistem
ekonomi dari bangsanya.
Usaha memasyarakatkan sistem ekonomi yang telah dirumuskan dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti dengan memberi penerangan kepada
masyarakat. Penerangan dapat bersifat sempit tetapi dapat juga bersifat
luas. Bersifat sempit dimaksudkan bila materi penerangan yang diberikan
hanya terbatas kepada sistem yang dianut. Bersifat luas, apabila materi yang
diberikan di samping menyangkut sistem yang dianut juga menyangkut
sistem lainnya yang dianggap ada hubungannya. Memasyarakatkan sistem
ekonomi dimaksudkan juga untuk menumbuhkan dan mempertebal rasa
kecintaan di dalam diri para anggota masyarakat.
Memang harus diakui dengan menerapkan bentuk penerangan yang
bersifat luas, mungkin akan menghasilkan akibat yang tidak dikehendaki.
1.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

Belum memadainya daya analisis anggota masyarakat atau banyaknya waktu


yang dibutuhkan untuk sosialisasi, dapat menyebabkan para anggota
masyarakat berpendapat bahwa sistem yang dianut oleh negara lain dianggap
lebih baik. Tetapi bila kita bisa membuktikan bahwa sistem ekonomi
yang dianut adalah benar-benar merupakan perwujudan dari pandangan hidup
bangsa, kiranya tidak perlu merasa ragu-ragu memilih dan menerapkan sistem
yang demikian. Tinggal yang dibutuhkan adalah kewaspadaan untuk
menghadapi dan memperbaiki penyimpangan yang mungkin terjadi dan siap
merespons setiap perubahan yang akan terjadi pula.

C. PEMENUHAN KEBUTUHAN DAN PERLUNYA SISTEM

Manusia hidup di dalam masyarakat pada tingkat tertentu dan mempunyai


bermacam-macam kebutuhan. Berbagai kebutuhan ini mencakup kebutuhan
badaniah, yang harus dipenuhi demi mempertahankan hidup. Kebutuhan lain
berasal dari kenyataan bahwa manusia hidup bersama di dalam suatu
masyarakat, ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada dalam
dirinya dan masyarakat, dan selanjutnya membentuk apa yang dinamakan
kebudayaan.
Dalam masyarakat yang atheis, kebutuhan manusia dimaksudkan hanya
mencakup kedua macam kebutuhan seperti yang disebutkan di atas. Tetapi
bagi masyarakat yang religi atau ber-Ketuhanan seperti masyarakat Indonesia,
di samping kedua macam kebutuhan tersebut, diakui adanya kebutuhan
spiritual yang timbul sebagai hasil hubungan antara manusia dengan
penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini perlu digarisbawahi, karena
segala persoalan atau pembahasaan yang menyangkut ekonomi Indonesia,
baik sistem maupun segala peraturan-peraturan yang berlaku akan bertitik
tolak dari ketiga macam kebutuhan tersebut.
Di samping itu perlu disadari, "usaha pemenuhan" dan "pemenuhan
kebutuhan" itu sendiri dapat berjalan berbarengan dan saling menunjang.
Tetapi tidak jarang terjadi bertentangan satu sama lain. Bila hal yang disebut
pertama yang terjadi, jelas ia tidak akan menimbulkan permasalahan. Tetapi
bila terjadi suatu konflik, maka usaha penanggulangannya mungkin tidak akan
segampang seperti yang mungkin terpikirkan sebelumnya.
Masalahnya mungkin saja bukan hanya menuntut pemecahan dengan
mengorbankan suatu bentuk kebutuhan demi memenuhi kebutuhan lainnya,
tetapi mungkin ia menuntut pemecahan dalam bentuk tindakan yang
 ISIP4310/MODUL 1 1.11

akibatnya dapat menimbulkan kejutan kepada sebagian anggota


masyarakat. Tindakan ini memang tindakan yang tidak dapat dihindarkan.
Dengan demikian perlu disadari secara penuh, bahwa masalah ekonomi
yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia lebih rumit sifatnya bila
dibandingkan dengan masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara
yang menganut paham atheis.
Kebutuhan manusia menurut bentuk atau sifatnya dapat berbentuk
perorangan atau kolektif, seperti kebutuhan akan jaminan keamanan.
Kebutuhan ini merupakan akibat langsung dari kenyataan bahwa manusia
hidup bersama di dalam suatu masyarakat, bukan hidup seorang diri.
Robinson Crusoe adalah tipikal orang yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mandiri. Dalam kenyataannya kehidupan perseorangan
seperti itu hampir tidak mungkin terjadi. Kalaupun itu akan terjadi,
ekonominya akan merupakan sistem yang terisolasi dan bukan merupakan
bagian dari ekonomi masyarakat/global.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan usaha produksi.
Produksi merupakan kegiatan manusia dengan mengubah sumber-sumber
yang ada menjadi pemuas kebutuhan. Kegiatan ini dapat disebut dengan
resource allocation atau alokasi sumber daya. Kegiatan ini merupakan bagian
dari ekonomi mikro. Kegiatan produksi dilakukan secara sadar dan
bertujuan. Sadar bahwa untuk memenuhi kebutuhan tidak semua barang
pemenuh kebutuhan tersedia oleh alam (scarce resources). Sedangkan
tujuannya agar tingkat kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Kegiatan produksi di dalam suatu masyarakat adalah suatu proses di
mana para anggota masyarakat melakukan kerja sama. Kerja sama dalam
hal ini menjadi penting artinya, karena dalam banyak kesempatan ia akan
memberi hasil yang lebih besar bila dibandingkan dengan penjumlahan hasil
usaha yang dilakukan secara orang per orang. Di lain pihak, usaha untuk
melakukan produksi juga tercipta dengan adanya persaingan di antara
para produsen.
Persaingan di antara produsen menciptakan efisiensi di mana yang
berkualitas produknya, dialah yang akan unggul. Seorang ekonom akan
mempelajari kondisi seperti apa yang memungkinkan sumber-sumber
daya dialokasikan ke dalam penggunaan yang paling berharga (valuable
uses) Ditambah lagi untuk mencapai efisiensi dalam produksi dibutuhkan
spesialisasi dalam fungsi. Pemilik sumber daya (resource owners)
meningkatkan produktivitas melalui spesialisasi yang kooperatif yang akan
1.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

mengarah pada kebutuhan akan suatu organisasi ekonomi yang


memfasilitasi adanya kerja sama.
Dalam prosesnya, dengan adanya spesialisasi dalam fungsi tersebut,
para anggota masyarakat menjadi saling bergantung satu dengan yang lain.
Tetapi saling ketergantungan di antara anggota masyarakat di dalam proses
kerja sama ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Robinson Crusoe
mengetahui keterangan-keterangan penting yang dia butuhkan dan
mengalokasikan tenaga kerja serta sumber-sumber di dalam suatu
keputusan yang menyeluruh. Tetapi di dalam ekonomi sosial, keputusan
menyeluruh yang demikian tidak mungkin lagi. Tidak akan ada seorang
pun yang akan mengetahui semua data dari sumber-sumber yang tersedia,
teknik produksi dan keseluruhan kebutuhan dari anggota masyarakat. Untuk itu
dibutuhkan adanya organisasi.
Untuk mengorganisasi produksi dan untuk mendistribusikan hasil
produksi kepada anggota masyarakat, secara sadar atau tidak sadar akan
dihadapi berbagai macam masalah yang harus dipecahkan. Demikian juga
halnya dengan terciptanya spesialisasi dan kerja sama, tercipta juga
hubungan sosial. Sudah barang tentu terdapat bermacam-macam hubungan
sosial, misalnya hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah yang
merupakan hasil dari penggunaan kekuatan politik; hubungan para guru
dengan murid yang timbul sebagai hasil dari proses pengajaran. Hubungan
sosial yang muncul di dalam proses ekonomi berbeda dengan hubungan
sosial lainnya. la terjelma dalam hubungannya (dalam hal ini manusia)
dengan objek material yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. la menjelma dalam hubungannya dengan benda-benda konsumsi
dan hubungan yang terjadi dalam bentuk seperti ini dinamakan hubungan
ekonomi.
Untuk dapat mengerti sistem hubungan sosial yang muncul dalam
proses produksi, pertama kita harus mengenal beberapa hubungan dasar
tertentu yang menentukan perilaku dari keseluruhan hubungan yang
berbelit-belit atau rumit sifatnya. Hubungan dasar muncul dari
kepemilikan alat-alat produksi. Kepemilikan ini bukan sekedar berarti
kepunyaan. la merupakan kekayaan yang diakui oleh para anggota
masyarakat, dikukuhkan oleh norma sosial yang diakui keabsahannya dalam
bentuk hukum dan peraturan-peraturan serta dilindungi oleh adanya sanksi
terhadap pelanggaran peraturan-peraturan sosial yang dimaksudkan.
 ISIP4310/MODUL 1 1.13

Kepemilikan alat produksi akan menentukan bagaimana ia digunakan


dan selanjutnya menentukan bentuk kerja sama yang akan berlaku.
Bentuk kepemilikan alat-alat produksi membentuk dasar dan prinsip-
prinsip organisasi, hubungan produksi dan distribusi.
Seperti diketahui, alat-alat produksi bukan hanya mencakup tanah dan
modal, akan tetapi tenaga kerja manusia juga termasuk di dalamnya. Dengan
demikian perhatian terhadap tenaga kerja perlu diberikan karena
produksi itu sendiri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di sini
terlihat manusia di satu pihak adalah pemilik dan di lain pihak dapat menjadi
“alat” yang dimiliki oleh manusia lainnya atau badan lain di luar dirinya.
Kemungkinan ini akan menimbulkan pertanyaan, yakni bagaimana
kemerdekaan manusia harus ditempatkan di dalam hubungan sosial yang
timbul dari proses produksi. Demikian pula halnya dengan alat-alat
produksi selain tenaga kerja, karena pemilikan akan menentukan
bagaimana ia digunakan, sehingga dalam hubungan sosial ia memerlukan
pengaturan. Keseluruhan pengaturan terhadap yang disebut di atas ini akan
melahirkan sistem yang selanjutnya akan dibahas secara lebih terperinci
dalam bagian berikut.
Untuk dapat membedakan dan mengerti sistem ekonomi suatu negara,
pada tingkat pertama dapat dilakukan berdasarkan pembedaan faktor
struktural seperti disebut di bawah ini.
1. Apakah benda-benda konsumsi diproduksi berdasarkan keinginan dari
konsumen atau ditentukan oleh pemerintah?
2. Apakah pemilihan pekerjaan diserahkan kepada masing-masing individu
atau apakah alokasi dari pekerja ditentukan oleh pemerintah dan
penentuan pembayaran upah ditentukan sebagai suatu kebijaksanaan
sosial?
3. Apakah keseluruhan tingkat tabungan, yaitu bagian dari GNP yang
diperuntukkan untuk pembentukan kapital (capital formation) ditentukan
oleh masing-masing individu atau ditentukan oleh pemerintah?
4. Apakah alat-alat produksi (tenaga kerja, tanah dan modal) dimiliki dan
pengaturannya oleh masing-masing individu atau oleh pemerintah?

Dari berbagai kombinasi faktor-faktor struktural di atas, kita dapat melihat


betapa banyak kemungkinan kombinasi yang mungkin akan terjadi, belum lagi
bila memperhitungkan kemungkinan adanya bentuk campuran dari masing-
masing faktor tersebut.
1.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan arti lain dari sub sistem yang sering kita kenal dalam sistem
ekonomi!
2) Manusia adalah suatu sistem. Sebut dan jelaskan sub-sub sistem dari
tubuh manusia sehingga mudah untuk dimengerti!
3) Jelaskan sistem ekonomi dalam gerak pelaksanaannya sehingga
masyarakat dapat tercukupi kebutuhan kebendaan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, sebelumnya Anda perlu


memahami pengertian mengenai sistem. Selanjutnya diskusikan dengan
teman Anda
2) Baca dengan teliti uraian bahasan dalam modul ini.
3) Baca buku:
a. Pengantar sistem-sistem ekonomi oleh Winardi
b. Suatu Tinjauan tentang Sistem Ekonomi Indonesia oleh Pande
Radja Silalahi.

RA NG K UM A N

Dalam Kegiatan Belajar 1 ini, pembahasan dititikberatkan pada arti


sistem dan sistem ekonomi dan membandingkan dengan beberapa
sistem yang lain. Sebagai contoh antara mobil dan manusia yang
keduanya juga merupakan sebuah sistem.
Sub sistem yang merupakan elemen dari suatu sistem dapat
mempengaruhi sistem yang bersangkutan karena itu, apabila ada sub-sub
sistem terganggu maka sistem secara keseluruhan juga akan terganggu.
Sistem perekonomian akan selalu berhadapan dengan permasalahan
yang mendasar yaitu yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan
konsumsi.
 ISIP4310/MODUL 1 1.15

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Berikut ini pernyataan yang benar mengenai pengertian sistem adalah
kumpulan dari ....
A. sub sistem yang membentuk interaksi dalam kesatuan yang utuh
B. beberapa elemen
C. sub sistem yang berdiri sendiri
D. beberapa organ yang satu dengan lain merupakan pelengkap

2) Sistem ekonomi suatu bangsa sangat tergantung pada ....


A. kebutuhan hidup
B. kehendak pemerintah
C. pandangan hidup
D. kehendak sekelompok ahli ekonomi

3) Menurut Pande Radja Silalahi, sistem ekonomi yang cocok terhadap


suatu bangsa pada hakikatnya harus didasarkan pada ....
A. kehendak penguasa
B. pandangan hidup
C. politik perekonomian suatu bangsa
D. praktik yang dijalankan oleh pranata ekonomi

4 ) Manusia dapat dikatakan sebagai suatu sistem, karena manusia


mempunyai ....
A. kaki, tangan, kepala, badan
B. sub-sub sistem yang saling mempunyai fungsi penunjang
C. tujuan hidup
D. bagian kehidupan sosial

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.
1.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

5) Anggota masyarakat perlu mengetahui sistem ekonomi dari bangsanya.


Sebab
Pada hakikatnya, sistem ekonomi merupakan perwujudan pandangan
hidup dari bangsa yang bersangkutan.

6) Sistem ekonomi yang hanya menitikberatkan pada group of economic


saja merupakan pendapat yang sempit.
Sebab
Theodore Morgan berpendapat bahwa sistem ekonomi merupakan
konstelasi keadaan tentang kehidupan ekonomi, sosial, pranata politik
dan pranata ide-ide.

7) Masalah ekonomi hanya dapat diselesaikan dengan hukum ekonomi


semata.
Sebab
Fenomena ekonomi pasti dapat diatasi dengan hukum-hukum ekonomi
semata tanpa memperhatikan kekuatan sosial lainnya.

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (4) benar.
D. Jika hanya (4) yang benar.

8) Peningkatan produksi merupakan proses membuat ....


1) material menjadi finished good
2) barang setengah jadi menjadi barang jadi
3) raw material agar mempunyai nilai tambah

9) Agar mengarah ke tingkat efisiensi, proses produksi harus dilakukan


dengan cara mempergunakan ....
1) tenaga kerja yang terampil dan profesional
2) intensifikasi modal kredit murah
3) tenaga kerja wanita dan anak-anak

10) Gagasan yang sama seperti yang diungkap Tom Gunadi, bahwa suatu
sistem ekonomi harus mempunyai tujuan sosial kemasyarakatan yaitu
kemakmuran adalah pendapat dari ....
1) Hatta
2) John F. Due
3) Pande Raja Silalahi
 ISIP4310/MODUL 1 1.17

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kegiatan Belajar 2

Beberapa Masalah yang Timbul dalam


suatu Sistem Ekonomi

D alam Kegiatan Belajar 1 sudah dijelaskan bahwa sistem ekonomi


merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari pranata-pranata
ekonomi, sosial politik dan ide-ide yang saling mempengaruhi satu sama lain
yang ditujukan ke arah pemecahan problem produksi, distribusi dan
konsumsi yang merupakan problem dasar setiap perekonomian. Pengertian di
atas menunjukkan kepada kita bahwa dengan adanya sistem perekonomian
maka seolah-olah semua masalah sudah terjawab. Namun apakah demikian
sebenarnya?

A. MASALAH-MASALAH DALAM SISTEM EKONOMI

Apabila sebuah sistem ekonomi dianalogikan sebagai sebuah jam maka


jam tersebut terdiri dari sejumlah besar bagian (orderdil) yang harus diatur
sedemikian rupa sehingga dengan bekerja samanya bagian-bagian tersebut
dapat dicapai sasaran yang dapat "menunjukkan waktu". Namun, dalam
kenyataannya tidak setiap jam berjalan dengan baik, kadang-kadang
cocok/tepat dan kadang-kadang terlambat. Demikian pula dengan sistem
ekonomi yang tidak selalu bekerja seperti apa yang diharapkan.
Berkaitan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh sistem ekonomi, yaitu
memecahkan problem-problem produksi, distribusi, dan konsumsi maka
secara umum dapat dikatakan bahwa setiap sistem ekonomi yang ada akan
menghadapi persoalan-persoalan atau tugas pokok sebagai berikut.
1. Apa yang akan diproduksi (What)?
2. Bagaimana memproduksinya (How)?
3. Siapa yang akan menikmatinya (Whom)?
4. Untuk kapan dikonsumsi (When)?

Masalah-masalah di atas merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap


sistem ekonomi atau menurut istilah Paul A. Samuelson merupakan
"central problems of every economic society". Penjelasan singkat dari
masing-masing masalah tersebut adalah sebagai berikut.
 ISIP4310/MODUL 1 1.19

1. Apa yang Akan Diproduksi


Hal ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan mengenai barang-
barang dan jasa-jasa apakah yang akan dihasilkan. Kita mengetahui bahwa
kebutuhan manusia tidak terbatas jumlahnya sementara alat pemuas
kebutuhan jumlahnya terbatas. Keadaan ini menghadapkan kita pada
masalah pilihan antara bermacam ragam alternatif output yang harus
dihasilkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Dalam kaitan
ini juga tersirat berapa banyak dari masing-masing output tersebut harus
dihasilkan. Secara singkat hal ini dapat kita nyatakan sebagai masalah
"pengalokasian sumber daya-sumber daya ekonomi atau allocation of
economic resources". Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekonomi
merupakan “the science of the allocation of scarce resources among
competing uses.

2. Bagaimana Memproduksinya
Setelah kita menentukan barang-barang dan jasa-jasa apa yang akan
dihasilkan serta berapa banyak masing-masing jenis barang dan jasa
tersebut akan dihasilkan, pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab adalah:
bagaimana barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan tersebut akan
dihasilkan'?
Di dalam memproduksi barang dan jasa dibutuhkan berbagai macam tipe
sumber daya yang digunakan. Salah satu contohnya dalam kaitan ini adalah
pemilihan teknologi. Setiap sistem ekonomi dihadapkan pada masalah pilihan
di antara bermacam-macam teknologi yang akan digunakan untuk
menghasilkan output yang diinginkan. Apakah sistem ekonomi tersebut akan
menggunakan teknologi canggih yang paling mutakhir atau justru teknologi
tradisional? Ataukah suatu tingkat teknologi yang berada di antara
keduanya? Pilihan akan macam-macam teknologi ini harus dipikirkan secara
masak dengan mempertimbangkan segala aspek yang terkait di dalamnya.
Masalah ini biasa disebut sebagai "choice between different kinds of
technology".
Selain itu, sistem ekonomi juga menghadapi masalah akan keterbatasan
sumber daya di dalam memproduksi output yang diinginkan. Sebagai contoh
adalah penggunaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan
sumber daya yang terbatas, karena penggunaan satu sumber daya di satu
wilayah produksi akan menghalangi penggunaannya di wilayah produksi
1.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

yang lain. Artinya sumber daya manusia adalah langka di mana terdapat
pengorbanan di dalam penggunaannya.

3. Siapa yang Akan Menikmatinya?


Setelah barang-barang dan jasa-jasa tersebut dihasilkan dengan
menggunakan teknologi tertentu yang sudah dipilih, pertanyaan berikutnya
yang harus dijawab adalah: siapakah yang akan menikmati barang-barang
dan jasa tersebut? Apakah hasil tersebut hanya dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat atau sebaliknya? Dalam hal ini pada dasarnya sistem
ekonomi tersebut menghadapi masalah pembagian atau distribusi pendapatan,
yakni apakah pendapatan tersebut akan terbagi secara merata (sama rata),
tidak merata (ketimpangan) atau proporsional. Masalah yang ketiga ini
biasa disebut sebagai "the problem of distribution of income".

4. Untuk Kapan Dikonsumsi?


Masalah yang terakhir ini tidak kalah pentingnya dengan masalah-
masalah yang sudah disebut terdahulu. Masalah yang terakhir ini berkaitan
dengan seberapa banyak sumber daya ekonomi yang tersedia akan
disalurkan untuk dikonsumsi saat ini. Apakah keseluruhan atau sebagian
saja yang disalurkan untuk konsumsi saat ini dan sebagian lagi untuk
konsumsi masa yang akan datang? Dalam hal ini sistem ekonomi yang
bersangkutan dihadapkan pada pilihan masa kini atau masa yang akan
datang (the choice between the present and the future).
Dalam kaitan ini ada baiknya apabila kita menyitir sebuah slogan
yang sering didengungkan dalam pelestarian lingkungan hidup. Slogan ini
pada umumnya ditempelkan pada batang-batang pohon yang berbunyi "....
kami bukanlah warisan nenek moyang kalian tetapi adalah titipan dari anak
cucu kalian. Karenanya jagalah kelestarian kami". Apakah kita harus
memuaskan diri saat ini dan melupakan generasi mendatang, terutama
untuk sumber daya-sumber daya ekonomi yang langka dan sulit
diperbaharui? Jawabnya tentu saja ada pada kita semua.

B. PEMECAHAN PERMASALAHAN DALAM SISTEM EKONOMI

Penanganan masalah-masalah ekonomi di atas dalam masing-masing


sistem ekonomi yang ada berbeda satu sama lain. Dalam perekonomian bebas
(liberal), masalah-masalah pengalokasian sumber daya ekonomi, pilihan di
 ISIP4310/MODUL 1 1.21

antara berbagai macam ragam teknologi, distribusi pendapatan dan pilihan


antara penggunaan sumber daya ekonomi untuk saat kini atau masa yang
akan datang, dipecahkan melalui sebuah mesin otomatis yang dalam literatur
lebih dikenal dengan istilah "mekanisme harga dan mekanisme pasar”.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi mekanisme harga dan
mekanisme pasar adalah bahwa apabila keadaan perekonomian hanya
dipengaruhi oleh mekanisme harga, maka keadaan akan selalu berada pada
titik keseimbangan (equilibrium). Sebaliknya dalam sebuah perekonomian
komunis karena mekanisme harga dan mekanisme pasar dihapuskan, tugas
pemecahan masalah-masalah tersebut dilaksanakan oleh suatu badan yang
umumnya dikenal sebagai Badan Perencanaan Pusat (Central Planning
Board).
Apabila kita berbicara tentang persoalan pengalokasian sumber-sumber
ekonomi (allocation of resources) maka perlu juga dinyatakan bahwa pada
setiap sistem ekonomi bukan saja terjadi pengalokasian tersebut tetapi
adakalanya terjadi proses pengalokasian kembali/konservasi sumber-sumber
daya ekonomi (reallocation of economic resources). Proses pengalokasian
dan pengalokasian kembali (allocation and reallocation) sumber daya-
sumber daya ekonomi tersebut silih berganti karena fase-fase
perkembangan/pertumbuhan ekonomi setiap sistem ekonomi mengalami
perubahan dengan berjalannya waktu.
Masalah pilihan antara bermacam ragam teknologi yang akan
digunakan (choice between different kinds of technology) terutama dihadapi
oleh sistem ekonomi di negara-negara sedang berkembang (developing
countries). Negara-negara yang sedang berkembang sesungguhnya berada
dalam posisi yang menguntungkan karena mereka tanpa banyak kesulitan
dapat mencapai hasil teknologi dan memakai teknologi mutakhir dari luar
negeri. Tetapi sekalipun demikian, ada hambatan-hambatan yang dihadapi
mereka, misalnya berupa kekurangan skill untuk menerapkan teknologi
tersebut dengan sempurna.
Pada masa yang lampau pernah terjadi diskusi di berbagai kalangan di
Indonesia tentang teknologi mana yang tepat diterapkan di Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang. Perdebatan berkisar pada penerapan
"teknologi madya" (intermediate technology). Secara umum, teknologi madya
terletak antara dua macam teknologi yakni teknologi tradisional (traditional
technology) dan teknologi mutakhir (the latest technology).
1.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

Sebenarnya apa yang dinamakan teknologi madya itu berbeda


pengertiannya antara negara satu dengan lainnya. Bagi kita mungkin
merupakan teknologi mutakhir, tetapi bagi negara industri maju mungkin sudah
dinyatakan sebagai teknologi "usang". Pada hakikatnya penggunaan
teknologi madya di Indonesia lebih ditekankan pada metode yang bersifat
padat karya (labour intensive) dalam rangka usaha mengurangi pengangguran.
Masalah distribusi pendapatan (distribution of income), sejak zaman
dahulu hingga sekarang merupakan masalah yang memusingkan setiap
pemerintah. Setiap pemerintah yang bijaksana tentu mendambakan adanya
distribusi pendapatan yang layak (equitable distribution of income). Tetapi
pada sistem perekonomian "bebas", pendapatan bukan saja dicapai dari kerja
tetapi dicapai pula dari harta kekayaan. Di negara-negara Eropa Barat banyak
pihak menentang pendapatan yang dicapai tanpa kerja, yang melahirkan
istilah "unearned income".
Distribusi pendapatan yang merata 100% tidak pernah akan dicapai
dalam kenyataan mengingat bahwa:
1. pendapatan yang dicapai merupakan salah satu di antara banyak faktor
yang memotivasi orang untuk bekerja giat;
2. pendapatan yang dicapai juga mencerminkan faktor kelangkaan
(scarcity); contoh: para ahli bedah di mana-mana mencapai pendapatan
tinggi bukan karena mereka membantu penyelamatan jiwa pasien
mereka, tetapi oleh karena jumlah ahli bedah relatif sedikit.

Dengan demikian, hal yang terpenting adalah bukan pada mengusahakan


distribusi pendapatan yang merata seratus persen tetapi, mengusahakan agar
mereka yang berada pada batas pendapatan (income bracket) terendah maka
dengan pendapatan yang dicapainya itu dapat hidup layak sesuai dengan
harkat mereka sebagai manusia.
Masalah keempat yang dihadapi oleh setiap ekonomi telah dinyatakan
sebagai "choice between the present and the future". Hal tersebut dapat kita
ilustrasikan melalui gambar-gambar sebagai berikut.
 ISIP4310/MODUL 1 1.23

Kurva Transformasi atau Kurva Kemungkinan Produksi

berlangsung
Konsumsi yang sedang

 A1
ladoM nakutnebmeP


A2


A3

I Gambar A

Gambar 1.1
Pembentukan Modal untuk Konsumsi Masa yang Akan Datang Mengharuskan
Dikorbankannya Konsumsi yang Sedang Berlangsung.

Keterangan tentang gambar A adalah sebagai berikut.


1. Tiga buah negara (masing-masing negara A1, A2, A3, mulai dengan
keadaan ekonomi yang sama).
2. Negara A1 hanya melakukan sedikit penabungan untuk masa depan
(perhatikan titik A1)
3. Negara A2 tidak menghabiskan seluruh pendapatan yang dicapainya
hingga sebagian daripadanya disalurkan ke arah pembentukan modal
atau investasi.
4. Negara A3 berada pada titik A3 dan negara ini lebih banyak
"mengorbankan" konsumsi yang sedang berlangsung dan mengakibatkan
tingkat investasinya lebih banyak.

Gambar B memperlihatkan kepada kita bahwa:


Pada tahun-tahun berikutnya, negara no. 3 telah mencapai kemajuan
ekonomi demikian rupa, hingga jauh meninggalkan negara no. 2. Negara
no. 2 jauh meninggalkan negara no. 1 dalam bidang perkembangan
ekonomi. Karena negara no. 3 kini memiliki lebih banyak mesin-mesin maka
investasi maupun konsumsinya yang sedang berlangsung juga bertambah.
Kini timbul pertanyaan: "Patokan-patokan apakah yang dapat digunakan
untuk menyatakan bahwa sebuah sistem ekonomi bekerja dengan baik?"

G.L. Bach mengemukakan sejumlah sosio-kriteria sebagai berikut.


1. Apakah sistem ekonomi yang bersangkutan memungkinkan
perekonomian yang bersangkutan dapat mencapai standar penghidupan
yang progresif lebih tinggi, dan apakah dimungkinkan terjadinya sesuatu
1.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

pertumbuhan ekonomi yang stabil? (Hal tersebut dengan singkat


dinyatakan sebagai progress).
2. Apakah sistem ekonomi tersebut menciptakan "kebebasan ekonomi"
bagi para individu?
3. Apakah perekonomian yang bersangkutan memperlihatkan adanya
"kepastian ekonomi" (economic security) untuk semua anggota
masyarakat?
4. Apakah sistem ekonomi tersebut menyebabkan dihasilkannya barang-
barang dan jasa-jasa sesuai dengan keinginan para konsumen?
5. Apakah sistem tersebut memperlihatkan suatu distribusi pendapatan
yang agak "layak" (equitable distribution of income)?

Sudah tentu kriteria yang digunakan dapat disubstitusi dengan kriteria


yang kita inginkan sendiri sesuai dengan keperluan kita. Tetapi walaupun
demikian, jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
Bach sedikit banyak dapat membantu kita untuk mengevaluasi bekerjanya
sistem ekonomi yang bersangkutan dan hal yang terpenting adalah untuk
mengoreksinya apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak
dikehendaki. Kita mengetahui bahwa "setiap ada aksi akan menimbulkan
reaksi". Usaha-usaha manusia merupakan reaksi atas apa yang dihadapinya,
yang ingin diubahnya ke arah yang menurut anggapannya akan lebih baik.
Hal tersebut merupakan asas fundamental dalam upaya
mempertimbangkan pengaturan kembali kehidupan ekonomi.
Saat ini perekonomian bebas semakin lama semakin menunjukkan polanya
dalam pengaturan kehidupan ekonomi. Terlepas dari pertimbangan-
pertimbangan pro atau kontra perekonomian bebas, dapat dikemukakan
pandangan bahwa pengaturan kehidupan ekonomi (sistem apa saja)
mengandung berbagai macam keuntungan bagi perekonomian yang
bersangkutan. C.Webstrate mengemukakan sejumlah keuntungan yang dapat
dicapai dari tindakan pengaturan (ordering), yaitu:
1. kemakmuran;
2. kesempatan kerja;
3. kepastian hidup;
4. keadilan;
5. susunan penduduk secara harmonis;
6. kedamaian sosial;
7, kesehatan rakyat dalam arti badaniah;
 ISIP4310/MODUL 1 1.25

8. kesehatan rakyat dalam arti rohaniah;


9. cukupnya waktu luang/senggang;
10. kepuasan yang dicapai dari pekerjaan;
11. ketahanan nasional;
12, kebebasan (terutama kebebasan rohaniah).

Apabila aktiva keuntungan-keuntungan tersebut dapat dicapai maka


persoalan dalam pelaksanaan sistem ekonomi dapat diatasi dan sistem
tersebut dianggap baik, karena sesuai dengan pola yang dikehendaki.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Sebutkan persoalan-persoalan yang timbul dalam setiap sistem ekonomi.


2) Dalam sistem ekonomi liberal siapakah yang menyelesaikan persoalan
yang timbul!
3) Dalam negara yang sedang berkembang masalah apa yang sering timbul
dalam pelaksanaan sistem ekonominya?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Baca bahasan materi modul dengan seksama!


2) Untuk menjawab pertanyaan ini, pahami terlebih dahulu konsep
sistem ekonomi liberal, selanjutnya diskusikan dengan teman-teman
Anda!
3) Untuk melengkapi jawaban Anda, baca buku Pengantar Sistem
Ekonomi, oleh Dr. Winardi.

RA NG K UM A N

Dalam Kegiatan Belajar 2 ini pembahasan dititikberatkan pada


persoalan yang timbul pada setiap bentuk sistem ekonomi. Persoalan
tersebut sebagai berikut.
1.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

1. Apa yang akan diproduksi?


2. Bagaimana memproduksinya?
3. Siapa yang akan menikmatinya?
4. Untuk kapan dikonsumsi?

Masalah-masalah yang timbul di negara-negara yang mempunyai


sistem ekonomi yang sama, mungkin akan berbeda. Hal ini
disebabkan karena kondisi sub sistem yang berbeda. Ada negara yang
kaya bahan baku, tetapi kekurangan skill untuk menerapkan teknologi
dengan sempurna. Demikian pula sebaliknya.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Dalam sistem ekonomi "bebas", pemecahan masalah/persoalan yang


dihadapi menggunakan ....
A. mekanisme harga barang lain
B. mekanisme harga oleh penguasa
C. monopoli harga kebutuhan pokok
D. mekanisme harga dan mekanisme pasar

2) Dalam sistem ekonomi komunis, pemecahan masalah yang timbul


dilakukan oleh ....
A. konsumen
B. produsen
C. konsumen dan produsen
D. negara/pemerintah

3) Labour intensive methods sebenarnya merupakan metode teknologi


madya. Metode ini bertujuan untuk ....
A. menggantikan mesin dengan manusia
B. menggantikan manusia dengan mesin
C. mengurangi jumlah pengangguran
D. mengurangi jumlah pekerja

4) Setiap bentuk ekonomi selalu mengharapkan agar masyarakat


memperoleh pendapatan yang ....
A. tinggi dan berlebihan
B. minimal dapat hidup layak
 ISIP4310/MODUL 1 1.27

C. merata dan sama


D. relatif cukup untuk hidup

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak
menunjukkan sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Konsumen dihadapkan pada berbagai masalah di dalam pemenuhan


kebutuhannya.
Sebab
Kebutuhan manusia dan alat pemuas kebutuhan jumlahnya terbatas.

6) Distribution of income tidak selalu merata 100 persen.


Sebab
Pendapatan yang dicapai merupakan salah satu di antara faktor yang
memotivasi orang untuk bekerja giat.

7 ) Masalah-masalah yang timbul dalam perekonomian bebas ialah masalah


pengalokasian sumber daya ekonomi dan pilihan di antara berbagai
macam ragam teknologi.
Sebab
Masalah perekonomian bebas dipecahkan melalui "price mechanism"
yang mengarah ke ekuilibrium.

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika semuanya benar.

8) Kebutuhan manusia jumlahnya tak terbatas sedangkan alat pemuas


kebutuhan relatif jumlahnya. Untuk itu barang yang akan diproduksi
harus ....
1) merupakan barang yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
1.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

2) semua barang harus diproduksi, termasuk barang mewah


3) goods dan service harus memperhatikan pengalokasian sumber
daya ekonomi

9 ) Yang menikmati goods dan service yang tersedia di negara tertentu


adalah:
1) sebagian kecil masyarakat di negara tersebut
2) masyarakat yang mempunyai pendapatan dan saving
3) sebagian besar masyarakat yang memperoleh pendapatan yang
relatif merata

10) Produksi barang-barang kebutuhan manusia harus memperhatikan


1) permintaan pedagang
2) sumber daya yang tersedia
3 ) sumber daya ekonomi yang renewable

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 1 1.29

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Kumpulan dari subsistem yang membentuk interaksi dalam kesatuan
utuh.
2) C. Pandangan hidup.
3 ) B. Pandangan hidup.
4) B. Sub-sub sistem yang saling mempunyai fungsi penunjang.
5) A. Kedua pernyataan benar dan saling berhubungan.
6) B. Kedua pernyataan benar, tetapi tidak menunjukkan sebab akibat.
7) D. Kedua pernyataan salah.
8) A. Raw material menjadi finished good; barang setengah jadi menjadi
barang jadi.
9) A. Tenaga kerja yang terampil dan profesional; intensifikasi modal
kredit murah.
10) A.. Hatta; John F. Due.

Tes Formatif 2
1) D. Mekanisme harga dan mekanisme pasar.
2) D. Negara/pemerintah.
3) C. Mengurangi jumlah pengangguran.
4) B. Minimal dapat hidup layak.
5) C. Salah satu dari pernyataan salah, karena kebutuhan manusia dan alat
pemuas kebutuhan jumlahnya tidak terbatas.
6) A. Kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
7) B. Kedua pernyataan benar tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab
akibat.
8) B. 1) dan 3) yang benar
9) C. 2) dan 3), yaitu masyarakat yang mempunyai pendapatan dan saving
sebagai masyarakat yang memperoleh pendapatan yang relatif
merata.
10) C. Sumber daya yang tersedia dan sumber daya yang renewable.
1.30 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Booth, Anne dkk. (1985). Ekonomi Orde Baru. Jakarta: LP3ES.

Dawam Rahardjo. (1982). Essei-essei Ekonomi Politik. Jakarta: LP3ES.

Dumairy. (1996), Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sri Edi Swasono, dkk. (1985). Koperasi dalam Orde Ekonomi Indonesia.
Jakarta: UI Press.

Winardi. (1984). Pengantar Sistem-sistem Ekonomi. Bandung: Alumni.


Modul 2

Sistem Ekonomi
Kapitalisme dan Komunisme

Dr. Suharyono, M.A.


Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

D alam Modul dua ini akan diuraikan materi mengenai sistem ekonomi
kapitalisme dan sistem ekonomi komunisme. Di dalam memahami
kedua sistem tersebut ada prinsip dasar yang harus diketahui dan dipahami.
Sistem ekonomi kapitalisme berangkat dari paham kapitalis yang berpijak
pada pemikiran bahwa kemakmuran masyarakat akan dapat dicapai bila
individu diberikan kebebasan untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi
tanpa adanya campur tangan pemerintah. Masing-masing anggota masyarakat
akan terlibat dalam persaingan secara bebas guna mencapai kemakmuran.
Dalam perkembangannya kemudian ternyata campur tangan pemerintah
dalam bidang ekonomi tidak dapat dielakkan, terutama pada sektor-sektor
yang tidak mampu ditangani oleh swasta. Bertitik tolak dari pemikiran
tersebut sistem kapitalisme terbagi menjadi dua, yaitu sistem kapitalisme
murni dan neo kapitalisme.
Sistem ekonomi komunisme didasarkan pada ajaran komunisme yang
dipelopori oleh Karl Marx. Ajaran ini berorientasi kepada kebendaan
(materialisme), dan sebagai akibatnya persoalan keagamaan dan
kemerdekaan seseorang yang juga merupakan hal yang sangat esensial
kurang diperhatikan. Dalam perkembangan selanjutnya sistem ekonomi
komunis mengalami penyempurnaan menjadi sistem sosialisme liberal.
Secara umum, setelah mempelajari materi bahasan yang ada di modul
dua ini Anda diharapkan mampu membedakan antara sistem ekonomi
kapitalisme dengan sistem ekonomi komunisme. Sedangkan secara
khusus, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. pengertian sistem ekonomi kapitalisme;
2. ciri-ciri sistem ekonomi modern;
3. pengertian sistem ekonomi kapitalis modern;
2.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

4. ciri-ciri sistem ekonomi kapitalis modern;


5. pengertian sistem ekonomi Komunisme;
6. ciri-ciri sistem ekonomi komunis;
7. pengertian sistem ekonomi sosialis liberal;
8. ciri-ciri ekonomi sosialis liberal.
 ISIP4310/MODUL 2 2.3

Kegiatan Belajar 1

Sistem Ekonomi Kapitalisme

S istem ekonomi kapitalisme menurut pencetusnya merupakan sistem


yang mencerminkan sistem persaingan yang paling ideal karena tidak
ada intervensi pihak lain (pemerintah) yang akan mendistorsi pasar. Oleh
karena itu oleh para penganutnya sistem ekonomi ini dipercaya akan
membawa kepada kegiatan ekonomi yang paling efisien dari pada sistem
ekonomi lainnya yang ada.
Dalam banyak literature, sistem ekonomi kapitalisme sering juga disebut
dengan beberapa istilah, yakni:
1. ekonomi klasik;
2. ekonomi diatur oleh tangan-tangan tidak kentara (invisible hand);
3. ekonomi laissez faire;
4. ekonomi pertukaran bebas berusaha (free fight competition);
5. ekonomi peranan pemerintah sangat terbatas;
6. ekonomi kapitalisme;
7. ekonomi demokrasi liberal/demokrasi kapitalisme;
8. ekonomi individualisme;
9. private enterprise;
10. sistem ekonomi equilibrium.

Pada dasarnya, suatu sistem ekonomi ini memberikan kebebasan


kepada setiap individu untuk melakukan tindakan ekonomi tanpa adanya
campur tangan pemerintah. Sistem ekonomi kapitalis mengakui kepemilikan
individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi. Terdapat keleluasaan
yang sangat longgar bagi perorangan untuk memiliki sumber daya.
Kompetensi antaraindividu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan
antarbadan usaha dalam mengejar keuntungan sangat dihargai.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi timbulnya paham kapitalis ini
adalah bahwa kemakmuran masyarakat akan dapat tercapai apabila kepada
mereka diberikan kebebasan untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi
tanpa adanya campur tangan pemerintah, sehingga masing-masing anggota
masyarakat akan terlibat persaingan secara bebas dalam mencapai
kemakmurannya.
2.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

Secara lebih terperinci, suatu sistem ekonomi dikatakan menganut


paham kapitalisme, apabila dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut.
1. Alat-alat produksi di tangan orang perorangan, tidak di tangan negara.
2. Harga sangat tergantung pada penawaran dan permintaan. Dalam hal ini,
perekonomian diatur oleh "tangan-tangan yang tidak kentara” (invisible
hand). Dengan demikian maka ekonomi pasar adalah merupakan
ciriutama dari kapitalisme atau merupakan tulang punggung dari
kapitalisme.
3. Adanya kemerdekaan di segala bidang, yaitu kemerdekaan dalam:
a. mencari pekerjaan;
b. berusaha;
c. memilih barang konsumsi;
d. mengadakan kontak;
e. memiliki alat-alat produksi;
f. berpikir (inovasi/kreasi);
g. bersaing.

Pelaksanaan secara konsepsional digambarkan oleh Hatta antara lain


sebagai berikut.
1. Apabila Pemerintah tidak campur tangan dalam urusan ekonomi
dengan mengadakan peraturan ini dan itu, maka tanggung jawab
ekonomi dalam masyarakat jatuh ke tangan orang perorang.
2. Dalam pergaulan hidup yang berdasar Laissez faire, tiap-tiap produsen
dan konsumen merdeka dalam pembentukan harga.
3. Pembentukan harga itu merupakan suatu invisible hand yang mengurus
produksi dan pembagian konsumsi.
4. Semua itu akan lancar jalannya apabila orang-orang merdeka bertindak
dan berbuat. Orang-orang itulah yang mengatakan apa keinginannya dan
sampai di mana kemampuan dan kecakapannya.
5. Dalam membela kepentingan dirinya sendiri sebaik-baiknya, dilakukan
pembagian pekerjaan, yang sekaligus membela kepentingan umum
sehingga timbul harmoni dalam masyarakat.

Selanjutnya Winardi dalam bukunya Pengantar Sistem-sistem


Ekonomi mengemukakan asas-asas yang mencirikan sebuah perekonomian
bebas, antara lain berikut ini.
1. Mengakui hak kepemilikan privat.
 ISIP4310/MODUL 2 2.5

2. Kebebasan berusaha dan memilih.


3. Motif pokok yang berpusat pada "kepentingan diri sendiri".
4. Persaingan.
5. Ketergantungan pada sistem harga.
6. Peranan terbatas bagi pihak pemerintah.

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata adanya campur tangan


pemerintah dalam bidang perekonomian tidak dapat dielakkan atau
bahkan merupakan suatu keharusan, khususnya dalam sektor-sektor yang
tidak mampu ditangani oleh swasta. Bertitik tolak dari pemikiran ini maka
dalam bahasan selanjutnya akan dikemukakan dua sistem kapitalisme, yakni
sistem kapitalisme murni dan sistem kapitalisme modern atau neo
kapitalisme.

A. SISTEM KAPITALISME MURNI

Dalam sistem kapitalisme murni, perekonomian tidak dikontrol oleh


pemerintah. Pemerintah memenuhi kebutuhan kolektif, tetapi tidak bersaing
dengan usaha swasta. Pemerintah tidak menentukan di mana anggota
masyarakat bekerja, apa yang akan diproduksi dan tidak mengontrol
konsumsi. Pemerintah berkedudukan sebagai pengamat dan pelindung dalam
perekonomian. Para anggota masyarakat bebas memilih pekerjaan sesuai
dengan kemampuan dan ini akan ditentukan oleh daya serap tenaga kerja
tersebut. Mereka akan bebas membelanjakan pendapatannya untuk benda
manapun yang mereka inginkan, dan bebas untuk tidak membelanjakan
pendapatannya atau menabungnya.
Dengan tidak adanya kontrol dari pemerintah (central plan), produksi
menjadi tergantung kepada pihak swasta. Dengan demikian terdapat dua
macam bentuk perekonomian. Pertama, para anggota masyarakat akan
menerima pendapatan dengan menjual jasa-jasa dari faktor-faktor produksi
yang mereka miliki. Sumber-sumber pendapatan tersebut berupa upah, sewa,
bunga, dan dividen. Kedua, perusahaan mengkombinasikan jasa-jasa dari
faktor produksi yang mereka beli dari pemilik. Di dalam proses produksi
mereka menghasilkan benda-benda dan jasa-jasa yang selanjutnya dijual, dan
benda-benda tersebut akan dibeli oleh perusahaan atau para anggota
masyarakat. Unit-unit perusahaan akan menerjemahkan permintaan
konsumen akan benda-benda tersebut ke dalam permintaan tenaga kerja,
2.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

sumber-sumber alam dan benda-benda modal ke dalam permintaan jasa-jasa


dari faktor produksi yang dimiliki oleh para anggota masyarakat. Faktor-
faktor ini dapat dipergunakan untuk menghasilkan berbagai macam komoditi
dan penggunaannya ditentukan oleh apa yang dinamakan consumer's ballot.
Bila permintaan terhadap komoditi berubah dan faktor lainnya tetap, maka
harga akan naik. Para produsen yang mengharapkan atau memperkirakan
akan mendapat laba yang tinggi dapat menawarkan harga yang lebih tinggi
untuk jasa-jasa dari faktor produksi.
Seperti diutarakan di atas, konsumen dalam sistem ini bebas untuk
menggunakan pendapatannya. Pilihan mereka masing-masing akan
tergantung kepada selera (dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan faktor
lainnya), bagian pendapatan yang mereka inginkan untuk dibelanjakan bagi
benda-benda konsumsi, harga dari benda-benda yang mereka inginkan untuk
dibeli. Dengan adanya kesediaan mereka untuk membayar harga yang
berbeda (rendah atau tinggi), para produsen akan menentukan dan
mengarahkan produksi dan penggunaan alat-alat produksi.
Dalam sistem ekonomi seperti ini kita akan mendapat gambaran bahwa
tingkat kebebasan dari anggota masyarakat sangat tinggi. Tetapi perlu
direnungkan, apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan kebebasan tersebut?
Kebebasan mengkonsumsikan dan memilih pekerjaan adalah kurang berarti
bagi mereka yang mempunyai pendapatan yang sangat terbatas untuk
dibelanjakan dan tidak berarti bagi mereka yang menganggur. Karena
pemerintah tidak melakukan kontrol, maka bila terjadi pembagian
pendapatan yang pincang, pemerintah tidak akan dapat melakukan usaha
penanggulangan untuk meratakan kepincangan dalam pembagian pendapatan
tersebut.
Kebebasan individu dalam sistem ekonomi seperti ini mempunyai aspek
negatif karena tidak seorang pun akan bertanggung jawab atas kemakmuran
orang di luar dirinya. Bila seorang tidak mempunyai pekerjaan maka dia akan
memikul segala akibatnya. Demikian juga bila suatu perusahaan bangkrut
maka perusahaan tersebut yang akan memikul segala akibat yang timbul.
Dalam sistem ekonomi seperti ini, hubungan di antara masyarakat menjadi
”antagonistic" dan tidak akan harmonis. Masyarakat akan bertemu sebagai
pembeli di satu pihak dan sebagai penjual di lain pihak, sebagai pekerja dan
yang mempekerjakan dan bertemu sebagai saingan.
Dalam sistem ekonomi kapitalisme murni, masalah ekonomi sosial akan
dipecahkan melalui kompetisi dan tidak melalui consious
 ISIP4310/MODUL 2 2.7

cooperation. Dengan demikian, kompetisi yang tajam dapat melahirkan


monopoli dengan segala kemungkinan buruknya. Keburukan yang
dimaksudkan dapat disebutkan antara lain kemungkinan terjadinya
penghisapan terhadap pembeli dengan jalan membatasi produksi atau
mempertinggi tingkat kejarangan produk untuk mencapai keuntungan yang
besar bagi para pengusaha monopoli. Dalam keadaan di mana terdapat
pengangguran, para pemilik monopoli dapat menghisap para pekerja dengan
menekan tingkat upah serendah mungkin. Akibat yang paling buruk adalah
bahwa monopoli itu sendiri akan dapat mematikan unsur persaingan, yang
pada akhirnya dapat menghancurkan sistem kapitalisme itu sendiri.
Dari uraian di atas kita dapat melihat berbagai macam keburukan dari
sistem kapitalisme murni. Keburukan yang terkandung dalam sistem inilah
yang menyebabkan tidak satupun negara di dunia yang menganut sistem
tersebut. Beberapa negara berpendapat bahwa sistem ekonomi kapitalisme
murni sedikit banyak harus diubah, atau sedikitnya keburukan yang mungkin
lahir harus dihilangkan tanpa harus mengubah prinsip yang sesuai dengan
pandangan hidup bangsanya. Salah satu perubahan dari sistem kapitalisme
murni, yakni sistem kapitalisme moderen, secara garis besar akan diulas
dalam pembahasan berikut ini.

B. SISTEM KAPITALISME MODERN

Kalau di dalam uraian di atas diperlihatkan bahwa kombinasi dari


faktor-faktor struktural adalah murni, maka dalam masyarakat kapitalisme
modern seperti halnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat,
bentuk kombinasi murni tidak akan dijumpai lagi.
Dalam sistem kapitalisme modern, benda-benda konsumsi diproduksi
berdasarkan keinginan dari para konsumen. Mereka berpendapat, persaingan
selamanya harus dipertahankan melalui mekanisme pasar. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh John Stuartt Mill, lebih dari seratus
tahun yang lalu. Tetapi mereka menyadari kalau semua inisiatif diserahkan
kepada pengusaha swasta, maka seluruh kebutuhan konsumen yang dianggap
perlu tidak akan dapat terpenuhi. Mereka mengetahui kemungkinan
terjadinya apa yang dinamakan "kegagalan pasar".
Kegagalan pasar akan terjadi, misalnya sebagai akibat para pengusaha
swasta enggan untuk memproduksi sesuatu benda atau jasa, karena
beranggapan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan, atau kalau pun
2.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

menguntungkan, maka yang dibutuhkan sangat besar dan tidak terpikul oleh
para pengusaha swasta.
Dengan demikian mereka berpendapat, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut membutuhkan badan lain di luar para pengusaha swasta yaitu
pemerintah. Mereka memberi tempat kepada pemerintah dalam usaha
memenuhi kebutuhan tersebut seperti misalnya dalam bidang: pengangkutan
umum, jalan-jalan, pendidikan, air minum, pemadam kebakaran, alat-alat
pertahanan. Tetapi walaupun mereka menganggap perlu pemerintah
mengambil bagian dalam usaha produksi, ini tidak diartikan bahwa
pemerintah yang harus memproduksinya. Pelaksanaannya dapat saja
diberikan kepada pihak swasta bila itu memang cara yang lebih efisien.
Dapat dikatakan pengertian akan kedaulatan inilah yang menjadi tolak
pangkal perbedaan di antara sistem kapitalisme modern dengan sistem
sosialisme. Masyarakat kapitalisme modern beranggapan bahwa kedaulatan
konsumen akan lebih terjamin hak hidupnya di dalam sistem ekonomi yang
tidak dikontrol oleh pemerintah (unplanned economy). Walaupun mereka
tidak menyangkal bahwa dalam sistem ekonomi yang dikontrol kedaulatan
konsumen masih mungkin dipertahankan, tetapi mereka takut bahwa dalam
sistem yang dikontrol kebebasan memilih akan hilang. Hal ini tercermin dari
pendapat John Maynard Keynes yang mengatakan: "Kerugian terbesar dari
negara homogen atau totaliter adalah hilangnya kebebasan memilih orang--
perorangan".
Berdasarkan pandangan yang demikian, masyarakat kapitalisme modern
berpendapat, bentuk yang cocok dengan itu adalah bila alat-alat produksi
dimiliki dan dikelola oleh kaum swasta. Akan tetapi karena alasan-alasan
seperti disebut di atas, pemilikan alat-alat produksi dan pengelolaannya oleh
pihak partikelir tidak dapat dipertahankan secara murni. Mau tidak mau
dalam sistem yang mereka maksudkan kehadiran sektor negara menjadi
dibutuhkan sehingga dalam negara kapitalisme modern telah terdapat bentuk
campuran dalam pemilikan alat-alat produksi antara pihak swasta dan negara.
Tetapi dapat dikatakan, dalam kadar yang cukup tinggi alat-alat produksi
tersebut masih dimiliki oleh pihak swasta.
Mengenai pemilikan pekerjaan, dalam sistem ekonomi kapitalisme
modern, kebebasan memilih pekerjaan oleh masing-masing individu tetap
dipertahankan. Tetapi mereka juga menyadari bahwa kebebasan tersebut
tidak berarti jaminan untuk mendapat pekerjaan, pada hal yang disebut
terakhir ini adalah penting sekali. Mereka beranggapan perlu untuk mencapai
 ISIP4310/MODUL 2 2.9

full employment. Usaha tersebut dalam pelaksanaannya tidak terbatas hanya


oleh pihak swasta tetapi juga oleh pemerintah bila memang kehadirannya
dibutuhkan. Dengan demikian akan terlihat, negara juga menjadi berperan
dalam menciptakan lapangan kerja atau usaha yang berhubungan dengannya,
seperti antara lain proyek investasi pemerintah dan latihan-latihan bagi para
pekerja. Demikian juga penganut sistem ekonomi kapitalisme modern
mengetahui bahwa kekuatan pasar dalam keadaan tertentu, terlebih dalam
jangka pendek, dapat menimbulkan aksi sepihak yang dianggap merugikan
pihak lain, seperti misalnya masalah harga tenaga kerja dalam keadaan
perekonomian dilanda krisis atau pengangguran. Melihat kemungkinan
tersebut mereka jadi menganggap perlu diterapkannya undang-undang gaji
minimum, pajak atas laba, pajak pendapatan buruh, dan peraturan-peraturan
lain yang dianggap ada hubungannya.
Semua negara tanpa membedakan paham yang dianutnya, berusaha
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Tetapi usaha pencapaian tersebut
akan berbeda sesuai dengan perbedaan sistem dan tujuan yang dianut masing-
masing negara. Seperti negara komunis, negara yang menganut sistem
kapitalisme juga mengakui, salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan adalah investasi.
Investasi berasal dari tabungan dan dalam kehidupan nyata tidak selalu
berada dalam keseimbangan yang memungkinkan tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang diinginkan. Untuk beberapa alasan tertentu permintaan
terhadap dana yang diperuntukkan bagi investasi lebih besar bila
dibandingkan dengan penawaran dana. Bila tabungan tidak dibelanjakan
untuk benda-benda modal, maka permintaan total (benda-benda konsumsi
dan benda-benda modal) menjadi tidak memadai. Selanjutnya hal ini akan
berakibat penurunan produksi, penurunan permintaan tenaga kerja atau dalam
perputarannya akan melahirkan masalah pengangguran. Demikian juga dalam
keadaan tertentu, bukan tidak mungkin ada pengharapan laba yang terlalu
besar dari para investor yang dalam gilirannya juga akan merugikan
perekonomian secara keseluruhan.
Masyarakat yang menganut sistem ekonomi kapitalisme modern
menyadari kemungkinan ini sehingga kita akan melihat bahwa dalam
kenyataannya tingkat tabungan dan tingkat investasi tidak lagi ditentukan
oleh masing-masing individu secara murni. Malah dapat dikatakan ia
ditentukan oleh pemerintah baik melalui tindakan yang bersifat langsung
2.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

maupun tidak langsung. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa tindakan


moneter, tindakan perpajakan atau peraturan-peraturan hukum lainnya.
Dari uraian di atas kita dapat melihat, bahwa negara yang menganut
sistem ekonomi kapitalisme modern, masih tetap mempertahankan beberapa
faktor struktural dari sistem perekonomian kapitalisme murni. Mereka yakin,
dalam pemuasan kebutuhan manusia, kemerdekaan masing-masing individu
harus ditempatkan dalam tingkatan yang setinggi mungkin.
Sejalan dengan ini mereka juga berpendapat, kebebasan tersebut akan
lebih terjamin bila alat-alat produksi dikelola oleh pihak partikelir.
Selanjutnya mereka juga beranggapan, persaingan adalah sangat penting,
karena dengan persaingan inisiatif para anggota masyarakat tetap dapat
dipertahankan dan konsumen akan diuntungkan. Hal ini akan dapat dicapai
melalui sistem pasar, yang berarti mekanisme pasar adalah esensial di dalam
sistem ekonomi kapitalisme modern.
Ada beberapa kelemahan sistem ekonomi kapitalis ini, antara lain
sebagai berikut.
1. Kebebasan akan mengarah ke monopoli. Yang kuat mengalahkan yang
lemah sehingga banyak pranata ekonomi yang terpaksa gulung tikar.
Akibat yang fatal adalah distribution of income tidak merata dan hanya
bertumpu pada segelintir manusia yang berekonomi kuat. Monopoli
dapat menghilangkan kemerdekaan seseorang, pada hal kemerdekaan
merupakan tujuan utama sistem ekonomi kapitalis.
2. Dalam perdagangan internasional pemerintah harus ikut campur tangan,
misalnya tentang valuta asing, embargo ekonomi, pajak/biaya masuk.
Dengan demikian sistem ekonomi kapitalisme murni tidak dapat
dipertahankan.
3. Mekanisme pasar tidak dapat mengatasi keadaan apabila terjadi krisis
ekonomi (malaise) seperti terjadi pada Tahun 1929 dan 1980. Karena itu
pemerintah harus ikut campur tangan untuk mengembalikan pada
keadaan ekuilibrium.
 ISIP4310/MODUL 2 2.11

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Bagaimana praktik sistem liberal dalam kehidupan sehari-hari?
2) Kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan adalah moto dari
Liberalisme. Coba Anda diskusikan dengan teman-teman Anda,
bagaimana kristalisasi kehidupan mereka!
3) Yang dituntut oleh paham liberal adalah kemerdekaan. Kira-kira
kemerdekaan apa saja yang mereka tuntut? Sebut 5 butir!
4) Kemerdekaan yang didambakan golongan liberal dapat mengalihkan
kemerdekaan orang lain. Cari logikanya sehingga terjadi demikian!
5) Rasionalisme yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi akan mengarah
ke tindakan-tindakan yang efisien. Coba diskusikan dengan teman-teman
Anda!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, Anda harus memahami secara


mendalam terlebih dahulu konsep sistem liberal.
2) Baca buku "To day's Ism" karya Ebenstein tentang kapitalisme.
3) Ada beberapa butir kemerdekaan pada paham liberal. Anda perlu
menjawab lima butir saja.
4) Pahami benar-benar paham sistem liberal dan diskusikan dengan teman
Anda untuk menjawab pertanyaan ini.
5) Anda perlu memahami konsep efisien dan rasionalisme

RA NG K UM A N

Kegiatan Belajar 1 ini, fokus pembahasan dititikberatkan pada


pembahasan sistem ekonomi liberal, yang sebenarnya sistem ini
merupakan bagian dari kehidupan liberal secara keseluruhan.
Dalam ekonomi liberal, yang dituntut oleh penganut-penganutnya
ialah kemerdekaan yang tak terbatas. Dengan kemerdekaan yang
demikian ini dalam banyak kasus justru akan dapat menghilangkan
kemerdekaan orang lain.
2.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

Keberhasilan sistem liberal memang besar sekali. Hal ini karena


adanya rasionalisasi, standardisasi dalam segala bidang, dengan
penerapkan manajemen dan modal yang besar serta kebebasan
beraktualisasi diri bahkan eksploitasi untuk berkarya.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Semboyan liberalisme yang terkenal pada masa Revolusi Perancis
adalah kemerdekaan....
A. berserikat
B. persaudaraan
C. individualisme dan persamaan
D. persamaan dan persaudaraan

2) Dalam perdagangan internasional, sistem liberal masih mengharapkan


bantuan negara. Hal ini dikarenakan para pelaku bisnis....
A. tidak mampu mengatasi masalah ekonomi khususnya ekspor impor
B. masing-masing negara mempunyai sistem yang berbeda
C. masing-masing negara mempunyai policy yang diatur sendiri
D. tidak mampu mengatasi persaingan yang tidak sehat

3) Pengertian demonstration effect adalah....


A. saran demonstratif terhadap perekonomian negara
B. efek psikologis manusia untuk memiliki atau menguasai barang
yang dilihat
C. beramai-ramai mencapai kepuasan terhadap suatu benda
D. alat kaum liberal untuk meluaskan pemasaran hasil produksi

4) Inovasi dalam dunia ekonomi mempunyai arti....


A. menemukan barang yang hilang
B. menemukan sistem, metode, atau barang baru `
C. menemukan sesuatu yang sebelumnya sudah ada
D. penambahan modal perusahaan

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
 ISIP4310/MODUL 2 2.13

B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab


akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Banyak pemerintah negara yang menganut sistem ekonomi liberal ikut


campur tangan dalam masalah ekonomi.
sebab
Dalam ekonomi liberal, pemerintah/negara berhak ikut campur tangan.

6) Dalam persaingan pasar (ekonomi pasar) maka barang-barang yang


diproduksi berdasarkan keinginan konsumen, bukan atas dasar
rencana penguasa/pemerintah.
sebab
Hal ini sesuai dengan sistem ekonomi klasik (John Stuart Mill). Mereka
menyadari keinginan atau semua inisiatif diserahkan pada individu-
individu (swasta/partikelir).

7) Kegagalan pasar bisa terjadi di negara yang mempergunakan sistem


liberal.
sebab
Sistem ekonomi liberal menganut sistem persaingan bebas.

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika (1) (2) dan (3) benar

8) Ciri-ciri pelaksanaan konsepsional kehidupan ekonomi liberal antara lain


meliputi….
1) pemerintah tidak ikut campur tangan dalam urusan ekonomi
2) pedagang bertindak sebagai penentu harga
3) keberhasilan masyarakat disebabkan keberhasilan individu

9) Dalam membeli suatu barang, pilihan konsumen akan dipengaruhi


oleh….
1) selera konsumen
2) tingkat pendapatan
3) harga barang
2.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

10) Sistem ekonomi kapitalis mempunyai kelemahan, yaitu….


1) perkembangan usaha negara akan terhambat usaha swasta
2) pemerintah harus ikut campur tangan bila terjadi krisis ekonomi
3) kebebasan akan dapat mengarah ke monopoli usaha

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 2 2.15

Kegiatan Belajar 2

Sistem Ekonomi Komunisme

T eori ekonomi komunis mencuat ketika sistem kapitalisme yang


mengagungkan kebebasan mutlak individu pada saat itu ternyata telah
menimbulkan kepincangan distribusi pendapatan yang akut dalam
masyarakat. Pada era revolusi industri para pemodal dengan mudahnya dapat
melipatgandakan hartanya dengan modal yang dimilikinya. Sedangkan di
pihak lain, para pekerja sepertinya tidak ada pilihan lain harus menerima
kondisi yang menyedihkan. Menerima upah yang rendah dan beban
pekerjaan yang sangat berat. Karena campur tangan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi masyarakat tidak ada maka terjadilah eksploitasi tenaga
kerja yang semakin menggila. Atas kondisi ini tercetuslah gagasan ekonomi
komunisme yang diprakarsai oleh Hegel dan kemudian dikembangkan oleh
Karl Marx.
Teori ekonomi komunis dicirikan oleh adanya kekuasaan
sentral di tangan pemerintah sehingga individu-individu tidak memiliki
kebebasan untuk melakukan tindakan produksi, distribusi dan konsumsi.
Namun dalam perkembangan sejarah, aliran komunisme yang murni ini
tidak dapat dipertahankan karena ternyata salah satu contoh misalnya, pihak
pekerja dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan keamanannya. Untuk
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sistem ekonomi
komunisme ini, maka pembahasan selanjutnya akan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. sistem komunisme;
2. sistem sosialisme liberal.

A. SISTEM EKONOMI KOMUNISME

Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, di mana hak individu sangat


menonjol sehingga negara dapat dikatakan tidak mempunyai hak untuk
mencampuri usaha warganya, maka dalam sistem ekonomi komunis justru
terjadi sebaliknya. Dalam sistem ekonomi komunis negara mempunyai
kekuasaan penuh dalam pengaturan produksi dan konsumsi. Sehubungan
dengan hal itu, maka alat-alat produksi harus berada di tangan negara.
2.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

Sistem ekonomi komunis yang didasarkan atas ajaran atau paham


komunisme dipelopori oleh Karl Max. Ajaran atau paham komunisme ini
tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari adanya dampak sosial dari
Revolusi Industri di Inggris. Seperti diketahui bahwa dengan adanya Revolusi
Industri barang-barang kebutuhan dapat diproduksi secara massal dan murah
akibat digunakannya alat-alat produksi. Namun demikian peningkatan
produksi ini tidak diimbangi peningkatan kesejahteraan buruh, bahkan
sebaliknya. Menurut Karl Max, sumber malapetaka sosial adalah karena
adanya nilai lebih (surplus value) yang dihimpun oleh pengusaha yang
begitu besar. Pengertian nilai lebih, menurut Karl Max yang dipengaruhi
oleh pendapat David Ricardo, adalah selisih pengorbanan gaji/upah yang
diterimanya. Nilai lebih yang banyak dikumpulkan oleh para pengusaha
sebagai akibat lemahnya buruh akan menimbulkan adanya dua kelas yang
saling bertentangan baik mengenai tujuannya maupun status sosial
ekonominya. Kedua kelas itu adalah kelas pengusaha atau pemilik modal dan
kelas buruh. Kedua kelas dalam masyarakat itu oleh Karl Max dinyatakan
tidak mungkin dapat hidup bersama-sama, karena pihak pengusaha jelas ingin
mempertahankan kedudukannya sedang pihak buruh ingin mengubah nasib
dan kedudukannya. Keadaan tersebut bukan hanya terjadi pada saat itu saja,
namun keadaan itu (pertentangan antara golongan penguasa dan juga yang
dikuasai) sudah terjadi jauh sebelumnya. Menurut Karl Max dalam
masyarakat nomaden dan masyarakat feodal, yang merupakan bentuk
masyarakat sebelum terbentuknya masyarakat industri modern, juga terjadi
pertentangan kelas yang dibuktikan oleh Karl Max sebagai berikut.
1. Masyarakat nomaden (manusia yang berpindah-pindah).
Pada masyarakat nomaden, mereka yang menguasai alat transpor (pada
waktu itu kuda) yang banyak, maka merekalah yang dapat membuat
konsep-konsep sosial, kultur, dan ekonomi. Dengan perkataan lain, kaum
yang kaya menguasai kaum yang tidak kaya.
2. Masyarakat feodal (masyarakat tani).
Dalam masyarakat feodal, mereka yang mempunyai tanah yang luas
merupakan kaum penguasa terhadap golongan masyarakat yang tidak
mempunyai lahan. Golongan pemilik tanah dalam masyarakat feodal
adalah pemegang kunci bagi pembentukan lembaga-lembaga sosial,
menentukan nilai sosial yang dianggap baik atau tidak dan sekaligus juga
menetapkan bagaimana perekonomian masyarakat diatur.
 ISIP4310/MODUL 2 2.17

3. Masyarakat industri modern.


Dalam masyarakat industri modern, maka lagi-lagi kaum penguasa,
dalam hal ini pengusaha yang memiliki alat-alat produksi, adalah
golongan yang menentukan ukuran dan nilai sosial masyarakat.

Ajaran Karl Max berorientasi kepada kebendaan (materialisme) yang


menganggap kebendaan sangat dominan dalam menentukan kedudukan
seseorang dalam masyarakat. Sebagai akibatnya, persoalan keagamaan dan
kemerdekaan seseorang, yang juga merupakan hal yang sangat esensial
dalam kehidupan sosial masyarakat, kurang diperhatikan. Sehubungan
dengan hal itu, maka Dr. Moh. Hatta menyatakan bahwa kemajuan ekonomi
(progress) bukan main, namun keadaan spiritual menyedihkan. Paham/ajaran
komunisme yang melandasi sistem ekonomi dikenal juga dengan beberapa
nama, antara lain:
1. ekonomi terpusat;
2. ekonomi terpimpin;
3. ekonomi perencanaan dengan pimpinan;
4. ekonomi dengan perencanaan pusat (planning by direction);
5. ekonomi totaliter;
6. ekonomi komunis;
7. ekonomi etatisme;
8. ekonomi dengan visible hand (diatur oleh tangan-tangan yang kelihatan);
9. ekonomi kolektivisme.

Ada yang pro dan kontra terhadap nama-nama tersebut di atas, tetapi
masalah tersebut tidak perlu kita debatkan karena secara filosofis nama
tersebut adalah senada meskipun ada perbedaan yang kurang begitu esensial
dan masing-masing tidak mengurangi arti.
Untuk mencapai tujuan tercapainya paham komunis di bidang ekonomi
maka langkah-langkah yang diambil negara antara lain sebagai berikut.
1. Mekanisme di bidang pertanian, pelaksanaan mekanisasi lebih efisien
apabila tanah dimiliki secara kolektif.
2. Pemilikan alat produksi oleh perorangan adalah bertentangan dengan
komunis, maka alat-alat produksi pertanian harus dimiliki dan dikuasai
negara (nasionalisasi).
3. Petani merdeka harus dipaksa menjadi petani proletariat yang terikat dan
mudah diawasi dan diatur oleh negara.
4. Di bidang industri dipergunakan cara-cara seperti di bidang pertanian.
2.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kehidupan komunisme dalam realitanya mempunyai banyak kelemahan,


antara lain berikut ini.
1. Antara idealisme dan realita sangat berbeda. Komunis berusaha
menolong umat manusia (idealisme) tetapi dengan cara yang kasar dan
kalau perlu menghilangkan kemerdekaan, sehingga manusia tidak
dianggap seperti manusia yang mempunyai kepribadian, tetapi dianggap
sebagai barang (alat produksi), dan kadang-kadang untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan cara-cara di luar perikemanusiaan.
2. Nasionalisasi menurut ajaran Karl Max (murni) tidaklah dengan jalan
paksaan, tetapi realitasnya dilakukan dengan cara paksa.
3. Warganya kehilangan kebebasan memilih barang konsumsi karena
pemerintah memberikan atau menjatah terhadap keperluan hidup.
4. Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan yang disukai.
5. Ekonomi terencana dari pusat sifatnya sangat kaku, kurang fleksibel,
karena perubahan memerlukan prosedur yang berbelit-belit dan
memakan waktu relatif lama.
6. Standarisasi terhadap ukuran, mutu, menyebabkan model produk statis
sehingga akan kalah bersaing dalam kancah perdagangan internasional
(pasar global).
7. Perencanaan yang dianggap matang pasti akan mengalami kekurangan.
Penyempurnaan perencanaan harus secara konstitusional sehingga
terkesan lambat, dan kaku (sangat mendewakan prosedural).
8. Ekonomi komunisme dalam pelaksanaannya adalah boros (inefisien)
karena mekanisme ekonomi harus dijalankan dengan birokrasi yang
ketat, pencatatan yang lengkap dan didukung oleh data yang valid.
9. Dengan adanya nasionalisasi berarti inovasi, kreasi, motivasi
perkembangan individual di negara komunis sama sekali dapat dikatakan
sangat kurang.
10. Inovasi dan kreasi perorangan ada apabila ada paksaan atau ada interes
politik.
11. Upah/gaji yang diterima kaum buruh di Rusia sebenarnya masih jauh
dari pengorbanan yang mereka berikan
12. Terdapat perbedaan kelas di negara komunis, yakni antara elit politik,
militer atau kelas penguasa yang kaya raya dan kelas masyarakat proletar
yang miskin.
 ISIP4310/MODUL 2 2.19

Komunisme sebenarnya merupakan anak tangga menuju strata setaraf


yang lebih tinggi yaitu sosialisme. Oleh karena itu, di banyak negara
komunis, mereka merasa lebih terhormat apabila negaranya dikatakan negara
sosialis.

B. SISTEM SOSIALISME LIBERAL

Kalau sistem ekonomi kapitalisme modern dapat dikatakan muncul


sebagai bentuk penyempurnaan dari sistem kapitalisme murni, maka sistem
sosialisme liberal dapat juga dikatakan muncul sebagai bentuk
penyempurnaan dari sistem ekonomi komunisme.
Untuk dapat lebih mengerti tentang sistem ekonomi sosialisme liberal,
mau tidak mau diperlukan pengetahuan mengenai ajaran Karl Marx. Hal ini
disebabkan penganut sistem sosialisme liberal bertitik tolak dari ajaran
tersebut. Marxisme sebenarnya bukan merupakan teori sosialisme. Marx
tidak banyak mengutarakan mengenai sistem ekonomi. Teorinya dalam
bagian terbesar hanya berhubungan dengan kapitalisme, atau tepatnya, Marx
ingin mempelajari sejarah perilaku khas dari kapitalisme sebagai suatu sistem
sosial yang dalam perputarannya akan melahirkan sistem sosialisme. Marx
ingin memperlihatkan, proses kapitalisme mengandung pemerasan atau
penghisapan oleh suatu kelas masyarakat (kapitalis) terhadap kelas lain
(pekerja) sehingga akibat dari penghisapan ekonomi tersebut kapitalisme itu
sendiri akan hancur. Teori yang menerangkan proses penghisapan tersebut
adalah teori 'nilai lebih' (surplus value) dan teori ini didasarkan kepada teori
'nilai tenaga kerja'. Marx mulai dari teori nilai, dalam mana dia mengartikan
komoditi sebagai sesuatu yang mempunyai kegunaan, merupakan hasil dari
tenaga kerja manusia dan diproduksi untuk pasar. Karena Marx beranggapan
bahwa komoditi adalah hanya hasil dari tenaga kerja manusia, maka dalam
teorinya dia tidak memasukkan benda-benda seperti pemberian alam (tanah,
tenaga air, batu bara, sumber minyak) dalam pengertian komoditi. Dalam
teorinya Marx beranggapan bahwa benda-benda yang jumlahnya tidak dapat
diperbesar oleh tenaga manusia, tidak termasuk ke dalam pengertian
komoditi.
Jelas sekali bahwa Marx telah membuat kesalahan yang sangat besar,
dengan memberi definisi komoditi dalam pengertian sangat sempit. Tetapi ia
mengartikan teori nilai tenaga kerja yang salah tersebut sebagai dasar untuk
teori nilai lebih, di mana dengan yang disebut terakhir ini ia membuktikan
2.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

adanya penghisapan di dalam sistem kapitalisme. Ia menganggap bahwa


kapitalisme adalah suatu sistem perampokan dan yang menjadi mangsa
adalah para pekerja.
Walaupun secara jelas terlihat ajaran Marx dibangun berdasarkan
definisi yang salah, akan tetapi para penganut ajaran sosialisme menganggap
itu sebagai suatu yang benar, atau walaupun mereka melihat kelemahan
tersebut, mereka tetap menerimanya. Mereka menerima ajaran tersebut
sebagai suatu strategi perjuangan untuk menciptakan masyarakat sosialisme.
Mereka membutuhkan ajaran Marx untuk membuktikan ketidaksempurnaan
dari sistem kapitalisme, walaupun sebenarnya dapat dikatakan bahwa tanpa
ajaran Marx, kelemahan dari paham kapitalisme dapat dibuktikan.
Penganut ajaran sosialisme liberal melihat, sistem kapitalisme murni
akan melahirkan kepincangan di dalam pembagian pendapatan. Kepincangan
tersebut menurut mereka berakar pada terdapatnya kepincangan dalam
pemilikan alat-alat produksi. Dengan keinginan untuk menciptakan
masyarakat yang di dalamnya terdapat pembagian pendapatan yang lebih
merata, mereka berpendapat bahwa alat-alat produksi selain tenaga kerja
manusia harus dimiliki dan dikelola oleh negara. Produksi tidak dapat
diserahkan kepada inisiatif pihak swasta tetapi negaralah yang akan
menentukan apa yang akan diproduksi, berapa besarnya, kapan waktunya dan
juga harganya. Mereka menggantikan sistem pemilikan individu, karena
mereka beranggapan, sistem ekonomi seperti itu secara mendasar adalah
buta, tidak mempunyai tujuan yang rasional dan tidak akan berhasil untuk
memenuhi kebutuhan yang sangat penting bagi rakyat. Di lain pihak mereka
juga melihat bahwa dalam sistem ekonomi komunisme, kemerdekaan dari
anggota masyarakat telah dikorbankan, kedaulatan dari konsumen telah
ditiadakan. Mereka beranggapan bahwa tindakan seperti itu tidak akan
dilakukan di dalam sistem ekonomi sosialisme liberal. Kebebasan konsumen
untuk menggunakan pendapatannya dan kebebasan para anggota masyarakat
untuk memilih pekerjaan akan dipertahankan di dalam sistem yang mereka
maksudkan. Negara akan menentukan produksi dari benda-benda konsumsi
dan benda-benda modal dan juga menentukan harga dari pada benda-benda
tersebut. Berdasarkan harga tersebut masing-masing unit ekonomi (milik
negara) akan melakukan kombinasi faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan benda-benda yang dimaksudkan. Hal ini dalam gilirannya akan
melahirkan permintaan tenaga kerja. Harga penawaran upah dapat berbeda,
sesuai dengan perbedaan dalam kedudukan dari unit-unit, sehingga dengan
 ISIP4310/MODUL 2 2.21

demikian para pekerja dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan


mempertimbangkan tingkat upah yang ditawarkan di pasar tenaga kerja.
Dari perilaku yang demikian, kita dapat melihat sistem ekonomi
sosialisme liberal berbeda dengan sistem komunisme dan sistem kapitalisme.
Kalau dalam sistem kapitalisme murni dan kapitalisme modern produksi
didasarkan kepada keinginan (preference) dari masing-masing individu dan
harga terjadi sebagai hasil kekuatan antara permintaan dan penawaran, maka
dalam sistem sosialisme liberal, produksi dan harga ditentukan sebelumnya
berdasarkan keinginan pemerintah. Dalam sistem sosialisme liberal dapat
dikatakan bahwa distribusi pendapatan secara lebih merata akan lebih mudah
diciptakan, karena pendapatan anggota masyarakat di luar upah telah
ditiadakan. Akan tetapi, hal ini nantinya yang akan menimbulkan masalah
besar dalam sistem perekonomian tersebut. Karena ajaran ini bertitik tolak
dari ajaran Marx yang telah mengandung kesalahan besar, maka di dalam
sistem tersebut tidak diperkenankan adanya bunga dari modal, sehingga
dengan demikian tidak akan terdapat pasar modal.
Pembangunan ekonomi sudah barang tentu membutuhkan modal untuk
investasi. Modal tersebut dapat berasal dari tabungan swasta atau tabungan
pemerintah. Kalau bunga modal tidak diperkenankan ada, maka jelas sumber
dana yang dimaksudkan datangnya hanya dari pihak pemerintah. Dikatakan
demikian, karena para anggota masyarakat tidak akan mau menyimpan
tabungannya di bank pemerintah, kecuali bila dipaksa atau karena pencurian
merajalela. Dalam masyarakat yang masih rendah tingkat pendapatannya,
persoalan tersebut belum begitu serius, karena di dalam masyarakat yang
demikian tingkat tabungan masyarakat masih sangat kecil sehingga
peranannya di dalam usaha pembangunan itu sendiri masih belum begitu
penting. Tetapi, di dalam masyarakat yang tingkat pendapatannya sudah
cukup tinggi, dan tingkat tabungan mereka telah cukup besar, persoalannya
akan menjadi sangat serius.
Bila dana pembangunan hanya dapat diharapkan dari sektor pemerintah,
maka jelas pembangunan itu hanya akan dapat berjalan secara lamban,
karena semua dana yang telah tersedia tidak dapat dipergunakan seluruhnya.
Dan seandainya pemerintah, dalam upaya menutup kekurangan tersebut,
melakukan tindakan penciptaan kredit atau menambah uang yang beredar
maka akibatnya adalah tekanan inflasi. Dalam situasi seperti ini, bila
pemerintah tidak merubah harga yang telah ditentukan sebelumnya, maka
para konsumen akan menyerbu pasar dan pasti akan menimbulkan keributan
2.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

sosial. Hal itu dapat dipastikan karena sebagian anggota masyarakat menjadi
tidak kebagian barang atau jasa yang mereka inginkan. Dalam keadaan
seperti itu, sudah barang tentu pemerintah akan bertindak dan tindakan yang
akan dilakukan tentu akan menjadi pertanyaan, yakni: Apakah kedaulatan
dan kemerdekaan para konsumen masih dapat dipertahankan hak hidupnya di
dalam sistem seperti ini?
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanpa suatu pasar
modal, sistem ini tidak akan dapat berjalan sesuai dengan harapan
sebelumnya. Masalah yang dihadapi sistem sosialisme liberal memang belum
begitu rumit bila pendapatan anggota masyarakat masih rendah. Oleh karena
itu dapat dipahami mengapa sistem tersebut lebih dapat diterima oleh
masyarakat yang masih rendah tingkat pendapatannya.
Melihat kelemahan di atas, para penganjur sistem ekonomi sosialisme
liberal menjadi tidak menyangkal perlunya bunga modal untuk dimasukkan
di dalam perhitungan. Tetapi mereka berpendapat, bahwa tingkat bunga
selamanya akan ditentukan oleh pemerintah. Bila demikian halnya,
kemungkinan timbulnya inflasi, deflasi, stagflasi, seperti kemungkinan yang
bisa terjadi dalam negara yang menganut sistem kapitalisme modern, selalu
ada. Jika pemerintah misalnya menentukan tingkat bunga yang terlalu
rendah, maka unit-unit ekonomi akan mengajukan permohonan kredit yang
lebih besar dari pada dana yang tersedia. Dan bila pemerintah bertindak
untuk menutupi ketimpangan dalam permintaan dan penawaran dana
investasi maka cara mengatasinya tentu sama dengan yang telah diutarakan
sebelumnya yaitu tindakan penjatahan.
Dari bahasan di atas, perbedaan dari kedua pandangan tersebut dapat
diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.1.
Perbedaan antara Komunisme dengan Sosialisme Liberal

Pokok Masalah Komunisme Sosialisme Liberal


1. Hak milik alat-alat Harus dinasionalisir secara Dilakukan secara bertahap
produksi (fase menyeluruh dengan tidak dan diberi ganti rugi
permulaan) ada ganti rugi
2. Distribusi, konsumsi Diatur oleh negara Ada kebebasan bagi warga
negara
3. Alat produksi - Dimiliki dan diatur oleh - Akan dimiliki oleh negara
swasta terhadap industri
- Swasta kehilangan hak tertentu:
 ISIP4310/MODUL 2 2.23

memiliki alat-alat a. monopoli


produksi b. perlu bantuan negara
- Swasta diberi izin
memiliki alat-alat
produksi
4. Penguasa (politik) Golongan minoritas (elit Demokrasi, hak suara
partai) pemilihan
5. Pembaharuan Sosial Dengan jalan kekerasan Secara bertahap kapitalis
(revolusi) berubah (evolusi) menjadi
ekonomi yang sosialis

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Pelajari arti pandangan hidup (way of life) suatu negara:


a. Komunisme.
b. Liberalisme.
2) Buatlah resume ajaran-ajaran komunisme dan liberalisme di bidang
ekonomi. Diskusikan hasil resume dengan teman Anda!
3) Coba ungkapkan kembali arti: ekonomi dengan visible hand (diatur oleh
tangan yang kelihatan)!
4) Sesuai ajaran historis materialisme dari Karl Marx, berikan gambaran
yang mudah untuk dimengerti dari masyarakat yang nomaden sampai
masyarakat industri!
5) Ungkapan dengan jelas perbedaan antara komunisme dan sosial
demokrasi!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk lebih mendalami pengertian ini, sebaiknya baca buku Today's


Isms, karangan William Ebenteins.
2) Untuk membuat resume bisa memakai cara tabulasi dan untuk
mendalami substansinya baca buku Hatta : Ekonomi Terpimpin.
3) Baca modul tentang "visible hand" pemerintah.
4) Baca Sistem-sistem Ekonomi oleh Winardi.
5) Lihat tabel.
2.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

RA NG K UM A N

Suatu perekonomian dikatakan menganut sistem komunis apabila


negara mempunyai kekuasaan mutlak dalam peraturan produksi,
konsumsi dan distribusi, dan negara menguasai semua alat-alat produksi.
Untuk mencapai tujuan agar paham komunis dapat cepat terwujud, maka
perlu ada tindakan kekerasan (revolusi) baik di bidang pertanian ataupun
di bidang industri. Dalam pelaksanaannya komunis mempunyai banyak
kelemahan. Kelemahan yang sangat dirasakan adalah: manusia dianggap
sebagai "alat produksi" bukan dianggap manusia secara pribadi.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Masyarakat komunis menghendaki tidak ada kelas, tetapi dalam


kenyataan di negara komunis masih ada 2 (dua) kelas, yakni….
A. borjuis dan proletar
B. kelas majikan dan buruh
C. kelas pimpinan partai dan kelas rakyat
D. kelas militer dan kelas sipil

2) Sumber malapetaka dalam negara-negara industri menurut Karl Marx


adalah….
A. kelas buruh dan majikan
B. adanya nilai lebih yang sebenarnya hak dari buruh tetapi di ambil
majikan
C. yang kaya selalu menekan yang miskin
D. pemilik modal selalu ingin berkuasa.

3) Nasionalisasi yang dilakukan partai komunis di negara komunis ialah


tindakan….
A. menyita barang-barang milik rakyat
B. mempergunakan harta rakyat untuk kepentingan negara
C. merampas, menyita, mempergunakan milik kaum borjuis/tuan
tanah/industriawan untuk kepentingan bersama oleh negara tanpa
ganti/rugi
D. meminjam sementara terhadap milik para tuan tanah untuk par-tai
komunis
 ISIP4310/MODUL 2 2.25

4) Bagi warga negara di negara komunis, tidak ada kebebasan untuk


memilih pekerjaan. Hal ini disebabkan….
A. karena kekurangan tenaga kerja
B. karena "manusia" dianggap sebagai alat atau faktor produksi
C. memang secara jujur warganya menyetujui
D. dianggap sudah menjadi kebiasaan di negara komunis

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Tokoh komunis menyatakan bahwa pada sistem kapitalis akan terjadi


pemupukan income di tangan sebagian anggota masyarakat.
Sebab
Dalam sistem kapitalis, tiap-tiap produsen dan konsumen bertindak
dalam pembentukan harga.

6) Dalam sistem ekonomi komunis, warga kehilangan kebebasan memilih


barang konsumsi.
Sebab
Barang-barang kebutuhan hidup masyarakat komunis tersedia dalam
jumlah yang terbatas.

7) Dalam revolusi industri (adanya intensif akan modal) di Inggris


perkembangan industri dapat dikatakan maju karena diproduksi
secara massal dan murah.
Sebab
Dalam kenyataannya, revolusi industri di Inggris dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan buruh sehingga mereka merasa sejahtera.

Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1) (2) dan (3) benar semua.
2.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

8) Sistem ekonomi suatu negara tidak dapat terlepas dari pandangan hidup,
sebab pandangan hidup itu….
1) wajib diikuti oleh anggota masyarakat
2) faktor yang sangat dominan dalam suatu sistem
3) ada sejak nenek moyang kita ada

9) Menurut ajaran komunis, kekuasaan pada masyarakat feodal berada


di tangan orang-orang kecuali….
1) pemerintah
2) kaum militer (tentara)
3) yang menguasai alat transportasi

10) Pada masyarakat komunis tidak terdapat….


1) pemupukan pendapatan pada segelintir orang
2) pengelompokan masyarakat dalam kelas-kelas
3) persaingan bebas dalam perekonomian

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 2 2.27

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) D. Persamaan dan persaudaraan
2) A. Tidak mampu mengatasi masalah ekonomi khususnya ekspor-
impor
3) B. Efek psikologis manusia untuk memiliki atau menguasai barang
yang dilihat.
4) B. Menemukan sistem, metode atau cara baru.
5) C. Salah satu dari pernyataan salah. Pada ekonomi liberal campur
tangan pemerintah pada hal-hal tertentu.
6) A. Kedua pernyataan benar dan saling berhubungan.
7) B. Kedua pernyataan benar tetapi tidak saling berhubungan.
8) B. 1 dan 3 yang benar.
9) A. Selera konsumen dan tingkat pendapatan.
10) C. Jika terjadi krisis pemerintah turun tangan dan adanya usaha yang
mengarah pada monopoli.

Tes Formatif 2
1) C. Kelas pimpinan partai dan kelas rakyat.
2) B. Adanya nilai lebih yang sebenarnya hak dari buruh yang diambil
majikan.
3) C. Merampas, menyita, mempergunakan milik kaum borjuis/tuan
tanah/industriawan untuk kepentingan bersama oleh negara tanpa
ganti rugi.
4) B. Karena "manusia" dianggap sebagai alat atau faktor produksi.
5) B. Kedua pernyataan benar tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab
akibat.
6) C. Salah satu dari pernyataan salah.
7) C. Satu dari pernyataan salah.
8) A. 1 dan 2 yang benar.
9) D. 1, 2, dan 3 benar semua.
10) B. 1 dan 3 yang benar.
2.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Booth, Anne dkk. (1985). Ekonomi Orde Baru. Jakarta: LP3ES.

Dumairy. (1996), Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Hatta. (1967). Ekonomi Terpimpin. Jakarta: Djambatan.

Sri Edi Swasono, dkk. (1985). Koperasi dalam Orde Ekonomi Indonesia.
Jakarta: UI Press.

Winardi. (1984). Pengantar Sistem-sistem Ekonomi. Bandung: Alumni.

William Ebensteins. (1961). Today's Isme. New York: Priceton University,


Prentice-Hall.
Modul 3

Sistem Ekonomi Pancasila


Dr.Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

B erdasarkan dasar negara kita, sistem perekonomian Indonesia yang


cocok adalah sistem perekonomian Pancasila. Nilai Pancasila dalam
kehidupan ekonomi diwujudkan dengan asas kebersamaan dan kekeluargaan.
Sistem ekonomi Pancasila adalah suatu sistem ekonomi yang berorientasi
pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembangunan ekonomi, Indonesia
menempatkan manusia sebagai titik sentral.
Ekonomi makro memberi pengertian pada sistem perekonomian sebagai
usaha bersama sekalipun mungkin ada perbedaan besar maupun kecil dalam
nilai, sikap dasar, otoritas, dan kepemimpinan, serta struktur kekuasaan yang
mengaturnya. Sistem perekonomian menurut Pancasila dan UUD 1945
berbeda dengan sistem perekonomian liberal kapitalis maupun sistem
perekonomian sosialis. Pada sistem perekonomian Pancasila, keseluruhan
unsur dan kegiatannya dicakup dalam pengertian kekeluargaan yang
membawa peri kehidupan ke arah keseimbangan.
Sampai saat ini penjabaran yang disepakati secara nasional mengenai
sistem ekonomi yang berasaskan Pancasila belum ada. Secara individual,
telah banyak pemikiran dari para pakar yang secara konsisten
menyumbangkan pemikirannya dalam pengembangan Sistem Ekonomi
Indonesia, sedangkan secara kelompok hanya Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia yang pernah menyampaikan konsepnya.
Secara umum, setelah mempelajari buku materi pokok ini Anda
diharapkan mampu menjelaskan sistem perekonomian yang berlaku di
Indonesia. Secara khusus, setelah mempelajari buku materi pokok ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan:
1. dasar filosofis dan dasar operasional Sistem Ekonomi Indonesia;
2. pandangan Pancasila tentang kedudukan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial;
3. konsep usaha bersama dan kekeluargaan;
3.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

4. pedoman dasar Sistem Ekonomi Indonesia;


5. dasar-dasar operasional Sistem Ekonomi Indonesia.
 ISIP4310/MODUL 3 3.3

Kegiatan Belajar 1

Dasar Filosofis Sistem Ekonomi Indonesia

P ancasila dan UUD 1945 telah merumuskan falsafah sosial yang berisi
nilai-nilai menurut pandangan Indonesia yang bertitik tolak dari
pandangan tentang hubungan antara individu dengan masyarakatnya.
Falsafah sosial Pancasila mempunyai dasar-dasar sebagai berikut.
1. Konsep sintesis tentang masyarakat, bertolak dari manusia sebagai
makhluk sosial, atau dengan kata lain, individu sebagai warga
masyarakat lebih dari pada orang seorang semata-mata.
2. Konsep tersebut mengandung unsur-unsur asasi berupa:
a. asas usaha bersama dan kekeluargaan;
b. pandangan organis tentang masyarakat;
c. asas keadilan, khususnya keadilan sosial, sebagai kaidah direktif
bagi individu dan usaha kelompok yang terorganisasi (Tom Gunadi,
1990 : 205 - 206).

A. PANDANGAN PANCASILA TENTANG HUBUNGAN INDIVIDU


DAN MASYARAKAT

Mengenai konsep individu dan masyarakat, pandangan Pancasila


berbeda dengan filsafat-filsafat lainnya. Meskipun sama-sama mengakui
keberadaan individu dan masyarakat, namun penekanannya yang berbeda.
Kaum yang berpaham individualis memiliki prinsip: bila individu baik, maka
masyarakat akan menjadi baik. Sedangkan penganut kolektivisme memiliki
prinsip: bila masyarakat baik, maka otomatis individu yang berada di
dalamnya akan menjadi baik pula. Kedua konsep tersebut kelihatannya sama,
hanya kata-katanya saja yang dibalik. Tetapi sesungguhnya kedua konsep
tersebut memiliki perbedaan yang tajam. Individualisme lebih menekankan
bahwa kepentingan individulah yang harus didahulukan, baru kewajiban
terhadap masyarakat dipenuhi. Pandangan ini menempatkan kebebasan
individu dalam bobot yang berlebihan. Dalam kehidupan masyarakat dan
dalam usaha mencapai kemajuan, manusia acap kali bergulat dengan manusia
lainnya dalam persaingan bebas yang kadang-kadang kejam dan tidak jarang
mengakibatkan penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Ini
3.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

membawa kecenderungan yang kuat sajalah yang dapat hidup. Masyarakat


yang demikian dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan mendatangkan
kegelisahan. Hal-hal tersebut tidak hanya harus kita jauhi, melainkan tidak
dapat kita setujui secara fundamental, oleh karena bertentangan dengan nilai-
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, dan asas keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sebaliknya pandangan kolektivisme memberi bobot yang berlebihan
pada masyarakat sehingga kedudukan manusia secara pribadi seolah-olah
hanya sebuah alat saja dari sebuah mesin raksasa yang bernama masyarakat.
Dalam masyarakat ini, kepuasan batin tidak terpenuhi, sehingga kebahagiaan
yang utuh tidak tercapai.
Bagaimana Pancasila menempatkan diri di antara kedua sifat-kodrat
manusia tersebut? Pancasila tidak memilih salah satu dari pandangan di atas
dan tidak mengawinkannya. Pancasila bertolak dari kesadaran tentang sifat
kodrati manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang
merupakan kesatuan bulat yang harus dikembangkan secara selaras, serasi
dan seimbang. Manusia hanya mempunyai arti jika dapat hidup bersama
dengan manusia lain. Kebahagiaan hidup akan tercapai apabila prinsip
selaras, serasi, dan seimbang tersebut dapat dikembangkan, baik dalam
kehidupan manusia sebagai pribadi, dalam hubungan antar manusia dengan
Tuhannya, dengan manusia lain, dengan masyarakat, dengan lingkungan atau
alam, dan dalam hubungan bangsa dengan bangsa.
Dari uraian di atas, jelaslah bagaimana Pancasila menempatkan diri di
antara kedua sifat kodrat manusia yakni sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Sebagai suatu pandangan hidup hal ini dianggap mutlak
kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan menjadi dasar dari seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Perwujudan dari pandangan hidup
ini salah satunya adalah asas kebersamaan dan kekeluargaan.
Dalam kehidupan ekonomi, kita melihat bagaimana Pasal 33 UUD 1945
setelah melalui Amandemen yang keempat Tahun 2002 menyatakan:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 ISIP4310/MODUL 3 3.5

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

Inti Pasal 33 tersebut adalah memberikan hak hidup bagi pelaku-pelaku


ekonomi, sebagai berikut.
1. Sektor swasta, yang merupakan pencerminan dari kepentingan individu.
Mereka diberikan kebebasan memiliki dan memanfaatkan sesuatu serta
berusaha di bidang-bidang yang dianggap tidak penting bagi negara dan
tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Sektor negara, yang merupakan pencerminan dari kepentingan
masyarakat. Meskipun kekuasaan negara dalam bidang ekonomi
perlu dibatasi agar tidak menjurus pada kekuasaan negara yang
berlebihan (etatisme), tetapi Pasal 33 UUD 1945 mengatakan bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah
pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat.
3. Sektor koperasi, yang merupakan perpaduan antara kepentingan individu
dan kepentingan sosial. Koperasi adalah organisasi individu yang
anggota anggotanya memiliki persamaan kepentingan. Tetapi tujuannya
bukan hanya semata-mata memenuhi kepentingan individu saja
melainkan juga memelihara kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu
koperasi dikatakan sebagai bangun usaha yang sesuai dengan asas
kekeluargaan.

B. ASAS USAHA BERSAMA DAN KEKELUARGAAN

Dalam pengertian ekonomi makro, pada dasarnya setiap sistem


perekonomian adalah "usaha bersama" sekalipun mungkin ada perbedaan
besar ataupun kecil dalam nilai, sikap dasar, otoritas, dan kepemimpinan,
serta struktur kekuasaan yang mengaturnya (Tom Gunadi; 1990 : 78). Dalam
sistem perekonomian liberal kapitalis, usaha bersama itu dilakukan untuk
menjaga kebebasan berusaha dan berdagang yang berlangsung dalam suasana
persaingan mati-matian (free competition) yang berpangkal pada pandangan
3.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

akan kebebasan mutlak setiap individu. Sebaliknya, dalam sistem kolektif,


usaha bersama dilakukan di bawah paksaan penguasa mutlak yang
mengabaikan harkat dan martabat pribadi manusia. Dalam sistem
perekonomian menurut Pancasila dan UUD 1945, keseluruhan unsur dan
kegiatan dicakup dalam pengertian "kekeluargaan" yang membawa
perikehidupan keseimbangan. Di dalam sistem ini semua unsur
interdependensi atau saling ketergantungan.
Usaha bersama dalam pengertian ekonomi mikro terkait dengan bentuk--
bentuk badan usaha, seperti: PT, CV, Firma dan perusahaan-perusahaan
perseorangan. Bentuk-bentuk badan usaha tersebut, menurut Pancasila dan
UUD 1945 harus dikaitkan dengan asas kekeluargaan. Penjelasan UUD 1945
(yang secara formal sejak berlakunya Amandemen sudah dinyatakan tidak
berlaku lagi tetapi secara material masih dijadikan rujukan) pada Pasal 33
menyebutkan bahwa "Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah
koperasi". Hal itu ditafsirkan secara berbeda sebagai berikut.
Pendapat yang pertama beranggapan bahwa koperasi adalah satu-
satunya badan usaha yang paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam
koperasilah asas kebersamaan dan kekeluargaan itu dapat ditemukan.
Pendapat yang kedua beranggapan bahwa asas kebersamaan dan
kekeluargaan itu tidak hanya ada pada koperasi, tetapi juga ada pada badan-
badan usaha lainnya.
Memang diakui bahwa koperasilah yang paling sesuai dengan asas
kekeluargaan. Tetapi bila dikembalikan pada pengertian demokrasi ekonomi,
maka yang penting adalah bagaimana kemakmuran masyarakat dapat
diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Oleh karena itu selain
koperasi di dalam penjelasan Pasal 33 disebutkan pula tentang keberadaan
badan usaha negara dan swasta. Hal itu terlihat dari kalimat-kalimat sebagai
berikut. "Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak,
tampuk produksi jatuh ke tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat
banyak yang ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat
hidup orang banyak boleh ada di tangan orang seorang".
Pendapat yang kedua ini yang dijadikan alasan mengapa ada 3 badan
usaha yang berhak hidup di Indonesia, yakni pemerintah, swasta dan
koperasi. Namun perlu ditegaskan pula bahwa bangun-bangun usaha yang
lain itu harus mencerminkan pula adanya asas kekeluargaan. Sebagai contoh,
meskipun usaha swasta merupakan pencerminan dari hak-hak individu yang
 ISIP4310/MODUL 3 3.7

lebih berorientasi pada keuntungan tetapi bagaimanapun juga tidak bisa lepas
dari kewajibannya kepada masyarakat (social responsibility).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi menurut
Pancasila dan UUD 1945 bukanlah sistem ekonomi liberal kapitalistik dan
bukan pula sistem ekonomi kolektif. Dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi
Pancasila merupakan ideologi terbuka, yang artinya nilai dasarnya tetap,
namun penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai
dengan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia (Alfian, 1991). Sistem
ekonomi pasar tetap diakui keberadaannya terutama dengan pengakuan
terhadap keberadaan swasta.

C. PANDANGAN ORGANIS TENTANG MASYARAKAT

Masyarakat yang organis adalah masyarakat yang bersatu secara bulat


dan utuh. Dalam kaitannya dengan ekonomi, masyarakat seperti ini bukan
masyarakat yang sama rata sama rasa, tetapi masyarakat yang tetap
memperlihatkan adanya perbedaan antara individu satu dengan individu
lainnya yang ditimbulkan oleh hak-hak individu. Namun kebebasan individu
tersebut masih terkait dengan kewajibannya terhadap masyarakat.
Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang berorientasi pada
manusia. Manusia dan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang
bersifat timbal balik. Agar kebutuhan materi terpenuhi, manusia perlu
pembangunan ekonomi. Sebaliknya dalam pembangunan ekonomi, manusia
memiliki peran ganda yakni sebagai subjek (pengarah) agar dapat
memberikan warna pada pembangunan, sekaligus sebagai pelaku (faktor
produksi), yang bersama faktor produksi yang lain memproduksi barang-
barang yang dibutuhkan (Rintuh, 1995: 43-44). Oleh karena itu dalam
pembangunan ekonomi yang menempatkan manusia sebagai titik sentralnya
(people centered economic development), sasaran penciptaan peluang kerja
dan partisipasi masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya perlu mendapat
perhatian utama. Semuanya itu ditujukan agar tercapai kesejahteraan
bersama.

D. ASAS KEADILAN SOSIAL

Hakikat keadilan sosial adalah adil. Keadilan adalah kesesuaian sifat-


sifat dan keadaan dengan hakikat adil. Secara umum, pengertian adil
3.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

adalah memberikan kepada diri sendiri dan orang lain apa yang menjadi
haknya (Bambang Daroeso, 1989 : 73). Berbicara tentang adil, berarti
berbicara tentang hak. Sedangkan hak tidak dapat lepas dari kaitannya
dengan kewajiban. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
Purwadarminta, adil diartikan sebagai tidak berat sebelah, selayaknya, tidak
sewenang-wenang, mendapat perlakuan yang sama. Dalam hubungannya
dengan hak dan kewajiban, maka adil berarti memperoleh perlakuan yang
sama dan layak serta tidak berat sebelah di dalam hak dan kewajiban.
Keadilan sosial sasarannya adalah hak atas kesejahteraan sosial.
Keadilan sosial mencakup hak masyarakat untuk menuntut anggotanya,
termasuk organ-organ pemerintah, agar memberikan apapun juga yang
diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan umum.
Demikian pula, keadilan sosial mencakup hak setiap warga negara untuk
mengambil bagian dan menerima nikmat dari kekayaan sosial. Keadilan
sosial memandang individu sebagai sesama, anggota sekawan, anggota
sekeluarga dalam masyarakat. Dengan kata lain, keadilan sosial menekankan
kekeluargaan, perbauran kepentingan dan tanggung jawab yang ada dan
berpengaruh dalam masyarakat (Tom Gunadi; 1990: 212).
Dalam Pancasila, sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
adalah sila yang paling relevan dengan masalah ekonomi. Hal ini bukan
berarti sila-sila lainnya tidak ada kaitannya, karena semua aspek
kehidupan masyarakat terkait dengan semua sila dalam Pancasila. Dalam
pembangunan ekonomi, misalnya, seluruh semangat, arah dan gerak
pembangunan harus dilaksanakan dalam upaya pengamalan semua sila
dalam Pancasila sebagai kesatuan yang bulat dan utuh. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan moral dan etik pembangunan. Sila
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab merupakan pedoman agar
pembangunan harus semakin meningkatkan makna manusia yang utuh. Sila
Persatuan Indonesia berperan untuk selalu meningkatkan rasa
kesetiakawanan sehingga persatuan dan kesatuan bangsa semakin kokoh.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan berperan secara terus-menerus dalam
peningkatan sistem dan semangat demokrasi baik dalam bidang politik
maupun dalam bidang ekonomi. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang merupakan tujuan akhir yang harus diwujudkan oleh
pembangunan nasional, merupakan upaya menuju kemakmuran yang penuh
 ISIP4310/MODUL 3 3.9

keadilan bagi seluruh rakyat, di mana sistem ekonomi disusun sebagai


usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan maksud dari "Pancasila menempatkan diri di antara kedua sifat


kodrat manusia yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial”!
2) Mengapa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat orang banyak harus dikuasai negara?
3) Jelaskan perbedaan antara pandangan individualis dengan pandangan
kolektif !
4) Indonesia tidak menganut sistem perekonomian liberalis kapitalis
maupun sistem perekonomian kolektif. Berikan penjelasan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda perlu menjelaskan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu


dan sebagai makhluk sosial. Kemudian jelaskan bagaimana Pancasila
memilih posisi di antara kedua sifat kodrat tersebut.
2) Anda perlu menjelaskan cabang-cabang produksi yang menyangkut
hidup orang banyak dan yang bukan. Kemudian jelaskan mengapa
cabang-cabang itu harus dikuasai negara!
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan ini Anda harus betul-betul
memahami pengertian individualis dan kolektivisme.
4) Anda perlu menjelaskan bahwa sistem ekonomi harus berakar pada
karakteristik bangsa di mana sistem itu berjalan.

RA NG K UM A N

Sistem Ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berdasar


pada falsafah Pancasila. Falsafah Pancasila mengandung konsep sintesis
tentang masyarakat yang bertitik tolak dari pandangan manusia sebagai
3.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

makhluk individu dan makhluk sosial. Konsep tersebut mengandung


unsur-unsur: asas usaha bersama dan kekeluargaan, pandangan organis
tentang masyarakat, dan asas keadilan sosial.
Keberadaan tiga pelaku ekonomi, yakni: swasta, negara, dan
koperasi, mencerminkan pengakuan terhadap perlunya pemenuhan
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Ketiga pelaku
ekonomi tersebut harus dapat bekerja sama untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat organis adalah masyarakat yang menyatu tanpa
menghilangkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya. Dalam
membangun ekonomi, manusia harus ditempatkan sebagai titik
sentralnya. Sasarannya adalah tercapainya kesejahteraan bersama.
Asas keadilan sosial mencakup hak setiap warga negara untuk
mencapai kesejahteraan umum. Untuk itu perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Falsafah sosial berisi nilai-nilai yang bertitik tolak dari pandangan
tentang hubungan antara ....
A. individu dengan individu
B. negara dengan masyarakat
C. individu dengan masyarakat
D. individu dengan negara

2) Kaum yang berpaham individualis memiliki prinsip bahwa ....


A. individu harus bersikap baik
B. bila individu baik, maka masyarakat menjadi baik
C. bila masyarakat baik, maka individu baik
D. individu dan masyarakat harus bersikap baik

3) Masyarakat yang organis adalah masyarakat yang ....


A. berorganisasi
B. sama rata, sama rasa
C. tidak bersifat individu
D. bersatu secara bulat dan utuh
 ISIP4310/MODUL 3 3.11

4) Sasaran keadilan sosial adalah ....


A. kewajiban atas kesejahteraan sosial
B. hak atas kesejahteraan sosial
C. hak dan kewajiban masyarakat
D. kepentingan bersama

Petunjuk: Untuk soal no. 5 s/d no. 7


pilihlah :
A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat
B. Jika pertanyaan benar, alasan benar, tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah
D. Jika kedua pernyataan salah

5) Kebebasan individu yang berlebihan tidak dapat disetujui secara


fundamental,
sebab
Kebebasan individual selalu menimbulkan kesenjangan sosial.

6) Koperasi dikatakan menjadi bangun usaha yang sesuai dengan asas


kekeluargaan,
sebab
Koperasi memenuhi kepentingan individu dan memelihara kepentingan
masyarakat.

7) Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang berorientasi


pada manusia,
sebab
Manusia adalah satu-satunya komponen ekonomi.

Petunjuk Pilihlah :
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2) dan (3) benar.

8) Dalam pembangunan ekonomi, manusia memiliki peran sebagai ....


(1) subjek
(2) penunjang
(3) pelaku
3.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

9) Konsep sintesis mengandung unsur-unsur asasi berupa ....


(1) asas keadilan
(2) pandangan organis masyarakat
(3) asas usaha bersama dan kekeluargaan

10) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan ekonomi yang


menetapkan manusia sebagai titik sentral adalah ....
(1) pendapatan masyarakat
(2) partisipasi masyarakat
(3) penciptaan peluang kerja

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 3 3.13

Kegiatan Belajar 2

Dasar Konstitusional dan Operasional


Sistem Ekonomi Indonesia

S istem Ekonomi Indonesia adalah sistem menurut Pancasila dan UUD


1945. Oleh karena itu Sistem Ekonomi Indonesia sering dikatakan
sebagai: Sistem Perekonomian Pancasila, Sistem Perekonomian Usaha
Bersama dan Kekeluargaan, Sistem Ekonomi Koperasi, Sistem
Perekonomian Adil dan Makmur, Sistem Demokrasi Ekonomi, dan lain-lain.
Meskipun sudah disepakati bahwa Sistem Ekonomi Indonesia (SEI)
adalah sistem ekonomi yang berasaskan Pancasila, tetapi sampai saat ini
belum ada penjabaran yang sudah disepakati secara nasional. Yang ada
barulah beberapa rumusan, pernyataan, pemikiran, baik secara kelompok
maupun individual. Pemikiran dari para pakar cukup banyak, terutama dari
Prof. Mubyarto, Dr. Sri Edi Swasono dan juga Emil Salim yang secara
konsisten menyumbangkan pemikirannya dalam pengembangan SEI. Secara
kelompok, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) juga pernah
menyampaikan konsepnya. Konsep itu pun masih banyak diperdebatkan
karena dianggap belum sesuai dengan prinsip dasar perekonomian Pancasila.

A. DASAR KONSTITUSIONAL

Dasar konstitusional merupakan pedoman dasar dalam pelaksanaan SEI.


Pedoman dasar tersebut terdapat pada berikut

1. UUD 1945 (setelah Amandemen)

a. Pasal 33 merupakan pasal utama


Dalam pasal ini, dijelaskan sebagai berikut.
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 33 menghendaki adanya demokrasi ekonomi, yang menurut UUD


1945 (setelah Amandemen keempat Tahun 2002) disertai dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. Sedangkan Penjelasan UUD 1945 berbunyi: "Produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan,
bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu adalah koperasi”.
Dalam alinea selanjutnya dinyatakan: “Perekonomian berdasar atas
demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hidup orang
banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke
tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya.
Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada
di tangan orang seorang. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran
rakyat".
Dari kalimat-kalimat dalam Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Semua orang bebas berproduksi, namun tetap harus diawasi agar
tujuannya yakni untuk kemakmuran masyarakat dapat tercapai.
2) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Maksudnya adalah bahwa semua pihak yang terkait dalam
perekonomian harus membawa kehidupan ekonomi ke arah
keseimbangan, dalam pengertian bahwa semua unsur yang terlibat dalam
sistem ekonomi adalah interdependen (saling bergantung).
3) Adanya pengakuan terhadap tiga pelaku ekonomi, yakni: negara, swasta
dan koperasi.
4) Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara.
 ISIP4310/MODUL 3 3.15

Penjelasan UUD 1945 tersebut memang sudah dinyatakan tidak berlaku


lagi setelah terjadi Amandemen sebanyak empat kali, yakni Tahun 1999,
2000, 2001, dan 2002. Namun meskipun secara formal sudah tidak berlaku
lagi, tapi secara material masih menjadi rujukan karena ini merupakan bagian
dari kehendak pembentuk negara kita khususnya di bidang ekonomi. Antara
Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 yang lama dengan ayat (4) setelah
Amandemen tidak perlu dipertentangkan karena pada dasarnya tidak ada hal-
hal yang bertentangan.

b. Sebagai pelengkap dasar konstitusional


1) Pasal 23 yang mengatur tentang APBN, pasal 23 A tentang pajak, pasal
23 B tentang macam dan harga mata uang, pasal 23 C tentang keuangan
negara, dan 23 E tentang tanggung jawab keuangan negara.
2) Pasal 27 (ayat 2) tentang hak-hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan
dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3) Pasal 34 tentang kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan
anak-anak terlantar.

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional.
Sejak Tahun 2004, Indonesia tidak lagi memiliki Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). GBHN yang terakhir adalah GBHN 1998 - 2003
yang merupakan produk MPR hasil Pemilu 1997. Sebagai pedoman
pengganti adalah UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Namun, dalam UU ini tidak tercantum tentang arah
kebijakan sistem ekonomi nasional. Sebagai perbandingan, GBHN 1998
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi harus selalu mengarah kepada
mantapnya sistem ekonomi nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang disusun untuk mewujudkan Demokrasi Ekonomi yang harus dijadikan
dasar pelaksanaan pembangunan yang memiliki ciri sebagai berikut.
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
3.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

d. Sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan dengan permufakatan


lembaga perwakilan rakyat, dan pengawasan terhadap kebijaksanaannya
ada pada lembaga perwakilan rakyat.
e. Perekonomian daerah dikembangkan secara serasi dan seimbang antar
daerah dalam satu kesatuan perekonomian nasional dengan
mendayagunakan potensi dan peran serta daerah secara optimal dalam
rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
f. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
g. Hak milik perseorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
h. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

GBHN 1988 juga menyebutkan bahwa dalam Demokrasi Ekonomi


yang berdasarkan Pancasila harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut.
a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural ekonomi
nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
b. Sistem etatisme, dalam arti bahwa negara beserta aparatur ekonomi
negara bersifat dominan, mendesak dan mematikan potensi serta daya
kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
c. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang
merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan
sosial.

Meskipun GBHN 1988 sudah tidak berlaku lagi, namun kebijakan dan
arahan tentang Sistem Ekonomi Indonesia masih relevan untuk dijadikan
pegangan mengingat produk hukum yang ada tidak menjelaskan hal itu.

B. DASAR OPERASIONAL

Berdasar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam dasar konstitusional,


dapat disimpulkan bahwa Sistem Ekonomi Indonesia pada hakikatnya adalah
 ISIP4310/MODUL 3 3.17

ekonomi campuran. Namun ada pula yang berpendapat bahwa SEI adalah
ekonomi sosialis, ekonomi "terpimpin", sosialisme ala Pancasila, bahkan ada
yang mengatakan bahwa SEI adalah ekonomi terkendali yang condong ke
arah kapitalisme.
Sistem ekonomi campuran banyak sekali variasinya. Ciri masing-masing
ditentukan oleh besar-kecilnya persaingan yang ada serta perencanaan dan
intervensi pemerintah. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada sistem ekonomi
yang murni liberal maupun yang murni etatisme. Sistem Ekonomi Indonesia
sendiri masih mencari bentuk. Sebagai contoh, etatisme dihindarkan dan
potensi setiap warga negara dikembangkan. Namun dalam kenyataannya
karena masih banyak dualisme dalam kehidupan perekonomian, antara lain :
sektor tradisional-moderen, sektor perkotaan-pedesaan, sektor formal-
informal maka intervensi pemerintah cukup dominan. Contoh lain, koperasi
sebagai bangun usaha yang dianggap paling sesuai untuk masyarakat
Indonesia menginginkan: "Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di
bawah kepemilikan dan pengawasan anggota-anggota masyarakat”. Hal itu
menunjukkan asas kemandirian masyarakat. Namun di lain pihak, negara
diminta campur tangan untuk mengarahkannya.
Tentang intervensi pemerintah dalam Sistem Ekonomi Pancasila, ada
beberapa pendapat tentang bagaimana seharusnya intervensi tersebut
dilakukan, antara lain oleh berikut ini.
1. Emil Salim (Prisma, Mei 1979).
“Sekali rencana makro disusun, maka kegiatan ekonomi diserahkan
kepada satuan-satuan individual. Motivasi, rangsangan dan semangat
diberikan kepada satuan-satuan ekonomi individual untuk bekerja
mengikuti rencana makro” .
2. Moh. Hatta (Penjabaran Pasal 33 UUD 1945, 1977).
“Antara aktivitas koperasi yang bekerja dari bawah dan aktivitas
pemerintah yang bekerja dari atas, masih luas bidang ekonomi yang
dapat dikerjakan oleh swasta”.
3. Mubyarto (Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia, 1994).
“Dalam Ekonomi Pancasila, satu sumber legitimasi dari tindakan
pengertian dan pembatasan kebebasan usaha oleh negara adalah adanya
ekses-ekses praktek oligopoli dan monopoli. Apabila ekses-ekses itu
tidak ada, maka tidak ada alasan diadakannya peraturan-peraturan”.
3.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

Sementara Wagiono Ismangil dalam Wawasan Ekonomi Pancasila


(1981), mengamati adanya persamaan antara SEI dengan sosialisme, yang
mengacu pendapat Crosland tentang ciri-ciri sosialisme, antara lain:
Adanya perhatian khusus (concern) terhadap mereka yang miskin dan
lemah.
Suatu pandangan yang berciri persamaan, dalam arti pemerataan dalam
pemilikan, pendidikan, hubungan sosial, kekuasaan dan hak-hak dalam
usaha. Adanya pengendalian yang ketat terhadap lingkungan guna mengatasi
masalah-masalah urbanisasi, perencanaan tanah untuk kepentingan bersama,
serta mengurangi perbedaan antara private dan social coct dalam masalah
perencanaan lingkungan.
Mengenai dasar operasional Sistem Ekonomi Indonesia, Mubyarto
(1994: 61-62) mengatakan bahwa strategi dan kebijakan pembangunan
nasional yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 (khususnya pasal 33)
adalah sebagai berikut.
1. Roda perekonomian nasional harus digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, sosial dan moral. Apabila di negara-negara kapitalis, roda
ekonomi lebih digerakkan oleh rangsangan ekonomi yaitu harga, dan di
negara sosialis oleh rangsangan sosial saja, maka dalam masyarakat
Pancasila roda ekonomi harus digerakkan melalui mekanisme pasar
(rangsangan ekonomi) dengan pengawasan oleh masyarakat (rangsangan
sosial) dan pedoman moral bangsa yang dilandasi oleh ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa (rangsangan moral).
2. Perlu dijaga kondisi masyarakat di mana terjadi pemerataan sosial
ekonomi, yakni keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
distribusi pendapatan dan kekayaan nasional. Dalam keadaan
pemerataan sosial ekonomi yang demikian, kecemburuan sosial tidak
ada. Martabat setiap warga negara sebagai manusia dihargai dan
dijunjung tinggi, di mana tidak ada warga negara yang tidak sempat
menikmati pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Prioritas dari setiap kebijakan ekonomi adalah pengembangan ekonomi
nasional yang kuat dan tangguh, yang berarti bahwa nasionalisme dan
patriotisme selalu menjiwai setiap kebijakan ekonomi yang diambil.
4. Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional yang merupakan
perwujudan demokrasi ekonomi. Hal itu berarti sebagai organisasi
ekonomi rakyat yang berwatak sosial harus mampu menjadi pelaku
 ISIP4310/MODUL 3 3.19

utama dalam kehidupan ekonomi masyarakat yang tumbuh dan berakar


kuat dalam ekonomi rakyat.
5. Ada imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan sentral dalam
strategi dan kebijakan ekonomi nasional dengan desentralisasi
pelaksanaannya di daerah-daerah. Dengan cara demikian, efisiensi dan
pertumbuhan bisa dijamin pada tingkat yang tinggi, dan sekaligus bisa
diwujudkan keadilan ekonomi dan keadilan sosial.

Sedangkan Emil Salim (Cornelis Rintuh, 1995 ) menyatakan bahwa


berdasarkan UUD 1945 dan GBHN, dapat ditarik dasar operasional
Sistem Ekonomi Pancasila sebagai berikut.

1. Peranan Negara dan Swasta


Peranan negara beserta aparatur ekonomi negara adalah penting, tetapi
tidak dominan agar supaya dapat dicegah tumbuhnya sistem etatisme (serba
negara). Peranan swasta adalah penting, tetapi juga tidak dominan agar
dicegah timbulnya “free fight liberalism”. Dalam Sistem Ekonomi Pancasila,
usaha negara dan swasta tumbuh berdampingan dengan seimbang tanpa
dominasi berlebihan satu terhadap yang lain. Sistem ekonomi ini membuat
dasar demokrasi ekonomi, sebagai satu sisi dari mata uang "demokrasi". Sisi
lainnya adalah demokrasi politik. Hakikat demokrasi ekonomi adalah
tersebarnya kekuatan ekonomi di masyarakat, dan tidak tersentralisasi di
pusat atau tidak terkumpul di beberapa tangan anggota masyarakat (monopoli
dan oligopoli). Dalam konsep demokrasi ekonomi dan politik ini, hubungan
politik dan ekonomi tidak vertikal tetapi paralel horizontal.

2. Tidak ada Dominasi dan Konfrontasi


Dalam sistem ekonomi Pancasila, hubungan kerja antara lembaga-
lembaga ekonomi tidak didasarkan pada dominasi modal seperti halnya
ekonomi kapitalis. Juga tidak didasarkan pada dominasi buruh seperti halnya
dalam sistem komunis, tetapi berdasar pada asas kekeluargaan, menurut
keakraban hubungan manusia. Hubungan seperti ini menghindari konfrontasi
kepentingan antara modal versus buruh. Peranan manusia tidak ditentukan
oleh besar kecilnya modal yang dimiliki atau tinggi rendahnya upah yang
diterima. Peranan manusia ditentukan oleh harkat dirinya sebagai manusia.
Karena itu, pengembangan diri manusia memegang posisi sentral dalam
sistem ekonomi Pancasila. Arah pengembangan tertuju pada pembentukan
3.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

manusia seutuhnya, sebagai penjelmaan keselarasan, keseimbangan, dan


keserasian antara kemajuan lahiriah dan batiniah, antara manusia dengan
Tuhannya, antara manusia dengan masyarakat, dan antara manusia dengan
lingkungan alam. Ini memerlukan keselarasan dan pengembangan iman, budi
pekerti dan pikiran dalam diri manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah
manusia berkualitas. Sebaliknya, kualitas hidup akan diciptakan oleh manusia
yang berkualitas.

3. Masyarakat Memegang Peranan Sentral


Masyarakat sebagai suatu kesatuan memegang peranan sentral dalam
sistem ekonomi Pancasila. Produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di
bawah pengawasan anggota-anggota masyarakat. Masyarakat adalah bagian
dari unsur ekonomi non negara, yakni ekonomi swasta. Dalam ekonomi
swasta ini, yang menonjol bukan perorangan (individual) tetapi masyarakat
sebagai kesatuan yang melebihi jumlah perorangan.
Penekanan pada masyarakat tidak mengabaikan individu, tetapi langkah
tindak individu harus serasi dengan kepentingan masyarakat. Masyarakat
umum terbagi dalam sub-sub sistem: masyarakat petani, masyarakat nelayan,
masyarakat buruh, masyarakat penawar jasa, dan sebagainya.
Pengelompokan ini dipengaruhi oleh macam sumber daya alam yang
digunakan masing-masing kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam pengembangan sub-sub sistem masyarakat ini, yang penting
adalah terbukanya kesempatan (accessibility) untuk memperoleh sumber
daya alam bagi kelompok masyarakat ini menurut:
a. macam sumber daya alam, seperti tanah untuk petani, laut untuk nelayan,
sumber mineral untuk buruh, jasa untuk penawar-jasa, dan lain-lain;
b. besar kecilnya sumber daya alam yang bisa dikelola;
c. sifat penguasaan atas sumber daya alam, seperti permanen (pemilikan)
atau sementara (pinjam, sewa, dan lain-lain).

Dalam sistem ekonomi Pancasila perlu dibuka kesempatan luas bagi


kelompok masyarakat untuk menggunakan sumber daya alam yang
diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pintu masuk ini harus
terbuka secara adil bagi semua (equal opportunity), terlepas dari perbedaan
suku, agama, ras, ataupun daerah.
 ISIP4310/MODUL 3 3.21

4. Pengaturan, Perencanaan, dan Pengawasan


Negara menguasai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalam
bumi yang merupakan pokok bagi kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan
hak menguasai itu perlu dijaga agar sistem yang berkembang tidak menjurus
ke etatisme. Oleh karena itu, hak menguasai oleh negara harus dilihat dalam
konteks pelaksanaan hak dan kewajiban negara sebagai: pemilik, pengatur,
perencana, pelaksana dan pengawas. Ramuan kelima pokok ini dalam bobot
yang berlainan dapat menempatkan negara dalam kedudukannya untuk
menguasai lingkungan alam sehingga hak menguasai tersebut bisa dilakukan
dengan:
a. memiliki sumber daya alam;
b tanpa memiliki sumber daya alam, namun mewujudkan hak menguasai
itu melalui jalur pengaturan, perencanaan dan pengawasan.
Dalam sistem ekonomi Pancasila, negara tidak perlu memiliki sumber
daya alam, tetapi tetap bisa menguasainya melalui jalur pengaturan,
perencanaan dan pengawasan.

5. Tidak Bebas Nilai


Sistem ekonomi Pancasila tidak bebas nilai, bahkan nilai inilah yang
mempengaruhi pelaku ekonomi. Sistem yang dikembangkan bertolak dari
ideologi yang dianut, dalam hal ini ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila
masih terus berkembang sesuai dengan dinamika pertumbuhan masyarakat,
namun kelima sila secara utuh harus dijadikan pedoman atau bintang
pengarah ke jurusan mana sistem nilai dikembangkan.
Dalam hubungan ini, maka sistem ekonomi Pancasila dikaji dari
masing-masing sila sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa membuahkan sistem ekonomi yang
mengimbangi ikhtiar duniawi dengan ikhtiar untuk akhirat. Etika agama
turut mempengaruhi sistem nilai dan pertimbangan ekonomi.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab bermuara kepada penentangan
terhadap praktek dan ajaran kapitalisme dan komunisme serta memberi
tekanan lebih besar pada nuansa manusiawi dalam menggalang ekonomi
dan perkembangan masyarakat.
c. Persatuan Indonesia menghasilkan sikap membuka kesempatan ekonomi
secara adil bagi semua, terlepas dari kedudukan suku, agama, ras atau
daerah. Sebagai warga negara Republik Indonesia, semuanya sama di
depan hukum.
3.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, bermuara pada pelaksanaan demokrasi
ekonomi dan demokrasi politik.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberi warna egalitarian
dan kegandrungan pada pemerataan sosial (social equity) dalam proses
pembangunan.

Uraian di atas, mempertegas kita bahwa Sistem Ekonomi Indonesia


adalah sistem ekonomi campuran yang mengandung ciri-ciri dari kedua
sistem ekstrem yang kita kenal, yakni sistem kapitalis-liberalis dan sistem
sosialis-komunis. Yang menjadi masalah adalah di mana titik ideal yang
dianggap paling tepat. Mubyarto (1995) mengakui bahwa meskipun sistem
ekonomi Pancasila sudah sering disebut-sebut dalam pembicaraan sehari-hari
maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah populer, tetapi dalam kenyataannya
masih sulit didefinisikan. Namun, yang penting menurut Mubyarto adalah
bahwa masyarakat sudah mengakui kehadiran sistem ekonomi yang
berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa tersebut. Yang kini harus dipenuhi
adalah adanya penerimaan masyarakat (public acceptance), yakni kesediaan
seluruh masyarakat termasuk kelompok-kelompok yang berkuasa dan
berpengaruh untuk di mana perlu mengorbankan kepentingan sendiri demi
kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Misalnya, jangan sampai ada kecenderungan untuk menuju ke
arah kekuasaan negara yang berlebihan (etatisme), atau kebebasan yang tidak
terbatas yang dapat melahirkan persaingan bebas yang mematikan golongan
ekonomi lemah. Kecenderungan yang terakhir ini tampaknya lebih dominan
untuk dapat menguasai perekonomian nasional sebagai dampak dari
perekonomian global. Sistem Ekonomi Indonesia diyakini dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan
identitasnya, asalkan masyarakat benar-benar memahami, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 ISIP4310/MODUL 3 3.23

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Koperasi disebut sebagai sokoguru perekonomian nasional yang


merupakan perwujudan demokrasi ekonomi. Jelaskan maksud
pernyataan tersebut!
2) Jelaskan ciri-ciri demokrasi ekonomi yang harus dilaksanakan menurut
penjelasan Pasal 33 UUD 1945!
3) Sebut dan jelaskan dasar operasional Sistem Ekonomi Pancasila
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menurut Emil Salim!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda perlu menjelaskan mengenai badan usaha koperasi yang esensinya


menekankan pada demokrasi ekonomi dengan asas gotong-royong dan
kekeluargaan. Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda bahwa
koperasi paling cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia.
2) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu pemahaman yang
mendalam mengenai Pasal 33 UUD 1945.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, baca secara seksama pandangan-
pandangan pakar ekonomi Prof.Emil Salim.

RA NG K UM A N

Dasar konstitusional Sistem Ekonomi Indonesia (SEI) adalah UUD


1945 dan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Dalam UUD 1945, Pasal yang terkait dengan
SEI adalah Pasal 33, dan dilengkapi Pasal 23, Pasal 23 A, Pasal 23 B,
Pasal 23 C, Pasal 23 E, Pasal 27 (2), dan Pasal 34. Sedangkan UU No.
25 Tahun 2004 karena tidak memuat arah dan kebijakan sistem ekonomi
nasional, maka digunakanlah acuan GBHN 1998 yang merupakan
GBHN yang terakhir. Dalam GBHN 1998 ditekankan bahwa SEI
disusun untuk dapat mewujudkan demokrasi ekonomi, yang memiliki
3.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

ciri-ciri positif sebagaimana diatur dalam pasal-pasal UUD 1945. Selain


itu, demokrasi ekonomi harus dapat menghindari adanya persaingan
bebas yang tidak terbatas, sistem etatisme, serta monopoli dan
monopsoni.
Sebagai dasar operasional, selain berpedoman pada mekanisme
pasar, SEI juga harus berpedoman pada rangsangan sosial dan
rangsangan moral. Demikian pula, harus tetap dijaga adanya pemerataan
sosial ekonomi nasional yang tangguh, serta dijadikannya koperasi
sebagai sokoguru ekonomi nasional.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Dasar konstitusional Sistem Ekonomi Indonesia adalah….


A. UUD 1945
B. UUD 1945 dan GBHN
C. Pancasila dan UUD 1945
D. GBHN

2) Hakikat demokrasi ekonomi adalah….


A. tersebarnya kekuatan ekonomi di masyarakat
B. kekuatan dalam segala bidang ekonomi
C. masyarakat sebagai pelaku ekonomi
D. sama rata, sama rasa

3) APBN, pajak, mata uang, dan keuangan negara diatur dalam UUD
1945 dalam….
A. Pasal19
B. Pasal 22
C. Pasal 23
D. Pasa125

4) Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu


kelompok bertentangan dengan….
A. asas kekeluargaan
B. cita-cita keadilan sosial
C. kepentingan masyarakat
D. persatuan dan keastern
 ISIP4310/MODUL 3 3.25

Petunjuk: Untuk soal no. 5 s/d no. 7 pilihlah:


A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pertanyaan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Sistem free fight liberalism tidak sesuai dengan demokrasi ekonomi


berdasarkan Pancasila,
Sebab
Sistem free fight liberalism menimbulkan kelemahan struktural ekonomi
nasional.

6) Negara memegang peranan sentral dalam Sistem Ekonomi Pancasila,


Sebab
Negara menguasai cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup
orang banyak.

7) Langkah tindak individu harus serasi dengan kepentingan masyarakat,


Sebab
Kepentingan masyarakat perlu didahulukan daripada kepentingan
pribadi/golongan.

Petunjuk: Untuk soal no. 8 s/d 10, pilihlah :


A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika (1), (2) dan (3) benar.

8) Pelengkap dasar konstitusional Sistem Ekonomi Indonesia adalah


UUD 1945 pada….
(1) Pasa123
(2) Pasa127 (ayat 2)
(3) Pasa134

9) Ciri-ciri sosialisme adalah….


(1) mengutamakan kepentingan masyarakat
(2) pemerataan pemilikan, pendidikan, kekuasaan dan hak
(3) perhatian khusus terhadap kaum miskin dan lemah
3.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

10) Yang termasuk ciri sistem etatisme adalah….


(1) mematikan potensi dan daya kreasi unit ekonomi swasta
(2) negara menguasai seluruh cabang perekonomian
(3) negara dan aparatur negara bersifat dominan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 3 3.27

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C. Pancasila dan UUD 1945 telah merumuskan falsafah sosial yang
berisi nilai-nilai menurut pandangan tentang hubungan antara
individu dan masyarakatnya.
2) B. Kaum yang berpaham individualis memiliki prinsip bila individu
baik maka masyarakat akan menjadi baik.
3) D. Masyarakat yang organis adalah masyarakat yang bersatu dan utuh.
4) B. Keadilan sosial sasarannya adalah hak atas kesejahteraan sosial.
5) C. Kebebasan individu yang berlebihan tidak dapat disetujui secara
fundamental. Kebebasan individu dapat menimbulkan kesenjangan
sosial, bukan selalu menimbulkan, sehingga pernyataan kedua salah.
6) A. Koperasi dikatakan sebagai bangun usaha yang sesuai dengan
asas kekeluargaan karena bertujuan bukan hanya semata-mata
memenuhi kepentingan individu melainkan juga memelihara
kepentingan masyarakat.
7) C. Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang berorientasi
pada manusia. Namun bukan hanya manusia sebagai komponen
ekonomi.
8) B. Dalam pembangunan ekonomi manusia memiliki peran ganda yakni
sebagai subyek (pengarah) dan sebagai pelaku (faktor produksi).
9) A. Konsep sintesis tentang masyarakat mengandung unsur-unsur asasi
berupa asas usaha bersama dan kekeluargaan dan asas keadilan.
10) D. Bahwa ketiga hal tersebut yang harus mendapat perhatian dalam
pembangunan ekonomi.

Tes Formatif 2
1) B. Dasar konstitusional Sistem Ekonomi Indonesia adalah UUD 1945
dan GBHN.
2) A. Hakikat demokrasi ekonomi adalah tersebarnya kekuatan ekonomi
di masyarakat, dan tidak tersentralisasi di pusat atau tidak
terkumpul di beberapa tangan anggota masyarakat, (monopoli
dan oligopoli).
3) C. APBN, pajak, mata uang dan keuangan negara diatur dalam UUD
1945 pada Pasal 23.
3.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

4) B. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada


suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni
yang merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita
keadilan sosial.
5) A. Sistem free light liberalism tidak sesuai dengan demokrasi ekonomi
berdasarkan Pancasila karena dalam sejarah di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktural ekonomi
nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.
6) C. Dalam sistem ekonomi Pancasila masyarakat sebagai suatu kesatuan
memegang peranan sentral, bukan negara. Tetapi negara menguasai
cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
7) B. Dalam sistem ekonomi Indonesia langkah tindak individu harus
serasi dengan kepentingan masyarakat dan kepentingan masyarakat
harus didahulukan daripada kepentingan pribadi/golongan. Namun
keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.
8) D. Pelengkap dasar konstitusional sistem ekonomi Indonesia adalah
UUD 1945 pada Pasal 23, Pasal 27 (ayat 2), dan Pasal 34.
9) C. Ciri-ciri sosialisme adalah adanya perhatian khusus (concern)
terhadap mereka yang miskin dan lemah, persamaan dalam arti
pemerataan dalam pemilikan, pendidikan, hubungan sosial,
kekuasaan, dan hak-hak dalam usaha.
10) B. Ciri sistem etatisme adalah negara beserta aparatur ekonomi
negara bersifat dominan, mendesak, dan mematikan potensi
serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
 ISIP4310/MODUL 3 3.29

Daftar Pustaka

Anonymous, (1998). Garis-Garis Besar Haluan Negara 1998 - 2003.


Bandung: Penerbit Citra Umbara.

Daroeso, Bambang, (1989). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Gunadi, Tom, (1990). Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD


1945. Bandung: Penerbit Angkasa.

Hatta, Moh. (1977). Penjabaran Pasal 33 UUD 1945.

Ismangil, Wagiono (1981). Wawasan Ekonomi Pancasila.

Mubyarto. (1994). Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Mubyarto. (1995). Ekonomi dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Aditya Media.

Rintuh, Cornelis, (1995). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Penerbit


Liberty.
Modul 4

Koperasi dalam Sistem Ekonomi


Indonesia
Dr. Suharyono, M.A
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

D alam sistem perekonomian Indonesia koperasi memiliki kedudukan


sebagai sokoguru ekonomi. Kedudukan koperasi sangat penting dalam
menumbuhkan kegiatan ekonomi rakyat serta mewujudkan demokrasi
ekonomi, sifat kebersamaan, dan gotong-royong. Kedudukan koperasi yang
sangat penting tersebut seharusnya dalam perkembangan gerakan koperasi di
Indonesia tidak di bawah posisi perkembangan badan usaha milik swasta dan
badan usaha milik negara.
Pemerintah selama ini terus mengembangkan koperasi. Berbagai
pembinaan dilakukan untuk mengembangkan koperasi. Pembangunan
koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran koperasi agar
seimbang dengan usaha lainnya, sehingga mampu menjadi sokoguru
perekonomian nasional dalam sistem ekonomi nasional
Para pengamat memperkirakan koperasi memiliki potensi penyerapan
tenaga kerja yang cukup besar. Penyerapan tenaga kerja tersebut meliputi
lingkup anggota koperasi maupun bukan anggota koperasi tetapi yang terkait
dengan usaha koperasi. Potensi penyerapan tenaga kerja dari sektor koperasi
timbul karena secara total baik koperasi di wilayah pedesaan maupun
perkotaan memiliki variasi usaha yang cukup beragam.
Secara umum, setelah mempelajari Buku Materi Pokok ini Anda
diharapkan mampu menjelaskan peran koperasi dalam sistem perekonomian
Indonesia. Secara lebih spesifik, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
l. pengertian koperasi,
2. landasan kegiatan koperasi Indonesia,
3. bentuk kerja sama koperasi dengan pelaku ekonomi yang lain,
4.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

4. bentuk strategi dan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan


koperasi agar menjadi pelaku ekonomi yang sejajar dengan swasta dan
BUMN.
 ISIP4310/MODUL 4 4.3

Kegiatan Belajar 1

Pengertian dan Kedudukan Koperasi dalam


Perekonomian Indonesia

S ejarah perjuangan yang panjang telah melahirkan Undang-Undang


Dasar 1945. Dari beberapa modal dasar utama yang dapat digunakan
untuk melakukan pembangunan ekonomi, yaitu sumber daya alam, sumber
daya manusia, dana, teknologi, dan peralatan, waktu itu yang dimiliki
Indonesia hanya sumber daya alam. Berdasarkan kondisi tersebut,
dirumuskan landasan hukum tentang asas keadilan dan kesejahteraan yang
khususnya tertuang pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Pada Pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal
tersebut (yang setelah Amandemen secara formal tidak ada lagi) antara lain
disebutkan bahwa kemakmuran masyarakat diutamakan bukan kemakmuran
orang seorang. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.
Cita-cita koperasi dianggap sebagai jalan terbaik untuk membangun secara
berangsur-angsur ekonomi rakyat yang lemah.
Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
adalah sebagai berikut.
"Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan".
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa koperasi sebagai badan
usaha harus memperoleh keuntungan, tetapi juga sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang memiliki watak sosial.

A. PRINSIP UTAMA KEGIATAN KOPERASI

Landasan kegiatan koperasi berdasarkan pada lima prinsip utama yang


tidak dapat dipisah-pisahkan:
1. Prinsip pertama, keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Artinya
untuk menjadi anggota koperasi tidak perlu dipaksakan. Orang-
perorangan masuk menjadi anggota koperasi karena merasa akan
4.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

mendapat manfaat dari koperasi. Contoh: Seorang petani akan dengan


sukarela menjadi anggota Koperasi Unit Desa karena tertarik untuk
mendapatkan manfaat dari usaha KUD berupa kemudahan memperoleh
sarana produksi usaha taninya seperti pupuk, bantuan pemasaran hasil
pertaniannya, dan lain-lain. Apabila suatu ketika petani tersebut ingin
berhenti sebagai anggota KUD dengan memenuhi berbagai syarat yang
telah ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi, maka tak seorang pun
yang berhak untuk melarangnya.
2. Prinsip koperasi yang kedua adalah demokrasi. Cermin demokrasi
tampak pada kekuasaan tertinggi yang terdapat pada rapat anggota.
Segala kebijakan koperasi baik yang bersifat organisasi, manajemen dan
usaha ditetapkan oleh rapat anggota. Demikian pula pengangkatan
maupun pemberhentian pengurus dan pengawas koperasi ditetapkan oleh
anggota melalui rapat anggota. Keputusan rapat anggota berdasarkan
musyawarah mufakat. Jika musyawarah mufakat tidak berhasil maka
dilakukan pemungutan suara. Keputusan dilakukan berdasarkan pada
suara terbanyak. Bila pengambilan keputusan dilaksanakan melalui
pemungutan suara, setiap anggota hanya memiliki satu suara. Hak suara
para anggota tidak tergantung pada besarnya modal mereka dalam
koperasi.
3. Prinsip yang ketiga ialah pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan
secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota. Yang dimaksud dengan sisa hasil usaha koperasi ialah
pendapatan koperasi dalam satu tahun buku dikurangi berbagai macam
biaya, penyusutan, dan kewajiban-kewajiban pada tahun buku
bersangkutan. Kewajiban tersebut termasuk membayar pajak. Sisa hasil
usaha yang dibagikan adalah sisa hasil usaha setelah dikurangi cadangan
dan keperluan biaya pendidikan perkoperasian seperti yang telah
diputuskan dalam rapat anggota. Sisa hasil usaha untuk tiap anggota
tidak dibagikan secara merata melainkan sebanding dengan jasa usaha
yang dilakukan masing-masing anggota. Contoh: Seorang anggota
koperasi pegawai negeri dapat menerima pembagian SHU lebih banyak
dari anggota yang lain karena selama tahun buku berjalan anggota ini
banyak memanfaatkan jasa koperasi tersebut. Dalam pembagian SHU ini
tercermin sifat adil dan adil tidak berarti sama rata.
4. Prinsip keempat, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Modal dalam koperasi menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 25
 ISIP4310/MODUL 4 4.5

Tahun 1992 pada dasarnya digunakan untuk kemanfaatan anggota,


bukan sekadar mendapatkan keuntungan. Sumber permodalan koperasi
terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri berasal dari
simpanan anggota seperti simpanan pokok, simpanan wajib, dan
cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha yang tidak dibagikan
kepada para anggota. Modal dapat pula bersumber dari hibah
(pemberian) misalnya dari pemerintah atau pihak lain. Sedangkan modal
pinjaman sumber-sumbernya antara lain dari:
a. anggota;
b. koperasi lainnya/anggotanya;
c. bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. penerbitan obligasi dan surat utang lainnya;
e. sumber lain yang sah.

Selain sumber modal pinjaman di atas, koperasi juga dapat melakukan


pemupukan modal dari penyertaan baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Sesuai dengan prinsip koperasi yang keempat, untuk modal pinjaman yang
bersumber dari anggota, balas jasa berupa bunga diberikan pada tingkat yang
terbatas, artinya tidak melampaui tingkat bunga yang berlaku umum di pasar
uang. Hal ini lain dengan praktik pemberian bunga simpanan seperti
simpanan deposito yang ada di lembaga keuangan bank, karena para pemilik
deposito dalam jumlah besar dapat memperoleh bunga khusus dari pihak
bank yang berada di atas tingkat bunga umum yang berlaku.
Prinsip kelima adalah kemandirian. Prinsip ini mengandung pokok-
pokok pengertian bahwa koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada
pihak lain. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang
bertanggung jawab, otonom, dan swadaya.
Selain lima prinsip di atas, koperasi dalam mengembangkan dirinya juga
melaksanakan dua prinsip yang lain yaitu menyelenggarakan pendidikan
perkoperasian serta mengembangkan kerja sama dengan koperasi lainnya.
Secara normatif melalui Penjelasan UUD 1945 (yang setelah dilakukan
Amandemen UUD 1945 dinyatakan tidak berlaku lagi, tetapi secara material
merupakan keinginan dari pendiri negara RI yang tetap dihormati), koperasi
memiliki kedudukan sebagai sokoguru ekonomi dan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dalam sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian,
kedudukan koperasi sangat penting dalam menumbuhkan kegiatan ekonomi
rakyat serta mewujudkan demokrasi ekonomi, sifat kebersamaan dan gotong-
4.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

royong, kekeluargaan dan keterbukaan. Kedudukan koperasi yang sangat


penting tersebut seharusnya dalam perkembangan gerakan koperasi di
Indonesia tidak di bawah posisi perkembangan badan usaha milik swasta dan
badan usaha milik negara.

B. KENDALA-KENDALA KOPERASI DI INDONESIA

Dalam perjalanan sejarah gerakan koperasi di Indonesia dalam rangka


mewujudkan perannya sebagai sokoguru ekonomi, koperasi menghadapi
berbagai macam kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Rendahnya Kualitas Kelembagaan dan Organisasi Koperasi


Sampai dengan akhir tahun 2003, jumlah koperasi mencapai 123 ribu
unit, dengan jumlah anggota 27,3 juta orang (RPJM 2005-2009). Meskipun
jumlahnya cukup besar dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari
yang diharapkan. Sebagai contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun
2003 hanya sebanyak 93,8 ribu unit atau hanya sekitar 76% dari koperasi
yang ada. Di antara koperasi yang aktif tersebut hanya 44,7 ribu koperasi atau
kurang dari 48% yang menyelenggarakan rapat anggota tahunan (RAT),
salah satu perangkat organisasi yang merupakan forum pengambilan
keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu, secara rata-rata
baru 27% koperasi aktif yang memiliki manajer koperasi.

2. Tertinggalnya Kinerja Koperasi dan Kurang Baiknya Citra


Koperasi
Kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang
memiliki struktur kelembagaan yang unik dibandingkan badan usaha lainnya,
serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek koperasi
yang benar, telah menimbulkan berbagai permasalahan mendasar yang
menjadi kendala bagi kemajuan perkoperasian di Indonesia. Pertama, banyak
koperasi yang terbentuk tanpa didasari oleh kepentingan ekonomi bersama
dan prinsip kesukarelaan dari para anggotanya, sehingga kehilangan jati
dirinya sebagai koperasi sejati yang otonom dan mandiri. Kedua, banyak
koperasi yang tidak dikelola secara profesional dengan menggunakan
teknologi dan kaidah ekonomi modern sebagaimana layaknya sebuah badan
usaha. Ketiga, masih terdapat kebijakan dan regulasi yang kurang
 ISIP4310/MODUL 4 4.7

mendukung kemajuan koperasi. Keempat, koperasi masih sering dijadikan


alat oleh sekelompok orang, baik di luar maupun di dalam koperasi itu
sendiri, untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongannya yang tidak
sejalan atau bahkan bertentangan dengan kepentingan anggota koperasi yang
bersangkutan dan nilai-nilai luhur serta prinsip-prinsip koperasi. Sebagai
akibatnya: (1) kinerja dan kontribusi koperasi dalam perekonomian relatif
tertinggal dibandingkan badan usaha lainnya, dan (2) citra koperasi di mata
masyarakat kurang baik. Lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan
terkikisnya kepercayaan, kepedulian dan dukungan masyarakat kepada
koperasi.

3. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha


Koperasi (termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah-UMKM) pada
umumnya juga masih menghadapi berbagai masalah yang terkait dengan
iklim usaha yang kurang kondusif, di antaranya adalah: (a) ketidakpastian
dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan besarnya biaya
transaksi, panjangnya proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan
tidak resmi; (b) praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan (c)
lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan
UMKM.
Di samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat
tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, ternyata
belum menunjukkan kemajuan yang merata. Sejumlah daerah telah
mengidentifikasi peraturan-peraturan yang menghambat sekaligus berusaha
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dan bahkan telah
meningkatkan pelayanan kepada koperasi dan UMKM dengan
mengembangkan pola pelayanan satu atap. Namun masih terdapat daerah lain
yang memandang koperasi dan UMKM sebagai sumber pendapatan asli
daerah dengan mengenakan pungutan-pungutan baru yang tidak perlu
sehingga biaya usaha koperasi dan UMKM meningkat. Demikian pula,
kesadaran tentang hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dan pengelolaan
lingkungan masih belum berkembang
Dengan kendala-kendala seperti disebutkan di atas maka bila
dibandingkan dengan sektor swasta dan BUMN, posisi koperasi ditempatkan
sebagai "pemain pinggiran" dalam perekonomian Indonesia. Selama ini
aktivitas koperasi sebagai badan usaha yang memiliki misi mewujudkan
masyarakat sejahtera dengan dasar gotong-royong dan asas kekeluargaan
4.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

sering berhadapan dengan kenyataan bahwa kegiatan ekonomi yang berjalan


bersifat kapitalistis. Berbagai peluang usaha yang sebenarnya banyak
menyentuh kepentingan koperasi seperti di bidang pertanian, industri dan
kerajinan, kurang berhasil dimanfaatkan oleh koperasi secara optimal.
Perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat mendorong
perkembangan usaha koperasi ke arah serba usaha (multi purpose). Ditinjau
dari profesionalisme seharusnya koperasi dapat melaksanakan spesialisasi
pada bidang-bidang tertentu saja (single purpose) sehingga akan
menimbulkan efisiensi usaha yang lebih baik. Efisiensi usaha yang tinggi
diharapkan menghasilkan pemupukan cadangan yang lebih baik dan
pembagian SHU yang lebih terasa untuk dinikmati oleh para anggota. Di lain
pihak diversifikasi usaha koperasi memerlukan permodalan yang cukup
besar, sedangkan pada umumnya kemampuan permodalan koperasi banyak
yang lemah. Hal ini akan berakibat koperasi semakin tergantung pada modal
dari luar sehingga kemandirian koperasi sulit diwujudkan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadikan koperasi
sebagai bentuk usaha yang profesional dapat dilakukan antara lain dengan
mengangkat tenaga manajer yang profesional. Pada beberapa koperasi di
wilayah pedesaan kadang-kadang timbul konflik antara pengurus dan
manajer profesional. Akibatnya timbul tumpang tindih kegiatan pengawasan
koperasi. Pengurus mengawasi manajer, pengawas mengawasi para pengurus.
Konflik akibat penggunaan tenaga manajer profesional di koperasi pedesaan
ini disebabkan karena kondisi organisasinya belum mantap serta tingkat
pendidikan pengurus dan anggota relatif masih rendah. Hal ini dapat
diibaratkan sebuah lokomotif baru yang harus menarik serangkaian gerbong
tua, sehingga dalam tubuh koperasi timbul konflik yang bersumber pada
perbedaan persepsi dalam pengelolaan koperasi serta tuntutan penyerahan
wewenang pengelolaan yang lebih otonom ke pihak manajer. Keterbatasan
pengurus dalam hal pengelolaan usaha selain didasarkan pada tingkat
pendidikan yang masih rendah juga rasa takut terhadap risiko kerugian yang
harus ditanggung oleh pengurus akibat kelalaian-kelalaiannya.
Uraian di atas menggambarkan contoh-contoh bagaimana kendala-
kendala mempengaruhi laju pertumbuhan usaha koperasi di Indonesia.
Walaupun dari sisi output sektor koperasi belum banyak memberikan
sumbangan pada perekonomian nasional, namun menurut perkiraan para
pengamat, sektor koperasi dianggap memiliki potensi penyerapan tenaga
kerja yang cukup besar. Penyerapan tenaga kerja tersebut meliputi lingkup
 ISIP4310/MODUL 4 4.9

anggota koperasi maupun bukan anggota koperasi tetapi yang terkait dengan
usaha koperasi. Potensi penyerapan tenaga kerja dari sektor koperasi timbul
karena secara total baik koperasi di wilayah pedesaan maupun perkotaan
memiliki variasi usaha yang cukup beragam.
Jenis usaha secara umum yang terdapat pada koperasi di wilayah
pedesaan meliputi distribusi sarana produksi pertanian, warung serba ada,
simpan pinjam dan lain-lain. Banyak di antaranya memiliki usaha di bidang
produksi susu segar. Sedang kegiatan usaha koperasi di wilayah perkotaan
meliputi simpan pinjam, pertokoan, wartel, apotek, angkutan umum,
perumahan, dan sebagainya.
Di daerah pedesaan, penyerapan tenaga kerja secara langsung maupun
tidak langsung masih mungkin dapat ditingkatkan lagi bila dibandingkan
dengan peningkatan kesempatan kerja yang muncul dari kegiatan swasta di
desa. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan beberapa teknologi pada
kegiatan usaha koperasi. Sebagai contoh, Koperasi Unit Desa yang
mempunyai bidang usaha persusuan, untuk mempertahankan kualitas susu
bagi pasokan ke pabrik pengolah susu dapat menggunakan alat yang disebut
cooling unit. Dengan penggunaan alat ini, susu segar dalam jumlah yang
cukup besar dapat dihasilkan melalui pengembangan ternak sapi perah.
Pengembangan ternak sapi perah selanjutnya akan menciptakan lapangan
kerja langsung maupun tidak langsung yang lebih besar. Pada usaha
peternakan swasta, penyerapan teknologi pengawetan susu seperti ini tidak
mungkin dapat dilakukan secara individual terutama untuk usaha swasta di
desa yang ukurannya kecil karena biaya akan terlampau mahal. Oleh karena
itu pengembangan produksi secara besar-besaran tidak dapat dilakukan
karena susu termasuk produk cepat rusak. Akibatnya penyerapan tenaga kerja
dari sektor usaha swasta tersebut tidak berlangsung secara intensif seperti
usaha yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Landasan kegiatan koperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip utama yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebut dan jelaskan!
4.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

2) Laju pertumbuhan usaha koperasi di Indonesia banyak menghadapi


kendala/hambatan. Berikan contoh-contoh kendala tersebut!
3) Berikan alasan bahwa secara nasional koperasi lebih banyak
menyerap tenaga kerja dibandingkan perusahaan-perusahaan biasa!
4) Apa yang mendorong perkembangan usaha koperasi ke arah serba
usaha?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda tinggal sebutkan dan jelaskan!


2) Anda bisa memberi contoh hasil pengamatan koperasi di lingkungan
Anda.
3) Anda dapat menjelaskan bahwa bagaimana usaha koperasi berasaskan
demokrasi ekonomi dan kerakyatan. Siapa saja yang boleh mengikuti
koperasi, dan jelaskan pula asas koperasi masih bersifat padat karya
belum sampai padat modal. Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda.
4) Pengaruh eksternal sangat berperan dalam hal ini, misalnya tingkat
persaingan, trend pasar global, dan penyebaran risiko. Selanjutnya
diskusikan dengan teman Anda.

RA NG K UM A N

Dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 tercantum dasar


demokrasi ekonomi. Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan, oleh
karenanya perekonomian disusun sebagai usaha bersama berasaskan
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai untuk itu adalah koperasi.
Namun dalam sistem ekonomi Indonesia, koperasi bukan merupakan
satu-satunya bentuk perusahaan masih ada bentuk perusahaan lainnya
yaitu Badan Usaha Milik Swasta dan Badan Usaha Milik Negara.
Dalam menjalankan usahanya koperasi berlandaskan pada prinsip-
prinsip koperasi sebanyak 7 (tujuh) prinsip. Prinsip-prinsip ini tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Prinsip koperasi merupakan
sendi dasar koperasi dan sebagai dasar kerja bagi koperasi sebagai badan
usaha. Prinsip-prinsip koperasi merupakan ciri khas yang membedakan
koperasi dengan badan usaha yang lain.
Berdasarkan penjelasan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 (yang
setelah Amandemen secara formal dinyatakan tidak berlaku lagi, tetapi
 ISIP4310/MODUL 4 4.11

secara material tetap merupakan keinginan dari pendiri negara RI),


kedudukan koperasi adalah sebagai sokoguru perekonomian nasional
dan merupakan bagian dari sistem ekonomi nasional Indonesia. Namun
dalam kenyataannya sampai sekarang peranan koperasi dalam
menyumbang pada pembentukan output perekonomian nasional masih
rendah, posisinya "di pinggir" (marginal) bila dibandingkan dengan
output yang disumbangkan oleh BUMN dan BUMS. Hal itu karena
berbagai kendala yang dihadapi koperasi baik yang bersumber dari
faktor intern seperti organisasi koperasi, pengelolaan atau manajemen
usaha, maupun permodalan, tingkat keahlian berusaha para pengurus dan
anggota.
Faktor eksternal antara lain meliputi kondisi usaha yang bercorak
kapitalistis, kebijakan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan
koperasi dan lain-lainnya.
Diukur dari penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian
nasional, para pengamat menduga bahwa lapangan kerja yang diciptakan
melalui sektor koperasi diperkirakan lebih besar dibanding yang tercipta
melalui usaha swasta. Kesempatan kerja yang tercipta melalui usaha
koperasi dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi tepat guna
pada berbagai kegiatan usaha.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Peranan koperasi sebagai sokoguru ekonomi nasional membuat koperasi
untuk ....
A.. membawahi usaha-usaha kecil masyarakat
B. memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas
C. selalu bertindak rasional ekonomis semata
D. mengutamakan watak sosial

2) Untuk menjadi anggota koperasi tidak diperlukan penggolongan sosial


atau ras. Hal itu merupakan prinsip ....
A,. sosial
B. kemandirian
C. keanggotaan sukarela dan terbuka
D. demokrasi usaha
4.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

3) Pembagian sisa hasil usaha atau SHU secara adil, artinya ….


A. tiap anggota memperoleh jumlah yang sama
B. potongan terhadap sisa hasil usaha besarnya sama
C. dibagikan pada anggota yang ikut aktif mengelola
D. dibagikan sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota

4) Dalam realita sekarang, sumbangan sektor koperasi masih sangat


kecil terhadap pendapatan nasional. Hal ini diukur dari ….
A. modal yang dimiliki koperasi dibandingkan dengan total modal
secara nasional
B. nilai tambah produksi koperasi terhadap nilai tambah produksi
nasional
C. koperasi kalah bersaing dengan usaha swasta
D. kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh koperasi

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah: A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan
hubungan sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Cermin demokrasi tampak pada kekuasaan tertinggi yang terdapat


pada Rapat Anggota.
Sebab
Segala kebijakan koperasi baik yang bersifat organisasi, manajemen,
dan usaha ditetapkan oleh anggota dalam rapat anggota.

6) Koperasi mengikuti prinsip kemandirian dan asas kekeluargaan.


Sebab
Koperasi dapat berdiri sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari
pihak-pihak lain.

7) Teknologi tepat guna yang diterapkan pada usaha akan


mempersempit lapangan kerja
Sebab
Dengan diterapkannya teknologi tepat guna, banyak pekerjaan
digantikan oleh mesin
 ISIP4310/MODUL 4 4.13

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah: A. Jika 1) dan 2) benar.
B. Jika 1) dan 3) benar.
C. Jika 2) dan 3) benar.
D. Jika 1), 2), dan 3) benar.

8) Modal sendiri koperasi berasal dari ….


1) simpanan pokok anggota
2) cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha
3) simpanan wajib anggota

9) Yang menjadi kendala bagi usaha koperasi dalam melakukan


diversifikasi usaha ada beberapa, kecuali ....
1) unit usahanya dibatasi
2) anggota dan pengurus kurang aktif
3) adanya campur tangan pemerintah

10) Selain berdasar pada prinsip-prinsip utama, koperasi dalam


mengembangkan diri juga melaksanakan prinsip
1) menyelenggarakan pendidikan perkoperasian
2) mencari anggota sebanyak-banyaknya
3) mengembangkan kerja sama dengan koperasi lain

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kegiatan Belajar 2

Kebijakan dan Strategi Pengembangan


Koperasi di Indonesia

K ebijakan pemerintah dalam mengembangkan koperasi secara


berkesinambungan sudah dilaksanakan sejak awal Repelita II yang
lalu. Fokus pembangunan koperasi sejak Orde Baru adalah koperasi
pedesaan, karena melalui koperasi inilah diharapkan terjadi perubahan
struktur ekonomi pedesaan yang eksploitatif menjadi ekonomi yang
demokratis. Oleh karena itu, pada tahun 1973 melalui Instruksi Presiden
Nomor 4 Tahun 1973, lahirlah dasar pembentukan KUD/BUUD. Tujuan
pembentukan KUD antara lain sebagai berikut.
1. Menjamin terlaksananya program peningkatan produksi pangan secara
efektif dan efisien.
2. Memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya dan masyarakat
pedesaan pada umumnya, bahwa mereka tidak hanya mempunyai
tanggung jawab untuk ikut serta meningkatkan produksi sendiri, tetapi
secara nyata ikut memetik dan menikmati hasilnya, guna meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraannya.
Dalam rangka meningkatkan peranan KUD sebagai wadah kegiatan
ekonomi masyarakat pedesaan, selama tahun 1984 sampai tahun 1988
dikeluarkan berbagai pedoman pembinaan KUD baik berupa Inpres maupun
Instruksi Menteri Koperasi tentang pengembangan KUD Mandiri. Tujuan
dari pembinaan dan pengembangan KUD Mandiri antara lain adalah
terwujudnya KUD yang memiliki kemampuan manajemen yang terbuka dan
rasional dalam pengembangan ekonomi para anggotanya. (Hendrojogi,
1997). KUD mandiri dituntut memiliki kemampuan berikut ini.
1. Melaksanakan manajemen terbuka dan rasional dalam mengelola usaha
berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi.
2. Kemampuan menggerakkan, memadukan dan mengembangkan sumber
daya dan kemampuan para anggota dalam meningkatkan produktivitas
dan nilai tambah.
3. Kemampuan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta gairah
masyarakat pedesaan menjadi anggota KUD yang berpartisipasi aktif
 ISIP4310/MODUL 4 4.15

pada semua tingkat kegiatan KUD, terutama dalam proses pengambilan


keputusan.

A. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA

Sejak awal berdirinya pada tahun 1973, KUD telah ikut dilibatkan
pemerintah dalam berbagai program nasional misalnya peningkatan produksi
pertanian di mana peran KUD sebagai "alat" penyalur pupuk yang diperlukan
petani. Dalam program pengadaan pangan, KUD secara sendiri atau bekerja
sama dengan pemerintah melalui BULOG dapat ikut serta melaksanakan
pembelian beras/gabah milik petani. Keikutsertaan pada program-program
pemerintah tersebut secara ekonomis menguntungkan KUD karena
merupakan sumber penerimaan yang tetap dalam bentuk fee yang diterima.
Selain itu, KUD juga mendapat peluang untuk memperoleh modal dengan
bunga pinjaman sangat murah. Dari sisi perkembangan, memang terdapat
"lahan" yang cukup subur bagi usaha KUD, namun hal ini menyebabkan
KUD menjadi tergantung pada program pemerintah.
Penekanan untuk prioritas pengembangan koperasi di pedesaan dapat
dimaklumi karena kelemahan manajemen dan permodalan banyak terdapat
pada koperasi di daerah pedesaan. Namun, campur tangan pemerintah dalam
rangka melaksanakan pembinaan terhadap koperasi pada masa-masa itu
sering terkesan dominan dan bersifat "top down". Hal ini mungkin
disebabkan karena pemerintah tak dapat menunggu terlalu lama pada
munculnya partisipasi kuat dari anggota yang merupakan faktor utama
pendorong pertumbuhan koperasi dari dalam yang berakar dari sifat
kebersamaan pada diri anggota.
Campur tangan pemerintah dalam kehidupan koperasi bahkan tampak
pada ketentuan daerah kerja koperasi yang mengikuti pembagian wilayah
administrasi pemerintahan. Hal ini dirasa membatasi gerak koperasi dalam
hal pengembangan usaha di mana sangat mungkin adanya peluang usaha
yang dapat dikembangkan oleh koperasi, namun letaknya ada di luar daerah
usahanya.
Tantangan yang amat berat dalam pengembangan koperasi adalah
kemandirian koperasi yang sampai saat sekarang belum sepenuhnya
terwujud, baik dalam hal kegiatan usaha maupun permodalan. Masalah ini
tentu tidak dapat terus-menerus berlanjut pada era global sekarang ini.
Lemahnya permodalan menyebabkan koperasi tidak akan mampu
4.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

memanfaatkan peluang usaha yang memiliki keunggulan komparatif di pasar


global.
Pada masa Reformasi dalam suasana krisis ekonomi, strategi
pembangunan koperasi tercantum dalam GBHN 1998 yang menyebutkan
bahwa memasuki Pembangunan Lima Tahun Ketujuh (1999-2004), kebijakan
pembangunan koperasi diarahkan untuk memantapkan posisi dan peran
koperasi yang seimbang dengan usaha nasional lainnya sehingga mampu
menjadi sokoguru perekonomian nasional dalam sistem ekonomi Pancasila.
Sebagai gerakan nasional untuk memajukan perekonomian rakyat,
pembangunan koperasi ditujukan pada penumbuhan budaya dan citra positif
serta penguatan kelembagaan koperasi agar mampu berperan sebagai wadah
kegiatan masyarakat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.
Sebagai badan usaha, pembangunan koperasi ditujukan pada penguatan
dan perluasan basis usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia termasuk
kewirausahaan dan profesionalisme koperasi. Dengan kinerja yang semakin
sehat, kompetitif, dan mandiri, koperasi diharapkan mampu menjadi bangun
usaha utama dalam perekonomian nasional.
Untuk dapat membangun koperasi, diperlukan penciptaan iklim usaha
yang memberikan kepastian berusaha seluas-luasnya, disertai kemudahan
memperoleh permodalan dan faktor produksi lainnya, serta pemberian
bimbingan dan perlindungan dari praktik bisnis yang tidak sehat. Koperasi
perlu diberi keleluasaan yang memadai untuk menangani dan
mengembangkan lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip koperasi dan
kebutuhan anggotanya. Demikian pula, koperasi perlu diberi peran seluas-
luasnya dalam penyediaan kebutuhan pokok anggota dan masyarakat.
Dalam mengembangkan usaha, perlu adanya keterkaitan usaha secara
vertikal dan horizontal antarkoperasi dan antara koperasi dengan usaha
swasta dan usaha negara dalam bentuk kemitraan usaha. Namun, ditegaskan
bahwa kemitraan usaha tersebut perlu dilaksanakan dengan jiwa dan
semangat kekeluargaan serta saling menguntungkan dalam upaya
pengembangan sistem ekonomi Pancasila.
Untuk menjadikan koperasi sebagai badan usaha yang berskala besar,
diperlukan perluasan jaringan usaha koperasi, penyediaan kredit investasi dan
kredit modal kerja yang sesuai dengan pengembangan usaha koperasi,
kemudahan memperoleh perizinan, pengembangan koperasi sekunder di
bidang produksi, distribusi, dan pemasaran, serta pemilikan saham oleh
koperasi di berbagai usaha.
 ISIP4310/MODUL 4 4.17

Memperhatikan pokok-pokok kebijakan pengembangan koperasi pada


era Orde Baru maupun era Reformasi nampaknya upaya untuk mewujudkan
ekonomi kerakyatan dengan berbasiskan pada koperasi akan berjalan dengan
mulus. Tetapi, kemauan politik tersebut tidak selalu dapat terwujud.
Pengalaman beberapa kali Pelita membuktikan bahwa meskipun
pembangunan koperasi selalu memperoleh perhatian yang menonjol dalam
GBHN, namun kenyataannya peranan koperasi masih belum seperti yang
diinginkan.
Sumual (1998), malah berani mengatakan bahwa di masa Orde Baru
peranan koperasi selalu dianaktirikan. Tentunya ini berdampak pada usaha
koperasi yang tetap kecil bila dibandingkan dengan usaha para konglomerat
yang semakin menggurita. Hal itu dimungkinkan karena pada masa itu
memang banyak sektor usaha besar swasta yang tumbuh karena fasilitas
monopoli, oligopoli, dan bukan karena inovasi dan efisiensi.
Menyadari kondisi seperti itulah maka pemerintah kemudian membuat
beberapa kebijakan di antaranya: penyisihan saham konglomerat kepada
koperasi dan program Bapak Angkat. Kebijakan-kebijakan tersebut seakan-
akan menggambarkan bahwa pemerintah menganggap koperasi selamanya
tidak dapat menangani kegiatan ekonomi yang besar dan kompleks sehingga
tidak ada satu kebijakanpun yang merangsang koperasi agar tumbuh menjadi
besar. Dalam kegiatan usahanya, koperasi hanyalah unsur sekunder yang jadi
penghela perusahaan-perusahaan swasta besar dalam mengejar keuntungan.
Peran koperasi masih sangat marjinal dalam perekonomian. Pada hal menurut
konstitusi, ketiga pelaku ekonomi BUMN, swasta, dan koperasi jelas-jelas
diharapkan memiliki peranan dan perlakuan yang sama dalam perekonomian.
Salah satu kebijakan pemerintah yang sebenarnya dapat mengangkat
potensi koperasi dan pengusaha kecil adalah program kemitraan usaha. Usaha
ini yang digulirkan sejak tahun 1980-an sebenarnya sangat baik.
Keberhasilan ekonomi Jepang yang kemudian ditiru oleh Korea Selatan dan
Taiwan antara lain disebabkan karena adanya kemitraan antara pengusaha
besar dengan koperasi dan pengusaha kecil. Namun di Indonesia program ini
belum berdampak luas terhadap perkembangan koperasi dan usaha kecil,
bahkan Teuku Mirza dan Imbuh Sulistyarini (1998) menganggap program ini
(khususnya yang dilaksanakan BUMN terhadap usaha kecil) telah gagal total.
Sebenarnya apabila diterapkan dengan benar, program ini sangat
menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai contoh adalah keterkaitan usaha
antara koperasi-koperasi produsen susu di daerah Jawa Timur, seperti KUD
4.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

Batu, KUD Pujon, KUD Nongkojajar, dan lain-lain yang menjadi pemasok
bahan baku pabrik susu Nestle, Pasuruan. Meskipun mulanya harus dipaksa
oleh pemerintah agar pabrik tersebut menerima pasokan susu segar dari
koperasi, tetapi nyatanya setelah terjadi keterkaitan usaha, pabrik susu
tersebut semakin lama semakin besar. Demikian pula dengan KUD-KUD
pemasoknya yang semakin berkembang dan pada gilirannya para peternak
sapi perah ikut mengalami peningkatan kesejahteraan.
Praktek serupa juga dilakukan oleh Astra Otomotif yang menerima
pasokan dari industri-industri kecil penghasil komponen mobil. Namun
contoh yang baik karena menguntungkan kedua belah pihak ini belum
banyak dipraktekkan di Indonesia, terutama oleh swasta, meskipun
pemerintah melalui BUMN telah mewajibkan kepada pelaku ekonomi
tersebut untuk menyisihkan 1-5% keuntungannya bagi pembinaan dan
pengembangan koperasi. Program pengalihan saham konglomerat kepada
koperasi pada masa Orde Baru yang banyak dikritik karena tidak efektif,
sampai kini tidak ada kelanjutannya.
Demikian pula upaya-upaya pembinaan yang pernah dilakukan oleh
Kelompok Prasetya Mulya, Kelompok Jimbaran, dan sebagainya, ternyata
hanya ramai di pemberitaan saja. Kwik Kian Gie (1998) memberikan contoh
tentang "kemitraan semu" yang telah di "claim" sebagai bentuk kemitraan,
sebagai berikut. Bila suatu merek rokok kretek dijual oleh sekian ratus ribu
warung di pinggir jalan, pedagang kaki lima, dan pedagang asongan,
kemudian mereka itu dianggap sebagai mitra dagang, maka itu hanya akal-
akalan saja untuk mencari muka.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembangunan
koperasi selama ini, keinginan rakyat yang pernah tertuang dalam GBHN
masih belum dapat diwujudkan oleh pemerintah dalam bentuk tindakan yang
memihak koperasi. Oleh karena itu, dalam upaya pemberdayaan sumber daya
ekonomi yang lebih berpihak pada si lemah, maka menurut Sumual (1998),
kebijakan ekonomi pemerintah dalam pembangunan koperasi tersebut harus
diupayakan untuk dapat diikuti dengan reformasi sebagai berikut.
1. Land reform, yakni pemerataan keadilan dalam pengalihan tanah sebagai
fasilitas produksi.
2. Credit reform, yakni upaya meringankan beban kredit dalam
menanggulangi kelangkaan modal.
3. Marketing dan distribution reform, yakni pengembangan kemampuan
pemasaran dan distribusi.
 ISIP4310/MODUL 4 4.19

4. Pembuatan rencana kontijensi dan rencana jangka panjang dengan


memasukkan struktur kelembagaan yang mendukung pemberdayaan
pengusaha kecil dan koperasi dalam GBHN.
5. Keberpihakan membangun yang lemah dengan politik anggaran (fiskal),
kebijakan ekonomi, perdagangan luar negeri dan moneter.
6. Melakukan gerakan perubahan pola pandang di mana buruh tidak
dianggap sebagai faktor produksi yang perlu dieksploitasi, tetapi
dianggap sebagai partner dalam berproduksi.

Kesadaran bahwa gerakan koperasi harus memainkan peranan penting


dalam proses pembangunan telah ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia
melalui kebijakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Hal ini terlihat dengan
upaya untuk mengedepankan peranan koperasi dan pengusaha kecil.
Kebutuhan akan partisipasi koperasi yang lebih dominan menjadi semakin
penting terutama dalam masa krisis ekonomi. Dalam situasi seperti itu
terlihat bahwa koperasi memiliki daya tahan yang lebih kuat terhadap krisis
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta yang besar.
Itikad baik pemerintah untuk memberi kesempatan kepada koperasi pada
masa krisis dalam distribusi sembilan bahan pokok (Sembako) patut dihargai.
Dengan kebijakan tersebut diharapkan koperasi dapat merangsang
berjalannya kembali roda perekonomian, menstimulasi distribusi pendapatan
yang lebih adil, dan menunjang perubahan sosial yang lebih luas melalui
perannya dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.

B. STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA

Pasca pemberlakuan GBHN 1999-2004 maka strategi pengembangan


koperasi mengacu pada UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2005-2009.
Dalam dokumen tersebut dikemukakan bahwa arah kebijakan
pembangunan koperasi ditujukan pada upaya-upaya untuk:
1. membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi
koperasi di tingkat makro, maupun mikro guna menciptakan iklim dan
lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian
hukum yang menjamin terlindunginya koperasi dan anggotanya dari
praktek persaingan usaha yang tidak sehat;
4.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

2. meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku


kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan
3. meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

Dengan arah kebijakan tersebut maka program pembangunan koperasi


difokuskan pada Program Peningkatan Kualitas dan Kelembagaan Koperasi.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan
organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara
sehat sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi
anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi
menjadi semakin baik. Dengan demikian, diharapkan kelembagaan dan
organisasi koperasi di tingkat primer dan sekunder akan tertata dan berfungsi
dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi semakin
lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi semakin berfungsi efektif
dan mandiri; serta praktek berkoperasi yang baik (best practises) semakin
berkembang di kalangan masyarakat luas.
Soeharto Prawirokusumo (2001) memperjelas peran pemerintah dalam
pengembangan koperasi dengan mengemukakan langkah-langkah
operasional dalam bentuk berikut ini.

1. Meningkatkan Akses dan Pangsa Pasar


Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan
keterkaitan usaha, kesempatan usaha, kepastian usaha, perluasan akses
terhadap informasi usaha, dan penyediaan sarana dan prasarana usaha yang
memadai serta penyederhanaan perizinan. Upaya ini harus di dukung dengan
berbagai peraturan perundang-undangan yang mendukung kehidupan
koperasi.

2. Memperluas Akses Terhadap Sumber Permodalan


Hal itu dilakukan antara lain dengan cara memperkokoh struktur
permodalan dan meningkatkan kemampuan dalam pemanfaatan permodalan.
Secara lebih rinci program yang dapat dilaksanakan meliputi: peningkatan
jumlah pagu kredit, menciptakan berbagai kemudahan untuk memperoleh
pembiayaan usaha, pendayagunaan sumber daya yang tersedia seperti dana
BUMN, serta pengembangan berbagai lembaga keuangan seperti lembaga
jaminan kredit dan asuransi.
 ISIP4310/MODUL 4 4.21

3. Meningkatkan Kemampuan Organisasi dan Manajemen


Dalam hal ini dapat ditempuh antara lain melalui peningkatan
kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme pengelola koperasi.

4. Meningkatkan Akses Terhadap Teknologi


Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan penelitian dan
pengembangan, memanfaatkan hasil penelitian dan pengkajian yang telah
dihasilkan oleh berbagai lembaga yang telah ada, meningkatkan kegiatan alih
teknologi, dan berbagai kemudahan untuk modernisasi peralatan berikut
pemanfaatannya.

5. Mengembangkan Kerja sama Usaha


Dalam hal ini ditempuh melalui pengembangan kerja sama usaha antar
pelaku-pelaku ekonomi baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam upaya
pengembangan kerja sama ini terdapat muatan yang berwawasan pembinaan
dan berwawasan ekonomis yang bertujuan jangka panjang. Manfaat kerja
sama yang dibangun bukan saja bagi pelaku yang terlibat langsung dalam
kerja sama usaha tersebut, tetapi juga harus bermanfaat secara keseluruhan
dalam upaya memperbaiki struktur ekonomi nasional untuk menghadapi
persaingan.

Menurut Soeharto Prawirokusumo pula, program unggulan yang


merupakan ujung tombak untuk mempercepat pengembangan koperasi
adalah pengembangan kemitraan usaha dan gerakan kewirausahaan. Kedua
program ini tentunya membutuhkan partisipasi yang luas dari seluruh lapisan
masyarakat termasuk para pengusaha dan dunia pendidikan.

1. Pengembangan Kemitraan Usaha


Kemitraan usaha diperlukan terutama antara usaha besar dan usaha kecil
termasuk koperasi. Hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mempercepat
pengembangan usaha-usaha kecil, melainkan juga dalam rangka
memperbaiki struktur ekonomi nasional, karena seperti diketahui bahwa
struktur ekonomi Indonesia memiliki sifat dualistik yang kurang
menguntungkan dalam menghadapi persaingan global. Pertama, terdapat
kesenjangan yang sangat besar antara usaha besar dan usaha kecil. Sebagai
gambaran, pada tahun 1996 usaha kecil berjumlah 34,2 juta atau 99,8% dari
seluruh usaha yang ada dan kontribusinya kira-kira hanya 38,85% dari PDB.
4.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

Sementara usaha besar yang komposisinya hanya 0,2% memberikan


sumbangan terhadap PDB sekitar 60%. Kedua, kurangnya keterkaitan usaha
antara usaha besar dengan usaha kecil, yang menurut beberapa ahli kondisi
tersebut akan sulit memenangkan persaingan global karena keunggulan
kompetitif antara lain dapat terbangun dari adanya jaringan usaha yang luas
dan kuat.
Pengembangan kemitraan merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam memperbaiki peluang bagi peningkatan kemampuan koperasi melalui
transfer teknologi, keterampilan teknis dan manajemen, serta sumber daya
lainnya, yang memungkinkan koperasi berkembang menjadi badan usaha
yang tangguh. Kemitraan itu sendiri pada dasarnya dikembangkan untuk
saling menghidupi dan saling menguntungkan yang dapat dikembangkan
baik melalui pertukaran maupun pemanfaatan bersama sumber daya yang
tersedia. Di banyak negara, seperti Jepang, Korea Selatan dan Cina,
kemitraan usaha antara usaha besar dan usaha kecil juga dilakukan sebagai
strategi untuk memicu pembangunan ekonominya.

2. Pengembangan Kewirausahaan.
Upaya mengantarkan koperasi ke arah perubahan tatanan perekonomian
yang dicirikan oleh persaingan yang tajam bukanlah pekerjaan yang mudah.
Kemampuan yang bersumber dari dalam koperasi harus dijadikan sebagai
kunci pokok bagi keberhasilannya menghadapi tantangan serta dalam rangka
menangkap berbagai peluang yang tercipta. Oleh karena itu membangun
kekuatan dari dalam melalui upaya penumbuhan kesadaran dan orientasi
kewirausahaan menjadi program yang sangat penting dan mendesak untuk
dilaksanakan. Kewirausahaan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
SDM pengusaha sehingga pada akhirnya akan tumbuh dan berkembang
wirausaha baru, pemantapan pengusaha yang telah ada, serta terciptanya
lapisan menengah dalam struktur ekonomi nasional.

Sebagai konsekuensi dari tuntutan keadaan, pengembangan koperasi


menjadi badan usaha yang tangguh dalam menghadapi perubahan
memerlukan sentuhan profesional. Dalam kaitan ini peranan perguruan tinggi
sangat penting dan strategis. Beberapa peran penting dari perguruan tinggi
dalam pengembangan koperasi antara lain sebagai berikut.
 ISIP4310/MODUL 4 4.23

1. Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Terapan.


Hal ini masih sulit dilaksanakan oleh koperasi atau usaha kecil
mengingat biayanya mahal. Oleh sebab itu perguruan tinggi perlu
mengoptimalkan fasilitas yang dimilikinya yang kemudian dapat
dimanfaatkan oleh koperasi atau usaha kecil.

2. Pengembangan Pusat Konsultasi Bisnis


Dalam kenyataan, koperasi masih memerlukan bimbingan manajemen
dalam melaksanakan kegiatannya. Pendirian klinik-klinik bisnis akan sangat
membantu meningkatkan profesionalisme pengelola koperasi.

3. Menjadi Partner Pemerintah


Keberhasilan koperasi merupakan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat. Namun dalam hal ini pemerintah memiliki keterbatasan dalam
membina, di samping bahwa berbagai bentuk subsidi dan perlindungan
secara berangsur harus dihilangkan. Oleh karena itu keterlibatan perguruan
tinggi sebagai partner dalam pengembangan koperasi sangat diperlukan,
antara lain melalui pendirian Inkubator Bisnis.

4. Partner Usaha Besar


Dalam upaya mendukung pengembangan koperasi melalui program
kemitraan, perusahaan besar juga memiliki keterbatasan untuk dapat
membina mitranya. Oleh karena peran pihak ketiga yang profesional, seperti
perguruan tinggi, sangat diperlukan.

5. Penciptaan Wirausaha Baru


Peranan perguruan tinggi untuk mendorong terciptanya wirausaha baru
sangat diharapkan. Oleh karena itu perguruan tinggi juga diharapkan mampu
mengubah pola pikir dan pola sikap para lulusannya yang mengarah pada
profesi wirausaha.

Dengan melakukan peran sebagaimana disebutkan di atas maka


keberadaan perguruan tinggi akan sangat penting dalam turut serta
membangun koperasi agar mampu menghadapi tantangan dan menghadapi
peluang, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
4.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan tujuan pembentukan Koperasi Unit Desa!
2) Dalam RPJM 2005-2009 disebutkan mengenai arah kebijakan
pembangunan koperasi. Jelaskan kebijakan dan strategi apakah yang
digunakan!
3) Berikan alasan mengapa kegiatan usaha koperasi sulit untuk tumbuh
menjadi besar. Jelaskan!
4) Jelaskan peran pemerintah dalam pengembangan koperasi menurut
Soeharto Prawirokusumo !
Setujukah Anda dengan langkah-langkah yang dikemukakan? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda dapat menjawab pertanyaan ini dengan membaca salah satu


Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga KUD.
2) Baca dan pahami kembali RPJM 2005-2009 mengenai pembinaan
koperasi.
3) Ada beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Selanjutnya
diskusikan dengan teman Anda.
4) Anda dapat menjelaskan langkah-langkah seperti yang diutarakan oleh
Soeharto Prawirokusumo. Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda!

RA NG K UM A N

Kebijakan dan strategi pengembangan koperasi pada masa lalu


masih belum berjalan dengan mulus. Meskipun kemauan politik untuk
mewujudkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada koperasi sudah
digariskan dalam GBHN, namun kenyataannya pemerintah masih
berpihak pada pengusaha besar yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi.
Program kemitraan usaha yang sebenarnya sama-sama mengun-
tungkan, baik bagi perusahaan kecil/koperasi maupun perusahaan besar,
 ISIP4310/MODUL 4 4.25

belum berjalan dengan baik karena sifatnya masih semu. Yang


seharusnya dilakukan adalah keterkaitan usaha, baik secara vertikal
maupun horizontal yang dijiwai dengan semangat kekeluargaan dan
saling menguntungkan.
Peran pemerintah dalam pengembangan koperasi cukup besar.
Upaya yang dapat dilakukan antara lain dalam akses pasar permodalan,
peningkatan manajemen, teknologi, serta pengembangan kerjasama
usaha. Demikian pula perguruan tinggi perlu bahu membahu dengan
pemerintah dalam upaya memajukan koperasi.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Partisipasi dan semangat kebersamaan dapat menjadi dasar


pengembangan koperasi, bila kegiatan usaha koperasi ….
A. mendukung sepenuhnya program pemerintah
B. menyentuh langsung kebutuhan anggota
C. berdampak pada kemakmuran wilayah kerja
D. berkembang dengan pesat

2) Salah satu persyaratan Koperasi Unit Desa mandiri bila keanggotaannya


mampu melibatkan ....
A. seluruh penduduk desa
B. 25% penduduk desa
C. 50% penduduk desa
D. seluruh penduduk desa dan pendatang

3) Subsidi kepada koperasi dapat diberikan pemerintah melalui ....


A. potongan harga barang yang dibeli oleh koperasi
B. penambahan inventaris koperasi berupa bangunan dan peralatan
C. kegiatan koperasi yang beranggotakan pengusaha kecil dan petani
D. tingkat bunga pinjaman modal yang lebih rendah dari tingkat bunga
umum

4) Pertumbuhan usaha yang cepat pada koperasi di daerah perkotaan rata-


rata terdapat pada koperasi ....
A. produksi
B. serba usaha
C. fungsional
D. simpan pinjam
4.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Dengan adanya fasilitas yang diberikan pemerintah, koperasi menjadi


kurang mandiri,
Sebab
Fasilitas yang diberikan pemerintah menimbulkan rasa ketergantungan
pada pemerintah.

6) Untuk menjadikan koperasi sebagai badan usaha yang berskala besar,


diperlukan tambahan tenaga kerja dalam jumlah besar
Sebab
Semakin banyak tenaga kerja, perkembangan usaha akan semakin pesat.

7) Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengangkat potensi koperasi dan


pengusaha kecil adalah program kemitraan usaha,
Sebab
Dengan hubungan kemitraan, setiap usaha akan mendapatkan
keuntungan.

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika I) dan 2) benar.
B. Jika 1) dan 3) benar.
C. Jika 2) dan 3) benar.
D. Jika 1), 2), dan 3) benar.

8) Dari sisi manajemen, Koperasi Unit Desa dapat digolongkan mandiri


bila ....
1) solvabilitas minimal 100%
2) solvabilitas minimal 75%
3) likuiditas antara 150-200%
 ISIP4310/MODUL 4 4.27

9) Sebagai badan usaha, pembangunan koperasi ditujukan pada ….


1) usaha penambahan penghasilan anggota

2) penguatan dan perluasan basis usaha


3) peningkatan mutu sumber daya pemerintah

10) Hubungan kemitraan antara koperasi dengan usaha lain perlu


dilaksanakan dengan ....
1) jiwa dan semangat kekeluargaan
2) persaingan usaha yang sehat
3) saling menguntungkan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) B. Peranan koperasi sebagai sokoguru ekonomi nasional membuat
koperasi untuk memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang
luas.
2) C. Prinsip keanggotaan sukarela dan terbuka, artinya untuk menjadi
anggota koperasi tidak dipaksakan. Oleh karenanya, tidak
diperlukan penggolongan sosial atau ras
3) D. Pembagian sisa hasil usaha secara adil berarti sebanding dengan
besarnya jasa masing-masing anggota.
4) B. Sumbangan sektor koperasi terhadap pendapatan nasional diukur
dari nilai tambah produksi koperasi terhadap nilai tambah produksi
nasional.
5) A. Cermin demokrasi tampak pada kekuasaan tertinggi yang terdapat
pada rapat anggota, karena segala kebijakan koperasi baik yang
bersifat organisasi, manajemen dan usaha ditetapkan oleh anggota
dalam rapat anggota.
6) C. Koperasi mengikuti prinsip kemandirian dan asas kekeluargaan.
Prinsip kemandirian mengandung pengertian bahwa koperasi dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain.
7) D. Peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh koperasi dapat
ditingkatkan dengan penerapan beberapa teknologi pada kegiatan
usaha koperasi.
8) D. Modal sendiri koperasi berasal dari simpanan anggota seperti
simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan hasil usaha yang
tidak dibagikan kepada para anggota.
9) D. Kendala bagi usaha koperasi dalam melakukan diversifikasi adalah
permodalan koperasi yang lemah.
10) B. Selain lima prinsip utama, koperasi dalam mengembangkan diri juga
melaksanakan dua prinsip lain, yaitu menyelenggarakan pendidikan
perkoperasian serta mengembangkan kerja sama dengan koperasi
lainnya.
 ISIP4310/MODUL 4 4.29

Tes Formatif 2
1) B. Partisipasi dan semangat kebersamaan dapat menjadi dasar
pengembangan koperasi, bila kegiatan usaha koperasi menyentuh
langsung kebutuhan anggota
2) B. Persyaratan bagi kemandirian koperasi unit desa salah satunya
adalah keanggotaannya mampu melibatkan 25% penduduk desa.
Lihat instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1973.
3) C. Subsidi pada koperasi dapat diberikan pemerintah melalui tingkat
bunga pinjaman modal yang lebih rendah dari tingkat bunga umum.
Dapat dilihat dari perolehan penyaluran modal dengan bunga
pinjaman sangat murah.
4) B. Pertumbuhan usaha yang cepat pada koperasi di daerah perkotaan
rata-rata terdapat pada koperasi serba usaha, karena koperasi di
wilayah perkotaan kegiatan usahanya cukup banyak, umumnya
meliputi simpan pinjam, pertokoan, wartel, apotek, angkutan umum,
perumahan dan sebagainya.
5) A. Fasilitas-fasilitas pemerintah melalui program-programnya secara
ekonomis menguntungkan KUD. Namun menyebabkan KUD tidak
mandiri karena menjadi tergantung pada program pemerintah.
6) D. Untuk menjadikan koperasi sebagai badan usaha yang berskala
besar bukan besarnya tenaga kerja, namun perluasan jaringan usaha
koperasi, penyediaan kredit investasi, dan kredit modal kerja yang
sesuai dengan pengembangan usaha koperasi, kemudahan
memperoleh pinjaman, pengembangan koperasi sekunder di bidang
produksi, distribusi, dan pemasaran, serta pemilikan saham oleh
koperasi di berbagai usaha.
7) A. Kemitraan usaha antara koperasi dan usaha swasta dan usaha negara
dilaksanakan dengan jiwa dan semangat kekeluargaan serta saling
menguntungkan dalam upaya pengembangan sistem ekonomi
Pancasila.
8) B. Kemandirian koperasi unit desa dari sisi manajemen, dapat
digolongkan bila solvabilitas minimal 100% dan likuiditas antara
150 - 200%. Lihat instruksi presiden Nomor 4 Tahun 1973.
9) C. Sebagai badan usaha, pembangunan koperasi ditujukan pada
penguatan dan perluasan basis usaha, peningkatan mutu sumber
daya manusia termasuk kewirausahaan dan profesionalisme
koperasi.
10) B. Hubungan kemitraan antara koperasi dengan usaha lain perlu
dilaksanakan dengan jiwa dan semangat kekeluargaan serta saling
menguntungkan.
4.30 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Anonymous. (1998). Garis-Garis Besar Haluan Negara 1998 - 2003.


Bandung: Penerbit Citra Umbara.

Anonymous. (1995). Undang-Undang Perkoperasian 1992 (UU Nomor 25


tahun 1992). Jakarta: Sinar Grafika.

D.E. Sumual. (1998). Ekonomi Politik Perkoperasian Indonesia. Manajemen


Usahawan No. 07/Juli 1998.

Hendroyogi. (1996). Koperasi, Azas-azas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT


Radja Grafindo Persada.

Kwik Kian Gie. (1988). Kemitraan, Dagang, atau Sosial? Gonjang-ganjing


Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama & STIE-IBII.

Pandji Anoraga. (1995). BUMN, Swasta, dan Koperasi, Tiga Pelaku


Ekonomi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Soeharto Prawirokusumo. (2001). Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan, dan


Strategi). Yogyakarta : BPFE UGM

Sri Edi Swasono. (Editor). (1987). Mencari Bentuk, Posisi, dan Realitas
Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.

Sujono AG dan Irsyad Muchtar (Koordinator). (1996). Koperasi dalam


Sorotan Pers, Agenda yang Tertinggal. Jakarta: Pustaka Suara Harapan.
Modul 5

BUMN dalam
Sistem Ekonomi Indonesia
Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

S ebagai salah satu agen pembangunan, BUMN memiliki peran yang


penting. Peran ini di masa mendatang akan semakin meningkat.
Peningkatan tersebut akan terlihat dari perubahan status BUMN. Peningkatan
status ini merupakan sebagai unit (business entity) yang dapat berfungsi
secara komersial.
Selain fungsi komersial, BUMN juga melaksanakan fungsi
nonkomersial. Dalam pelaksanaan fungsinya ini BUMN bertindak sebagai
wahana pembangunan (agent of development) dengan melaksanakan
program-program yang diembankan oleh pemerintah. Program-program
pembangunan tersebut antara lain meliputi tugas-tugas perintisan dan
mendorong perkembangan usaha swasta dan koperasi.
Perubahan pemilikan BUMN yang semula milik negara menjadi milik
swasta atau masyarakat dikenal dengan istilah swastanisasi atau privatisasi.
Swastanisasi merupakan upaya memperingan beban anggaran akibat subsidi
yang terus dilakukan untuk BUMN/BUMD.
Secara umum, setelah mempelajari Buku Materi Pokok ini Anda
diharapkan mampu menjelaskan peran BUMN dalam Sistem Ekonomi
Indonesia.
Secara khusus setelah mempelajari Buku Materi Pokok ini Anda
diharapkan mampu menjelaskan berikut ini.
1. Pengertian dan tujuan BUMN, bentuk-bentuk BUMN, dan sejarah peran
BUMN di Indonesia.
2. Peran dan kedudukan BUMN dalam sistem perekonomian Indonesia.
3. Berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas BUMN.
5.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kegiatan Belajar 1

Pengertian dan Peran Badan Usaha Milik


Negara dalam Perekonomian Nasional

K eberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu


sokoguru perekonomian Indonesia telah secara tegas digariskan oleh
UUD 1945, Pasal 33 yang menyatakan bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
2. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal ini merupakan dasar utama para pendiri negara dalam merumuskan
strategi nasional di bidang ekonomi. Penguasaan oleh negara dalam
perwujudannya dilakukan oleh unit-unit usaha negara yang disebut BUMN.
Melalui BUMN, negara melakukan kegiatan yang menghasilkan barang-
barang dan jasa serta mengelola sumber-sumber alam untuk kepentingan
masyarakat (Fuad Bawazer, 1992). Dengan demikian keberadaan BUMN
mempunyai peran yang penting dalam menunjang pembangunan nasional
khususnya di bidang perekonomian.

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIRIAN BUMN

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor


740/KMK.001/1989, yang dimaksud dengan BUMN adalah sebagai berikut.
1. Badan usaha yang seluruh modalnya milik negara
2. Badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara, tetapi
statusnya disamakan dengan BUMN, yakni sebagai berikut.
a. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan
pemerintah daerah.
b. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan
BUMN lainnya.
 ISIP4310/MODUL 5 5.3

c. BUMN yang merupakan badan usaha patungan dengan swasta


nasional asing yang saham mayoritasnya minimal 51% dimiliki oleh
negara.

Dilihat dari tujuan pendiriannya, BUMN dapat digolongkan sebagai


berikut.
1. BUMN yang usahanya bersifat perintisan dalam pembangunan
prasarana tertentu.
2. BUMN yang menghasilkan barang yang karena pertimbangan keamanan
dan kerahasiaan harus dikuasai oleh negara. Misalnya: Perum Percetakan
Uang RI (Perum PERURI).
3. BUMN yang didirikan atas pertimbangan untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah tertentu atau strategis. Misalnya: PT. Industri Pesawat
Terbang Nusantara (IPTN).
4. BUMN yang didirikan dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat. Misalnya: Perum Jasa Raharja.
5. BUMN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
harus dimiliki dan dikelola oleh pemerintah. Misalnya: pabrik senjata
dan amunisi.
6. BUMN yang usahanya bersifat komersial dan fungsinya dapat dilakukan
oleh swasta. Misalnya: pabrik semen.

B. BENTUK-BENTUK BUMN

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 mengelompokkan BUMN


menjadi 3 (tiga) bentuk berikut ini.
1. Perjan (Perusahaan Jawatan), yaitu BUMN yang berusaha di bidang
penyediaan jasa-jasa bagi masyarakat, termasuk pelayanan kepada
masyarakat. Permodalannya termasuk bagian dari APBN yang dikelola
oleh departemen yang membawahinya. Statusnya mempunyai kaitan
dengan hukum publik (IBW/Indische Bedrijven Wet dan ICW/Indische
Comptabiliteit Wet).
Sesuai dengan perkembangan jaman, saat ini bentuk Perjan sudah tidak
ada lagi. Perjan terakhir yang berubah statusnya menjadi Perum adalah
Perjan Pegadaian.
2. Perum (Perusahaan Umum), yaitu BUMN yang berusaha di bidang
penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum di samping mendapatkan
5.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

keuntungan. Modal seluruhnya milik negara dari kekayaan negara yang


dipisahkan serta berstatus sebagai badan hukum dan diatur berdasarkan
undang-undang.
3. Persero (Perusahaan Perseroan), yaitu BUMN yang bertujuan memupuk
keuntungan dan berusaha di bidang-bidang yang dapat mendorong
perkembangan sektor swasta dan atau koperasi, di luar bidang usaha
Perjan atau Perum. Modal seluruhnya atau sebagian milik negara dari
kekayaan negara yang dipisahkan dan terbagi atas saham-saham serta
berstatus hukum perdata yang berbentuk perseroan terbatas (PT).

Selain tiga bentuk BUMN seperti tersebut di atas, masih dikenal


bentuk lain yang mempunyai ciri-ciri khusus dan tunduk pada undang-
undang tersendiri, yaitu sebagai berikut.
1. Bank-bank Pemerintah yang berjumlah empat buah (BRI. BNI, Mandiri,
BTN) yang tunduk pada Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas serta peraturan perundang-undangan pendirian
masing-masing.
2. Pertamina yang merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang
tunduk pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971.

C. SEJARAH BUMN

Secara garis besar perkembangan BUMN dapat dibagi dalam 4 (empat)


periode, yakni periode sebelum kemerdekaan, periode 1945 - 1960, periode
1960-1969, dan periode 1969 sampai dengan sekarang (Fuad Bawazer, 1992
dan Panji Anoraga, 1995).

1. Periode Sebelum Kemerdekaan


Dalam periode sebelum kemerdekaan, BUMN diatur oleh ketentuan
IBW dan ICW. Pada periode tersebut terdapat sekitar 20 BUMN yang tunduk
pada IBW yang bergerak dalam bidang ekonomi, meliputi: listrik, batubara,
timah, pelabuhan, pegadaian, garam, perkebunan, pos, telegrap, dan telepon,
kereta api dan topografi.

2. Kurun Waktu 1945 - 1960


Selama kurun waktu ini beberapa BUMN didirikan dengan modal
nasional, seperti BNI-46 dan Bank Industri Negara yang kemudian menjadi
 ISIP4310/MODUL 5 5.5

Bapindo. Pada Tahun 1958 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun


1958 telah dilakukan nasionalisasi. Perusahaan-perusahaan yang
dinasionalisasikan tersebut beroperasi dalam hampir semua sektor
perekonomian negara yang mencakup perbankan, perkebunan, perdagangan
dan jasa.

3. Periode Tahun 1960 - 1969


Sebagai akibat dari nasionalisasi tersebut, maka dalam periode Tahun
1960 - 1969 Badan Usaha Milik Negara seluruhnya berjumlah 822
perusahaan. Setelah ditata kembali maka pada tahun 1989 jumlahnya turun
menjadi 200 perusahaan.
Dalam perkembangannya, berbagai bentuk badan usaha selama periode
1960 - 1969 tersebut telah diseragamkan berdasarkan Undang-undang Nomor
19 Tahun 1960 menjadi satu bentuk yaitu Perusahaan Negara (PN).
Walaupun demikian, masih terdapat kekaburan dalam organisasi perusahaan-
perusahaan negara sehubungan adanya Badan Pimpinan Umum (BPU) yang
juga mengelola perusahaan-perusahaan negara tertentu. Oleh karena itu,
untuk lebih menertibkan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan Badan
Usaha Negara, maka berdasarkan INPRES 17 Tahun 1967 dan Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1969, telah ditetapkan tiga bentuk Badan Usaha
Negara, yakni Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM),
dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).

4. Periode 1969 Sampai Sekarang


Dalam periode setelah tahun 1969, peranan BUMN dalam menunjang
pembangunan nasional semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan
pembangunan sejak Pelita I sampai dengan Pelita V pada era Orde Baru
sampai sekarang pada era Reformasi.
Dalam perkembangannya, selain bank-bank milik pemerintah yang
berstatus khusus, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971
telah ditetapkan pendirian Pertamina. Dengan demikian di luar Bank
Indonesia, jumlah BUMN yang berstatus khusus yang ditetapkan berdasarkan
undang-undang tersendiri ada 5 BUMN.
Tahun 1991 merupakan era perkembangan BUMN yang mengesankan
ditandai dengan PT. Semen Gresik yang Go Public dan kemudian disusul
beberapa BUMN lainnya. Restrukturisasi dalam rangka profesionalisasi
manajemen BUMN terus menerus dilakukan. Sampai dengan tahun 1994,
5.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

tercatat 182 BUMN dengan perincian: 19 buah berstatus Perum, 160 Persero,
dan 3 perusahaan bentuk lain (Departemen Keuangan RI, 1994). Pada tahun
2004, menurut siaran Menteri Negara Urusan BUMN (Kompas, 12 Juni
2006), jumlah BUMN menurun menjadi 158 buah dan kemudian pada akhir
tahun 2005 menjadi 139 buah dengan nilai aset sebesar kurang lebih Rp.400
triliun. Pengurangan jumlah perusahaan negara itu kebanyakan disebabkan
karena tidak bisa bersaing dengan perusahaan lain akibat kalah efisien, bubar
karena hutang yang menumpuk sehingga memilih untuk dilikuidasi saja dan
bubar karena kekurangan modal. Kebanyakan aset perusahaan negara yang
bubar ini menjadi besi tua saja karena pelelangan atau penjualan aset negara
juga tidak mudah, harus memperhatikan Undang-undang Perbendaharaan
negara.

D. PERAN DAN KEDUDUKAN BUMN DALAM SISTEM


PEREKONOMIAN INDONESIA

Sebagaimana diketahui, Sistem Ekonomi Indonesia yang berdasarkan


demokrasi ekonomi melibatkan tiga pelaku ekonomi yakni usaha negara,
koperasi, dan usaha swasta, Masing-masing kekuatan ekonomi ini memiliki
peran dan kedudukan yang penting dalam perekonomian nasional. Peran
BUMN ditunjukkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 yang
memuat tentang tujuan BUMN, sebagai berikut.
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian negara pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
2. Mengadakan pemupukan dana dari keuntungan yang diperoleh.
3. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan
swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan kebutuhan
masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun jasa dengan memberikan
pelayanan yang bermutu dan memadai.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada sektor swasta,
khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah, dan sektor koperasi.
6. Turut aktif di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya,
termasuk penyebaran pembangunan serta mengurangi timbulnya
pengelompokan kekuatan ekonomi.
 ISIP4310/MODUL 5 5.7

Dengan keberagaman tujuan yang hendak dicapai BUMN maka secara


garis besar terdapat dua peran utama BUMN (Fuad Bawazer, 1992), yakni
sebagai berikut.
1. Melaksanakan fungsi komersial
Dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business entity) harus
memupuk dana untuk membiayai aktivitasnya, baik yang bersifat rutin
maupun pengembangan. Oleh karena itu dalam kegiatannya harus
memperoleh laba sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat dijaga.
2. Melaksanakan fungsi non komersial
Dalam hal ini BUMN sebagai aparatur bertindak sebagai wahana
pembangunan (agent of development) dengan melaksanakan program-
program pembangunan yang diembankan oleh pemerintah meliputi
antara lain: tugas-tugas perintisan dan mendorong perkembangan usaha
swasta dan koperasi.
Di dalam praktek, kedua fungsi di atas perlu diserasikan.

Peran BUMN ini dipertegas oleh Ikatan Ekonomi Indonesia (ISEI)


dalam konsepnya tentang Sistem Perekonomian Indonesia yang diserahkan
kepada Presiden pada tanggal 15 Agustus 1990. Dijelaskan dalam penjabaran
Demokrasi Ekonomi oleh ISEI tersebut bahwa kelembagaan ekonomi diatur
sebagai berikut.
1. Usaha Negara berperan sebagai:
a) perintis di dalam penyediaan barang dan jasa yang belum cukup atau
kurang merangsang prakarsa dan minat swasta;
b) pengelola dan pengusaha di bidang produksi yang penting bagi
negara;
c) pengelola dan pengusaha di bidang produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak;
d) imbangan bagi kekuatan pasar pengusaha swasta;
e) pelengkap penyediaan barang dan jasa yang belum cukup disediakan
oleh swasta dan koperasi;
f) penunjang pelaksanaan kebijaksanaan negara.

2. Koperasi berperan sesuai dengan hakikatnya sebagai kesatuan ekonomi


yang berwatak sosial.
3. Swasta berperan yang sebesar-sebesarnya di dalam bidang-bidang di
mana persaingan terjadi dan bekerja berdasarkan motivasi memperoleh
5.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

laba serta memberikan hasil terbaik bagi masyarakat yang diukur melalui
jenis, jumlah, mutu, dan harga barang dan jasa yang dapat disediakan.

Penegasan konsep ISEI ini kelihatannya terfokus pada perlunya usaha


negara mengelola bidang-bidang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak, yang hal ini belum banyak disentuh
oleh PP No. 3/1983.
Dari uraian di atas, tampak bahwa peran dan kedudukan BUMN sangat
besar dalam Sistem Ekonomi Indonesia. Baik menurut PP No. 3/1983
maupun menurut penjabaran Demokrasi Ekonomi oleh ISEI, peran BUMN
saat ini adalah mengemban misi pemerintah sebagai agen pembangunan.
Sebagai agen pembangunan, BUMN lebih berperan sebagai stabilisator
ekonomi. Jika dalam Repelita kita mengenal Trilogi Pembangunan yakni:
Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas, maka BUMN berfungsi sebagai
stabilisator ekonomi. Ini terbukti dari peran BUMN dalam Gebrakan
Sumarlin I maupun II, yang mengharuskan penarikan deposito milik BUMN
di bank-bank pemerintah untuk dikonversikan ke dalam Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Demikian pula dengan peran PT KAI, Panca Niaga dan PT
Krakatau Steel yang waktu itu diserahi tugas untuk mengimpor kendaraan
niaga (truk) agar dapat menstabilkan harga kendaraan niaga dalam negeri
(Putu Sarga, 1992)
Prospek BUMN sebagai pencari laba dan agen pembangunan di masa
mendatang akan semakin meningkat. Hal ini ditandai antara lain dengan
meningkatnya status bank-bank pemerintah menjadi Persero, juga
meningkatnya PJKA menjadi Perumka dan kemudian PT. (perseroan
terbatas), dan meningkatnya status Perjan Pegadaian menjadi Perum.
Peningkatan status ini merupakan bukti upaya pemerintah dalam
mendudukkan BUMN sebagai unit ekonomi (business entity) yang dapat
berfungsi secara komersial. Usaha nyata pemerintah juga terlihat dengan
dibentuknya Direktorat Jenderal Pembinaan BUMN di Departemen
Keuangan.
Tugas BUMN dalam membina pengusaha lemah dan koperasi telah
ditetapkan dalam SK Menteri Keuangan No. 1232/KMK013/1989 tentang
Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui
BUMN, dan disempurnakan oleh SK Menteri Keuangan No.
368/KMK.013/1991 yang mengatur pelaksanaan penyisihan dana 1-5% dari
 ISIP4310/MODUL 5 5.9

sisa laba setelah pajak untuk pembinaan pengusaha ekonomi lemah dan
koperasi.
Kemudian pada 27 Mei 2003 telah dirumuskan pemerintah dan DPR
Undang-Undang tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengatur
pengelolaan BUMN dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktivitas.
Isu terakhir yang menyangkut BUMN adalah swastanisasi. Swastanisasi
BUMN berarti terjadi perubahan pemilikan BUMN yang semula milik negara
menjadi sebagian milik swasta atau masyarakat. Ide swastanisasi ditempuh
agar BUMN dapat bekerja secara lebih efisien, bebas dari korupsi, kolusi dan
hal-hal lain yang menyebabkan BUMN sulit dikoreksi karena terkait dengan
politik, kekuasaan, birokrasi dan lain-lain. Swastanisasi bukan hanya berarti
perubahan pemilikan, namun yang penting adalah misi BUMN tetap terwujud
yakni pelayanan yang terbaik untuk kebutuhan masyarakat. BUMN yang
bersifat public utilities menuntut bentuk pasar monopoli alamiah. Prinsip
utama yang harus dipertahankan adalah bahwa dalam mengawasi BUMN
yang bersifat monopoli tersebut mekanisme kontrol sosial tetap dapat
berjalan. Bentuk
BUMN yang bersifat public utilities yang paling ideal adalah bentuk
Perjan dan Perum. Sedangkan pada masa kini banyak BUMN yang mulanya
berstatus Perum berubah menjadi Persero, sehingga seolah-olah terjadi
kontradiksi dalam pencapaian misi sosial BUMN melalui kepentingan
efisiensi, teknis, dan ekonomi. Bentuk Perjan dan Perum, seperti
diungkapkan di muka, menitikberatkan pada pelayanan umum, sedangkan
mencari keuntungan adalah fungsi sekunder. Sebaliknya dalam Persero
fungsi yang utama adalah mendapatkan keuntungan dalam usaha. Di samping
itu, yang perlu menjadi pertimbangan penting adalah kedudukan BUMN
tersebut, terutama yang bersifat vital dan strategis. Pelayanan kepentingan
umum menjadi semakin tidak jelas setelah PT. Telkom, Semen Gresik, PT
Tambang Timah, dan Indosat telah go public atau menjual sahamnya ke
masyarakat dan hasil penjualan tersebut digunakan membayar hutang
pemerintah yang bebannya semakin berat.
Menurut Yustika (2007), sejak dekade 1980-an privatisasi merupakan
agenda reformasi penting yang dijalankan oleh banyak negara, khususnya di
negara-negara berkembang. Kecenderungan privatisasi terus meningkat dan
dijadikan model dari seluruh tatanan pengelolaan bisnis global. Tentu saja
maraknya privatisasi tersebut tidak lepas dari dorongan lembaga donor
seperti World Bank dan IMF, yang sejak dekade 1980-an mempromosikan
5.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

penyesuaian struktural bagi negara berkembang, di mana tujuan dari


kebijakan tersebut adalah merangsang pengalihan kegiatan ekonomi dari
semula dikelola negara menjadi dimiliki swasta.
Setidaknya ada lima tujuan yang bisa diidentifikasi dari proses
privatisasi ( Munday 1996 dalam Yustika,2007).
1. Sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan negara
2. Untuk menyebar bagian kepemilikan (aset) di sebuah negara
3. Diharapkan berimplikasi pada perbaikan distribusi pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat
4. Mengurangi masalah yang timbul dalam hal pembayaran di sektor publik
5. Mengatasi kinerja buruk pada perusahaan negara.

Indonesia tidak lepas dari trend privatisasi, salah satunya didorong oleh
realitas kinerja BUMN yang buruk. Namun akhir-akhir ini yang menjadi
pendorong utama adalah defisit APBN setiap tahun yang berusaha ditutup
dengan penjualan BUMN dengan dalih privatisasi. Dalam kenyataan
memang cukup banyak BUMN yang memiliki kinerja buruk, meskipun
banyak pula BUMN yang mencatat keuntungan. Namun anehnya tercatat
beberapa BUMN yang meraih untung besar justru sebagian besar sahamnya
dijual pada swasta asing maupun domestik, seperti PT Indosat dan PT Semen
Gresik Tbk. Tabel 5.1 dan Tabel 5.2. memperlihatkan BUMN yang
mengalami kerugian dan yang memperoleh keuntungan dalam tahun 2004-
2005.

Tabel 5.1.
Sepuluh BUMN yang Rugi
(dalam juta rupiah)

Nama BUMN 2004 2005

1. PT Perusahaan Listrik Negara 2.021.366 4.920.594


2. PT PANN Multi Finance 1.240.513 13.249
3. PT Garuda Indonesia 811.312 691.609
4. PT Merpati Nusantara 398.926 270.000
5. PT Pelayaran Nusantara Ind. (Pelni) 251.502 250.470
6. PT Brantas Abipraya 151.892 1.726
7. PT Kertas kraft Aceh 125.227 n.a.
8. PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari 118.518 74.869
9. PT Asean Aceh Fertilizer 115.902 n.a.
10.PT Perusahaan Perdagangan Ind. 49.685 30.364
Total 5.282.839 6.237.627
Sumber : Kompas 13 Juni 2006 (dalam Yustika,2007)
 ISIP4310/MODUL 5 5.11

Dari Tabel 5.2. memberikan realitas yang lebih utuh bahwa BUMN di
Indonesia jika dikelola dengan benar juga dapat memberikan keuntungan.
Oleh karena itu, sebetulnya privatisasi bukanlah satu-satunya jalan keluar
untuk memperbaiki BUMN. Menurut Yustika, studi yang cermat perlu

Tabel 5.2.
Sepuluh BUMN yang Memperoleh Keuntungan
(dalam juta rupiah)

Nama BUMN 2004 2005


1. PT Pertamina 8.869.054 15.440.244
2. PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk 619.209 7.955.000
3. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk 3.633.228 3.808.587
4. PT Semen Gresik, Tbk 520.590 1.022.568
5. PT Perusahaan Gas Negara,Tbk 474.338 862.013
6. PT Pupuk Sriwijaya 761.991 848.698
7. PT Aneka Tambang. Tbk 807.109 841.936
8. PT Pelabuhan Indonesia II 520.423 737.960
9. PT Jamsostek 421.064 640.837
10.PT Tambang Batubara Bukit Asam 419.802 467.060

Total 22.556.802 32.627.903


Sumber : Kompas, 13 Juni 2006 (dalam Yustika,2007)

dilakukan untuk melihat karakteristik BUMN yang secara konsisten


memperoleh keuntungan, yang kemudian dikomparasikan dengan BUMN
yang terus merugi setiap tahun. Dari gambaran tersebut baru bisa diperoleh
rekomendasi yang layak untuk mencari jalan ke luar guna penyehatan
BUMN. Kenyataan juga menunjukkan bahwa dari analisis terhadap variabel-
variabel kinerja keuangan, tidak seluruh variabel kinerja perusahaan menjadi
lebih baik setelah diprivatisasi.
Isu mengenai privatisasi memang sangat sensitif sehingga pertimbangan-
pertimbangan ekonomi dan nonekonomi patut dilakukan secara cermat agar
di kemudian hari tidak tergelincir dalam kesalahan-kesalahan yang tidak
dapat lagi dibetulkan. Misalnya terjebak dalam skenario kapitalisme global
yang menyebabkan ketergantungan ekonomi pada negara lain. Demikian pula
jangan sampai aset nasional yang strategis dikuasai oleh asing. Terlepas dari
isu tersebut, privatisasi pada tahun 2002 telah berhasil memberikan setoran
kepada APBN sebesar Rp.7,9 triliun, tahun 2003 sebanyak Rp.7,3 triliun, dan
tahun 2004 sebesar Rp. 4 triliun.
5.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

Sementara itu ekonom Faisal Basri (2002) menyoroti secara kritis


tentang pendapatan negara dari hasil privatisasi yang digunakan untuk
menutup defisit APBN dalam setahun saja. Lebih ironis lagi bahwa pada
waktu yang bersamaan pemerintah melakukan akuisisi bank-bank swasta dan
meningkatkan penyertaan modal pada bank-bank BUMN yang seharusnya
sudah bangkrut. Jumlah dana yang sudah disebar ke bank-bank yang hampir
bangkrut itu telah mencapai ratusan triliun rupiah, sedangkan hasil privatisasi
setiap tahunnya rata-rata hanya Rp. 5 – 8 triliun. Oleh karena itu, Basri
menyatakan bahwa menjual BUMN hanya merupakan salah satu alternatif.
Pilihan-pilihan lain harus tetap dikembangkan, seperti: merger, akuisisi,
bahkan pemailitan.
Sebelum pemerintah mengambil keputusan final terhadap eksistensi
suatu BUMN, pertama kali perlu dipertanyakan terlebih dulu tentang latar
belakang dan misi keberadaan BMN tersebut. Jangan sampai nantinya,
pengalihan kepemilikan BUMN hanya sekedar memindahkan inefisiensi dari
sektor pemerintah ke sektor swasta atau justru meningkatkan biaya transaksi
(transaction cost). Apalagi jika mengakibatkan semakin buruknya struktur
pasar dan iklim persaingan sehat. Ada dua faktor yang menjadi kriteria dalam
menata kembali BUMN yakni eksternalitas dan efisiensi, seperti tercantum
dalam Gambar 5.1.

Gambar 5.1.
Kriteria Penataan BUMN
Eksternalitas
Rendah Tinggi

* Korporatisasi
Rendah * Likuidasi/jual * Rekayasa ulang
* Merger/akuisisi

Efisiensi
* Pertahankan
Tinggi * Go public/ * Go public
Go international * Go public/
Go International

Sumber : Basri (2002)


 ISIP4310/MODUL 5 5.13

Eksternalitas adalah manfaat ekonomi dari keberadaan BUMN yang


dinikmati oleh pihak-pihak di luar BUMN yang bersangkutan, meliputi
perusahaan-perusahaan lain dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan
efisiensi lebih dititikberatkan pada efisiensi teknis dalam lingkup internal
perusahaan.
Keputusan untuk menjual BUMN tidak perlu dipertanyakan lagi bila
baik eksternalitas maupun efisiensi BUMN dimaksud tergolong rendah.
Artinya, keberadaan BUMN tersebut tidak banyak memberikan manfaat
berarti bagi perekonomian, ditambah dengan kinerjanya yang tidak efisien.
Sebaliknya jika eksternalitas maupun efisiensi tinggi, maka tidak ada alasan
untuk menjualnya. Apalagi kalau tercipta iklim persaingan yang sehat di
pasar, sehingga tidak memberikan peluang bagi BUMN tersebut untuk
menetapkan harga dengan semena-mena. BUMN seperti ini biasanya
memiliki potensi alamiah untuk memonopoli pasar. Kalau demikian halnya,
yang diperlukan adalah mekanisme pengaturan harga agar perusahaan
monopoli berproduksi pada tingkat optimal dan tidak merugikan masyarakat
serta perekonomian secara keseluruhan.
Seandainya eksternalitas tergolong tinggi, tetapi tingkat efisiensinya
relatif rendah, maka ada beberapa pilihan yang bisa ditempuh untuk
mengoptimalkan keberadaan BUMN tersebut. Salah satu pilihannya adalah
menyehatkan BUMN tersebut lewat peningkatan fungsi-fungsi manajemen
(korporatisasi) atau dengan melakukan rekayasa ulang. Demikian pula bisa
dilakukan penggabungan dengan BUMN sejenis yang kinerja usahanya lebih
baik. Sebaliknya jika eksternalitas rendah dan efisiensi tinggi, BUMN
tersebut bisa diperlakukan sebagai perusahaan swasta pada umumnya dan
oleh karena itu langkah masuk bursa mungkin merupakan salah satu cara
terbaik.
Terlepas dari pertimbangan apakah BUMN perlu diprivatisasi atau tidak,
tapi menurut Pusat Data Bisnis Indonesia (dalam Ibrahim, 1997), sejak
dekade 1990-an orientasi BUMN bukan lagi sebagai penyelenggara
kepentingan umum tapi telah menjadi "profit centre" bagi pemerintah. Dilihat
dari nilai aset dan volume usahanya, nilai aset dan volume usaha BUMN
terus meningkat dari tahun ke tahun (Revrisound Baswir, 1997). Pada tahun
1989, nilai aset BUMN sebesar Rp 144 triliun dengan volume usaha Rp 48
triliun. Pada tahun 1994, aset telah meningkat menjadi Rp 291 triliun
sementara volume usaha meningkat menjadi Rp 85 triliun, atau dalam jangka
waktu 5 tahun aset meningkat 15% sementara volume usaha naik 12,5%.
5.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

Seberapa besar sumbangan BUMN terhadap pendapatan pemerintah, ini


merupakan pertanyaan penting yang harus dijawab, mengingat hal ini
merupakan tujuan pertama pendirian BUMN. Sumbangan BUMN terhadap
pemerintah dapat dirinci dari jumlah pajak yang dibayar BUMN yang terlihat
pada neraca dan bagian keuntungan BUMN yang diserahkan pada negara.
Sumbangan BUMN baik berupa pembayaran pajak maupun bagian
keuntungan selama 5 tahun terakhir dari tahun 1989 ke tahun 1994, secara
absolut meningkat (Revrisond Baswir, 1997). Menurut data, dari total
penerimaan pajak perseroan yang diterima oleh pemerintah tahun 1989,
sebesar 43% bersumber dari pajak yang dibayar oleh BUMN. Namun pada
tahun 1994 jumlah tersebut tinggal sekitar 30% yang berarti secara persentase
terjadi penurunan 13%.
Penurunan dalam angka relatif di atas menunjukkan bahwa
perkembangan pembayaran pajak perusahaan swasta meningkat cukup besar.
Dari sumbangan bukan pajak juga menunjukkan angka relatif yang menurun.
Pada tahun 1989, sumbangan tersebut sebesar 48% dan pada tahun 1994
tinggal 23% saja. Penurunan ini diduga selain karena perluasan usaha yang
dilakukan BUMN juga dimungkinkan karena terbatasnya perkembangan
kinerja BUMN.
Diukur dari laba sebelum pajak yang dihasilkan BUMN pada tahun 1989
sampai dengan tahun 1994, kenaikan yang terjadi selama 5 tahun tersebut
sebesar 5%. Sementara perkembangan aset BUMN dalam waktu yang sama
sebesar 15%. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas aset
BUMN tersebut rendah.
Selanjutnya patut dipertanyakan pula yakni seberapa jauh keberhasilan
swastanisasi BUMN yang telah ditandai dengan perubahan bentuk BUMN ke
arah Persero. Bukankah swastanisasi tersebut tujuannya memperbesar
kemampuan BUMN dalam menyumbang penerimaan negara? Kenyataan
memperlihatkan bahwa pembenahan manajemen BUMN merupakan hal yang
sangat diperlukan.
 ISIP4310/MODUL 5 5.15

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan latar belakang pemerintah mendirikan BUMN!
2) Jelaskan perbedaan antara Perjan, Perum, dan Persero, terutama dalam
misi pelayanan kepada masyarakat!
3) Menurut Anda, samakah fungsi BUMN pada zaman penjajahan Belanda
dengan Zaman Republik? Diskusikan dengan teman Anda.
4) Semua BUMN harus dapat meraih keuntungan yang besar agar dapat
mengembangkan usahanya. Bagaimana komentar Anda terhadap
pernyataan di atas? Jelaskan!
5) Apakah monopoli oleh BUMN dapat dibenarkan? Jelaskan pendapat
Anda!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda dapat menjelaskan alasan pendirian BUMN antara lain: sebagai


sumber income pemerintah, ikut menyediakan barang dan jasa pada
masyarakat dan seterusnya.
2) Jelaskan terlebih dahulu mengenai Perjan, Perum, dan Persero.
Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda tentang perbedaannya.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan ini Anda harus mengetahui fungsi
BUMN pada zaman penjajahan dan zaman revolusi.
4) Anda dapat menjelaskan salah satu alasan pendirian BUMN adalah
sebagai sumber pendapatan negara. Selanjutnya diskusikan dengan
teman Anda.
5) Anda dapat menyebutkan bahwa monopoli hanya dapat dilegalisasi jika
itu menyangkut hajat orang banyak. Hal ini selaras dengan UUD 1945.
Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda.
5.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

RA NG K UM A N

Pengertian BUMN adalah badan usaha yang seluruh modalnya


dimiliki oleh negara, atau badan usaha yang tidak seluruh sahamnya
dimiliki negara. Tujuan pendirian BUMN dapat bervariasi, yakni: untuk
merintis pembangunan prasarana tertentu, untuk kepentingan keamanan
dan kerahasiaan negara, untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, bersifat
komersial, dan lain-lain.
Meskipun ada berbagai tujuan, tetapi secara garis besar tujuan
BUMN ada yang bersifat komersial dan non komersial. Di dalam
praktek, kedua fungsi tersebut harus dapat diserasikan.
Dalam Sistem Ekonomi Indonesia, peran BUMN sangat besar. Di
samping mengemban misi sebagai agen pembangunan ekonomi, BUMN
juga harus dapat memberikan kontribusi pendapatan kepada negara.
Namun dalam kenyataan banyak BUMN yang belum dapat bekerja
secara efisien, sehingga memerlukan pembenahan antara lain melalui
perubahan status dan pemilikan.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Tujuan utama pendirian BUMN bagi negara adalah....


A. sebagai sumber pendapatan negara
B. membantu meningkatkan ekspor
C. merupakan suatu kewajiban negara
D. menyerap pegawai sebanyak mungkin

2) Perkembangan BUMN setelah kemerdekaan merupakan hasil dari....


A. kolaborasi dengan perusahaan asing
B. penanaman modal asing
C. nasionalisasi perusahaan asing
D. kemampuan negara untuk menguasai saham perusahaan asing

3) Upaya pemerintah untuk menjadi BUMN sebagai unit ekonomi yang


berfungsi komersial, dilakukan dengan cara....
A. mengubah status dari Perjan ke Perum
B. mengubah status dari Perjan ke Persero
C. mengubah statusnya menjadi milik swasta
D. semua benar
 ISIP4310/MODUL 5 5.17

4) Yang dimaksud dengan industri vital dan strategis adalah industri yang
berkaitan dengan....
A. pengolahan pangan
B. angkutan darat, laut dan udara
C. listrik dan telepon
D. pengolahan baja, senjata dan amunisi, pesawat terbang, dan lain-lain

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Petunjuk: Pilihlah
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah
D. Jika kedua pernyataan salah

5) BUMN adalah badan usaha yang harus memperoleh keuntungan


Sebab
Dengan keuntungan tersebut kelangsungan hidup perusahaan dapat
dijaga.

6) Swastanisasi BUMN berarti upaya untuk mengalihkan sebagian


pemilikannya pada pihak swasta
Sebab
Dengan swastanisasi efisiensi kerja dapat dicapai.

7) Pada BUMN yang berbentuk Perjan berarti tidak ada keharusan untuk
membayar pajak
Sebab
Keharusan membayar pajak hanya berlalu untuk perusahaan swasta.

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jawaban (1), (2) dan (3) benar semua.
5.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

8) Badan usaha disebut BUMN bila....


1) seluruh modalnya milik pemerintah
2) tujuannya hanya melayani kepentingan masyarakat
3) modalnya patungan dengan swasta dengan catatan mayoritas
dimiliki negara

9) Tujuan didirikan BUMN adalah untuk....


1) menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dilakukan oleh swasta
dan koperasi
2) membantu pembinaan terhadap swasta dan koperasi
3) menunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi

10) Dalam melaksanakan misinya membantu pengusaha kecil dan koperasi,


upaya yang dilakukan BUMN ada beberapa, kecuali....
1) membantu pendirian koperasi dan usaha kecil
2) menerima pasokan produk pengusaha kecil dan koperasi
3) mengajak pengusaha kecil dan koperasi untuk kerja sama usaha

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 5 5.19

Kegiatan Belajar 2

Upaya Peningkatan Efisiensi dan


Produktivitas BUMN

P ada Kegiatan Belajar 1 dikemukakan bahwa perkembangan kinerja


BUMN di Indonesia dalam tahun 1989 sampai dengan 2005 tampak
menurun. Privatisasi BUMN yang ditandai oleh perusahaan bentuk Perum ke
Persero ternyata belum berhasil menaikkan kinerja BUMN secara
keseluruhan. Upaya pemerintah bersama dengan DPR adalah dengan
merumuskan undang-undang tentang BUMN pada tahun 2003 yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas BUMN. Menurut Menteri
Negara BUMN saat itu Laksamana Sukardi bahwa UU BUMN dimaksudkan
untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di masa yang akan datang,
yaitu:
1. menciptakan sistem pengelolaan dan pengawasan BUMN berlandaskan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan kinerja dan
nilai BUMN;
2. menata dan mempertegas peran lembaga pemerintah dan posisi wakil
pemerintah sebagai pemegang saham/pemilik modal BUMN;
3. mempertegas dan memperjelas hubungan BUMN sebagai operator atau
pelaku usaha dengan lembaga pemerintah sebagai regulator;
4. menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan pengeksploitasian di luar
mekanisme koperasi;
5. meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance).
(Hadianto, 2004)

Kebijakan yang akan diambil terkait dengan UU tersebut adalah


privatisasi atau swastanisasi BUMN yang merupakan upaya memperingan
beban anggaran akibat subsidi yang terus dilakukan untuk BUMN/BUMD
yang rugi. Privatisasi BUMN menurut Hinsa Siahaan (dalam panji Anoraga,
1995) ada 7 buah pilihan, antara lain berikut ini.
1. Penawaran saham BUMN kepada umum (Public Offering Shares)
Penawaran ini dapat dilakukan secara parsial maupun secara penuh. Di
dalam transaksi, pemerintah diasumsikan menjual seluruh saham
5.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

pemilikannya atas BUMN yang diasumsikan pula tetap beroperasi untuk


menjadi perusahaan publik. Seandainya pemerintah hanya menjual
sebagian sahamnya, seperti PT. Telkom yang hanya menjual sebagian
jumlah sahamnya, maka BUMN seperti ini merupakan bentuk patungan
antara pemerintah dengan swasta.
2. Penjualan saham BUMN pada pihak swasta tertentu (Private Sale of
Shares)
Dalam transaksi ini pemerintah menjual seluruh atau sebagian saham
miliknya di BUMN kepada pembeli tunggal. Transaksi dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk. Mungkin dapat berupa akuisisi langsung oleh
perusahaan lain atau ditawarkan oleh pemerintah kepada pihak tertentu
3. Penjualan aktiva BUMN kepada swasta
Pada metode ini dilakukan transaksi berupa penjualan aktiva dan bukan
penjualan saham. Pemerintah mungkin menjual aktiva langsung
sehingga BUMN melepas aktiva utamanya. Contoh: Dalam beberapa
kasus, pemerintah menyumbangkan aktiva kepada perusahaan yang baru
dibentuk (patungan BUMN dengan swasta). Atas sumbangan aktiva
tersebut pemerintah memperoleh saham dan saham ini dijual pemerintah
kepada masyarakat.
4. Reorganisasi BUMN menjadi beberapa unit usaha.
Pada cara ini BUMN direorganisasi. Bentuknya dapat dipecah menjadi
beberapa unit usaha atau sebaliknya BUMN dijadikan Holding Company
dengan beberapa anak perusahaan.
5. Penambahan investasi baru dari sektor swasta ke BUMN
Untuk kepentingan rehabilitasi dan ekspansi BUMN, pemerintah dapat
menambah modal dari sektor swasta. Dengan penambahan modal dari
swasta tersebut pemilikan BUMN oleh pemerintah menjadi berkurang
walaupun masih merupakan pemilik mayoritas. Jika modal swasta
ditambah terus maka dapat terjadi swasta akan menjadi pemilik
mayoritas.
6. Pembelian BUMN oleh manajemen atau karyawan
Hal ini juga disebut manajemen "buy out", yaitu pengambilan alihan
perusahaan oleh sekelompok manajer atau karyawan.
7. Kontrak sewa dan kontrak manajemen
Menurut model ini BUMN dapat mengadakan perjanjian atau kontak
manajemen, teknologi, dan tenaga terampil dengan pihak swasta untuk
jangka waktu tertentu. Di sini tidak ada pengalihan pemilikan BUMN
 ISIP4310/MODUL 5 5.21

kepada swasta. Kontak yang dijalin dengan swasta tersebut dilakukan


dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
kekayaan negara.

Sementara itu, Bacelius Ruru (Manajemen Usahawan No. 02/1997)


menyatakan bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan yang penuh
persaingan BUMN perlu diubah bentuknya menjadi Holding Company
(perusahaan holding). Secara umum, perusahaan holding didefinisikan
sebagai perusahaan yang memiliki saham (ownership) beberapa perusahaan
lain (subsidiaries). Menurut Barcelius Ruru pula, pembentukan "BUMN
hoding" dapat dilakukan melalui beberapa pola. Pertama, melalui akuisisi.
Dengan pola ini, suatu perusahaan mengambil alih kepemilikan perusahaan
lain yang telah lama berdiri. Kedua, dengan jalan menyerahkan pemilikan
beberapa perusahaan kepada suatu perusahaan. Cara ini pernah ditempuh
oleh BUMN-BUMN yang bergerak di bidang semen di mana PT. Semen
Gresik berperan sebagai "holder" dari Semen Padang maupun Semen Tonasa
(meskipun saat ini sudah terjadi pemisahan/Spin off dan Semen Gresik
dimiliki Cemex Mexico). Ketiga, adalah dengan jalan melepaskan unit-unit
usaha perusahaan menjadi satu perusahaan yang berdiri sendiri. Cara ini telah
ditempuh oleh PLN dengan jalan melepaskan unit pembangkit di Jawa dan
Bali untuk menjadi dua anak perusahaan yang berdiri, yaitu PT. Pembangkit
Jawa-Bali I (PT. PTB-I) dan PT. Pembangkit Jawa-Bali II (PT. PJB-II). Dua
anak perusahaan itu memberikan pasokan listrik kepada PT. PLN dengan
harga jual yang disepakati bersama melalui perjanjian pembelian tenaga
listrik.
Tujuan utama pembentukan holding BUMN adalah meningkatkan
efisiensi dan efektivitas. Contoh: melalui akuisisi, umumnya akan
memperlancar tercapainya tujuan perusahaan pengakuisisi, seperti misalnya
memperlancar bahan baku, memperlancar pemasaran, atau bahkan
memperkuat kontrol manajemen. Melalui penyerahan kepemilikan beberapa
perusahaan kepada satu perusahaan induk (holder) akan mempermudah
koordinasi operasional, apalagi bila bisnisnya sama. Melalui pelepasan unit
usaha seperti yang dilakukan PLN, pada umumnya dapat meningkatkan
efisiensi. Anak perusahaan akan menjadi lebih bertanggung jawab dan
berusaha keras untuk mandiri. Pada sisi lain, perusahaan induk akan terbebas
dari biaya-biaya tetap yang semula dipikul dan hanya akan memikul biaya
variabel.
5.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

Dalam kaitannya dengan daya saing, holding pada BUMN akan


memperkuat daya saing. Harapan tersebut tidak berlebihan karena berikut ini.
1. Holding akan mendorong efisiensi, karena:
a. adanya dorongan psikologis pada manajemen induk maupun anak
perusahaan untuk meningkatkan kinerja;
b. terbuka peluang untuk menurunkan biaya tetap dengan jalan
melepaskan aktiva tetap yang berlebih dan mengonversikannya
menjadi biaya variabel.
2. Perputaran kegiatan usaha akan lebih cepat karena semakin
terjaminnya penyediaan pasokan dan pemasaran apabila holding itu
dilaksanakan secara vertikal.
3. Dengan holding, proses pengembangan keterampilan akan semakin
lancar karena perusahaan induk harus memiliki kemampuan manajerial
yang tinggi agar dapat melakukan pembinaan kepada anak perusahaan.

Kiranya perlu disadari bahwa peningkatan kinerja tidak akan terjadi


seketika. Tentu saja ada masa belajar, mengingat proses holding adalah
proses strategis yang menyangkut berbagai aspek yang luas. Dalam rangka
meningkatkan produktivitas BUMN di Indonesia, maka sejak Kabinet
Reformasi Pembangunan telah diangkat Menteri Pendayagunaan BUMN.
Langkah-langkah privatisasi BUMN diarahkan terlebih dahulu pada BUMN
yang dapat menghasilkan keuntungan, seperti PT. Krakatau Steel dan PT.
Semen Gresik. BUMN yang telah menghasilkan keuntungan tersebut
sahamnya dapat dibeli oleh pihak swasta baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri.
Kembali ke masalah privatisasi, Faisal Basri (2002) menganggap bahwa
privatisasi memang bukan barang yang tabu dalam upaya peningkatan
efisiensi dan produktivitas BUMN. Namun, diingatkan bahwa kalau
privatisasi ditujukan hanya sekedar untuk menutup defisit APBN, satu
persoalan memang mungkin selesai tapi akan menimbulkan masalah baru.
Bahkan boleh jadi suasana yang sudah sangat mendukung program
privatisasi akan sirna seandainya pemerintah gagal mengelola proses
privatisasi dengan seksama.
Agar tidak terjadi masalah di kemudian hari maka seharusnya privatisasi
didasarkan pada suatu visi dan misi yang jelas, tujuan dan target yang fokus,
strategi yang jitu, instrumen yang tepat, para penentu yang bijak, pelaksana
yang profesional, serta tidak kalah pentingnya adalah dukungan seluruh
 ISIP4310/MODUL 5 5.23

stakeholders. Unsur-unsur tersebut tidak mutlak harus terpenuhi semua,


namun yang paling penting adalah kepastian tentang keberadaan sejumlah
unsur itu bisa berkelanjutan dan dengan kriteria yang konsisten.
Menurut Basri pula, kehadiran undang-undang privatisasi sangat
dibutuhkan untuk lebih menjamin privatisasi selalu berada pada track yang
benar. Keberadaan undang-undang itu paling tidak menghadirkan tiga
prasyarat untuk keberhasilan program privatisasi, yakni sebagai berikut.
1. Persyaratan kredibilitas dan akuntabilitas. Tanpa prasyarat ini privatisasi
akan dimanfaatkan oleh berbagai kelompok kepentingan dan
menyuburkan praktek KKN. Hasil dari privatisasi mungkin hanya dalam
bentuk pengalihan inefisiensi atau distorsi dari sektor publik ke sektor
swasta.
2. Persyaratan kecepatan. Semakin berbelit-belit proses privatisasi, akan
semakin banyak mengundang keterlibatan penunggang gratis (free
riders) dan pemburu rente (rent seekers). Akibatnya, manfaat yang
dihasilkan akan minimal karena sebagian tercecer di tengah jalan.
3. Persyaratan organisasi. Belajar dari pengalaman di luar negeri dan di
tanah air sendiri melalui peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), melalui undang-undang privatisasi diperlukan adanya Komisi
Privatisasi yang anggota-anggotanya memiliki kredibilitas dan kearifan
yang tidak diragukan lagi. Merekalah yang menetapkan keputusan-
keputusan strategis, seperti harga minimum saham bila cara yang
ditempuh adalah initial public offering (IPO).

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan latar belakang perlunya peningkatan efisiensi dan produktivitas
BUMN!
2) Di antara banyak pilihan dalam rangka privatisasi BUMN, pilihan yang
bagaimana yang Anda anggap paling tepat tanpa mengabaikan misi
BUMN? Diskusikan dengan teman Anda!
3) Jelaskan keuntungan-keuntungan yang diperoleh bila privatisasi BUMN
dilakukan dengan kontrak sewa atau kontrak manajemen!
5.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda perlu menjelaskan bahwa efisiensi dengan produktivitas adalah


dua konsep yang saling berhubungan. Peningkatan produktivitas
memerlukan efisiensi. Sedangkan efisiensi akan mempengaruhi
produktivitas. Dengan upaya keduanya, kinerja BUMN akan semakin
baik. Selanjutnya perlu Anda jelaskan berdasarkan data, bahwa kinerja
BUMN sebelumnya selalu merugi.
2) Ada banyak model atau pendekatan dalam privatisasi. Pilih model yang
cocok dengan karakteristik BUMN dan misi dari pembangunan nasional.
3) Anda hanya cukup menjelaskan keuntungan-keuntungan privatisasi
dengan kontrak sewa.

RA NG K UM A N

Privatisasi BUMN adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh


pemerintah untuk meningkatkan kinerja BUMN. Privatisasi BUMN
tersebut menurut Hinsa Siahaan dapat dilakukan melalui 7 alternatif,
yakni: penawaran saham kepada umum, penjualan saham kepada swasta,
penjualan aktiva kepada swasta, reorganisasi menjadi beberapa unit
usaha, penambahan investasi baru dari sektor swasta, pembelian BUMN
oleh karyawan, dan kontrak sewa atau kontrak manajemen.
Sedangkan menurut Bacelius Ruru, alternatif yang paling tetap agar
BUMN dapat bersaing adalah dengan mengubah bentuknya menjadi
holding company. Dengan bentuk holding akan mendorong efisiensi,
kecepatan perputaran usaha, dan menjamin kelancaran proses
pengembangan keterampilan.
Sementara Faisal Basri mengingatkan bahwa program privatisasi
jangan hanya sekedar untuk menutup defisit APBN. Program ini harus
dipersiapkan sungguh-sungguh agar tidak terjebak dalam masalah di
kemudian hari. Untuk itu diperlukan adanya undang-undang tentang
privatisasi.
 ISIP4310/MODUL 5 5.25

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Privatisasi BUMN dilakukan agar....


A. pemerintah tidak terganggu dengan masalah-masalah BUMN
B. dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
C. dapat memperoleh keuntungan yang besar
D. untuk mengurangi subsidi yang terus dilakukan terhadap BUMN

2) Reorganisasi BUMN berarti….


A. mengganti personalia manajemen secara besar-besaran
B. memecahkan BUMN menjadi beberapa anak perusahaan atau
menjadikan BUMN sebagai holding company
C. mengubah struktur, tugas dan wewenang organisasi BUMN
D. mengubah misi dan tujuan BUMN

3) Akuisisi perusahaan berarti….


A. menjadikan perusahaan sebagai milik pribadi
B. suatu perusahaan mengambil alih kepemilikan perusahaan lain yang
sudah lama ada
C. menyerahkan pemilikan beberapa perusahaan kepada BUMN
D. melepaskan unit-unit perusahaan agar dapat berdiri sendiri

4) Kebaikan holding adalah….


A. ada kesatuan komando
B. dapat menguasai perekonomian suatu negara
C. mendorong efisiensi, perputaran usaha cepat, dan proses
pengembangan keterampilan akan semakin lancar
D. dapat memasuki pasar dunia karena holding merupakan syarat
pokok agar dapat memperoleh sertifikat ekspor

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Petunjuk: Pilihlah
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.
5.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

5) Holding company akan mempermudah koordinasi operasional


Sebab
Holding company merupakan perusahaan yang memiliki saham
beberapa perusahaan lain.

6) Melepaskan satu perusahaan menjadi suatu perusahaan yang berdiri


sendiri akan menyebabkan perusahaan tersebut lebih bertanggung jawab
Sebab
Melepaskan unit-unit usaha menjadi perusahaan yang berdiri sendiri
merupakan syarat mutlak terbentuknya holding.

7) Penjualan saham BUMN melalui pasar modal merupakan salah satu


upaya privatisasi BUMN
Sebab
Berdasarkan aturan main penjualan saham harus melalui pasar modal.

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jawaban (1), (2) dan (3) benar semua.

8) Privatisasi BUMN dapat dilakukan dengan jalan....


1) perusahaan dipecah menjadi anak-anak perusahaan yang mandiri
2) mengadakan perjanjian dengan swasta untuk membantu tenaga ahli,
teknologi, dan sebagainya tanpa adanya pengalihan kepemilikan
3) BUMN menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat

9) Privatisasi BUMN merupakan usaha untuk meringankan beban


anggaran negara akibat dari beberapa hal kecuali....
1) monopoli yang diberikan kepada BUMN tersebut
2) utang yang terlalu besar
3) tuntutan globalisasi ekonomi

10) Pembentukan perusahaan holding dapat dilakukan dengan bermacam-


macam cara, yakni....
1) menjual saham di pasar modal
2) akuisi, yakni mengambil alih kepemilikan perusahaan lain
3) menyerahkan kepemilikan beberapa perusahaan sejenis kepada satu
perusahaan induk
 ISIP4310/MODUL 5 5.27

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
5.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif I
1) A. Tujuan utama pendirian BUMN bagi negara adalah sebagai sumber
pendapatan negara, terlihat dalam tujuan khususnya yang tertuang
dalam tujuan khususnya yang tertuang dalam peraturan pemerintah
nomor 3 Tahun 1983.
2) C. Perkembangan BUMN setelah kemerdekaan merupakan hasil dari
nasionalisasi perusahaan asing. Dapat dilihat pada perkembangan
BUMN periode atau kurun waktu 1945 - 1960.
3) B. Upaya pemerintah untuk menjadikan BUMN sebagai unit ekonomi
yang berfungsi komersial, dilakukan dengan cara peningkatan
statusnya yaitu mengubah status dari Perum ke Persero.
4) D. Industri vital dan strategi adalah industri yang berkaitan dengan
produksi yang penting bagi negara, di antaranya pengolahan baja,
senjata dan amunisi, pesawat terbang, dan lain-lain.
5) C. BUMN bukan hanya badan yang harus memperoleh keuntungan
namun juga memiliki tujuan non-komersial yang harus dipenuhi.
6) A. Swastanisasi BUMN adalah upaya peningkatan status kepemilikan
BUMN. Hal ini dilakukan untuk pencapaian efisiensi kerja dari
BUMN.
7) D. Perjan sebagai salah satu bentuk BUMN tetap memiliki keharusan
untuk membayar pajak, dengan demikian pajak tidak hanya berlaku
untuk perusahaan swasta.
8) B. Badan usaha BUMN adalah suatu badan usaha dimana dapat seluruh
modalnya milik pemerintah dan dapat juga sebagian besar modalnya
milik pemerintah.
9) D. Tujuan didirikannya BUMN dapat terbagi dua yang secara
komersial dan non-komersial. Tujuan secara Non-komersial yaitu
berlaku sebagai perintis kegiatan usaha yang belum dilakukan
swasta dan koperasi, membantu pembinaan terhadap swasta dan
koperasi, dan menunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.
10) D. Bantuan yang diberikan BUMN kepada pengusaha kecil dan
koperasi di antaranya adalah: membantu pendirian, menerima
pasokan produksinya, dan mengajak untuk melakukan kerja sama.
 ISIP4310/MODUL 5 5.29

Tes Formatif 2
1) A. Privatisasi BUMN dilakukan untuk meringankan beban anggaran
subsidi pemerintah, dengan demikian pemerintah tidak lagi
terganggu dengan masalah-masalah BUMN.
2) B. Reorganisasi BUMN berarti pemecahan BUMN menjadi beberapa
unit usaha (anak perusahaan) atau menjadikan sebagai suatu holding
company.
3) B. Akuisi perusahaan mempunyai arti pengambil alihan kepemilikan
perusahaan lain yang telah lama berdiri.
4) C. Kebaikan dari holding company adalah mendorong efisiensi,
mempercepat perputaran kegiatan usaha, memperlancar
pengembangan keterampilan.
5) B. Holding company akan mempermudah koordinasi operasional,
tetapi hal ini tidak disebabkan karena holding company memiliki
beberapa perusahaan lain.
6) C. Pembentukan Holding Company dapat dilakukan dengan tiga
macam pola, salah satunya adalah pelepasan satu perusahaan.
7) B. Salah satu upaya privatisasi BUMN adalah penjualan saham melalui
pasar modal sesuai aturan main. Upaya ini menjadi pilihan
privatisasi bukan karena aturan main harus melalui pasar modal.
8) D. Pernyataan 1, 2 dan 3 adalah tiga pilihan di antara 7 pilihan
privatisasi BUMN yang dilakukan pemerintah.
9) D. Pernyataan 1, 2, dan 3 bukan merupakan penyebab dari
dilakukannya privatisasi BUMN yang dilakukan pemerintah.
10) C. Pernyataan 2 dan 3 adalah dua di antara tiga cara pembentukan
Holding Company.
5.30 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Ahmad Erani Yustika. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang : BP-FE


UNIBRAW

Barcelius Ruru. (1997). Bentuk Organisasi Perusahaan Holding sebagai


Alternatif Meningkatkan Daya Saing BUMN, Manajemen dan Usahawan
No. 02/Pebruari 1997.

Faisal Basri. (2002). Perekonomian Indonesia,. Jakarta : Penerbit Erlangga

Fuad Bawazer. (1997). Pembinaan dan Pengembangan Produktivitas Sumber


daya Manusia pada BUMN, Manajemen dan Usahawan No. 07/Juli
1997.

Hadianto, Martiono. (2004). Eksistensi BUMN di Tengah Sistem Ekonomi


Pasar, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam
Setengah Abad Terakhir, Ed 5. Jakarta: Penerbit Kanisius

Ibrahim. (1997). Prospek BUMN dan Kepentingan Umum. Citra Aditya


Bakti.

Ida Bagus Putu Sarga (1992). Peran Kelembagaan BUMN dalam Sistem
Perekonomian Indonesia dan Prospeknya, Manajemen dan Usahawan
No. 09/September, 1992.

Panji Anoraga. (1995). BUMN, Swasta, dan Koperasi, Tiga Pelaku Ekonomi.
Jakarta: Pustaka Jaya.

Revrisound Baswir. (1997). Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar bekerja sama dengan IDEA.
Modul 6

Peranan Swasta dalam


Sistem Ekonomi Indonesia
Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

M odul ini berisi uraian mengenai masalah dan peningkatan peranan


swasta dalam perekonomian di Indonesia. Peranan swasta dalam
sistem ekonomi Indonesia dituntut semakin besar seiring dengan merosotnya
harga minyak di pasar internasional pada tahun 1980-an, yang
mengakibatkan menurunnya pendapatan pemerintah. Sejumlah kemudahan
dan fasilitas diberikan oleh pemerintah kepada swasta melalui paket
deregulasi ekspor, impor dan bea masuk, dengan harapan terjadi peningkatan
investasi di sektor swasta. Tetapi, berbagai pemberian fasilitas tersebut tidak
didasarkan pada mekanisme hukum yang jelas, sehingga pengembangan
usaha tersebut tidak dilakukan secara transparan dan tanpa fungsi kontrol.
Perkembangan sektor swasta ternyata menampakkan wujud sebagai
diversifikasi konglomerasi yang memiliki kelemahan potensial dalam
persaingan global sehingga dominasi konglomerasi mengakibatkan
kesenjangan ekonomi semakin lebar. Selain itu, konglomerasi cenderung
melakukan intervensi terhadap birokrasi, yang mengakibatkan meluasnya
praktik kolusi dan korupsi.
Kondisi yang menunjukkan optimisme yang berlebihan dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi tinggi (PET) tanpa memperhatikan kondisi
keseimbangan ekonomi eksternal dan internal, menyebabkan ekonomi
Indonesia terjebak dalam krisis. Upaya mengatasi krisis dilakukan melalui
reformasi di segala bidang. Salah satu di antaranya dengan dibangunnya etika
bisnis yang dilandasi moral keagamaan yang akan mencegah tingginya social
cost dalam masyarakat.
6.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

Setelah mempelajari modul ini, Anda di harapkan mampu menjelaskan


peranan swasta dalam sistem ekonomi di Indonesia. Sedangkan secara
khusus, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. fungsi dan peran swasta dalam memecahkan ekonomi bangsa;
2. faktor-faktor yang mendorong keterlibatan swasta dalam perekonomian
Indonesia.
3. konglomerasi dan perkembangannya di Indonesia;
4. krisis ekonomi Indonesia dan keterlibatan sektor swasta di dalamnya;
5. krisis ekonomi dan peranan kebijakan pemerintah;
6. peningkatan peran swasta melalui pemeriksaan penerapan etika bisnis
dalam sistem ekonomi Indonesia.
 ISIP4310/MODUL 6 6.3

Kegiatan Belajar 1

Peran Swasta dalam


Perekonomian Nasional

D alam bahasan ini, yang dimaksud dengan swasta adalah swasta sebagai
badan usaha, sebagai unit ekonomi yang melaksanakan proses
produksi dan distribusi barang dan jasa.
Dalam suatu negara yang menganut sistem ekonomi pasar, fungsi badan
usaha swasta sangat penting untuk menjawab permasalahan ekonomi yang
dihadapi. Contoh: Badan usaha swasta dalam sistem ekonomi pasar mampu
menjawab masalah ekonomi masyarakat bersangkutan yang meliputi, barang
apa yang harus diproduksi, berapa banyak, bagaimana cara memproduksi,
kepada siapa barang tersebut akan disalurkan. Dalam menjawab
permasalahan tersebut badan usaha swasta berlandaskan pada mekanisme
pasar.
Dalam lingkup mikro atau lingkup pandangan pengusaha, badan usaha
pada hakikatnya merupakan suatu wadah yang dapat meningkatkan
kemampuan seseorang atau kelompok dalam berproduksi dengan berikut ini.
1. Menarik dan mengintegrasikan berbagai sumber daya yang diarahkan
pada suatu output tertentu.
2. Menghadapi berbagai elemen lingkungan usaha. Dengan suatu badan
usaha yang terorganisasi, maka seorang pengusaha akan lebih baik daya
saingnya dan lebih mampu mengatasi berbagai masalah usaha karena ada
kemampuan untuk menangani secara spesialis.
3. Mengembangkan suatu synergy artinya dengan menggabungkan
berbagai sumber daya dalam konteks suatu badan usaha, maka hasil yang
didapat akan menjadi lebih banyak dari jumlah hasil sumber daya itu
sendiri
(Wagiono Ismangil, 1981).

Dalam perekonomian Indonesia yang termasuk menganut sistem


ekonomi campuran (mixing economy), peran badan usaha swasta cukup luas
dalam kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa. Pada masa
pemerintahan Orde Baru, pemberian peran yang luas tadi dimulai dengan
6.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

lahirnya Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman


Modal Dalam Negeri (PMDN).
A. KILAS BALIK KRISIS EKONOMI

Pada dasawarsa `80-an harga minyak di pasar internasional merosot


sampai sekitar 9 dolar AS/barel, padahal 70-80% penerimaan negara saat itu
diperoleh dari minyak. Untuk menggantikan peran pemerintah dalam
perolehan pendapatan negara, maka sejak saat itu usaha swasta didorong
untuk lebih besar perannya dalam proses pembangunan ekonomi nasional.
Pemerintah mulai memberi insentif pada sektor swasta melalui berbagai
macam bentuk paket deregulasi. Salah satunya adalah deregulasi perbankan
yang dikeluarkan sejak tahun 1983 yang dikenal dengan Paket Juni (Pakjun)
dan dilanjutkan dengan Paket Oktober (Pakto) 1988.
Kebijakan ini sangat memberikan keleluasaan kepada perbankan
domestik maupun asing untuk beroperasi, di samping aturan pelonggaran
pemberian kredit. Deregulasi (yang sebenarnya lebih tepat disebut
liberalisasi) di sektor moneter tersebut berperan sebagai pelumas agar sektor
riil yang banyak ditangani swasta bergerak. Kebijakan tersebut ternyata
menyebabkan ekonomi tumbuh sangat cepat sehingga rata-rata setiap tahun
terjadi pertumbuhan sekitar 7% sehingga Bank Dunia menganggap Indonesia
memiliki pertumbuhan yang ajaib, sejajar dengan negara-negara Asia lainnya
seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, Taiwan
dan Cina.
Pada awal dasawarsa `90-an, sejumlah kemudahan yang tertuang dalam
paket deregulasi ekspor, impor, bea masuk, diberikan oleh pemerintah kepada
swasta agar investasi sektor swasta asing maupun nasional dapat meningkat
pesat. Tujuan pemerintah adalah mempertahankan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pada Pelita VI dan Pelita berikutnya.
Pengurusan izin untuk investasi sektor swasta juga banyak mendapatkan
kemudahan-kemudahan. Batas minimal modal yang disetor untuk investasi
asing sejumlah 2 juta dolar AS, sehingga perusahaan asing berskala kecil pun
dapat melaksanakan investasi di Indonesia. Diharapkan berbagai kemudahan
yang diberikan pemerintah melalui paket-paket deregulasi tersebut dapat
meningkatkan daya saing Indonesia dalam merebut minat investor asing.
Selain itu, untuk swasta nasional berbagai macam deregulasi tersebut
dimaksudkan agar sektor swasta mampu mengembangkan diri dengan cepat
sehingga sumbangannya terhadap nilai tambah perekonomian nasional
 ISIP4310/MODUL 6 6.5

menjadi semakin besar. Perkembangan sektor swasta yang sehat terutama


yang berorientasi pada pasar ekspor diharapkan dapat menghasilkan devisa
yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi.
Perkembangan sektor swasta di berbagai bidang usaha berasal dari
proteksi yang diberikan pemerintah pada tahun-tahun awal pelaksanaan PJPT
I. Proteksi ini, diberikan agar penggunaan devisa untuk impor barang
konsumsi dapat lebih dihemat sekaligus memberikan landasan tumbuhnya
industri nasional dalam jangka panjang yang mampu memenuhi kebutuhan
pasar domestik dan dapat bersaing di pasar internasional. Proteksi tersebut
diikuti dengan pemberian berbagai bentuk fasilitas perizinan, fasilitas
mendapatkan modal pinjaman, fasilitas mendapatkan hak monopoli, fasilitas
untuk ikut dalam tender proyek-proyek pemerintah dan sebagainya.
Kondisi perekonomian seperti itu memunculkan fenomena konglomerasi
yang waktu itu sudah banyak diperdebatkan sejak kemunculannya pada
pertengahan dekade 1980-an dan dekade 1990-an. Dalam pandangan secara
umum, konglomerat lebih banyak diartikan sebagai kelompok usaha besar
yang memiliki laju pertumbuhan bisnis yang cepat. Bahkan istilah
konglomerat menjadi istilah sebutan bagi orang yang sangat kaya.
Dari sisi strategi bisnis, istilah konglomerat sebenarnya suatu strategi
pengembangan bisnis dalam bentuk diversifikasi usaha yang tiap jenisnya
tidak saling berkaitan. Dengan demikian, strategi konglomerat atau
konglomerasi ini adalah lawan dari strategi spesialisasi pada sektor produksi
tertentu.
Perkembangan diversifikasi usaha yang cepat dan secara relatif besar
tersebut antara lain karena berbagai bentuk proteksi dan fasilitas yang
diperoleh dari pemerintah. Pemberian proteksi dan fasilitas kepada dunia
usaha swasta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun di
sisi lain juga menimbulkan sifat ketergantungan dunia usaha terhadap
fasilitas itu sendiri. Pemberian fasilitas pinjaman modal dengan tingkat bunga
yang lunak yang bersumber dari kredit likuiditas Bank Indonesia mampu
menumbuhkan usaha sektor swasta, namun dalam jangka panjang
menimbulkan perangkap dan ambruknya usaha swasta itu sendiri, akibat dari
sifat ketergantungannya yang sangat besar terhadap jenis fasilitas seperti itu.
Keberadaan konglomerat dalam perekonomian Indonesia meng-
gambarkan arah perekonomian yang semakin kapitalistik. Keberadaan
konglomerat juga menimbulkan dualisme pendapat yang bersifat setuju
maupun tidak setuju. Pendapat yang lebih berpihak pada konglomerat atau
6.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

yang setuju dengan keberadaannya, antara lain berlandaskan pada asumsi


bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat dicapai
melalui perusahaan besar milik konglomerat tersebut. Bahkan keberadaan
konglomerat dianggap akan mampu membawa Indonesia sebagai kekuatan
ekonomi di Asia yang harus diperhitungkan di masa yang akan datang.
Mengingat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan trilogi
pembangunan yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan
pemerintah waktu itu (Repelita) dan lahirnya konglomerat yang kapitalistik
tersebut akibat proteksi dan fasilitas dari pemerintah, maka secara langsung
maupun tidak langsung pemerintahlah yang membuat arah perekonomian
Indonesia pada waktu yang lebih kapitalistik dibanding corak perekonomian
masa-masa yang lalu.
Pihak yang tidak setuju dengan keberadaan konglomerat menyatakan
bahwa usaha yang besar dan berbagai jenis tersebut akan menyebabkan
matinya berbagai jenis usaha kecil dan menengah. Hal ini akan berdampak
langsung pada pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan
antargolongan masyarakat dan pengangguran.
Memang bila dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik
Bruto Indonesia, kontribusi perusahaan besar pada waktu itu sangat dominan.
Sekitar 58% PDB merupakan sumbangan dari perusahaan besar konglomerat,
24% berasal dari sumbangan BUMN, 8% sumbangan dari perusahaan kecil,
10% berasal dari sumbangan usaha-usaha lain (Damanhuri, dalam
Revrisound Baswir, 1997).
Pusat Data Bisnis Indonesia (dalam Panji Anoraga, 1995)
mengungkapkan bahwa 300 konglomerat di Indonesia pada tahun 1988
menguasai nilai penjualan produk berbagai jenis sebesar Rp 70 triliun. Pada
tahun 1989-1990 telah mencapai skala kegiatan ekonomi kira-kira dua kali
lipat nilai APBN RI pada tahun yang sama. Dari gambaran ini terlihat bahwa
perekonomian Indonesia waktu itu secara nyata memang telah dikuasai oleh
konglomerat.
Namun keajaiban pertumbuhan ekonomi itu hanyalah maya. Menurut
Erani Yustika (2007), para analis ekonomi internasional, seperti Paul
Krugman, menyebut karakteristik pertumbuhan ekonomi Indonesia waktu itu
mirip buih (bubble economy) yang gampang runtuh akibat gangguan-
gangguan sporadis, baik yang datang dari eksternal maupun internal. Secara
umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut disokong beberapa
praktek negatif, yakni: Pertama, deregulasi perbankan tidak diikuti dengan
 ISIP4310/MODUL 6 6.7

instrumen pengawasan dan penegakan regulasi (law enforcement). Selain itu


dengan adanya deregulasi perbankan pada tahun 1988, jumlah bank secara
signifikan bertambah banyak. Akibatnya, banyak perbankan beroperasi
secara tidak hati-hati (inprudent), seperti pelanggaran legal limit lending/3L
(batas peminjaman sesuai ketentuan). Kedua, dunia bisnis Indonesia tumbuh
karena proteksi yang berlebihan dari pemerintah, baik dalam bentuk fasilitas
monopoli, kartel, konsesi, tata niaga, dan lain-lain. Implikasinya, daya
saingnya sangat rapuh sehingga ketika dihadapkan dengan kompetisi terbuka
dalam pasar internasional, korporasi tersebut langsung ambruk. Ketiga, tanpa
disadari pula dunia korporasi Indonesia sangat tergantung pada bahan baku
impor serta struktur keuangan yang lebih besar utang dibanding asetnya
(terutama utang luar negeri). Akibatnya, begitu utang sampai pada jatuh
tempo, perusahaan kesulitan membayarnya.
Situasi dan kondisi seperti tersebut di atas kemudian bertemu dengan
jatuhnya mata uang rupiah akibat permainan para spekulan internasional di
pasar valuta asing. Begitu mata uang rupiah ambruk, sektor swasta maupun
pemerintah tidak berdaya. Kurs dolar AS terhadap rupiah terus meroket
hingga pernah mencapai Rp.15.700,- per dolar AS pada akhir Januari 1990.
Kredit perbankan banyak yang macet karena tingginya tingkat suku bunga.
Inilah awal dari krisis ekonomi yang didahului oleh krisis moneter yang
kemudian memicu krisis yang semakin kompleks. Para pengusaha besar
banyak yang bangkrut dan sekaligus menyeret sektor perbankan yang
akhirnya menjadi pasien Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Akibatnya pemerintah terpaksa menanggung biaya krisis yang amat tinggi,
mencapai 640 triliun rupiah lebih pada tahun 2000, yang akhirnya rakyatlah
yang memikul beban itu.
Peristiwa tahun 1997 tersebut mirip tsunami, semua yang ada tersapu
habis. Jika pada periode-periode sebelumnya setiap guncangan ekonomi
relatif mudah untuk dipulihkan, tetapi krisis tahun 1997 memerlukan waktu
yang panjang untuk pemulihannya.

B. PRO DAN KONTRA KONGLOMERASI

Keberadaan konglomerat memang menjadikan perekonomian Indonesia


menjadi semakin kapitalistik. Keberadaannya mengundang dualisme
pendapat yang bersifat setuju maupun tidak setuju. Pendapat yang lebih
berpihak pada konglomerat memberikan alasan bahwa pencapaian
6.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat dicapai melalui perusahaan


besar milik konglomerat tersebut. Bahkan keberadaan konglomerat dianggap
akan mampu membawa Indonesia sebagai kekuatan ekonomi di Asia yang
harus diperhitungkan di masa yang akan datang. Mengingat pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan trilogi pembangunan yang
tercantum dalam dokumen rencana pembangunan pemerintah waktu itu
(Repelita) dan lahirnya konglomerat yang kapitalistik tersebut akibat proteksi
dan fasilitas dari pemerintah, maka secara langsung maupun tidak langsung
pemerintahlah yang membuat arah perekonomian Indonesia pada waktu yang
lebih kapitalistik dibanding corak perekonomian masa-masa yang lalu. Pihak
yang tidak setuju dengan keberadaan konglomerat menyatakan bahwa usaha
yang besar dan berbagai jenis tersebut akan menyebabkan matinya berbagai
jenis usaha kecil dan menengah. Hal ini akan berdampak langsung pada
pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan antar golongan
masyarakat dan pengangguran.
Beberapa segi bahaya dari penguasaan ekonomi nasional oleh
konglomerat ada 4 (empat) hal (Revrisound Baswir, 1997), yaitu berikut ini.
1. Model konglomerasi Indonesia memiliki kelemahan potensial dalam
persaingan global. Inefisiensi pada usaha yang bersifat diversifikasi
terlampau berat untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan luar
negeri yang telah menekuni spesialisasinya selama puluhan tahun.
2. Dominasi ekonomi pada para konglomerat memperburuk kesenjangan
ekonomi.
3. Dominasi konglomerasi cenderung menyebabkan lemahnya kemampuan
birokrasi dalam mengatur perekonomian. Perusahaan konglomerat telah
menunjukkan gejala intervensi terhadap birokrasi.
4. Dominasi berbagai cabang produksi dan aset nasional oleh perusahaan
konglomerat menyebabkan semakin meruncingnya kecemburuan sosial.

Banyak ditengarai perkembangan konglomerat pada era Orde Baru


seiring dengan meluasnya praktik kolusi dan korupsi yang akan merusak dan
meruntuhkan moral bangsa. Dari sisi ekonomi, praktik kolusi dan korupsi
menyebabkan efisiensi yang rendah dalam perekonomian Indonesia. Dengan
kata lain praktik-praktik tersebut menjadi penyebab terjadinya ekonomi biaya
tinggi yang secara rasional hal ini menyebabkan daya tarik perekonomian
kita menjadi rendah di mata calon investor asing. Ekonomi biaya tinggi juga
menjadi sebab lemahnya daya saing produk ekspor di pasar internasional.
 ISIP4310/MODUL 6 6.9

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Ada beberapa segi bahaya dari penguasaan ekonomi nasional oleh
konglomerat. Sebut dan jelaskan!
2) Apa hakikat badan usaha dalam lingkup mikro atau lingkup makro
dalam pandangan pengusaha?
3) Pemberian proteksi dan fasilitas dari pemerintah kepada swasta hanya
terserap pihak-pihak swasta tertentu saja. Mengapa bisa terjadi
demikian? Jelaskan !

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda perlu jelaskan segi negatif jika ekonomi dipegang sepenuhnya oleh
konglomerat seperti semakin lebar jurang pemerataan pendapatan,
adanya capital flight, dan lain-lain.
2) Jika Anda secara seksama membaca uraian di atas Anda akan
menemukan jawabannya.
3) Karena begitu kuatnya pengaruh konglomerat, peran birokrasi tidak bisa
netral lagi. Apalagi para konglomerat berasal dari kerabat, famili dan
kroni-kroninya.

RA NG K UM A N

Badan usaha swasta merupakan salah satu pelaku ekonomi di


Indonesia yang menyelenggarakan aktivitas produksi dan distribusi
selain BUMN dan koperasi. Peranan swasta dalam perekonomian
Indonesia dituntut semakin besar untuk mengimbangi kebutuhan laju
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi pada tahapan pembangunan.
Perkembangan kegiatan sektor swasta didorong melalui berbagai bentuk
kemudahan maupun pemberian berbagai perlindungan dan fasilitas.
Konglomerasi merupakan gejala yang banyak dibicarakan pada masa
sepuluh tahun terakhir. Berbagai pendapat muncul dari penilaian yang
6.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

bersifat positif maupun negatif dari dampak keberadaan konglomerat


tersebut bagi kondisi, sosial ekonomi dan budaya bangsa.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


I) Dalam perekonomian campuran seperti di Indonesia usaha swasta
terlibat dalam….
A. menjawab permasalahan ekonomi dan sosial
B. menjawab permasalahan ekonomi dari segi mikro
C. menjawab kesenjangan penggunaan teknologi maju
D. menjawab ketimpangan pemerataan pendapatan

2) Pada awal pemerintahan Orde Baru peningkatan peran swasta nasional


dan asing dalam perekonomian Indonesia diawali oleh….
A. nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia
B. penggabungan usaha swasta dengan usaha negara
C. penyehatan lembaga keuangan milik swasta dan negara
D. undang-undang penanaman modal asing dan modal dalam negeri

3) Krisis ekonomi Indonesia terutama disebabkan karena….


A. praktek KKN yang berlebihan
B. neraca perdagangan defisit
C. pertumbuhan konglomerat yang banyak tergantung pada utang
terutama dari luar negeri
D. ketergantungan pada produk asing

4) Dominasi yang besar oleh kekuatan konglomerat dapat mempengaruhi


putusan....
A. jajaran birokrasi pemerintahan
B. kesepakatan pengembangan potensi ekonomi rakyat
C. alokasi sumber daya ekonomi yang lebih efisien
D. kegiatan ekspor dan impor barang

Soal Tipe B ( Hubungan Antar Hal)

Pilihlah :
A Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
 ISIP4310/MODUL 6 6.11

C Jika salah satu pernyataan tersebut salah.


D Jika kedua pernyataan salah.
5) Adanya dominasi konglomerasi menjadikan perekonomian negara
menjadi maju
Sebab
Dalam konglomerasi, modal usaha yang digunakan sangat besar.

6) Monopoli dan oligopoli oleh sektor swasta mendatangkan kerugian


Sebab
Monopoli dan oligopoli menekan sektor usaha kecil.

7) Praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme sangat merugikan bangsa dan


negara
Sebab
Korupsi, kolusi, dan nepotisme meruntuhkan moral bangsa dan
menyebabkan efisiensi yang rendah dalam perekonomian Indonesia.

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)

Pilihlah
A : Jika (1), (2), dan (3) benar.
B : Jika (1) dan (3) benar.
C : Jika (2) dan (4) benar.
D : Jika jawaban (1) (2) dan (3) semuanya benar.

8) Pada dasawarsa 1980-an harga minyak di pasar internasional merosot


sehingga….
1) kesempatan bagi pemerintah untuk menaikkan harga minyak
2) mengurangi peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi
3) mempengaruhi penerimaan anggaran pemerintah

9) Paket deregulasi ekspor, impor, bea masuk diberikan oleh pemerintah


pada swasta, kecuali agar....
1) usaha swasta bisa membantu perekonomian negara
2) barang-barang di dalam negeri tidak mahal
3) swasta mudah memasukkan barang dari luar negeri

10) Korupsi dan kolusi lahir dari….


1) tuntutan keadaan perekonomian
2) sikap mental rendah sebagian pihak yang berkuasa
3) sifat minta fasilitas kemudahan dari sektor bisnis swasta
6.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 6 6.13

Kegiatan Belajar 2

Krisis Ekonomi dan Peningkatan Peran


Swasta dalam Perekonomian Indonesia

M emasuki pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang


menimpa negara-negara Asia seperti Thailand, Korea Selatan,
Indonesia, dan Malaysia. Krisis ini berupa jatuhnya nilai tukar mata uang
negara-negara tersebut terhadap dolar Amerika. Dalam tempo beberapa
bulan, negara-negara yang dianggap sebagai kekuatan baru di bidang industri
(New Industrial Countries) seperti Korea Selatan, ekonominya menjadi
porak-poranda akibat krisis tersebut. Bahkan ada yang lebih parah dari Korea
Selatan, yakni Thailand dan Indonesia.
Krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia tersebut diawali oleh
kondisi perekonomian negara-negara bersangkutan dalam posisi tidak berada
dalam situasi keseimbangan internal maupun eksternal. Contoh:
Perekonomian Indonesia di dalam negeri mengalami persoalan inflasi dan
pengangguran yang meluas yang hal ini disebut perekonomian tidak berada
pada posisi keseimbangan internal. Di pihak lain, neraca pembayaran
internasional mengalami defisit. Hal inilah yang dimaksud dengan
perekonomian tidak dalam keseimbangan eksternal. Kurang lebih demikian
pulalah kondisi negara Thailand yang juga mengalami ketidakseimbangan
ekonomi internal maupun eksternal seperti Indonesia.
Defisit neraca pembayaran, khususnya di Indonesia, terjadi akibat
kecilnya perolehan devisa dari ekspor dibandingkan dengan kewajiban
pembayaran utang ke pihak luar negeri baik sebagai akibat utang negara dan
utang swasta dalam rangka investasi dan impor barang jadi maupun setengah
jadi. Kebutuhan akan dolar terutama untuk membayar utang swasta jangka
pendek yang telah sampai pada jatuh tempo pembayarannya, menimbulkan
terjadinya excess demand (kelebihan permintaan) akan valuta asing yang
berupa dolar Amerika. Hal ini berakibat merosotnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar dalam persentase yang amat besar. Kemerosotan nilai rupiah
ini juga akibat spekulasi mata uang di pasar internasional. Intervensi Bank
Indonesia melalui pelebaran kurs jual dan kurs beli tidak menghasilkan
sesuatu yang dapat menahan laju kemerosotan nilai tukar rupiah, dan
akhirnya nilai tukar rupiah dibiarkan mengambang sepenuhnya.
6.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

Dalam sektor produksi di Indonesia, komposisi bahan baku maupun


bahan pembantu yang diimpor persentasenya cukup besar. Merosotnya nilai
tukar rupiah menyebabkan sektor produksi sangat terpukul dengan kenaikan
nilai bahan baku yang harus diimpor, yang hal ini langsung berpengaruh
terhadap kenaikan harga di dalam negeri. Dalam jangka waktu 3 sampai 6
bulan, krisis moneter di Indonesia telah berubah menjadi krisis ekonomi yang
cukup parah. Selain inflasi yang mencapai 47% (akhir 1997), banyak tenaga
kerja yang terkena PHK karena sektor produksi manufaktur banyak yang
menutup usahanya atau mengurangi kapasitasnya sampai pada tingkat yang
minimal. Musim kemarau panjang menyebabkan kegagalan panen tanaman
pangan, sehingga harga beras naik diikuti harga kebutuhan pokok lainnya.
Barang-barang kebutuhan pokok menjadi obyek penimbunan para pedagang
dalam rangka spekulasi harga.
Dalam mengatasi krisis ekonomi yang bersumber dari krisis moneter,
negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Thailand dan Indonesia meminta
bantuan pinjaman dana dari Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga
internasional ini yang disponsori oleh negara-negara maju, bersedia
membantu memulihkan perekonomian negara-negara Asia yang terkena
krisis dengan syarat harus melakukan perubahan kelembagaan ekonomi dan
moneter. Perubahan ini yang sering disebut reformasi ekonomi. Tujuan
reformasi ekonomi adalah untuk menghilangkan berbagai bentuk distorsi atau
penghambat yang menyebabkan krisis, baik yang bersumber dari
keseimbangan internal maupun eksternal.
Bidang-bidang garapan reformasi ekonomi secara umum meliputi
penataan kembali sistem keuangan dan perbankan, penghapusan monopoli
berbagai jenis komoditi, penghapusan proteksi industri nasional,
pengurangan subsidi berbagai kebutuhan masyarakat luas, memberikan
subsidi untuk kredit usaha kecil dan sebagainya. Dilihat dari sisi moneter dan
anggaran pemerintah, kebijakan reformasi ekonomi dan keuangan ini bersifat
kontraktif. Sementara dari sisi pasar barang, sasaran reformasi mengarahkan
berfungsinya mekanisme pasar. Dalam kurun waktu beberapa bulan sejak
kesepakatan IMF dengan negara Korea Selatan dan Thailand, secara
berangsur-angsur krisis ekonomi yang diawali oleh krisis moneter dapat
diatasi. Kunci penanganan krisis pada dua negara tersebut adalah komitmen
yang tinggi dari pemerintah untuk menangani krisis tersebut. Hal ini
diwujudkan mulai dari permintaan maaf pemerintah Korea Selatan kepada
masyarakat sampai kesediaan mundur dari jabatan Perdana Menteri Thailand.
 ISIP4310/MODUL 6 6.15

Penanganan krisis di Indonesia berlangsung berlarut-larut. Hal ini


disebabkan karena IMF menerapkan obat yang sama pada negara-negara
yang terkena krisis, padahal latar belakang masing-masing berbeda. Akibat
kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk menangani krisis maka lunturlah
kepercayaan masyarakat akan itikad dan kemampuan pemerintah dalam
menangani krisis ekonomi, sehingga tidak setiap kebijakan pemerintah selalu
direspons secara positif. Tuntutan reformasi ekonomi kemudian diikuti
reformasi politik yang semakin luas dan menyebabkan jatuhnya kekuasaan
Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.
Dalam krisis ekonomi yang tak kunjung selesai itu, berbagai kekeliruan
kebijakan ekonomi pemerintah yang berorientasi pada target pertumbuhan
ekonomi mendapat sorotan yang tajam. Secara tidak langsung hal inilah yang
dianggap menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi akibat mekanisme
yang tidak benar dalam saluran perkreditan, saluran impor, pemberian
fasilitas dan kemudahan berbagai bidang pada para pengusaha konglomerat.
Fokus penanganan krisis banyak terkonsentrasi pada usaha menstabilkan nilai
kurs rupiah pada tingkat yang wajar, dan usaha menekan tingkat inflasi ke
tingkat 17% per tahun. Instrumen kebijakan moneter yang digunakan yaitu
politik pasar terbuka melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dengan tingkat bunga yang tinggi. Tingginya suku bunga SBI langsung
berpengaruh pada suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Dengan
tingkat suku bunga kredit sekitar 50% per tahun praktis aktivitas investasi di
sektor produksi atau sektor riil terhenti sehingga wajar bila pertumbuhan
ekonomi ditarget sebesar -4% per tahun.
Langkah penyehatan lembaga keuangan bank diawali dengan likuidasi
terhadap 16 bank swasta yang mempunyai masalah, dilanjutkan dengan
pembekuan 7 buah bank swasta, dan memasukkan 47 bank umum swasta dan
BUMN pada Badan Pengawas Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Dalam rangka memperkuat permodalan bank umum, yang disyaratkan
minimal Rp 250 miliar, pemerintah menganjurkan penggabungan bank-bank
dengan cara merger. Kecilnya modal yang dimiliki oleh bank umum
menyebabkan sering terjadi kesulitan likuiditas dan pada akhirnya menjadi
beban Bank Indonesia yang harus memberikan kredit likuiditas pada bank-
bank tersebut. Sebagian besar kredit likuiditas Bank Indonesia tersebut
banyak yang menjadi kredit macet pada bank-bank umum swasta. Ironinya
bagian terbesar bank-bank umum swasta tersebut dimiliki oleh para
konglomerat. Kemacetan kredit likuiditas Bank Indonesia pada bank umum
6.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

swasta, disebabkan oleh karena: Pertama, sebagian besar kredit tersebut


disalurkan pada sektor produksi milik grup masing-masing bank sehingga
diduga kelayakan kredit usaha tersebut kurang selektif penilaiannya. Kedua,
diduga kuat sebagian dari uang kredit tersebut disalurkan oleh para
konglomerat ke bank di luar negeri. Di sinilah terbukti pula bahwa selain
menjadi penyebab krisis ekonomi, konglomerat swasta juga menjadi
penyebab krisis yang berlarut-larut yang sampai sekarang kasus-kasus BLBI
(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) masih belum dapat dituntaskan yang
mengorbankan uang rakyat sampai ratusan triliun rupiah.
Apa yang telah disinggung pada Modul 6 ini, menggambarkan lemahnya
kontrol pemerintah di sektor moneter dalam negeri sehingga membuat
perilaku pengusaha konglomerat sulit dikendalikan. Kebijakan stabilisasi
perekonomian Indonesia selama bertahun-tahun yang sangat terfokus pada
sektor moneter, malahan membuat tingkat bunga dalam negeri tinggi
melampaui tingkat bunga di pasar uang internasional. Pinjaman luar negeri
dalam bentuk dolar yang berjangka pendek dalam jumlah mencapai lebih dari
70 miliar dolar, mekanismenya tidak melalui Bank Indonesia sehingga fungsi
kontrol BI terhadap kewajiban pembayaran utang luar negeri juga tidak ada.
Hal inilah yang menjadi sumber krisis moneter dari sektor neraca
pembayaran.
Selanjutnya, dalam situasi krisis maupun pasca krisis, kebijakan
pemerintah apa yang dapat memperbaiki dan meningkatkan peran swasta
dalam perekonomian Indonesia? Suatu pelajaran yang dapat dipetik dari
akibat krisis ekonomi adalah kesengsaraan dan kemiskinan yang makin
meluas di kalangan masyarakat Indonesia. Pengalaman krisis ini memberikan
pelajaran bahwa kebijakan pemerintah yang selalu lebih berorientasi ke
pertumbuhan ekonomi, menyebabkan aspek pemerataan pendapatan menjadi
dikalahkan dalam perekonomian Indonesia. Keberpihakan pemerintah kepada
para pengusaha besar menghapuskan fungsi kontrol dalam penerapan
kebijakan ekonomi pemerintah.
Penerapan etika bisnis dari kalangan pengusaha tidak cukup hanya
diharapkan melalui munculnya kesadaran internal, tetapi harus dipaksakan.
Hal ini disebabkan karena etika bisnis yang diletakkan secara proporsional
dalam perekonomian nasional sebenarnya merupakan corak utama dari
sistem ekonomi Indonesia yang dibangun atas asas kekeluargaan. Etika bisnis
yang dilandasi moral keagamaan, dalam praktek akan mencegah tingginya
"social cost" yang harus ditanggung masyarakat dalam bentuk PHK, makin
 ISIP4310/MODUL 6 6.17

melebarnya jurang perbedaan pendapatan karena penetapan upah yang


rendah, dan kerusakan lingkungan hidup yang menimbulkan eksternalitas
negatif dalam perekonomian. Kemampuan pemerintah mendorong atau
memaksa sektor usaha swasta meningkatkan peranannya dalam ekonomi
Indonesia melalui praktek penerapan etika bisnis tersebut hanya akan berhasil
jika didasari oleh kondisi pemerintahan yang bersih dan berwibawa, bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Di samping itu, demokrasi ekonomi
harus ditegakkan, yang manifestasinya berupa keberpihakan pada ekonomi
kerakyatan.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan keseimbangan internal dan eksternal
yang menjadi penyebab krisis moneter Indonesia!
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan anti krisis yang bersifat
kontraktif dari sisi moneter!
3) Peran pengusaha swasta besar atau konglomerat cukup dominan sebagai
penyebab krisis dari sektor moneter. Jelaskan
4) Dari segi kebijakan ekonomi, orientasi pertumbuhan ekonomi yang
berlebihan ternyata sebagai penyebab utama krisis. Jelaskan!
5) Moral dan etika bisnis di kalangan pengusaha swasta akan
meningkatkan sumbangan mereka pada perekonomian Indonesia.
Jelaskan!
6) Penerapan moral dan etika bisnis dari lingkungan swasta harus
dipengaruhi dengan kondisi apa ? Jelaskan

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Anda perlu menjelaskan keseimbangan yang berasal dari dalam


perekonomian itu sendiri dan yang berasal dari luar!
2) Kebijakan yang bersifat kontraktif lebih menekankan pada kebijakan
pengetatan moneter, misalnya dengan kenaikan suku bunga SBI,
mengurangi subsidi dan sebagainya. Selanjutnya diskusikan dengan
teman Anda.
6.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

3) Untuk menjawab pertanyaan ini Anda dapat memulai dari data empiris
bahwa defisit neraca pembayaran disebabkan oleh hutang jangka pendek
oleh perusahaan swasta yang sangat besar. Seterusnya diskusikan dengan
teman Anda.
4) Kebijakan pertumbuhan ekonomi tinggi berimplikasi pada kebijakan
pilih kasih di mana para konglomerat diberikan fasilitas dan perlakuan
khusus yang berlebihan. Ironisnya kebijakan ini justru dibalas dengan air
tuba.
5) Moral dan etika sangat signifikan terhadap terjadinya fair business.
6) Moral dan etika bisa berjalan jika ada instrumen yang sifatnya memaksa
(misalnya peraturan, hukum dan sebagainya).

RA NG K UM A N

Optimisme yang berlebihan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi


tinggi tanpa memperhatikan kondisi keseimbangan ekonomi eksternal
dan internal, menyebabkan ekonomi Indonesia terjebak dalam krisis.
Krisis ekonomi ini diawali dari krisis moneter yaitu berupa
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dalam angka relatif yang
sangat besar. Krisis yang menimpa perekonomian Indonesia diawali dari
krisis moneter yang menimpa beberapa negara di kawasan Asia.
Upaya mengatasi krisis ekonomi di Indonesia tidak hanya
memerlukan reformasi ekonomi tetapi harus diikuti reformasi politik dan
hukum. Melalui saluran sektor moneter, peranan sektor swasta sebagai
penyebab krisis di Indonesia sangat besar.
Kebijakan pemerintah baik moneter maupun fiskal untuk mengatasi
krisis berdampak meluasnya kemiskinan dan pengangguran. Kebijakan
pemerintah untuk meningkatkan peran swasta dalam perekonomian
Indonesia harus dimulai dengan penerapan dan operasionalisasi etika
bisnis dalam bentuk menghindari PHK, penjaminan tingkat upah
pekerja, dan menekan kerusakan lingkungan akibat pengurasan sumber
daya alam. Etika bisnis ini hanya dapat dipaksakan jika kondisi
pemerintah bersih dan berwibawa.
 ISIP4310/MODUL 6 6.19

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Perekonomian tidak berada dalam keseimbangan eksternal bila….
A. adanya inflasi dan pengangguran yang meluas
B. neraca pembayaran internasional mengalami defisit
C. neraca pembayaran internasional mengalami surplus
D. perolehan devisa dari ekspor cukup besar

2) Kebutuhan akan dolar terutama untuk membayar utang swasta jangka


pendek yang telah jatuh tempo, menimbulkan....
A. kekurangan penawaran valuta asing
B. kekurangan permintaan valuta asing
C. kelebihan penawaran valuta asing
D. kelebihan permintaan valuta asing

3) Merosotnya nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap kenaikan barang di


dalam negeri. Hal ini disebabkan….
A. kenaikan nilai bahan baku yang harus diimpor
B. produsen membutuhkan tambahan modal produksi
C. tambahan biaya untuk upah tenaga kerja
D. penyesuaian harga barang dengan harga barang lain

4) Instrumen kebijakan moneter yang digunakan pemerintah dalam


mengatasi krisis adalah....
A. peningkatan devisa dengan ekspor ke luar negeri
B. peningkatan peranan swasta dalam perekonomian
C. menaikkan harga barang di dalam negeri
D. penjualan Sertifikat Bank Indonesia dengan tingkat bunga tinggi

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)

Petunjuk: Pilihlah
A: Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan
hubungan sebab akibat.
B: Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C: Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D: Jika kedua pernyataan salah.
6.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

5) Dalam perekonomian Indonesia, aspek pemerataan pendapatan tidak


tercapai
Sebab
Kebijakan pemerintah selalu lebih berorientasi ke pertumbuhan
ekonomi.

6) Penanganan krisis di Indonesia berlangsung berlarut-larut


Sebab
Negara tidak mendapat bantuan dari masyarakat dan dunia
internasional.

7) Krisis moneter di Indonesia bukan merupakan tanggung jawab


masyarakat
Sebab
Masyarakat tidak ikut merasakan hasil pembangunan ekonomi yang
telah dicapai.

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah
A Jika (1), dan (2), benar
B Jika (1) dan (3) benar
C Jika (2) dan (4) benar
D Jika jawaban (1) (2) dan (3) semuanya benar

8) Bidang-bidang garapan reformasi ekonomi secara umum antara lain


meliputi….
1) penataan kembali sistem keuangan dan perbankan
2) memberikan subsidi untuk kredit usaha kecil
3) penghapusan proteksi industri nasional

9) Fokus penanganan krisis ekonomi banyak terkonsentrasi pada usaha….


1) menghentikan impor barang dari luar negeri
2) menekan tingkat inflasi ke tingkat 17% per tahun
3) menstabilkan nilai kurs rupiah pada tingkat yang wajar

10) Etika bisnis yang dilandasi moral keagamaan, dalam praktik akan
mencegah….
1) tingginya social cost yang harus ditanggung masyarakat
2) pengutamaan kepentingan pribadi
3) melebarnya jurang perbedaan pendapat
 ISIP4310/MODUL 6 6.21

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
6.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif I
1) B. Menjawab permasalahan ekonomi dari segi mikro.
2) D. Undang-undang penanaman modal asing dan modal dalam negeri.
3) C. Pertumbuhan konglomerat yang banyak tergantung pada utang
terutama dari luar negeri
4) A. Jajaran birokrasi pemerintahan.
5) C. Dominasi konglomerasi tidak menjamin perekonomian negara
menjadi maju.
6) A. Kedua pernyataan benar dan menunjukkan hubungan sebab akibat.
7) C. Kedua pernyataan benar dan menunjukkan hubungan sebab akibat.
8) C. Peran pemerintah berkurang dan mempengaruhi penerimaan
anggaran pemerintah.
9) D. Semua pernyataan benar.
10) B. Mental rendah dan sifat minta kemudahan fasilitas.

Tes Formatif 2
1) B. Neraca pembayaran internasional mengalami defisit.
2) D. Kelebihan permintaan valuta asing.
3) A. Kenaikan nilai bahan baku yang harus diimpor.
4) D. Penjualan SBI dengan tingkat bunga tinggi.
5) A. Kedua pernyataan benar dan menunjukkan hubungan sebab akibat.
6) C. Salah satu dari pernyataan salah.
7) D. Kedua pernyataan salah.
8) D. Semua benar.
9) C. Menekan tingkat inflasi dan menstabilkan nilai tukar rupiah.
10) B. Tingginya social cost dan melebarnya jurang perbedaan pendapat.
 ISIP4310/MODUL 6 6.23

Daftar Pustaka

Ahmad Erani Yustika. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang: BP- FE


UNIBRAW

Cornelis Rintuh (1995). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Penerbit


Liberty.

Faisal Basri. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kwik Kian Gie. (1988). Kemitraan, Dagang, atau Sosial (Dalam Gonjang-
ganjing Ekonomi Indonesia). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama &
STIE-IBII.

Mubyarto. (1988). Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Panji Anoraga. (1995). BUMN. Swasta dan Koperasi. Tiga Pelaku Ekonomi.
Jakarta: Pustaka Jaya.

Revrisound Baswir. (1997). Agenda Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar bekerja sama IDEA.

Tim KAHMI Jaya (Editor). (1998). Indonesia di Simpang Jalan. Jakarta:


Mizan Pustaka.

Wagiono Ismangil. (1981). Wawasan Ekonomi Pancasila. Editor Abdul


Madjid dan Sri Edi Swasono. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Modul 7

Strategi Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

D alam modul tujuh ini, akan dibahas mengenai berbagai macam strategi
pembangunan ekonomi dan penerapan strategi perekonomian di
Indonesia. Pada dasarnya, strategi pembangunan bertujuan untuk mengubah
perekonomian tradisional (seperti pertanian) menjadi perekonomian modem
(industri). Chenry dan Syrquin menganggap bahwa pembangunan ekonomi
dengan industrialisasi merupakan satu dimensi yang mampu membawa
masyarakat negara sedang berkembang yang hidup dalam kemiskinan
menuju kemakmuran. Sementara pembentukan polarisasi unit-unit kegiatan
ekonomi akan menimbulkan efek positif yang sering disebut "spread effect"
dan efek negatif yang dikenal dengan istilah "backwash effect".
Strategi pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi ditujukan agar
sistem ekonomi mampu tumbuh pada kapasitas maksimum tanpa gejolak.
Tetapi akibat penerapan strategi tersebut banyak menimbulkan kepincangan
sosial yang semakin tajam antara desa-kota, kaya-miskin dan antar daerah.
Dalam perkembangannya kemudian ditemukan strategi yang mengutamakan
pada pertumbuhan dan pemerataan.
Adanya masalah-masalah dalam pembangunan perekonomian di
Indonesia sebagai akibat penerapan strategi pertumbuhan. Permasalahan
tersebut ditambah dengan krisis ekonomi yang melanda Asia yang
mengakibatkan semakin beratnya permasalahan yang harus dihadapi
Indonesia. Upaya perbaikan dilakukan melalui reformasi ekonomi yang
disertai perbaikan kerangka dasar politik dan hukum yang menjamin
tegaknya demokrasi.
Secara umum materi ini bertujuan agar Anda mampu menjelaskan
konsep strategi pembangunan perekonomian di Indonesia, sedang secara
khusus Anda diharapkan mampu menjelaskan:
7.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

1. berbagai macam strategi pembangunan perekonomian;


2. strategi pembangunan perekonomian di Indonesia;
3. gejala ekonomi yang muncul dari penerapan strategi perekonomian di
Indonesia;
4. alternatif strategi yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan.
 ISIP4310/MODUL 7 7.3

Kegiatan Belajar 1

Berbagai Macam Strategi


Pembangunan Ekonomi

S asaran dari berbagai strategi pembangunan ekonomi yang pernah


dikemukakan para ahli pada umumnya bertujuan untuk mengubah
corak perekonomian yang tradisional menjadi perekonomian modern.
Dengan kata lain, terjadi perubahan struktur ekonomi dalam masyarakat yang
sedang membangun. Perubahan struktur ekonomi atau perubahan komposisi
ekonomi tersebut antara lain meliputi perubahan besarnya sumbangan sektor
tradisional seperti pertanian dalam produksi nasional yang proporsinya
diharapkan semakin menurun. Sementara sumbangan sektor industri dalam
pembentukan produksi nasional proporsinya diharapkan semakin meningkat.
Dalam penyerapan tenaga kerja total, perubahan struktur ekonomi yang lebih
modern ditandai dengan menurunnya persentase tenaga kerja yang bekerja di
sektor pertanian, sementara tenaga kerja yang bekerja di sektor industri atau
sektor modern persentasenya semakin besar.
Strategi pembangunan ekonomi dengan industrialisasi dalam
perekonomian berkembang, menurut Chenery (dalam Sadono Sukirno, 1985),
telah berhasil memberikan sumbangan 38% pada perekonomian nasional dan
pada tingkat pendapatan perkapita sebesar US $ 1000. Sebelumnya pada
tingkat pendapatan perkapita US $ 100, sektor industri menyumbang 17%
dari GNP. Peranan sektor pertanian dalam menyumbang produksi nasional
pada tingkat pendapatan perkapita US $ 100 sebesar 45%. Setelah
pendapatan perkapita menjadi US $ 600 atau menjadi 6 kali lipat, ternyata
pendapatan perkapita masih tertinggal bila dibandingkan sektor industri yang
naik menjadi 10 kali lipat. Hal ini berakibat pertumbuhan pendapatan per
kapita tidak sebanding dengan pertumbuhan sektor industri. Perbedaan laju
pertumbuhan sektor industri dengan pertumbuhan pendapatan perkapita
tersebut disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:
1. sebagai akibat substitusi impor;
2. perkembangan permintaan barang-barang jadi;
3. perkembangan permintaan barang-barang setengah jadi.
7.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

Pengembangan industri substitusi impor di dalam strategi industrialisasi


telah menyumbang 50% dari perbedaan pertumbuhan produksi nasional dari
sektor industri dengan tingkat pendapatan perkapita.
Akan tetapi, menurut Chenery dan Syrquin yang menganggap bahwa
pembangunan ekonomi dengan industrialisasi merupakan satu dimensi yang
mampu membawa masyarakat negara sedang berkembang yang hidup dalam
kemiskinan menuju kemakmuran. Strategi pembangunan perlu
menitikberatkan pada industri tertentu yang bertindak sebagai "industri
pemimpin" (leading industry). Menurut Bodeville (dalam John Glasson,
1975), yang dimaksud dengan industri pemimpin ini adalah industri yang
memiliki sifat berikut ini.
1. Industri yang relatif baru dan dinamis dengan teknologi tinggi yang
mampu mendorong iklim pertumbuhan.
2. Produk dari industri ini memiliki elastisitas pendapatan yang tinggi.
3. Industri ini memiliki kaitan ke depan maupun ke belakang yang kuat
dengan industri yang lain.

Industri pemimpin ini juga didukung oleh perusahaan yang mendorong


laju perkembangan ekonomi dengan sifat skala perusahaannya yang besar,
memiliki kemampuan untuk inovasi, mempunyai laju pertumbuhan yang
cepat dalam mendukung perkembangan industri. Jika dihubungkan dengan
aspek wilayah, pertumbuhan ekonomi yang cepat tersebut melalui
industrialisasi tidak akan terjadi pada seluruh bagian wilayah. Oleh
karenanya dari sisi geografis wilayah, Perroux memperkenalkan "kutub-
kutub pertumbuhan", yang salah satu syaratnya harus ada jenis industri yang
jadi industri pemimpin.
Menurut strategi kutub pertumbuhan, adanya industri pemimpin yang
memiliki kaitan ke depan maupun ke belakang dengan industri lain
menimbulkan proses pembentukan polarisasi unit-unit kegiatan ekonomi. Hal
ini yang disebut dengan aglomerasi. Aglomerasi tersebut akan menimbulkan
"spread effect" (efek penyebaran kemajuan ekonomi) yang memancar dari
pusat kutub pertumbuhan ke segala penjuru wilayah belakang. Spread effect
ini juga disebut "trickling down effect" (Efek tetesan ke bawah) dalam
kemajuan ekonomi. Menurut Gunnar Myrdall, kutub pertumbuhan ekonomi
tidak hanya menyebabkan munculnya "spread effect" tetapi juga
mengakibatkan efek negatif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah belakang.
Efek negatif tersebut ditandai dengan timbulnya "backwash effect" (efek
 ISIP4310/MODUL 7 7.5

pencucian) yang mengakibatkan berbagai potensi di wilayah belakang


tersedot ke wilayah pusat pertumbuhan, sehingga wilayah belakang yang
kondisinya miskin atau kurang maju, menjadi lebih miskin.
Strategi pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya
pembentukan kapital didasarkan pada teori tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi dan teori pembentukan ekonomi Harrod Domar. Menurut Rostow
perkembangan suatu masyarakat terdiri 5 (lima) tahapan, yaitu:
1. tahap masyarakat tradisional;
2. tahap prasyarat lepas landas;
3. tahap lepas landas;
4. tahap kedewasaan;
5. tahap masa konsumsi tinggi.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian tahap
pertumbuhan ekonomi tersebut menurut Rostow cukup luas. Namun dari sisi
ekonomi, pencapaian setiap tahap pertumbuhan harus diprasyarati oleh
jumlah investasi dalam perekonomian yang disisihkan dari pendapatan
nasional. Dalam fase atau tahap prasyarat lepas landas, penanaman modal
produktif sebesar 5% dari produk nasional bersih (Net National Product).
Sementara untuk mencapai tahap lepas landas, perekonomian nasional harus
mampu menyisihkan penanaman modal sebesar 10% dari produk nasional
bersih.
Sedangkan strategi pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada teori
pertumbuhan ekonomi Harrod Domar menyatakan bahwa agar perekonomian
mampu tumbuh pada kapasitas maksimal tanpa disertai gejolak, harus
dipenuhi syarat:
S
G = -------
V
di mana:
G= Pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam persentase pendapatan
nasional.
S= Tingkat tabungan yang dinyatakan dalam persentase pendapatan
nasional.
V= Capital output ratio.

Memobilisasi sumber daya domestik untuk pembangunan ekonomi


membutuhkan suatu saluran agar tabungan domestik dapat mendanai proyek-
7.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

proyek pembangunan. Kemudian agar sumber-sumber daya domestik dapat


digunakan untuk pembangunan mesti diikuti oleh pengembangan sistem
perbankan dan institusi keuangan yang efisien sehingga dapat menyalurkan
tabungan ke proyek-proyek yang paling efisien. Akan tetapi, strategi
pembangunan ekonomi yang memusatkan pada pertumbuhan modal sebagai
sumber investasi acap kali terbentur pada kondisi masyarakat negara sedang
berkembang dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga kemampuan
menabung rendah.
Dalam praktik, asumsi bahwa perekonomian negara merupakan
perekonomian tertutup sudah tidak berlaku. Dengan perekonomian terbuka,
kekurangan kapital untuk investasi dapat diperoleh melalui sektor luar negeri
baik investasi langsung maupun pinjaman modal. Pinjaman luar negeri
menjadi beban yang sangat berat bagi negara sedang berkembang, karena
kemampuan ekspor negara sedang berkembang tidak dapat mengimbangi
perkembangan jumlah angsuran pinjaman luar negeri. Hal ini terlihat pada
koefisien Debt Service Ratio yang semakin besar.
Orientasi pada strategi pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan output
yang didasarkan pada teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik menerangkan
bahwa laju pertumbuhan output produksi dari suatu ekonomi tergantung pada
jumlah modal, jumlah tenaga kerja dan tingkat teknologi. Peranan kapital dan
tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi Neo Klasik dapat saling mengganti
atau saling substitusi. Bagi negara sedang berkembang yang memiliki
masalah kelangkaan sumber permodalan, hal itu dapat digantikan oleh jumlah
tenaga kerja. Namun persoalan tenaga kerja di negara sedang berkembang
bukan pada jumlah, melainkan produktivitasnya yang rendah.
Meskipun strategi pertumbuhan dijadikan acuan dalam pembangunan
ekonomi di banyak negara, tetapi akibat diberlakukannya model
pertumbuhan ini, yang terjadi adalah kepincangan sosial yang semakin tajam,
yakni antara desa dengan kota, yang kaya dengan yang miskin, dan antar
daerah. Keadaan ini mendorong para ilmuwan untuk mencari alternatif.
Alternatif yang muncul adalah strategi pembangunan dengan pemerataan
yang dikemukakan oleh Irma Aldeman dan Morris (dalam Suroso, 1995).
Strategi tersebut kemudian dikenal sebagai "pertumbuhan dan pemerataan".
Yang menonjol di dalam model pertumbuhan dan pemerataan ini adalah
ditekankannya pembangunan melalui teknik social engineering, seperti
melalui penyusunan rencana induk, paket program terpadu, dan sebagainya.
Dalam lingkup ini, instrumen kebijaksanaan dan perangkat kelembagaan
 ISIP4310/MODUL 7 7.7

digunakan untuk memanipulasi dan memobilisasikan rakyat ke arah sasaran


yang dikehendaki. Dengan kata lain, pembangunan masih diselenggarakan
atas dasar persepsi dan instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang
berada "di atas" (Ismid Hadad dalam Suroso, 1995). Namun ternyata model
ini juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-
negara berkembang, seperti pengangguran, kemiskinan struktural, dan
kepincangan sosial.
Kemudian muncul suatu teori baru yang dinamakan teori
ketergantungan. Strategi teori ini adalah menghilangkan penyebab
ketergantungan itu. Inti teori ini adalah berusaha menjelaskan dasar-dasar
kemiskinan yang diderita oleh negara-negara sedang berkembang. Menurut
tokoh-tokoh teori ini, kemiskinan di negara sedang berkembang disebabkan
adanya ketergantungan pada produk luar. Oleh karena itu, pembangunan
haruslah merupakan upaya pembebasan masyarakat dari rantai yang
membelenggu struktur eksploitatif. Struktur yang eksploitatif tersebut
berawal dari pola struktur kolonial. Contoh: Pada zaman penjajahan Belanda,
ekonomi Indonesia diwarnai oleh dualisme antara sektor ekspor (enclave)
dan sektor tradisional (hinterland). Sektor ekspor diwakili oleh perkebunan-
perkebunan yang tanahnya subur, sedangkan di sektor tradisional tidak ada
kesempatan bagi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dari teori
ketergantungan ini pula lahir istilah-istilah seperti dualisme Utara Selatan,
Desa-Kota, dan sebagainya.
Di latar belakangi oleh ketidakmampuan pembangunan memecahkan
masalah kemiskinan, muncullah kemudian strategi pendekatan kebutuhan
pokok (basic need approach). Pendekatan ini mempunyai sasaran langsung
menanggulangi kemiskinan. Organisasi perburuhan sedunia (ILO) yang
mengambil alih pendekatan ini pada tahun 1975 dengan dikeluarkannya
dokumen: "Employment, Growth, and Basic Needs: A One World Problem ",
menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dipenuhi jika
pendapatannya rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
pengangguran. Untuk itu ada tiga sasaran pokok yang perlu diusahakan,
yakni: membuka lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan, dan
pemenuhan kebutuhan pokok. Bersama dengan konsep ini, muncul pula
konsep "community development" dan "bottom up planning”
Strategi pembangunan di Indonesia ternyata sangat dipengaruhi oleh
perkembangan pemikiran yang melatarbelakangi perkembangan strategi-
strategi pembangunan sebagaimana diuraikan di atas. Penyusunan strategi
7.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

yang sesuai bagi kebutuhan suatu negara ditetapkan berdasarkan faktor-faktor


di bawah ini.
1. Masalah-masalah yang dihadapi.
2. Jumlah dan kualitas sumber daya yang tersedia baik yang berbentuk
modal, tenaga ahli, kewirausahaan, penguasaan teknologi.
3. Tujuan kebijakan yang ingin dicapai.

Sedangkan penyusunan strategi pembangunan meliputi 4 aspek, yaitu:


1. strategi makro;
2. strategi sektoral;
3. strategi wilayah;
4. strategi tingkat proyek.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan mengapa perubahan struktur perekonomian yang bercorak


agraris ke perekonomian bercorak industri perlu diupayakan oleh negara
sedang berkembang!
2) Berikan penjelasan tentang legitimasi pinjaman luar negeri dari sisi teori
yang dinyatakan oleh Harrod Domar!
3) Rasio output modal yang tinggi menunjukkan efisiensi yang rendah
dalam penggunaan modal pada suatu perekonomian. Mengapa
demikian? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini Anda perlu memahami konsep


strategi pembangunannya Rostow! Selanjutnya diskusikan dengan
teman Anda.
2. Baca uraian dalam KB ini, Anda akan menemukan jawabannya.
3. Anda perlu memperdalam konsep yang diberikan oleh Horrad Domar.
 ISIP4310/MODUL 7 7.9

RA NG K UM A N
Setiap strategi pembangunan ekonomi hampir semuanya memiliki
dimensi yang mengarah pada perubahan struktur ekonomi dari
tradisional, yang didominasi peranan sektor pertanian, ke perekonomian
yang modern bercorak industri.
Pengalaman negara maju dalam mencapai perubahan struktur
ekonomi dilaksanakan melalui strategi memprioritaskan pembangunan
sektor industri. Dalam dimensi wilayah, pembangunan sektor industri
didasarkan pada teori kutub pertumbuhan ekonomi. Manfaat ekonomi
yang menyebar dari kutub kegiatan ekonomi ke seluruh bagian wilayah
disebut "efek tetesan ke bawah" atau spread effect. Selain efek yang
berupa penyebaran kemajuan ekonomi dari pusat kegiatan ekonomi
(kutub) juga terjadi efek yang merugikan daerah belakang atau daerah
pengaruh berupa efek pencucian (backwash effect). Ini dapat berwujud
merosotnya jumlah dan kualitas sumber daya di daerah belakang dan
kerusakan lingkungan, akibat upaya pembangunan ekonomi yang
dipusatkan.
Strategi pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya
pertumbuhan produksi dengan syarat harus dipenuhinya pembentukan
sejumlah modal dalam perekonomian didasarkan pada teori Rostow dan
Harrod Domar.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Perubahan struktur perekonomian antara lain adalah....
A. perubahan corak ekonomi dari agraris ke industri
B. corak perubahan komposisi kekayaan penduduk
C. perubahan corak ekonomi dari agraris ke perdagangan internasional
D. penguasaan aset produktif negara

2) Perubahan sumbangan sektor pertanian dalam produksi nasional pada


perubahan struktur ekonomi adalah secara kuantitatif....
A. turun, secara relatif naik
B. dapat naik, secara relatif turun
C. dan relatif sama-sama naik
D. dan relatif turun
7.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

3) Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang terlalu besar menyebabkan


Gejala….
A. pengangguran terbuka
B. pengangguran tak sengaja
C. pengangguran terpaksa
D. pengangguran tersembunyi

4) Kemampuan pembayaran utang luar negeri diukur berdasarkan...


A. kemampuan pengumpulan pajak
B. kemampuan mengumpulkan devisa dari ekspor
C. rata-rata jumlah pinjaman luar negeri tiap tahun
D. besarnya jumlah impor dari luar negeri

Soal Tipe B ( Hubungan Antar Hal)


Pilihlah
A Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D Jika kedua pernyataan salah.

5) Perubahan struktur ekonomi yang lebih modern ditandai dengan


menurunnya persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor industri
Sebab
Dalam sektor industri, semua pekerjaan dilakukan oleh mesin

6) Pinjaman luar negeri menjadi beban yang sangat berat bagi negara
sedang berkembang
Sebab
Kemampuan ekspor negara berkembang tidak dapat mengimbangi
perkembangan jumlah angsuran pinjaman luar negeri.

7) Kelangkaan sumber permodalan negara sedang berkembang dapat


digantikan oleh jumlah tenaga kerja
Sebab
Persoalan tenaga kerja di negara berkembang terletak pada
produktivitasnya yang rendah.
 ISIP4310/MODUL 7 7.11

Tipe Soal C (Pilihan Berganda)


Pilihlah
A: Jika 1, 2, dan 4 benar.
B: Jika 1 dan 3 benar.
C: Jika 2 dan 3 benar.
D: Jawaban 1, 2, dan 3 semuanya benar.

8) Penyebab perbedaan laju produksi sektor industri dengan pendapatan per


kapita adalah….
1. perkembangan permintaan barang-barang jadi
2. substitusi impor barang dari luar negeri
3. perkembangan permintaan barang-barang setengah jadi

9) Berikut ini yang menurut Rostow termasuk dalam tahapan


perkembangan suatu masyarakat yakni….
1. tahap kenaikan
2. tahap masyarakat tradisional
3. tahap lepas landas

10) Orientasi pada strategi pertumbuhan ekonomi dan output yang


didasarkan pada teori Neo Klasik, menerangkan bahwa laju pertumbuhan
output tergantung pada….
1. pertumbuhan penduduk
2. jumlah tenaga kerja
3. tingkat teknologi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
7.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 7 7.13

Kegiatan Belajar 2

Strategi Pembangunan
Ekonomi Indonesia

P embangunan ekonomi yang telah ditempuh di masa lalu telah


menghasilkan berbagai kemajuan yang cukup berarti namun sekaligus
juga mewariskan berbagai permasalahan yang mendesak untuk dipecahkan.
Penitikberatan pembangunan masa lalu yang hanya pada tercapainya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (meskipun GBHN waktu itu secara
normatif juga menyertakan pemerataan) memang telah menciptakan
peningkatan pendapatan perkapita, penurunan jumlah kemiskinan dan
pengangguran, dan perbaikan kualitas hidup manusia secara rata-rata. Tetapi
akibat krisis ekonomi terjadi degradasi pada hasil-hasil pembangunan
tersebut. Demikian pula, pada masa lalu pembangunan ekonomi yang sangat
berorientasi kepada peningkatan produksi nasional, tidak disertai oleh
pembangunan dan perkuatan institusi-institusi baik publik maupun institusi
pasar, terutama institusi keuangan yang seharusnya berfungsi melakukan
alokasi sumber daya secara efisien dan bijaksana. Bahkan proses
pembangunan ekonomi yang ditopang oleh sistem represi dan ketertutupan
telah melumpuhkan berbagai institusi strategis seperti sistem hukum dan
peradilan untuk menjamin kepastian hukum dan keadilan, sistem politik
untuk terciptanya mekanisme kontrol dan keseimbangan (check and
balances), dan sistem sosial yang diperlukan untuk memelihara kehidupan
yang harmonis dan damai. Hasil pembangunan yang dicapai justru
menimbulkan akibat negatif dalam bentuk kesenjangan antar golongan
pendapatan, antar wilayah, dan antar kelompok masyarakat. Sementara itu
erosi dan kelumpuhan berbagai sistem dan lembaga strategis di atas telah
menghasilkan kondisi yang rapuh serta sangat rawan terhadap guncangan
baik dari dalam negeri maupun dari dunia internasional akibat arus
globalisasi.
Krisis ekonomi tahun 1997/98 telah memberikan pelajaran yang sangat
mahal, namun berharga bagi bangsa Indonesia. Krisis telah memaksa
Indonesia melakukan perubahan yang perlu dalam rangka koreksi kelemahan
dan kesalahan masa lalu. Ekonomi, politik, sosial dan hukum mengalami
transformasi dan reformasi menuju kepada suatu sistem baru yang
7.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

diharapkan akan lebih berkeadilan, handal, dan berkelanjutan. Meskipun


demikian, transformasi dan reformasi yang telah menghasilkan berbagai
perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Bahkan
berbagai langkah transformasi dan reformasi awal telah menghasilkan
berbagai implikasi rumit yang harus dan terus menuntut pemecahan masalah
yang lebih sistematis dan konsisten.

A. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN DALAM


PEMBANGUNAN EKONOMI

Permasalahan dan tantangan dalam pembangunan ekonomi yang


dihadapi Indonesia saat ini, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan rendah
dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai
masalah sosial yang mendasar. Pada tahun 2003, jumlah pengangguran
terbuka mencapai 9,5 juta jiwa (9,5 persen) dan setiap tahunnya sekitar
2,5 juta angkatan kerja baru menambah jumlah angkatan kerja.
Persentase penduduk miskin pada tahun 2004 menjadi 16,6 persen,
namun masih mencakup jumlah yang besar yaitu sekitar 36,1 juta jiwa.
Di samping itu, penurunan jumlah pengangguran dan kemiskinan sangat
rentan terhadap perubahan kondisi politik, ekonomi, konflik sosial yang
terjadi di berbagai daerah, dan bencana alam.
Kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi
untuk meningkatkan pendapatan secara adil dan merata. Sampai tahun
2004, stabilitas ekonomi makro relatif terjaga yang tercermin dari nilai
tukar rupiah yang relatif stabil, laju inflasi dan suku bunga yang
menurun dan terkendali, cadangan devisa terjaga, dan ketahanan fiskal
membaik. Dalam lima tahun terakhir, rasio pinjaman dibanding PDB
menurun sekitar 35 persen. Stabilitas moneter juga didukung oleh
ketahanan sektor keuangan. Pada tahun 2003, rata-rata CAR perbankan
meningkat menjadi 19,4 persen dan gross NPL menurun menjadi 7,7
persen.
Meskipun terjadi peningkatan dalam stabilitas, pertumbuhan ekonomi
belum memadai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam
tahun 2000–2003, dengan harga konstan tahun 1993, perekonomian
hanya tumbuh rata-rata sebesar 4,3 persen per tahun. Dari sisi
pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi
 ISIP4310/MODUL 7 7.15

masyarakat, investasi berupa pembentukan modal tetap bruto, dan ekspor


barang dan jasa. Dorongan investasi dan ekspor barang dan jasa terhadap
pertumbuhan ekonomi terutama terjadi pada tahun 2000 karena
permintaan eksternal yang sangat kuat. Dalam tahun 2001–2003,
investasi serta ekspor barang dan jasa hanya tumbuh rata-rata sebesar 3,5
persen dan 2,1 persen per tahun. Sampai dengan tahun 2003, tingkat
investasi baru mencapai 69,2 persen dibandingkan tahun 1997 (harga
konstan 1993). Hal itu disebabkan karena menurunnya daya tarik
investasi dan meningkatnya persaingan internasional (dengan RRC,
Vietnam) untuk menarik investasi.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tahun 2000–2003 didorong
oleh sektor pertanian dan industri yang tumbuh rata-rata sebesar 2,9
persen dan 5,0 persen per tahun; sedangkan sektor-sektor lainnya
tumbuh rata-rata sekitar 4,5 persen per tahun. Pertumbuhan sektor
pertanian dan sektor industri tahun 2000–2003, lebih rendah
dibandingkan sebelum krisis yang dalam tahun 1991–1996 tumbuh rata-
rata sebesar 3,1 persen dan 11,3 persen per tahun.
2. Kemampuan pembangunan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga masih rendah. Dalam pencapaian teknologi, Indonesia
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara yang diukur dalam Indeks
Pencapaian Teknologi (IPT). Dalam peringkat itu, Indonesia menempati
urutan ke-61 dari 64 negara yang tergolong dalam dynamically adaptor
countries. Pembangunan iptek dihadapkan pada permasalahan berupa
belum optimalnya pemanfaatan sumber daya (manusia, modal, sarana,
prasarana dan informasi) penelitian dan pengembangan, kurang
terintegrasinya kebijakan mobilitas peneliti, mekanisme intermediasi dan
inovasi yang mencakup bidang pendidikan, fiskal, industri, perbankan
dan iptek.
3. Kegiatan perdagangan dalam negeri masih belum berjalan secara efisien
antara lain karena pelaksanaan otonomi yang banyak menghambat
kelancaran arus barang dan jasa antardaerah. Perdagangan luar negeri
juga dihadapkan pada berbagai hambatan antara lain penghapusan kuota
TPT (Tekstil dan Produk Tekstil); ancaman bio-terrorism, isu kesehatan,
proteksionisme negara maju (subsidi); hambatan nontarif; serta oligopoli
dan kartel MNCs (Multinational Corporations).
4. Lambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran
mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum dapat diturunkan pada
7.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

tingkat sebelum krisis. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2002, jumlah


penduduk miskin mencapai 38,4 juta jiwa (18,2 persen); lebih besar dari
jumlah penduduk miskin tahun 1996 yaitu sekitar 34,5 juta jiwa (17,7
persen). Dalam tahun 2003, persentase penduduk miskin membaik pada
tingkat sebelum krisis (17,4 persen); namun masih mencakup jumlah
yang besar yaitu sekitar 37,3 juta jiwa. Selanjutnya pada tahun 2004
jumlah penduduk miskin menurun menjadi 36,1 juta jiwa atau sekitar
16,6 persen jumlah penduduk.
5. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar, seperti antara Jawa
– luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) – Kawasan Timur
Indonesia (KTI), serta antara kota – desa. Untuk dua konteks pertama,
ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya semangat
kedaerahan yang, pada titik yang paling ekstrem, muncul dalam bentuk
upaya-upaya separatis. Sedangkan untuk konteks yang ketiga –
kesenjangan antara desa dan kota – disebabkan oleh investasi ekonomi
(infrastruktur dan kelembagaan) yang cenderung terkonsentrasi di daerah
perkotaan. Akibatnya, kota mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
sedangkan wilayah perdesaan relatif tertinggal.
Ketertinggalan tingkat kemajuan wilayah perdesaan juga disebabkan
oleh masih rendahnya produktivitas dan kualitas petani dan pertanian,
terbatasnya akses petani terhadap sumber daya permodalan, serta
rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan perdesaan.
Akibatnya kesejahteraan masyarakat di perdesaan, yang mencakup
sekitar 60 persen penduduk Indonesia, khususnya petani masih sangat
rendah tercermin dari jumlah pengangguran dan jumlah penduduk
miskin yang lebih besar dibandingkan perkotaan.
6. Banyaknya bencana alam, khususnya dengan terjadinya bencana gempa
bumi dan badai Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara di penghujung
Desember 2004, yang mempengaruhi prospek perekonomian Indonesia
ke depan. Kejadian tersebut telah menimbulkan korban jiwa yang
demikian besar, termasuk sumber daya manusia produktif, dan
menghancurkan berbagai aset produksi serta sarana dan prasarana
ekonomi dan sosial. Demikian pula dengan terjadinya banjir dan tanah
longsor di mana-mana, bencana lumpur panas Lapindo di Sidoarjo,Jawa
Timur, dan lain-lain. Dampaknya terhadap perekonomian nasional, baik
pertumbuhan ekonomi, keuangan negara dan neraca pembayaran, perlu
diantisipasi dalam rangka menjaga arah pembangunan dan memulihkan
 ISIP4310/MODUL 7 7.17

dengan segera kesejahteraan rakyat di daerah-daerah yang terkena


bencana tersebut.
7. Kenaikan harga minyak mentah dunia yang spektakuler yang mencapai
US $ 120 per barel pada Mei 2008. Pada dasawarsa 1980-an kenaikan
harga komoditi ini membawa berkah bagi Indonesia karena ekspor
minyak menghasilkan penerimaan negara yang signifikan jumlahnya.
Tetapi ketika sejak 1990-an Indonesia mulai mengimpor minyak, maka
kenaikan ini membawa malapetaka besar. Subsidi harga BBM pada
masyarakat membawa tekanan yang berat pada APBN sehingga
pemerintah terpaksa secara bertahap mengurangi subsidi dengan
menaikkan harga BBM. Namun akibatnya harga barang-barang menjadi
tak terkendali. Hal itu berdampak pada peningkatan jumlah masyarakat
miskin yang harus ditangani oleh pemerintah

Di samping masalah-masalah pokok tersebut di atas, terdapat berbagai


permasalahan mendasar yang menuntut perhatian khusus dalam membangun
ke depan, di antaranya adalah: (1) masih lemahnya karakter bangsa; (2)
belum terbangunnya sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan
yang berkelanjutan; (3) belum berkembangnya nasionalisme kemanusiaan
serta demokrasi politik dan ekonomi; (4) belum terejawantahnya nilai-nilai
utama kebangsaan dan belum berkembangnya sistem yang memungkinkan
masyarakat untuk mengadopsi dan memaknai nilai-nilai kontemporer secara
bijaksana; serta (5) kegamangan dalam menghadapi masa depan serta
rentannya sistem pembangunan, pemerintahan, dan kenegaraan dalam
menghadapi perubahan.
Berbagai permasalahan mendasar tersebut memberikan sumbangan yang
besar bagi keseluruhan sistem pemerintahan dan ketatanegaraan. Penanganan
yang tidak sistemik terhadap permasalahan mendasar tersebut sering
melahirkan persoalan baru yang berkembang dewasa ini baik di bidang
ekonomi, sosial, politik, kelembagaan, maupun keamanan yang membuat
pemecahan masalah menjadi kian rumit.
Permasalahan mendasar perlu ditangani secara sistemik dan
berkelanjutan yang sering membutuhkan jangka waktu yang panjang.
Sementara itu rakyat cenderung mengharap dan ingin melihat suatu hasil
yang dapat dinikmati searah langsung dalam jangka pendek. Oleh karena itu
upaya pemecahan permasalahan-permasalahan yang bersifat mendesak dan
7.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

yang berkembang dewasa ini tetap memiliki perspektif dan konsistensi


kebijakan dengan upaya jangka panjang.

B. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

RPJM 2005-2009 menggariskan bahwa stabilitas perekonomian adalah


prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui
pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas
perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi
para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan
variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya
antara permintaan domestik dengan keluaran nasional, neraca pembayaran,
penerimaan dan pengeluaran fiskal, serta tabungan dan investasi. Hubungan
tersebut tidak selalu harus dalam keseimbangan yang sangat tepat.
Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya tetap sejalan
dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai secara berkesinambungan.
Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi
perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan
masyarakat, baik swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana ke
depan, khususnya dalam jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi
investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menurunkan potensi
pertumbuhan ekonomi panjang. Adanya fluktuasi yang tinggi dalam
pertumbuhan keluaran produksi akan mengurangi tingkat keahlian tenaga
kerja yang lama menganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi yang tinggi
menimbulkan biaya yang sangat besar kepada masyarakat. Beban terberat
akibat inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh penduduk miskin yang
mengalami penurunan daya beli. Inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan
pembedaan pergerakan harga yang disebabkan oleh perubahan permintaan
atau penawaran barang dan jasa dari kenaikan umum harga-harga yang
disebabkan oleh permintaan yang berlebih. Akibatnya terjadi alokasi
inefisiensi sumber daya.
Mengingat pentingnya stabilitas ekonomi makro bagi kelancaran dan
pencapaian sasaran pembangunan nasional, Pemerintah bertekad untuk terus
menciptakan dan memantapkan stabilitas ekonomi makro. Salah satu arah
kerangka ekonomi makro dalam jangka menengah adalah untuk menjaga
stabilitas ekonomi makro dan mencegah timbulnya fluktuasi yang berlebihan
di dalam perekonomian.
 ISIP4310/MODUL 7 7.19

Stabilitas ekonomi makro tidak hanya tergantung pada pengelolaan


besaran ekonomi makro semata, tetapi juga tergantung kepada struktur pasar
dan sektor-sektor. Untuk memantapkan stabilitas ekonomi makro, kebijakan
ekonomi makro, melalui kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi
baik, harus didukung oleh kebijakan reformasi struktural, yang ditujukan
untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi pasar, antara lain pasar modal
dan uang, pasar tenaga kerja serta pasar barang dan jasa, dan sektor-sektor
meliputi seperti sektor industri, pertanian, perdagangan, keuangan dan
perbankan.
Sasaran RPJM 2005-2009 adalah terpeliharanya stabilitas ekonomi
makro yang dapat mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi dan berkualitas serta peningkatan kemampuan pendanaan
pembangunan, baik yang bersumber dari pemerintah maupun swasta dengan
tetap menjaga stabilitas nasional.
Arah kebijakannya adalah bahwa stabilitas ekonomi dijaga melalui
pelaksanaan sinergi kebijakan moneter yang berhati-hati serta pelaksanaan
kebijakan fiskal yang mengarah pada kesinambungan fiskal (fiscal
sustainability) dengan tetap memberi ruang gerak bagi peningkatan kegiatan
ekonomi. Stabilitas ekonomi akan di dukung dengan reformasi struktural di
berbagai bidang dan meningkatnya ketahanan sektor keuangan melalui
penguatan dan pengaturan jasa keuangan, perlindungan dana masyarakat,
serta peningkatan koordinasi berbagai otoritas keuangan melalui jaring
pengaman sistem keuangan secara bertahap.
Kebijakan di bidang fiskal diarahkan pada berikut ini.
1. Menyeimbangkan antara peningkatan alokasi anggaran dengan upaya
untuk memantapkan kesinambungan fiskal melalui:
a. peningkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja negara, serta
dengan tetap mengupayakan penurunan defisit anggaran secara
bertahap;
b. merumuskan pembiayaan defisit anggaran sehingga tidak
menimbulkan crowding out pembiayaan sektor swasta.
2. Peningkatan penerimaan negara terutama ditempuh melalui reformasi
kebijakan dan administrasi perpajakan dan kepabeanan, serta
optimalisasi PNBP baik dari jenisnya maupun perbaikan
administrasinya.
3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara terutama
ditempuh melalui:
7.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

a. pemisahan secara jelas kewenangan antara pemerintah pusat dan


daerah yang diikuti dengan pendanaannya berupa belanja daerah,
dan kaitannya dengan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
b. penajaman alokasi anggaran antara lain dengan realokasi belanja
negara agar lebih terarah dan tepat sasaran.
4. Peningkatan pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah yang
diarahkan untuk menurunkan stok pinjaman luar negeri tidak saja relatif
terhadap PDB tetapi juga secara absolut. Sementara itu, untuk pinjaman
dalam negeri, diupayakan tetap adanya ruang gerak yang cukup pada
sektor swasta melalui penarikan pinjaman netto kurang dari 1 persen
PDB dan menurun secara bertahap. Dengan demikian, rasio stok
pinjaman terhadap PDB diperkirakan menurun secara bertahap menjadi
lebih rendah dari 40 persen PDB.

Kebijakan di bidang moneter diarahkan pada percepatan fungsi


intermediasi dan penyaluran dana masyarakat diarahkan melalui:
1. optimalisasi penyaluran kredit perbankan, termasuk peningkatan akses
permodalan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); serta
2. meningkatkan diversifikasi sumber-sumber pendanaan lembaga jasa
keuangan non bank melalui pengaturan dan law enforcement pada
pengawasan industri jasa keuangan non bank.

Peningkatan ketahanan sektor keuangan, melalui implementasi sistem


keuangan yang sehat, mantap, serta efisien guna mendukung stabilitas
ekonomi makro, yang difokuskan pada:
1. pemantapan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter antara pemerintah
dan Bank Indonesia;
2. peningkatan kinerja dan stabilitas lembaga jasa keuangan; dan
3. peningkatan Good Corporate Governance.

Kebijakan dalam rangka pengembangan ekspor yang akan ditempuh


dalam jangka menengah antara lain meliputi peningkatan daya saing,
diversifikasi baik produk maupun negara tujuan ekspor, peningkatan nilai
tambah, serta peningkatan kerja sama perdagangan internasional. Untuk
meningkatkan daya saing, antara lain dilakukan dengan deregulasi dalam
rangka menghilangkan hambatan yang dialami dunia usaha agar mampu
 ISIP4310/MODUL 7 7.21

bersaing di luar negeri, meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran,


mengembangkan mutu serta dukungan sarana dan prasarana perdagangan,
jasa angkutan, dan jasa perbankan.
Kebijakan impor, khususnya impor bahan baku/penolong dan barang
modal, meliputi antara lain peningkatan efisiensi perekonomian nasional
dengan membebaskan dan melonggarkan tata niaga berbagai jenis barang
impor, restrukturisasi tarif, dan penurunan tarif secara bertahap dan
transparan.
Dalam hal arus modal, untuk memperbaiki arus modal pemerintah
dilakukan penyempurnaan pengelolaan pinjaman luar negeri guna
meningkatkan efektivitas pinjaman (aid effectiveness). Begitu juga
penganekaragaman sumber pinjaman, mekanisme pemantauan dan evaluasi
yang cermat tentang jumlah, komposisi denominasi valuta, tingkat suku
bunga, dan jatuh waktu pelunasan akan terus disempurnakan. Peningkatan
arus modal swasta, terutama investasi luar negeri langsung, melalui
pemberian jaminan kepastian berusaha dan keamanan investasi, akan terus
dikembangkan iklim investasi yang menarik, prosedur yang sederhana,
pelayanan yang lancar, sarana dan prasarana yang menunjang, serta peraturan
yang konsisten.

C. REFORMASI EKONOMI

Format pembangunan Indonesia, menurut Erani Yustika (2007), sejak


awal memang telah diskenariokan untuk meletakkan bidang ekonom sebagai
prioritas yang harus tercapai, sehingga bidang-bidang lain (khususnya
politik) harus diposisikan sebagai pendukung bagi upaya tersebut.
Konsekuensi dari pilihan ini adalah bahwa paradigma stabilitas politik
menjadi sumber utama dari pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi.
Ini berarti bahwa seluruh potensi konflik di bidang politik yang mungkin
akan muncul harus dimandulkan sejak dini, karena jika konflik tersebut
mencuat maka target pembangunan ekonomi bisa meleset. Dengan jaminan
stabilitas politik maka investasi sebagai sumber pokok bagi pertumbuhan
ekonomi mendapatkan ruang dan jaminan yang lebih pasti, khususnya
investasi luar negeri.
Erani Yustika juga berpendapat bahwa reformasi ekonomi di Indonesia
perlu dilakukan dalam butir-butir sebagai berikut.
7.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

1. Perlu adanya pergeseran kegiatan dan aset ekonomi yang tersentralisasi


di Jakarta menuju daerah-daerah (terutama di luar Jawa).
2. Pemindahan kepemilikan badan usaha milik negara menjadi milik swasta
(privatisasi) secara selektif.
3. Pengurangan ketimpangan pendapatan dan aset produktif yang hanya
dipegang oleh segelintir orang.
4. Pergeseran manajemen Bank Sentral dari semula dikendalikan
pemerintah menjadi independen.
5. Pengurangan atau penghapusan utang luar negeri yang jumlahnya sudah
membengkak.
6. Desentralisasi kebijakan ekonomi dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah (otonomi daerah).
7. Penanganan sektor pertanian secara lebih serius.
8. Promosi industri kecil dan menengah agar bisa mengejar
ketertinggalannya dari industri berskala besar.
9. Penciptaan lapangan kerja baru yang lebih cepat.
10. Pengurangan jumlah orang miskin yang semakin bertambah akibat
krisis ekonomi.

Di samping agenda reformasi di atas, perlu dicatat perlunya menjadikan


reformasi ekonomi menjadi satu paket dengan penguatan institusi. Namun
seperti diketahui, salah satu beban berat yang harus dipikul dalam proses
perbaikan institusi adalah masalah korupsi. Korupsi bisa muncul dari instansi
pemerintah dan BUMN maupun sektor swasta. Korupsi dari instansi
pemerintah umumnya terjadi lewat mekanisme penggelembungan anggaran
(markup), sedangkan di sektor swasta biasanya dikerjakan dengan “membeli”
keputusan pemerintah.
Penting pula untuk dipikirkan adalah memformulasikan sistem jaminan
sosial (social security system). Hal ini perlu dilakukan mengingat terdapat
fakta-fakta yang memprihatinkan di Indonesia, seperti akses kesehatan
masyarakat yang semakin terbatas, pendidikan yang semakin mahal, angka
pengangguran yang terus membengkak, kemiskinan yang kian sulit diatasi,
dan ketiadaan perlindungan terhadap anak-anak terlantar. Masalah-masalah
tersebut tidak cukup diselesaikan dengan regulasi ekonomi semata, tetapi
juga harus didukung dengan sistem jaminan sosial yang integral dengan
proses pembangunan.
 ISIP4310/MODUL 7 7.23

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan tentang permasalahan dan tantangan dalam pembangunan
ekonomi Indonesia saat ini!
2) Apa dampak dari kondisi perekonomian yang tidak stabil terhadap
perkembangan perekonomian dan masyarakat? Jelaskan!
3) Jelaskan pokok-pokok reformasi ekonomi menurut pemikiran Erani
Yustika. Bagaimana komentar Saudara terhadap pemikiran tersebut?
Jelaskan!

Petunjuk jawaban latihan

1) Jelaskan secara ringkas uraian tentang permasalahan pembangunan


ekonomi Indonesia yang terdapat dalam Kegiatan Belajar 2. Selanjutnya
diskusikan dengan teman Anda!
2) Untuk menjawab pertanyaan ini, kaitkan jawaban Anda dengan beberapa
aspek antara lain dengan perencanaan ke depan, investasi pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan dampaknya, dan lain-lain. Diskusikan dengan
teman Anda!
3) Anda dapat mencermati uraian dalam bagian akhir Kegiatan Belajar 2.
Selanjutnya dari hasil diskusi Anda dengan teman, kemukakan komentar
Anda terhadap pemikiran tersebut!

RA NG K UM A N
Kemunduran dalam bidang ekonomi dirasakan oleh bangsa
Indonesia, setelah sekitar 30 tahun melaksanakan upaya pembangunan.
Kemunduran kondisi ekonomi tersebut akibat terjadinya krisis ekonomi
yang semula melanda Asia Tenggara yang selanjutnya berdampak parah
pada perekonomian Indonesia.
Permasalahan dan tantangan pembangunan ekonomi Indonesia
antara lain ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih
rendah, kemampuan memanfaatkan teknologi yang rendah, perdagangan
dalam negeri yang belum efisien, lambatnya pemulihan ekonomi,
7.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

kesenjangan pembangunan antar daerah, banyaknya bencana alam, dan


kenaikan harga minyak bumi yang menekan defisit APBN.
Dalam RPJM 2005-2009, pemerintah berusaha untuk mencapai
sasaran pembangunan dengan mewujudkan stabilitas ekonomi makro
melalui pencegahan timbulnya fluktuasi perekonomian yang berlebihan.
Agar sasaran-sasaran pembangunan dapat tercapai, diperlukan stabilitas
politik disertai langkah-langkah reformasi ekonomi yang tepat.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Pembangunan ekonomi pada masa lalu telah menimbulkan beberapa


kemajuan, kecuali….
A. pertumbuhan ekonomi yang tinggi
B. kenaikan pendapatan per kapita
C. pemerataan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan antar
wilayah
D. penurunan jumlah masyarakat miskin

2) Sistem represi dan ketertutupan dalam pembangunan ekonomi masa lalu


telah mengakibatkan beberapa permasalahan, antara lain….
A. lumpuhnya sistem sosial untuk memelihara kehidupan yang
harmonis
B. Ketergantungan ekonomi pada negara lain
C. Impor melebihi ekspor
D. Keberadaan usaha kecil dan koperasi tidak diperhatikan

3) Bencana alam yang banyak terjadi akhir-akhir ini menyebabkan….


A. hancurnya aset produksi dan sarana serta prasarana ekonomi dan
sosial
B. kesetiakawanan terganggu karena masyarakat frustrasi
C. pengalihan pembebanan anggaran bencana alam dari Pusat ke
Daerah
D. pinjaman luar negeri semakin membengkak

4) Untuk kesuksesan pembangunan ekonomi, salah satu syarat yang harus


dipenuhi adalah….
A. kebebasan berdemokrasi perlu dibatasi
B. partai politik perlu disederhanakan
 ISIP4310/MODUL 7 7.25

C. konglomerasi harus dihapuskan


D. adanya stabilitas politik dengan mengurangi potensi konflik dalam
masyarakat.

Soal Tipe B ( Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat
B Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C Jika salah satu pernyataan tersebut salah
D Jika kedua pernyataan salah.

5) Meskipun Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang


tinggi, tapi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan belum tercapai
Sebab
Masih banyak masyarakat yang kehidupannya masih di bawah garis
kemiskinan

6) Kesenjangan pembangunan antar daerah memunculkan semangat


kedaerahan yang tinggi yang bisa menjurus ke upaya separatis
Sebab
Investasi ekonomi baik infrastruktur maupun kelembagaan cenderung
terkonsentrasi di perkotaan

7) Kenaikan harga minyak mentah dunia sangat menguntungkan Indonesia


Sebab
APBN Indonesia mengalami surplus akibat ekspor minyak meningkat

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1), (2), dan 4) benar
B. Jika (1) dan (3 ) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jawaban (1), (2) dan (3) semuanya benar

8) Dalam RPJM 2005-2009, peningkatan efektivitas dan efisiensi


pengeluaran negara ditempuh melalui….
1) Pemisahan yang jelas antara keuangan pemerintah pusat dan daerah
2) Mengalihkan pendapatan pajak yang diterima Pusat ke Daerah
3) Realokasi belanja negara agar terarah dan tepat sasaran
7.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

9) Reformasi ekonomi yang diperlukan antara lain….


1) Penciptaan lapangan kerja baru yang lebih cepat
2) Pemindahan kepemilikan BUMN menjadi milik swasta secara
selektif
3) Desentralisasi kebijakan ekonomi dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah

10) Untuk menunjang reformasi ekonomi, perlu dikaitkan pula dengan….


1) Liberalisasi perekonomian nasional
2) Perbaikan institusi pemerintah maupun swasta agar tidak korup
3) Perlunya sistem jaminan sosial untuk melindungi masyarakat yang
lemah ekonominya

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 7 7.27

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) A 1) C
2) B 2) A
3) D 3) A
4) B 4) D
5) D 5) A
6) A 6) B
7) B 7) D
8) D 8) B
9) C 9) D
10) C 10) C
7.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Ahmad Erani Yustika. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang: BP-FE


Unibraw

Cornelis Rintuh. (1995). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Mubyarto. (1995). Ekonomi dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Aditya Media.

Sadono Sukirno. (1985). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit


FE UI.

Suroso. (1995). Perekonomian Indonesia. Jakarta: APTIK dan Gramedia


Pustaka Utama.

Suseno Triyanto W. (1997). Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.


Modul 8

Kebijakan Pemerintah dalam


Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan
Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

P embangunan nasional yang telah berlangsung selama lebih dari 25


tahun sejak Pelita I 1968/1969, telah berhasil mendorong pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, sehingga Indonesia pada tahun 1995 mulai
masuk ke dalam kelompok negara industri baru. Namun demikian, jumlah
penduduk miskin secara absolut masih cukup besar. Lebih-lebih setelah
terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, jumlahnya menjadi semakin besar.
Kondisi seperti itu diperparah dengan tingginya ketimpangan dalam
pendapatan masyarakat, di mana sebagian kecil masyarakat menguasai porsi
yang besar dari pendapatan nasional sementara sebagian besar masyarakat
menguasai porsi sisanya. Hal inilah yang mendorong perlunya Ekonomi
Kerakyatan, yang sebenarnya bukan pemikiran baru karena konsep ini
didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang sejak semula menjadi cita-
cita para pendiri bangsa.
Salah satu upaya untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan, adalah
meningkatkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam
perekonomian nasional, karena kelompok ini menguasai 99,9% dari total
unit usaha. Tetapi realitanya kontribusinya hanya 55,3% dari total PDB,
padahal UMKM dapat menyerap 99,45% dari total angkatan kerja. Dalam hal
ini pemerintah berkewajiban melakukan keberpihakan pada UMKM, setelah
pada masa lalu lebih mengutamakan usaha besar yang dianggap bisa
mempercepat laju pertumbuhan. Kemauan politik pemerintah untuk
mengembangkan UMKM sejak jaman Orde Baru memang sudah ada, tapi
baru terbatas pada konsep. Dalam realitas, kelompok ini selalu terpinggirkan.
8.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

Untuk mewujudkan Ekonomi Kerakyatan, modul ini juga membahas


tentang pentingnya kemitraan usaha di antara usaha besar dengan usaha kecil
dan menengah (termasuk koperasi), terutama dalam keterkaitan usaha.
Secara umum, materi modul ini ditujukan agar Anda mampu
menjelaskan konsep ekonomi kerakyatan. Sedangkan secara khusus, Anda
diharapkan mampu menjelaskan:
1. pengertian ekonomi kerakyatan;
2. peran ekonomi kerakyatan dalam perekonomian Indonesia;
3. potensi dan kendala ekonomi kerakyatan;
4. kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi kerakyatan
melalui pengembangan usaha kecil dan menengah;
5. bentuk kemitraan antara usaha kecil dan usaha menengah dengan usaha
besar.
 ISIP4310/MODUL 8 8.3

Kegiatan Belajar 1

Beberapa Persoalan yang Timbul dalam


Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan

E konomi kerakyatan dapat diartikan sebagai suatu perekonomian di


mana pelaksanaan kegiatan, pengawasan kegiatan, dan hasil-hasil dari
kegiatan ekonomi dinikmati oleh seluruh rakyat. Pemikiran dan dorongan
untuk meninjau dan menerapkan ekonomi kerakyatan tersebut akhir-akhir ini
sangat kuat dirasakan di Indonesia. Ekonomi kerakyatan bukan suatu
pemikiran baru, sebab konsep ini didasarkan pada Pancasila dan UUD '45
dan telah menjadi cita-cita para pendiri negara. Arus pemikiran ekonomi
kerakyatan ini muncul kembali sebagai reaksi positif dari berbagai gejala
ekonomi dan sosial yang muncul setelah Indonesia melaksanakan
pembangunan nasional selama lebih dari 25 tahun. Selama ini hasil
pembangunan ekonomi di Indonesia telah berhasil mendorong pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, sehingga Indonesia pada tahun 1995 mulai
memasuki kelompok negara industri baru (NICS). Namun di samping
keberhasilan tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia secara absolut
masih cukup besar. Pada tahun 1995 jumlah penduduk miskin di Indonesia
sebanyak 23 juta atau sekitar 11,6%. Setelah krisis ekonomi, jumlahnya
meningkat menjadi 38,4 juta atau 18,2% dan pada tahun 2004 sedikit
menurun menjadi 36,1 juta (16,6%). Mereka ini hidup di bawah garis
kemiskinan.
Jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tersebut sudah
berkurang sangat banyak bila dibandingkan tahap-tahap awal pelaksanaan
pembangunan. Di samping kemiskinan absolut, terdapat persoalan
kemiskinan relatif yang timbul sebagai akibat kurang meratanya kesempatan
ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan kurang meratanya kesempatan
ikut menikmati hasil pembangunan. Ketimpangan dalam kemiskinan relatif
ini antara lain dapat terjadi antar golongan penduduk di Indonesia. Contoh:
Pada tahun 1990, 40% dari jumlah penduduk Indonesia yang termasuk
kelompok berpendapatan terendah menerima 21,31% pendapatan nasional,
sementara 20% penduduk kelompok penghasilan tinggi menerima 41,94%
pendapatan nasional.
8.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

Contoh di atas sekaligus menggambarkan ketimpangan dalam


pembagian pendapatan, yang tergolong ringan jika yang dibandingkan adalah
antara Jawa dan luar Jawa. Ketimpangan pembagian pendapatan antar
golongan penduduk tersebut masih lebih parah di Jawa. Selanjutnya
ketimpangan pembagian pendapatan di daerah perkotaan ternyata lebih buruk
dibandingkan ketimpangan pendapatan di wilayah pedesaan. Hal ini terlihat
dari koefisien gini di daerah perkotaan sebesar 0,34 sedangkan untuk daerah
pedesaan 0,25.
Distribusi pendapatan masyarakat juga dapat dilihat dari jenis lapangan
usaha atau sektor. Penduduk miskin di daerah pedesaan tahun 1995 tercatat
45% bekerja pada sektor pertanian. Sedangkan di daerah perkotaan yang
hidup dari sektor perdagangan jumlahnya 33%. Kemiskinan di sektor
pertanian sangat bertolak belakang dengan kehidupan penduduk di daerah
perkotaan yang hidup dari sektor industri.
Dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua yang dimulai tahun
1993, pemerintah pada waktu itu bertekad akan memberantas kemiskinan.
Namun krisis ekonomi yang telah terjadi sejak pertengahan tahun 1997 justru
menyebabkan persentase penduduk miskin di Indonesia kembali meningkat.
Penurunan daya beli atas berbagai kebutuhan pokok yang harganya
meningkat tajam dan banyaknya penduduk yang kehilangan pekerjaan karena
terkena PHK, antara lain menjadi penyebab meningkatnya kembali jumlah
penduduk miskin di Indonesia. Krisis ekonomi bahkan menggambarkan
buruknya daya tahan perekonomian nasional terhadap guncangan dari luar
yang pada akhirnya menyebabkan runtuhnya stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi yang pernah dicapai. Dalam krisis ekonomi penderitaan yang paling
berat harus ditanggung oleh masyarakat lapisan bawah.
Kerapuhan sendi perekonomian Indonesia, seperti telah dibahas dalam
bab-bab sebelumnya, salah satunya disebabkan karena strategi pembangunan
ekonomi lebih banyak berorientasi pada pertumbuhan dengan model "tetesan
ke bawah" (trickle down effect). Pembangunan ekonomi seperti ini dapat
diartikan bahwa yang mendapatkan prioritas dalam pembangunan adalah
sektor modern seperti industri besar dan menengah, sektor jasa seperti
keuangan, perbankan, perdagangan eceran dengan skala besar dan lain-
lainnya. Diharapkan pertumbuhan usaha pada sektor modern ini akan
menyebarkan manfaat ekonomi berupa kebutuhan input atau pasokan output
pada sektor lainnya terutama yang dianggap memiliki potensi pertumbuhan
rendah. Kebutuhan faktor input yang timbul tersebut dapat berupa
 ISIP4310/MODUL 8 8.5

penyerapan tenaga kerja, bahan mentah, bahan penolong, yang diharapkan


bisa dipasok dari sektor tradisional yang diidentifikasikan kurang potensi
untuk berkembang. Namun kenyataannya, setelah berbagai fasilitas perizinan
dan fasilitas kredit diperoleh usaha-usaha besar dan menengah di sektor
modern ini, tidak terlihat adanya "tetesan ke bawah" dalam bentuk manfaat
ekonomi yang cukup besar.
Tingkat pengangguran angkatan kerja baik di kota maupun di pedesaan
yang sangat besar menunjukkan bahwa sektor modern tidak mampu
menciptakan nilai tambah melalui penciptaan lapangan kerja. Pertumbuhan
tersebut dicapai dengan menggunakan banyak faktor input yang diimpor,
sehingga pemanfaatan output sektor tradisional tidak banyak terserap.
Tingkat upah di sektor modern terutama di wilayah perkotaan sangat
rendah, sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat perkotaan ditandai
oleh dualisme status sosial ekonomi masyarakat yang cukup mencolok. Di
satu pihak dijumpai kelompok minoritas dengan status sosial ekonomi yang
tinggi seperti di negara maju, sementara di lain pihak terdapat kelompok
mayoritas dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Tajamnya
perbedaan status sosial ekonomi di perkotaan seperti ini memunculkan
potensi yang besar untuk terjadinya ketidakstabilan sosial masyarakat.
Kebebasan berusaha yang di dukung oleh fasilitas perizinan, modal, dan
manajemen modern, menyebabkan banyak produk-produk industri besar dan
menengah mendesak keberadaan produk yang dihasilkan oleh industri kecil
dan kerajinan rakyat.
Pada bagian muka buku ini, telah disebutkan bahwa dalam
perekonomian Indonesia peranan sektor industri kecil dan kerajinan rakyat
dalam menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan industri besar dan
menengah. Karena peranan faktor produksi tenaga kerja di sektor industri dan
kerajinan merupakan permintaan turunan dari output industri kecil dan
kerajinan, maka tergusurnya pasar output industri kecil dan kerajinan tersebut
akan mematikan sebagian potensi penyerapan tenaga kerja. Upaya yang nyata
dari pemerintah selama ini untuk melindungi industri kecil dan kerajinan baik
di pasar output maupun input dalam persaingan dengan industri besar dan
menengah nyaris tidak ada. Perlindungan ini sangat diperlukan oleh industri
kecil dan kerajinan, mengingat output dari industri kecil yang beragam ini
masih dibutuhkan oleh mayoritas konsumen lapisan bawah.
Penggunaan bahan mentah domestik yang dihasilkan oleh sektor
tradisional seperti pertanian, tambang, dan galian amat kurang, baik sebagai
8.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

input antara atau yang masih harus diolah lagi dalam proses produksi maupun
untuk konsumsi akhir. Penggunaan "local content" yang rendah ini karena
pertimbangan efisiensi teknis yang rendah, sehingga menggunakan jalur
impor untuk memiliki kebutuhan tersebut. Akibatnya, usaha peningkatan
produksi sektor tradisional tidak memperoleh insentif untuk berkembang.
Pada hal sektor tradisional seperti pertanian, tambang, dan galian, sektor
informal pada hakikatnya merupakan potensi ekonomi rakyat.
Upaya-upaya pembinaan Usaha Mikro dan Kecil sebenarnya telah lama
dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru. Pada tahun 1995 telah diterbitkan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil. Pengertian usaha
kecil menurut undang-undang tersebut adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih, paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk nilai tanah dan bangunan
tempat usaha; memiliki hasil penjualan maksimal Rp I miliar per tahun;
bersifat mandiri, bukan merupakan cabang atau memiliki afiliasi dengan
perusahaan lain; berbentuk badan usaha perseorangan atau badan usaha tak
berbadan hukum.
Usaha kecil terdiri atas usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.
Yang dimaksud informal adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum
tercatat dan belum berbadan hukum. Contohnya adalah petani penggarap,
pedagang asongan, pedagang kaki lima, atau pemulung. Sedangkan yang
dimaksud dengan tradisional, yaitu usaha kecil yang menggunakan alat
produksi sederhana yang telah digunakan secara turun-temurun, atau
berkaitan dengan seni budaya.
Pemberdayaan usaha kecil dilakukan dalam bentuk penumbuhan iklim
usaha serta pembinaan dan pengembangan usaha sehingga mampu tumbuh
dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Tujuan
pemberdayaan usaha kecil secara mikro adalah agar mereka dapat
berkembang menjadi usaha menengah. Sedangkan tujuan makro yang ingin
dicapai adalah meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan
pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan
ekspor, serta peningkatan pemerataan pendapatan, agar usaha kecil mampu
mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkokoh struktur
perekonomian nasional.
Untuk mencapai peran usaha kecil tersebut diperlukan penumbuhan
iklim usaha yang meliputi: (1) pendanaan;(2) persaingan; (3) prasarana; (4)
informasi; (5) kemitraan; (6) perizinan usaha; (7) perlindungan. Sedangkan
bidang yang menjadi garapan untuk pembinaan dan pengembangan usaha
 ISIP4310/MODUL 8 8.7

kecil meliputi bidang-bidang produksi, pemasaran, sumber daya manusia,


dan teknologi.
Penumbuhan iklim usaha melalui aspek pendanaan meliputi upaya agar
usaha kecil dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas. Contoh:
sumber pendanaan bagi usaha kecil bukan hanya bersumber dari lembaga
keuangan bank, tetapi dimungkinkan pula mendapatkan sumber pendanaan
dari non bank, seperti pegadaian dan hibah atau pinjaman dari keuntungan
BUMN yang disisihkan. Di samping itu, prosedur mendapatkan pendanaan
bagi usaha kecil tersebut harus dipermudah, tidak melalui proses yang
berbelit-belit.
Dalam aspek persaingan, upaya dilakukan dengan menumbuhkan kerja
sama antar usaha kecil dalam bentuk koperasi, supaya kemampuan
memproduksi menjadi efisien dan memiliki posisi pemasaran yang lebih
kuat, dibandingkan jika setiap perusahaan mandiri secara bebas. Dalam aspek
persaingan, dicegah terbentuknya struktur pasar persaingan yang bersifat
tidak sempurna yang akhirnya merugikan pertumbuhan usaha kecil. Bentuk
struktur pasar tersebut dapat berupa monopoli, monopsoni, oligopoli atau
oligopsoni. Contoh: di bidang perkebunan rakyat, jika untuk menjual hasil
perkebunannya para pengusaha kecil harus menjual pada satu perusahaan
saja, maka hal ini disebut struktur pasar monopsoni. Para pengusaha akan
rugi sebab tidak akan dapat menjual produknya dengan harga tinggi.
Sebaliknya dalam usaha kecil tradisional, misalnya di bidang usaha tambak
tradisional, jika untuk membeli bibit ikan atau udang harus membeli pada
satu perusahaan saja, maka perusahaan tersebut telah menciptakan struktur
pasar monopoli. Hal ini akan merugikan petambak tradisional, karena harus
membeli input dengan harga tinggi.
Untuk menumbuhkan iklim usaha yang baik, pemerintah harus
membangun prasarana umum yang diperlukan misalnya perbaikan jalan
menuju lokasi sentra industri kecil, sehingga akan mempermudah arus
distribusi produk dari produser ke konsumen. Demikian pula prasarana lain,
seperti: listrik, air bersih, telepon, dan sebagainya. Selain memperhatikan
penyediaannya, pemerintah juga perlu menentukan tarif pemanfaatan sarana
tersebut agar lebih murah, misalkan untuk tarif air bersih dari PDAM.
Aspek informasi bagi pengusaha kecil meliputi pemberian informasi
harga pasar untuk produk usaha kecil yang bisa disiarkan ke seluruh wilayah
Indonesia, seperti informasi harga sayur-sayuran. Informasi seperti ini dapat
dikumpulkan dalam bank data, sehingga akan dapat digunakan sebagai bahan
8.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

analisis. Aspek informasi yang juga penting menyangkut informasi


permintaan produk yang bersumber dari pasar, meliputi jumlah permintaan
maupun spesifikasi produk yang diminta, baik pasar domestik maupun pasar
ekspor. Demikian pula diperlukan penyebaran informasi tentang teknologi
yang dapat berupa peralihan atau penyuluhan tentang teknologi baru yang
bersifat tepat guna untuk usaha kecil. Contoh: untuk meningkatkan kualitas
hasil pengolahan kulit pada industri kecil kulit, dilakukan kerja sama dengan
lembaga internasional melalui pelatihan pengolahan kulit.
Dalam aspek kemitraan, pemerintah perlu mendorong atau memberikan
rangsangan kepada usaha besar dan menengah agar mau melakukan
kemitraan dengan usaha kecil atas dasar pertimbangan rasional ekonomis.
Model kemitraan yang ideal dapat berupa saling ketergantungan dalam
pemanfaatan input dan output kedua belah pihak. Hubungan kemitraan ini
diharapkan akan menimbulkan alih teknologi, manajemen, dan perluasan
kesempatan berusaha secara wajar. Dalam aspek kemitraan ini, usaha kecil
harus dilindungi dari kerugian-kerugian yang akan muncul dari hubungan
usaha dengan usaha besar maupun menengah yang mungkin timbul, seperti:
penundaan pembayaran, pemotongan harga secara sepihak, pembebanan
risiko yang kurang adil.
Dalam aspek perizinan usaha, dilakukan penyederhanaan perizinan bagi
usaha kecil. Langkah yang ditempuh yakni dengan memusatkan sistem
administrasi perizinan dalam satu atap, sehingga akan menghemat biaya,
waktu dan tenaga. Di samping menyederhanakan perizinan dalam bentuk
sistem administrasi satu atap, juga syarat-syarat untuk pengurusan izin
disederhanakan. Dengan kemudahan pengurusan izin dan tersedianya data
dan informasi, akan memudahkan dalam penyusunan rencana dan program
pengembangan usaha kecil oleh pemerintah. Penyederhanaan perizinan usaha
kecil diharapkan juga akan menurunkan biaya.
Aspek perlindungan bagi usaha kecil antara lain meliputi penyediaan
lokasi usaha, misalnya berupa pasar tradisional, yang dibangun dengan
memperhatikan lokasi untuk pasar bagi usaha menengah dan besar. Contoh
lain, yakni pembangunan sentra industri kecil atau penyediaan lahan pada
kawasan industri yang dibangun oleh pemerintah atau oleh usaha menengah
atau usaha besar. Aspek perlindungan diberikan pada usaha kecil yang
mempunyai kekhususan dalam proses produksi, atau kepada kegiatan usaha
yang bersifat padat karya, termasuk kegiatan usaha yang memiliki nilai seni
budaya.
 ISIP4310/MODUL 8 8.9

Dalam RPJM 2005-2009 kebijakan tentang pengembangan UMKM


(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) juga tetap memperoleh perhatian.
Kegiatan-kegiatan pokok yang berkaitan dengan program penciptaan iklim
usaha meliputi berikut ini.
1. Penyempurnaan peraturan perundangan, seperti UU tentang Usaha Kecil
dan Menengah dan UU tentang Wajib Daftar Perusahaan, beserta
ketentuan pelaksanaannya, dalam rangka membangun landasan legalitas
yang kuat dan melanjutkan penyederhanaan birokrasi, perizinan, lokasi,
serta peninjauan terhadap pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha,
baik sektoral maupun spesifik daerah.
2. Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi badan usaha.
3. Peningkatan kelancaran arus barang, baik bahan baku maupun produk,
dan jasa yang diperlukan seperti kemudahan perdagangan antar daerah
dan pengangkatan.
4. Peningkatan kemampuan aparat dalam melakukan perencanaan dan
penilaian regulasi, kebijakan dan program.
5. Pengembangan pelayanan perizinan usaha yang mudah, murah dan
cepat, termasuk melalui perizinan satu atap bagi UMKM, pengembangan
unit penanganan pengaduan serta penyediaan jasa advokasi/mediasi yang
berkelanjutan bagi UMKM.
6. Penilaian dampak regulasi/kebijakan nasional dan daerah terhadap
perkembangan dan kinerja UMKM, dan pemantauan pelaksanaan
kebijakan/regulasi.
7. Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan
kebijakan dan program UMKM dengan partisipasi aktif para pelaku dan
instansi terkait.
8. Peningkatan penyebarluasan dan kualitas informasi UMKM, termasuk
pengembangan jaringan pelayanan informasinya.

Dalam praktik, upaya penciptaan iklim untuk menumbuhkan usaha kecil


masih banyak dijumpai kendala dan penyimpangan yang terjadi bila
dibandingkan dengan apa yang dimaksudkan oleh Undang-undang tentang
usaha kecil. Contoh: meskipun sudah ada peraturan yang mewajibkan sektor
perbankan untuk menyalurkan kreditnya sebesar 20% bagi Kredit Usaha
Kecil, namun karena tingkat bunga kredit sangat tinggi akhirnya tidak dapat
dijangkau. Demikian pula dalam aspek persaingan, maka praktek monopoli,
oligopoli, monopsoni dalam bidang usaha tertentu, termasuk bidang usaha
8.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

yang dilakukan usaha kecil, ternyata masih banyak dilakukan oleh


perusahaan besar atau konglomerat. Konsentrasi kekuatan pasar untuk bahan
baku bagi usaha kecil yang dilakukan perusahaan besar menyebabkan
hambatan bagi pengembangan usaha kecil. Dalam hal prasarana lokasi usaha,
pada umumnya lokasi yang ada jauh dari konsumen atau kurang strategis
untuk dijangkau oleh konsumen. Bahkan di berbagai kota, lokasi untuk usaha
kecil sektor informal sering tergusur atau terkena penertiban tata kota dalam
arti fisik. Mengenai informasi pasar, teknologi, desain, dan mutu, sumbangan
dari instansi teknis sangat minim. Untuk mendapatkan desain produk
misalnya untuk tas, sepatu dan lain-lain, biasanya pengusaha kecil berupaya
sendiri melalui upaya meniru disain produk impor.
Realisasi agenda pemberdayaan ekonomi kerakyatan memang tidak
selalu sesuai dengan norma kebijakan itu sendiri. Faisal Basri (2002)
mengamati bahwa pada masa Orde Baru, usaha-usaha besar sangat diberikan
keleluasaan dalam berbagai hal dibandingkan dengan UMKM dan koperasi.
Karena semakin jelas bahwa usaha besarlah yang telah membangkrutkan
perekonomian Indonesia, sementara UMKM dan koperasi yang
dikesampingkan malah bisa bertahan, maka kini tiba giliran UKM dan
koperasi yang perlu lebih difasilitasi. Oleh karena itu kebijakan yang
tercantum dalam dokumen pemerintah seperti RPJM 2005-2009 harus benar-
benar ditindaklanjuti.
Penyebab UKM dan koperasi dapat bertahan di saat krisis ekonomi,
menurut Faisal Basri ada beberapa faktor.
1. Sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi
(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama. Kelompok barang
ini dicirikan oleh permintaan terhadap perubahan pendapatan (income
elasticity of demand) yang relatif rendah. Artinya, seandainya terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat, permintaan atas kelompok barang
ini tidak akan meningkat banyak. Sebaliknya, jika pendapatan
masyarakat merosot, maka permintaan tidak akan banyak berkurang.
2. Mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada non-banking financing
dalam aspek pendanaan usaha. Hal ini terjadi karena akses usaha kecil
pada fasilitas perbankan sangat terbatas. Karena itu bisa dipahami kalau
di tengah keterpurukan sektor perbankan, sektor usaha kecil tidak
banyak terpengaruh. Demikian pula dengan koperasi yang lebih
mengandalkan modal sendiri.
 ISIP4310/MODUL 8 8.11

3. Pada umumnya usaha kecil melakukan spesialisasi produksi yang ketat,


dalam artian hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja. Hal ini
merupakan kebalikan dari konglomerasi. Modal yang terbatas menjadi
salah satu faktor yang melatarbelakangi. Di lain pihak, karena struktur
pasar yang mereka hadapi mengarah pada persaingan sempurna (banyak
produsen dan banyak konsumen), tingkat persaingan sangatlah ketat.
Akibatnya, yang keluar dari pasar relatif banyak, namun pemain baru
yang masuk pun cukup banyak. Spesialisasi dan struktur persaingan
sempurna inilah yang membuat usaha kecil cenderung lebih fleksibel
dalam memilih dan berganti jenis usaha, apalagi usaha kecil tidak
membutuhkan kecanggihan teknologi dan kualitas sumber daya manusia
yang tinggi pula.
4. Terbentuknya usaha-usaha kecil, terutama di sektor informal, sebagai
akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal akibat
krisis yang berkepanjangan. Hal itu membuat tidak terjadinya penurunan
jumlah UKM dan koperasi, bahkan sangat mungkin mengalami
peningkatan.

Sementara Erani Yustika (2007) melihat ada paradoks antara kebijakan


dan realitas dalam pengembangan usaha kecil dalam hal pendanaan. Data
terbaru semakin menunjukkan bahwa pemerintah tidak total untuk menopang
perkembangan usaha kecil karena persoalan penyerapan kredit kurang
diperhatikan. Plafon kredit untuk usaha mikro adalah kurang dari Rp.50 juta,
usaha kecil Rp.50 juta sampai Rp.500 juta, dan usaha menengah Rp.500 juta
sampai Rp. 5 miliar. Data BPS tahun 2002 memperlihatkan jumlah UMKM
tercatat 41,36 juta atau 99,9% dari total unit usaha. Dari jumlah itu, sektor
UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 76,55 juta orang atau 99,45% dari
total angkatan kerja (lihat Tabel 8.1). Kontribusinya terhadap produk
domestik bruto (PDB) sebesar Rp.921,9 triliun atau 55,3% dari total PDB.
Namun dalam Tabel 8.2 terlihat bahwa proporsi kredit untuk UKM secara
keseluruhan hanya sejumlah 16,5% dari total kredit. Dengan kata lain,
sebanyak 83,5% kredit bergulir ke sektor usaha besar yang jumlahnya hanya
0,10% dari total unit usaha di Indonesia.
8.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

Tabel 8.1.
Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja oleh
Usaha Kecil, Menengah, dan Besar (dalam %)

Variabel 1997 1998 1999 2000 2001 Laju


pertumbuhan
Usaha kecil 87,62 88,66 88,75 88,79 88,59 0,28%
Usaha menengah 11,78 10,78 10,71 10,67 10,85 -2,02%
Usaha besar 0,60 0,56 0,54 0,54 0,55 -2,02%
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00%
Sumber : Erani Yustika, dikutip dari Kompas 6 Maret 2002.

Tabel 8.2.
Penyaluran kredit UKM terhadap Total Kredit Perbankan (triliun Rp)

tahun Total Kredit UKM Total Penyaluran % Total


Kredit Perbankan
1998 43,80 487,426 9,00
1999 37,24 225,133 16,54
2000 55,84 269,000 20,76
2001 61,16 307,594 19,88
2002 60,84 365,410 16,65
2003 Maret 62,08 376,141 16,50
Sumber : Erani Yustika, dari laporan Bulanan Bank Indonesia, Kompas 21-10-
2003

Realitas tersebut tentu saja memprihatinkan karena sebagian besar rakyat


yang berusaha di sektor usaha kecil tidak mendapat prioritas kebijakan
sebagaimana mestinya. Menurut Erani, hal ini menunjukkan negara telah
gagal menciptakan dua kebijakan publik yang seharusnya dapat mendorong
kesejahteraan sebagian besar rakyat. Pertama, kegagalan menciptakan
struktur pasar yang adil yang bisa membuat persaingan antar pelaku ekonomi
berjalan dengan seimbang, bukan seperti sekarang yang menempatkan usaha
besar sebagai predator terhadap usaha kecil dan menengah. Kedua, kegagalan
pemerintah mengimplementasikan alokasi kredit yang seharusnya usaha kecil
dan menengah mendapat bagian yang besar sebagai tempat rakyat mencukupi
nafkah hidupnya.
 ISIP4310/MODUL 8 8.13

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan mengapa konsep Ekonomi Kerakyatan dikatakan bahwa
sebenarnya bukan konsep baru!
2) Apa yang menyebabkan ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru
tumbuh pesat tetapi sekaligus juga rapuh? Jelaskan!
3) Pembinaan apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah terhadap
UMKM baik pada masa Orde Baru maupun Orde Reformasi?
Bagaimana realisasinya? Jelaskan!
4) Mengapa pada masa krisis ekonomi UMKM bisa mempertahankan
keberadaannya?
5) Menurut Erani Yustika, ada paradoks antara kebijakan dan realitas dalam
upaya pengembangan usaha kecil. Jelaskan hal-hal yang berlawanan
tersebut, baik dari sisi pendanaan maupun penerapan tenaga kerja!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Baca Pasal 33 UUD 1945 sebelum dilakukan Amandemen beserta


Penjelasannya (yang sekarang tidak berlaku lagi). Selanjutnya
diskusikan dengan teman Anda!
2) Kerapuhan terjadi karena pembangunan lebih banyak berorientasi pada
pertumbuhan dengan model “tetesan ke bawah”. Selanjutnya uraikan apa
saja kebijakan yang dilakukan secara operasional. Diskusikan dengan
teman Anda!
3) Jika Anda menyimak uraian dalam Kegiatan Belajar ini secara seksama,
Anda akan menemukan jawabannya!
4) Simak uraian dalam Kegiatan Belajar ini, karena Anda akan menemukan
jawabannya!
5) Secara ringkas Anda dapat mencermati Tabel 8.1. dan 8.2. Selanjutnya
berikan penjelasan!
8.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

RA NG K UM A N

Ekonomi kerakyatan merupakan kegiatan ekonomi yang


dilaksanakan, diawasi, dan dinikmati hasil-hasilnya oleh sebagian besar
rakyat. Bidang garapan ekonomi kerakyatan meliputi usaha mikro,
kecil, menengah (UMKM), termasuk koperasi, baik yang bergerak di
sektor formal maupun informal, karena kelompok ini merupakan bagian
terbesar dari pelaku ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dan berlangsung
cepat selama beberapa Pelita yang lalu tetapi diiringi pula dengan masih
terdapatnya penduduk miskin dalam jumlah besar, menggambarkan
kondisi ketimpangan hasil pembangunan ekonomi.
Pengembangan usaha kecil sudah dilakukan oleh pemerintah, baik
pada masa Orde Baru maupun Orde Reformasi, dan dilakukan melalui
penciptaan iklim yang sesuai. Pembinaan diarahkan dalam penanganan
bidang produksi, pemasaran, peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan teknologi. Namun, realisasinya masih jauh dari yang diharapkan.
Oleh karena itu, sekarang ini diperlukan keberpihakan pemerintah pada
UMKM dan koperasi karena kebijakan pada masa lalu yang
memprioritaskan pada usaha besar ternyata telah menyebabkan
kebangkrutan ekonomi nasional, sementara pada masa krisis ekonomi
UMKM dan koperasi tetap dapat bertahan.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Ekonomi kerakyatan memerlukan pengawasan kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh….
A. aparatur negara
B. kekuatan rakyat
C. pemilik modal
D. rakyat melalui wakil-wakilnya di DPR

2) Ekonomi kerakyatan merupakan perwujudan dari….


A. cita-cita UUD 1945
 ISIP4310/MODUL 8 8.15

B. kehendak pemerintah
C. cita-cita bela negara
D. kehendak masyarakat
3) Permasalahan dalam pembinaan dan pengembangan UMKM dan
koperasi adalah….
A. UMKM dan koperasi ingin mandiri dan tidak bersedia untuk dibina
B. iklim usaha yang diciptakan pemerintah masih banyak dijumpai
kendala dan penyimpangan
C. terjadinya krisis ekonomi
D. banyak aparat birokrasi yang korup

4) Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil,


dikatakan usaha kecil apabila….
A. memiliki kekayaan bersih Rp. 1 miliar, tidak termasuk nilai tanah
dan bangunan
B. harus memiliki badan hukum
C. memiliki hasil penjualan Rp.200 juta per bulan
D. bersifat mandiri dan bukan merupakan cabang dari perusahaan lain

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Sektor informal di perkotaan, koperasi dan usaha tani merupakan jenis


kegiatan perekonomian rakyat
sebab
Pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil dilakukan oleh rakyat

6) Tergusurnya pasar output industri kecil akan mematikan sebagian


potensi penyerapan tenaga kerja
sebab
Sektor industri kecil dan kerajinan rakyat menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang cukup besar.

7) Pertumbuhan ekonomi Indonesia berlangsung lambat tetapi distribusi


pendapatan merata
sebab
8.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

Perekonomian Indonesia lebih banyak berorientasi pada pertumbuhan


dengan model "tetesan ke bawah"

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar semua.

8) Untuk meningkatkan peran usaha kecil, pemerintah melakukan beberapa


kebijakan, antara lain….
1) mengusahakan sumber pendanaan yang luas dan murah
2) memberikan informasi harga pasar untuk produk usaha kecil
3) menyederhanakan perizinan

9) Penyebab usaha kecil dan koperasi dapat bertahan pada masa krisis
ekonomi karena….
1) sebagian besar usaha kecil dan koperasi menghasilkan barang
konsumsi
2) usaha kecil dan koperasi memperoleh bantuan pemerintah
3) mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan permodalan sendiri

10) Paradoks antara kebijakan dan realita dalam pengembangan UMKM dan
koperasi ditunjukkan dengan….
1) keberadaan usaha besar diatur Undang-undang, sementara
keberadaan usaha kecil tidak diatur
2) ketersediaan kredit bagi UKM jumlahnya kecil, sementara untuk
usaha besar jumlahnya tidak terbatas
3) UKM dan koperasi dapat menyerap tenaga kerja yang besar,
sedangkan usaha besar hanya dapat menyerap dalam porsi yang
kecil

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal
 ISIP4310/MODUL 8 8.17

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
8.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kegiatan Belajar 2

Kemitraan Usaha Antarpelaku Ekonomi

K emitraan usaha antara usaha besar, usaha menengah dan usaha kecil,
seperti yang disinggung dalam Modul 4, merupakan salah satu kunci
sukses upaya pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Bagi bangsa Indonesia
yang memiliki nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan, seharusnya
kemitraan usaha merupakan sesuatu hal yang muncul dengan sendirinya
tanpa dihimbau apalagi dipaksakan. Kalau para pembisnis yang berasal dari
negara yang dikenal sebagai negara liberal saja memandang perlu adanya
kemitraan usaha, apalagi para pembisnis Indonesia.
Pada dunia pemasaran global di mana persaingan semakin tajam, justru
perusahaan-perusahaan multinasional melakukan kerja sama usaha yang
dinamakan “kemitraan strategis global” (Global Srategic Partnership).
Memang ada alasan mengapa mereka perlu bermitra. Pertama, untuk
mengatasi tantangan sewaktu memasuki dan memperluas usaha dalam
lingkungan yang kompleks, penuh gejolak, dan seringkali tidak dapat
diramalkan. Kerja sama merupakan suatu cara untuk memperoleh
keterampilan, sumber daya dan pengetahuan dari mitra, yang diperlukan
untuk mengatasi kompleksitas tersebut. Kedua, kerja sama tersebut
dimaksudkan untuk menghindari persaingan yang keras sehingga masing-
masing dapat memperoleh keuntungan dari kerja sama tersebut.
Para ahli pemasaran berpendapat bahwa kemitraan adalah salah satu cara
yang paling cepat dan murah untuk mengembangkan strategi pemasaran
global. Contoh: dalam dunia perbankan terjadi persaingan yang ketat dalam
produk kartu kredit atau kartu debet; tapi melalui kerja sama yang saling
menguntungkan, kartu debet dari suatu bank di Indonesia dapat digunakan
untuk mencairkan uang di mesin ATM di seluruh dunia. Demikian pula
ketika mobil Ford Cortina menggunakan mesin Mazda untuk produk
otomotifnya, padahal antara Amerika Serikat dan Jepang pernah terjadi
sengketa global dalam pemasaran mobil.
Kemitraan identik dengan saling memberi dan saling menerima. Di
antara kedua pihak berstatus sama, saling bergantung satu sama lain. Tipe
kemitraan dapat bermacam-macam, bisa berkaitan dengan teknologi,
produksi/operasi, pemasaran, dan lain-lain. Tapi, khusus untuk mewujudkan
 ISIP4310/MODUL 8 8.19

ekonomi kerakyatan di Indonesia, kemitraan yang diharapkan terjadi adalah


atas dasar keterkaitan usaha. Potensi keterkaitan ini sesungguhnya cukup
besar baik yang bersifat kaitan ke depan (forward linkage) atau bentuk kaitan
ke belakang (backward linkage). Kaitan ke depan mempunyai arti bahwa
usaha kecil dapat memanfaatkan output usaha menengah dan besar sebagai
faktor input. Contoh: Usaha kecil kerajinan rakyat dapat memanfaatkan
output usaha menengah dan besar seperti plastik, lem, kain sebagai input bagi
kegiatan produksi. Sedangkan keterkaitan ke belakang merupakan
kebalikannya. Contoh: Usaha menengah atau besar di bidang makanan dan
minuman dapat menggunakan output atau hasil produksi usaha kecil seperti
gula merah, beras, kedelai, cabe, dan sebagainya sebagai faktor input atau
bahan baku dalam proses produksi.
Kemitraan usaha tanpa didasari oleh adanya keterkaitan dalam bidang
usaha dari sisi input dan output, menyebabkan ketidakefisienan penggunaan
sumber-sumber ekonomi dan melahirkan beban biaya yang cenderung
menjadi biaya yang harus dipikul oleh masyarakat (social cost). Di lain
pihak, kemitraan usaha kecil dengan usaha menengah dan besar tanpa dasar
hubungan keterkaitan tadi, secara psikologis menimbulkan dampak yang
kurang sehat bagi perkembangan usaha kecil, yakni seolah-olah sebagai
pihak yang menengadahkan tangan untuk menerima bantuan. Jika harus
dilaksanakan bentuk kemitraan tanpa kaitan usaha, maka hal itu lebih tepat
bila diterapkan pada perusahaan menengah dan besar BUMN daripada
perusahaan menengah dan besar milik swasta. Hal ini karena fungsi BUMN
selain harus menghasilkan profit atau keuntungan juga berfungsi sebagai
agen pembangunan. Salah satu bentuk kemitraan yang telah berjalan cukup
lama adalah antara KUD di Jawa Timur dengan perusahaan susu Nestle.
Perusahaan susu Nestle menerima pasokan susu segar hasil kegiatan
peternakan sapi perah anggota KUD di wilayah Malang dan Pasuruan. Dalam
kemitraan tersebut terjadi pula alih teknologi dalam peningkatan kualitas
produksi, pemasaran, dan manajemen usaha.
Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil,
bentuk kemitraan yang dapat dilaksanakan oleh usaha menengah dan besar
dengan usaha kecil dapat berupa:
1. inti-Plasma;
2. sub kontrak;
3. dagang umum;.
4. waralaba;
5. keagenan;
6. bentuk-bentuk lain.
8.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

Dalam bentuk kemitraan inti-plasma, usaha besar atau menengah


bertindak sebagai inti, sementara usaha kecil sebagai plasma. Contoh: petani
sebagai plasma menerima pinjaman dari inti dalam bentuk bibit tanaman
perkebunan. Inti adalah perusahaan perkebunan besar yang memberikan dan
menerima hasil perkebunan untuk diolah dalam proses produksi. Hasil atau
pendapatan bersih petani plasma telah diperhitungkan dengan pembayaran
kredit yang harus dilakukan. Sedangkan kemitraan dalam bentuk sub kontrak,
misalnya para pengusaha kecil berdasarkan kontrak yang ditandatangani
memasok komponen-komponen untuk kepentingan industri besar.
Dalam pola kemitraan dagang umum, sebagai contoh misalnya KUD
dengan kegiatan produksi anggotanya di bidang sayuran menjalin hubungan
pemasaran sayur dengan perusahaan besar. Dalam bentuk waralaba,
pemegang waralaba dengan kompensasi tertentu memberikan lisensi, merek
dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba
disertai bantuan bimbingan dan manajemen. Sedangkan dalam bentuk
keagenan, pengusaha kecil termasuk koperasi diberi hak khusus memasarkan
barang dari usaha menengah atau usaha besar. Contoh: Koperasi sekunder/
primer menjadi agen penjualan barang-barang kebutuhan dari pabrik alat
rumah tangga.
Sejauh mana bentuk kemitraan telah membawa manfaat bagi usaha
kecil? Untuk menjawab hal ini diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mengkajinya. Namun paling tidak efektivitas dari suatu hubungan kemitraan
antara usaha kecil dengan usaha menengah adalah saling menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Keberhasilan suatu kemitraan bergantung pada dua
hal yaitu tujuan yang ditetapkan dan perilaku atau sifat pihak yang terlibat
dalam kemitraan tersebut. (Hendroyogi, 1997).
Tujuan dari peserta kemitraan dapat bersifat jangka pendek dan jangka
panjang. Koperasi atau pengusaha kecil ingin bermitra usaha dengan
pengusaha besar adalah untuk mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu
keuntungan bidang teknologi, mendapatkan jalur sebagai sumber keuangan,
keterampilan dalam bidang usaha dan sebagainya. Selanjutnya menurut Mark
Weaver (dalam Hendroyogi, 1997) faktor yang menentukan keberhasilan
kemitraan ada 4 (empat):
1. perilaku yang bertujuan tidak ingin untung sendiri;
2. perilaku percaya pada mitra usaha;
3. perilaku timbal balik;
 ISIP4310/MODUL 8 8.21

4. perilaku mampu menahan diri atau sabar.


Sifat ingin cari untung sendiri didorong oleh sifat mengambil untung
lebih banyak dari mitranya. Peserta kemitraan ini hanya mendahulukan
kepentingannya sendiri sehingga kemitraan tidak langgeng. Perilaku saling
percaya, bersumber pada keyakinan akan kebaikan rekannya atau mitranya.
Rasa percaya timbul karena keyakinan bahwa kemitraan akan memberikan
hasil yang adil. Perilaku mampu menahan diri hanya bisa terjadi kalau dalam
kemitraan terdapat rasa saling percaya, tidak ada perilaku oportunistik di
antara para mitra usaha.
Dalam praktik, bentuk kemitraan usaha kecil dan koperasi dengan usaha
menengah dan besar serta BUMN paling banyak berbentuk pemberian kredit
kecil dengan bunga rendah. Pada hal kelemahan usaha kecil dan koperasi
selain bidang permodalan, juga terletak pada bidang pemasaran, adaptasi
teknologi, kualitas sumber daya manusia. Usaha kemitraan dalam bentuk sub
kontrak misalnya, akan melahirkan upaya transfer teknologi dari perusahaan
besar atau pihak swasta dan BUMN kepada usaha kecil dan koperasi.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk kemitraan usaha sesuai Undang-
undang No. 9 tahun 1995!
2) Jelaskan pendapat saudara, bagaimana cara mengatasi kelemahan
manajemen, permodalan, dan adaptasi teknologi yang dialami usaha
kecil!
3) Apakah jenis kemitraan tanpa ada kaitan antara bidang usaha dari sisi
input dan output akan menimbulkan ketidakefisienan? Jelaskan!
4) Pengalihan saham perusahaan besar kepada koperasi, menurut saudara
termasuk penggolongan kemitraan yang mana? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Apabila Anda membaca bahasan di atas dengan seksama maka Anda


bisa menemukan jawabannya di uraian dalam Kegiatan Belajar di atas.
8.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

2) Pendidikan dan Pelatihan merupakan cara yang paling tepat untuk


meningkatkan kemampuan manajerial usaha kecil. Sedangkan
kemampuan permodalan bisa diatasi melalui kebijakan pemerintah untuk
membuat skim permodalan usaha kecil lebih proporsional dan mudah.
3) Anda perlu membaca secara seksama model-model mitra kerja yang
telah dijelaskan dalam uraian di atas.
4) Petunjuk seperti jawaban soal 3.

RA NG K UM A N

Pola kemitraan usaha kecil termasuk di dalamnya koperasi dapat


dijalin dengan usaha besar dan menengah baik dari pihak swasta maupun
BUMN. Bahkan dalam bisnis global kemitraan sering dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional yang saling bersaing. Terdapat
berbagai bentuk kemitraan usaha besar dengan usaha kecil, seperti
bentuk-bentuk inti-plasma, dagang umum, sub kontrak, waralaba, dan
sebagainya. Prinsip kemitraan yang paling ideal adalah saling
menguntungkan antara pihak-pihak yang melakukan kemitraan usaha
(mutual symbiosis) .
Keberhasilan suatu kemitraan ditentukan oleh dua hal yaitu: tujuan
yang ditetapkan dan perilaku dari pihak-pihak yang melaksanakan
kemitraan. Jenis-jenis perilaku yang dapat muncul dari pihak yang
melakukan kemitraan antara lain yang bersifat tidak ingin untung sendiri,
percaya pada mitra usaha, perilaku timbal balik, perilaku mampu
menahan diri atau sabar.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Kemitraan usaha juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tingkat


dunia, dengan alasan….
A. mengurangi persaingan
B. mengatasi tantangan yang semakin kompleks dan sulit diramalkan
C. untuk bisa memasuki pasar negara mitra
D. untuk menyadap teknologi mitra

2) Sikap oportunistik dari mitra kerja akan berakibat….


 ISIP4310/MODUL 8 8.23

A. lancarnya hubungan kemitraan


B. gagalnya hubungan kemitraan
C. antar mitra saling ada pengertian
D. siapa yang kuat menjadi pemimpin

3) Kaitan penggunaan faktor produksi dalam usaha besar dan menengah


yang dihasilkan oleh usaha kecil disebut….
A. kaitan ke belakang
B. kaitan ke depan
C. hubungan kemitraan
D. efek tetesan ke bawah

4) Memasok kebutuhan usaha besar dan menengah yang dilakukan usaha


kecil merupakan bentuk kemitraan….
A. waralaba
B. inti-plasma
C. pola dagang umum
D. keagenan

Soal Tipe B ( Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan sebab
akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah. '

5) BUMN banyak yang memberi kredit dengan bunga rendah pada usaha
kecil
Sebab
Salah satu kelemahan usaha kecil adalah di bidang permodalan

6) Dalam kemitraan inti-plasma, usaha besar bertindak sebagai inti, dan


usaha kecil bertindak sebagai plasma
Sebab
Kedudukan usaha besar lebih tinggi daripada kedudukan usaha kecil.

7) Keterkaitan yang erat dalam kemitraan akan mengurangi kebebasan


usaha kecil
Sebab
Keberhasilan usaha kecil sangat tergantung dari bantuan usaha besar.
8.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1), (2), dan (3) benar.
B. Jika (1) dan (3) benar.
C. Jika (2) dan (3) benar.
D. Jika jawaban (1), (2), dan (3) benar semuanya.

8) Kemitraan dapat terjadi bila….


(1) salah satu tergantung pada kebaikan yang lain
(2) ada kesepakatan untuk saling memberi dan saling menerima
(3) kedua belah pihak dapat memetik keuntungan

9) Faktor yang menentukan keberhasilan kemitraan antara lain, adalah….


(1) perilaku timbal balik
(2) mampu menahan diri dan sabar
(3) percaya pada mitra usaha

10) Selain memberikan lisensi, merek dagang dan saluran distribusinya,


pemberi waralaba juga memberikan bantuan….
(1) bimbingan
(2) pelayanan
(3) manajemen

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
 ISIP4310/MODUL 8 8.25

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang


belum dikuasai.
8.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) D 1) B
2) A 2) B
3) B 3) A
4) D 4) C
5) A 5) A
6) A 6) C
7) C 7) D
8) D 8) C
9) B 9) A
10) C 10) B
 ISIP4310/MODUL 8 8.27

Daftar Pustaka

____________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995


tentang Usaha Kecil.

Ahmad Erani Yustika. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang: BP-FE


Unibraw

Cornelis Rintuh. (1995). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Penerbit


Liberty.

Faisal Basri. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga

Hendroyogi. (1997). Koperasi : Azas-azas, Teori dan Praktik. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Mubyarto. (1995). Ekonomi dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Aditya Media.

Prijono Tjiptoherijanto. (1997). Prospek Perekonomian Indonesia dalam


Rangka Globalisasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Suseno Triyanto Widodo. (1997). Ekonomi Indonesia: Fakta dan Tantangan


Dalam Era Liberalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Modul 9

Sistem Ekonomi Indonesia


Dalam Era Global
Dr. Suharyono, M.A.
Drs. Niam Sovie
PE ND A H UL U AN

D alam memasuki era perdagangan bebas yang dimulai sejak tahun 2003
di tingkat Asean, Indonesia diharapkan ikut berpartisipasi di dalamnya.
Kesiapan Indonesia dalam era perdagangan bebas masih dipertanyakan,
karena krisis ekonomi yang menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Selayaknya perekonomian dunia makin membaik sehingga era perdagangan
bebas akan dapat berjalan dengan semestinya.
Akan tetapi setiap perubahan menimbulkan ketidakcocokan dengan
sistem perdagangan di masing-masing negara karena setiap negara
mempunyai kebijakan sendiri-sendiri sesuai dengan kebiasaan yang sudah
berlangsung lama di setiap negara tersebut. Seperti di Indonesia yang
mempunyai kebijakan sendiri untuk tarif bea masuk yang dapat memberi
masukan bagi devisa negara.
Sebelum krisis ekonomi terjadi, era perdagangan bebas sudah merupakan
ancaman bagi para pengusaha kecil khususnya pada industri kecil. Hal ini
dikarenakan harga-harga barang impor yang kualitasnya bersaing cenderung
lebih murah harganya dibandingkan produk lokal. Tetapi, setelah kurs dolar
mengalami kenaikan, otomatis harga-harga produk lokal lebih murah
dibandingkan dengan produk luar. Sebagai akibat dari keadaan tersebut
terdapat kecenderungan melakukan ekspor barang yang lebih banyak
sehingga industri-industri kecil dapat berkembang. Keuntungan lainnya
adalah bahwa industri-industri kecil itu menggunakan kandungan lokal yang
jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan kandungan impornya.
Dengan tidak adanya ketergantungan terhadap barang-barang impor maka
secara otomatis harga yang ditetapkan bisa ditekan serendah mungkin dan
dengan demikian peluang untuk dapat bersaing dengan barang-barang impor
semakin dimungkinkan.
9.2 Sistem Ekonomi Indonesia 

Tantangan era perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi perlu


diantisipasi Indonesia dengan sebaik-baiknya, dengan melalui peningkatan
kualitas SDM, penyiapan struktur ekonomi yang kuat, peningkatan daya
saing produk, dan persiapan iklim usaha yang kondusif.
Materi modul sembilan ini akan menguraikan mengenai tantangan yang
dihadapi Indonesia dalam era perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi
yang mulai berlangsung pada awal milenium ketiga.
Secara umum materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan sistem
ekonomi Indonesia dalam menghadapi era global. Sedangkan secara khusus
Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. tantangan perekonomian dunia dan regional terhadap pelaksanaan
sistem ekonomi Indonesia;
2. proses lahirnya perdagangan bebas dunia dan implikasinya terhadap
perekonomian Indonesia;
4 . langkah-langkah antisipasi terhadap liberalisasi perdagangan;
5. ciri-ciri pokok Sistem Ekonomi Indonesia dikaitkan dengan norma-
norma perdagangan bebas.
 ISIP4310/MODUL 9 9.3

Kegiatan Belajar 1

Tantangan Perekonomian Dunia


dan Regional

I ndonesia kini telah memasuki era perdagangan bebas. Pola perdagangan


global telah memasuki tahap baru yakni dengan semakin berkurangnya
hambatan perdagangan (barrier to entry) di antara negara-negara anggota.
Pada tingkat regional, Indonesia telah mengikat kesepakatan dengan AFTA
(Asean Free Trade Area) yang telah diterapkan sejak tahun 2003. Sedangkan
di kawasan Asia Pasifik, kesepakatan yang dicapai dalam APEC (Asia
Pacific Economic Cooperation) mengharuskan negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, untuk memasuki era perdagangan bebas dunia pada
tahun 2020. Masalahnya, sudah siapkah Indonesia menghadapi tantangan
masa mendatang?
Menurut Prijono Tjiptoherijanto (1996), ada beberapa kecenderungan
perekonomian dunia yang perlu dicermati karena berdampak langsung
maupun tidak langsung pada perekonomian nasional Indonesia.
Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia mulai memperlihatkan
kecenderungan yang membaik setelah mengalami resesi pada pertengahan
dasawarsa 1980-an.
Kedua, globalisasi ekonomi dan berkembangnya perdagangan bebas.
Dengan keberhasilan Putaran Uruguay (Uruguay Round) tahun 1986, sampai
terbentuknya WTO tahun 1994, maka era perekonomian dan perdagangan
dunia makin menuju pada era perdagangan bebas tanpa hambatan.
Kecenderungan ini mendorong peningkatan ketergantungan antar negara dan
pentingnya aspek persaingan dalam merebut pasar.
Ketiga, makin berkembangnya regionalisasi perekonomian dunia.
Beberapa blok perdagangan bebas telah muncul, seperti Pasar Tunggal Eropa
(Europe Community), NAFTA (North Atlantic Free Trade Area), AFTA
(Asean Free Trade Area), dan APEC (Asia Pacific Economic Cooperation).
Keempat, pesatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir telah
jauh di atas pertumbuhan ekonomi di kawasan lain, dan ini diperkirakan akan
terus berlangsung.
9.4 Sistem Ekonomi Indonesia 

Kelima, makin meningkatnya isu demokratisasi ekonomi dan politik,


termasuk di dalamnya isu lingkungan hidup. Isu-isu tersebut dapat
mempengaruhi pola perdagangan antar negara serta perkembangan ekonomi
nasional.

A. PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA DAN REGIONAL

Mengutip laporan Bank Dunia 1994, Suseno T.W. (1996) menyatakan


bahwa di antara tujuh negara industri utama, Jepang memiliki GNP per kapita
paling tinggi pada tahun 1992, yakni sebesar US $ 28.190 dan disusul oleh
Amerika Serikat sebesar US $ 23.240. Tingginya pendapatan per kapita
Jepang bukan karena jumlah penduduknya yang sedikit, tetapi memang
disebabkan nilai produk nasionalnya yang tercermin pada GDP, sangat
tinggi. Tercatat pada tahun 1992 sebesar US $ 3.670.979 juta atau hanya di
bawah AS yang besarnya US S 5.920.199 juta.
Keadaan ini bisa dibandingkan dengan Kanada misalnya, yang memiliki
GNP per kapita di atas US $ 20.000, tetapi hanya dengan penduduk sekitar
27 juta jiwa. Sedangkan Jepang berpenduduk sekitar 125 juta dan AS 255
juta. Bank Dunia mengelompokkan negara-negara yang memiliki GNP per
kapita lebih dari US $ 12.000 sebagai kelompok negara "high income
economies" (HIE).
Negara Asia Pasifik lain, seperti Singapura, Hongkong, dan Selandia
Baru yang juga masuk dalam kelompok negara HIE, hanya memiliki jumlah
penduduk masing-masing 2,8 juta, 5,8 juta, dan 3,4 juta pada tahun 1992.
Bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang besarnya sekitar 184
juta (1992). Tabel 9.1 memperlihatkan bahwa sebenarnya angka GDP
Indonesia melebihi Singapura, Hongkong, atau Selandia Baru. Namun karena
jumlah penduduk lebih besar, GNP per kapita Indonesia hanya US $ 670
(1992) dan US $ 780 (1996) sehingga masuk kelompok negara "low income
economies" (LIE). Keadaan ini sekaligus menunjukkan bahwa penduduk kita
memang belum produktif. Oleh karena itu program pengembangan SDM
sangat penting dilakukan agar setiap penduduk dapat bekerja lebih produktif.
Di kawasan ASEAN, Singapura masuk dalam kelompok HIE, sedangkan
Malaysia, Thailand, dan Filipina masuk kelompok "middle income
economies" (MIE). Dari kawasan Asia Timur, Korea Selatan juga masih
digolongkan sebagai MIE karena GNP per kapitanya di bawah US $ 12.000.
 ISIP4310/MODUL 9 9.5

Jika diamati dari kinerja pertumbuhan GDP, negara-negara ASEAN


(kecuali Filipina), ditambah Hongkong dan Korea Selatan, menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tidak mengherankan karena negara-
negara tersebut termasuk sebagai negara "High Performance Asian
Economies" (HPAEs) selama kurun waktu 25 tahun terakhir.
Namun, pada dasawarsa 1980-an rata-rata pertumbuhan GDP cenderung
turun dibandingkan dengan dasawarsa 1970-an. Hal ini karena pengaruh
resesi yang pernah melanda negara-negara maju pada dasawarsa 1980-an dan
kemudian merambah ke negara-negara berkembang lainnya.
Menarik pula untuk dicatat, pertumbuhan ekonomi negara-negara maju
pada dasawarsa 1980/1992 berkisar antara 2-3 persen saja rata-rata per tahun,
sedangkan di negara-negara berkembang atau di negara-negara industri yang
baru tumbuh di kawasan Asia Pasifik berkisar antara 6-9 persen. Dengan
demikian terjadi "counter trend" (kecenderungan lawan) terhadap jalannya
perekonomian negara-negara maju. Pertumbuhan pesat negara-negara
berkembang ini kemungkinan dipengaruhi oleh kontak perdagangan dengan
negara-negara maju, atau karena hasil kerja keras masing-masing negara
untuk mengejar ketinggalannya dari negara maju, atau faktor kedua-duanya.
Meskipun tidak ada korelasi langsung antara tinggi rendahnya GDP dan
tinggi rendahnya GNP per kapita suatu negara, pertumbuhan ekonomi yang
relatif tinggi pada negara-negara dengan GNP per kapita masih rendah
merupakan perkembangan yang membaik bagi struktur ekonomi dunia.
Pertumbuhan ekonomi merupakan cermin semakin besarnya angka GDP.
Dengan program pengendalian penduduk dan peningkatan SDM, GNP per
kapita negara berkembang akan semakin tinggi. Diharapkan dalam kurun
waktu tertentu, kesenjangan GNP per kapita antar negara di dunia semakin
kecil dan dalam rangka perdagangan multilateral akan saling
menguntungkan. Hanya saja, tingkat GNP per kapita tidak mencerminkan
kemakmuran penduduk secara menyeluruh karena pendistribusian GNP di
negara berkembang sering pincang atau tidak merata.
Hal lain yang perlu dicatat adalah perkembangan angka GDP pada tahun
1992 dibandingkan dengan tahun 1970. Angka GDP negara-negara ASEAN
meningkat dengan cepat. Singapura mengalami peningkatan 24 kali lipat,
Thailand 15 kali lipat, Malaysia hampir 14 kali lipat, Indonesia 13 kali lipat,
dan Filipina sekitar 8 kali lipat. Peningkatan yang cukup luar biasa dialami
oleh Korea Selatan yakni 33 kali lipat, sedangkan Hongkong 22 kali lipat.
Dengan perkembangan angka GDP yang cepat dalam dua dasawarsa tersebut,
9.6 Sistem Ekonomi Indonesia 

tidaklah mengherankan apabila Korea Selatan, Hongkong, dan Singapura


diwisuda sebagai negara industri baru (Newly Industrializing Countries atau
NIC's).
Namun, "keajaiban Asia" yang mendapat pujian dari Bank Dunia serta
para pengamat ekonomi internasional itu nampaknya mengalami "keajaiban
baru" yang justru bertolak belakang dengan kenyataan sebelumnya. Sejak
tahun 1997, krisis ekonomi mengguncang Asia, khususnya dialami oleh
beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Timur. Dimulai dengan
kejatuhan nilai mata uang Bath Thailand, lalu menerjang Peso Filipina,
Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Rupiah Indonesia, Won Korea Selatan,
dan terakhir mengguncang Yen Jepang. Krisis terparah dialami oleh
Indonesia yang mulai terasa pada bulan Juli 1997.
Krisis yang pada mulanya menerpa bidang moneter kemudian meluas
menjadi krisis multidimensial, mencakup krisis ekonomi, politik,
kepercayaan, dan mencapai klimaksnya dengan jatuhnya Kabinet
Pembangunan VI di bawah pimpinan Presiden Suharto dan digantikan oleh
Kabinet Reformasi Pembangunan yang dipimpin Presiden B.J. Habibie.
Demikian pula Era Orde Baru berakhir dan muncul Era Reformasi, yaitu
suatu era yang menuntut adanya tatanan baru yang bertumpu pada supremasi
hukum, pemerintahan yang bersih (clean government) dan sistem ekonomi
yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Begitu parahnya krisis tersebut
sehingga nilai rupiah terhadap dolar AS terpuruk dari Rp 2600,- per 1 dolar
AS (medio 1997) menjadi Rp 15.000,- per 1 dolar AS (April 1998). Harga
barang-barang naik 2 kali lipat, lebih-lebih barang impor. Suku bunga
perbankan juga melonjak tinggi karena dipacu oleh suku bunga SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) yang mencapai 50% per tahun untuk menekan
inflasi, sehingga banyak usaha yang terpaksa gulung tikar. Hal ini membawa
dampak kemerosotan produksi sehingga pertumbuhan ekonomi pada tahun
1998 defisit sampai minus 15%.
Untuk mengembalikan ke arah tingkat pertumbuhan semula (recovery
economy), para ahli meramalkan Indonesia baru bisa kembali dalam jangka
waktu 3-5 tahun, namun nyatanya sampai lewat 10 tahun dampak krisis
masih sangat terasa. Bahkan memasuki tahun 2009 di mana diprediksi
ekonomi dunia akan mengalami krisis yang lebih dahsyat sebagai akibat dari
krisis moneter di Amerika Serikat maka recovery ekonomi Indonesia akan
menghadapi ujian yang lebih berat.
 ISIP4310/MODUL 9 9.7

B. PERDAGANGAN BEBAS

Keinginan negara-negara maju untuk menerapkan perdagangan bebas


muncul ketika pada awal dasawarsa 1970-an sampai medio dasawarsa 1980-
an, gejala proteksionisme dalam perdagangan internasional mulai muncul dan
cenderung meningkat terus. Tak terkecuali negara-negara maju yang aktif
mendorong upaya agar perdagangan internasional lebih terbuka, ternyata juga
melakukan proteksi. Proteksi saat itu umumnya telah beralih dari hambatan
tarif (harga) menjadi hambatan nontarif (volume/jumlah). Keadaan
perdagangan internasional semakin parah ketika terjadi kelesuan ekonomi
yang terjadi sekitar tahun 1980-1982. Dampaknya, negara berkembang ikut
merasakan resesi ini dan bahkan beberapa negara Amerika Latin tidak
mampu membayar beban utang luar negeri mereka.
Dengan latar belakang perekonomian dunia yang tidak menguntungkan
tersebut, GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang
ditandatangani pada tanggal 30 Oktober 1947 oleh 23 negara,
menyelenggarakan sidang tingkat menteri di Punta del Este, Uruguay, pada
bulan September 1986, untuk melakukan negosiasi di bidang perdagangan
internasional. Sidang tersebut yang kemudian dikenal sebagai awal dari
Putaran Uruguay (Uruguay Round) dan diikuti oleh 105 negara, telah
menghasilkan rumusan deklarasi serta kesepakatan untuk melakukan
perundingan perdagangan multilateral Putaran Uruguay. Sampai 8 tahun
perundingan Putaran Uruguay berlangsung dengan alot dan dinyatakan
selesai dalam sidang di Marakesh, Maroko, pada tanggal 15 April 1994.
Penandatanganan hasil-hasil Putaran Uruguay telah dilakukan pada sidang
tersebut, termasuk pembentukan WTO (World Trade Organization) yang
merupakan pengganti dari GATT.
Perundingan Putaran Uruguay telah menghasilkan beberapa kesepakatan
yang pada dasarnya ingin memperkuat sistem perdagangan multilateral
sehingga tercipta perdagangan dunia yang lebih terbuka dan adil (Suseno
T.W., 1996). Sifat hasil Putaran Uruguay dapat berupa aturan-aturan yang
harus ditaati oleh semua negara penanda tangan dan berupa janji atau
komitmen suatu negara untuk bertindak sesuai perjanjian. Dalam bidang
kelembagaan, terbentuknya WT0 dimaksudkan untuk menciptakan kerangka
kelembagaan GATT yang tunggal, yang akan menangani seluruh persetujuan
dan pengaturan yang telah ditandatangani dalam perundingan. Fungsi WTO
antara lain: memudahkan pelaksanaan dan tujuan perundingan multilateral,
9.8 Sistem Ekonomi Indonesia 

menyediakan forum bagi negosiasi perdagangan multilateral, mengatur dan


menyelenggarakan pelaksanaan penyelesaian sengketa dagang,
menyelenggarakan pelaksanaan Mekanisme Peninjauan Kebijakan untuk
menciptakan transparansi dan pengawasan kebijakan perdagangan,
melakukan kerja sama dengan IMF dan Bank Dunia untuk memajukan
hubungan dalam pembuatan kebijakan ekonomi global.
Kewibawaan lembaga WTO pernah diuji ketika terjadi pertikaian
perdagangan otomotif antara Jepang dan Amerika Serikat, yang sama-sama
pendukung liberalisasi perdagangan, sama-sama anggota APEC dan
kelompok G-7 (kelompok 7 negara industri). Kegagalan perundingan di
Genewa, Swiss (12 Juni 1995) antara kedua negara tersebut menyebabkan
hubungan dagang terganggu. Amerika Serikat menyesalkan Jepang yang
tidak mau membuka pasar otomotifnya dan kemudian mengancam
mengenakan sanksi dagang melalui pengenaan tarif sebesar 20-100 persen
terhadap 13 jenis mobil mewah produk Jepang. Sedangkan pihak Jepang
menyatakan bahwa tindakan pengenaan tarif oleh AS sebesar 100 persen
terhadap mobil mewah Jepang merupakan tindakan kejahatan AS. Karena itu,
pihak Jepang tetap menyatakan tidak akan ada penyelesaian jika AS tidak
mengubah keputusannya mengenai sanksi tarif
Keinginan AS agar Jepang membuka pasar otomotifnya dilatarbelakangi
oleh defisit perdagangan AS terhadap Jepang yang semakin besar, yang pada
tahun 1995 mencapai US $ 66 miliar. Ancaman sanksi dagang oleh AS
tersebut tentu saja memukul neraca perdagangan Jepang. Terlepas dari siapa
yang lebih dahulu memulai, keinginan kedua belah pihak sebenarnya sama-
sama mengingkari semangat GATT yang menghendaki perdagangan lebih
bebas dan terbuka. Tindakan Jepang yang tidak bersedia membuka pasarnya
terhadap industri mobil AS dan tindakan sanksi dagang AS melalui
pengenaan tarif, merupakan tindakan yang sama-sama proteksionis.
Kenyataan adanya pertikaian perdagangan antara Jepang-AS seperti
diuraikan di atas, menjadi pelajaran berharga bagi negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, yang secara umum posisi tawarnya lebih
lemah dibandingkan negara maju.

C. IMPLIKASI PERDAGANGAN BEBAS

Gagasan liberalisasi perdagangan (yang merupakan turunan dari


liberalisasi ekonomi) memiliki inti untuk mempercepat interaksi ekonomi
 ISIP4310/MODUL 9 9.9

antar negara, yang salah satunya bisa dicapai bila seluruh negara
menghilangkan hambatan-hambatan (barriers) perdagangan internasional,
seperti kebijakan kuota, bea impor, maupun proteksi pasar domestik. Tentu
saja aspirasi ini sesuai dengan ide kaum neoklasik yang menghendaki
kegiatan ekonomi berjalan lewat mekanisme pasar, karena hanya dengan
model seperti itulah efisiensi alokasi ekonomi internasional akan terjadi. Jadi,
mudah dipahami apabila ide liberalisasi perdagangan ini sejak awal di
dukung oleh negara-negara maju (kapitalis) karena secara ekonomi sangat
menguntungkan mereka, walaupun pada akhirnya hampir seluruh negara
(termasuk negara berkembang) ikut menyetujuinya.
Memaknai globalisasi ekonomi bukan hal yang mudah. Namun dari
beragam perspektif, setidaknya terdapat lima karakteristik penting dari
globalisasi ekonomi (Singh, 1998 dalam Erani Yustika, 2007), yakni:
1. pertumbuhan transaksi keuangan internasional yang cepat;
2. pertumbuhan perdagangan yang cepat, terutama di antara perusahaan
transnasional;
3. gelombang investasi asing langsung (foreign direct investment) yang
mendapat dukungan luas dari kalangan perusahaan transnasional;
4. timbulnya pasar global;
5. penyebaran teknologi dan berbagai pemikiran sebagai akibat dari
ekspansi sistem transportasi dan komunikasi yang cepat dan mendunia.
Persoalan paling serius dengan adanya globalisasi ekonomi adalah
munculnya pihak yang kalah (losers) akibat persaingan bebas dengan negara-
negara yang telah mapan ekonominya. Hal ini bisa dimaklumi mengingat
dalam proses globalisasi ekonomi berlaku hukum zero sum game, di mana
negara yang perekonomiannya tidak efisien akan mati dilindas oleh negara
yang sudah menjalankan proses produksi yang efisien. Fenomena itulah yang
kemungkinan besar akan terjadi begitu proses globalisasi diberlakukan secara
menyeluruh pada tahun 2020. Bahkan sekarang ini sudah muncul realitas
semakin mundurnya keadaan ekonomi negara-negara berkembang akibat
tertimpa krisis ekonomi yang cukup parah, seperti yang dialami oleh
sebagian negara Asia Tenggara dan Amerika latin.
Demikian pula sebagian negara di Afrika saat ini masih mengalami
hidup terbelakang dan terjerat kemiskinan, sehingga sangat jauh jaraknya
untuk menuju persaingan dengan negara maju. Seperti di wilayah Sub Sahara
Afrika, hampir separuh penduduknya hidup dengan pendapatan di bawah US
$ 1 per hari, tingkat buta huruf penduduk dewasa mencapai 39%, angka usia
9.10 Sistem Ekonomi Indonesia 

hidup hanya 47 tahun, dan tingkat kematian bayi mencapai 9,2%. Sebaliknya,
negara-negara maju terus mengakumulasi kekayaan dan kesejahteraan
ekonomi mereka karena tingkat kompetisi barang dan jasanya yang sangat
tinggi bila berhadapan dengan negara berkembang.

D. ANTISIPASI TERHADAP LIBERALISASI PERDAGANGAN

Sistem perdagangan internasional yang semakin terbuka secara teori


liberal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia
melalui mekanisme yang demokratis dan adil. Namun hal ini tak terjadi
secara otomatis bagi semua negara. Negara-negara yang tidak dapat merebut
pasar dan memanfaatkan peluang adalah mereka yang kurang cepat
melakukan penyesuaian untuk mengantisipasi situasi baru.
Menghadapi kondisi masa mendatang yang penuh persaingan, cara
terbaik bagi Indonesia sebagai negara berkembang yang umumnya memiliki
bargaining power yang lemah adalah mempersiapkan diri dengan
mengantisipasi segala hasil yang telah disepakati dalam persetujuan Putaran
Uruguay. Selain mempersiapkan landasan perekonomian nasional yang kuat,
yang tidak mudah digoyang oleh riak dan gelombang ekonomi dunia, perlu
dipersiapkan pula sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Menurut
laporan UNDP (United Nation Development Program) tahun 1993, SDM
Indonesia tergolong berkemampuan medium, meskipun di antara anggota
ASEAN menduduki posisi yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan posisi
GNP per kapita pada kelompok ini.
Keterkaitan antara kualitas SDM dengan GNP per kapita tersebut
semakin menegaskan perlunya pengembangan SDM atau kualitas penduduk
Indonesia agar jumlah penduduk yang besar benar-benar produktif dan dapat
dijadikan modal pembangunan. Suatu kebijakan yang terlalu ekonomisentris
dan mengabaikan pembangunan SDM justru akan menjadi lawan bagi
pembangunan ekonomi itu sendiri. Idealnya, kemajuan yang dicapai di
bidang ekonomi selalu seiring dengan pembangunan SDM.
Secara umum, perdagangan internasional pasca GATT akan diwarnai
oleh persaingan yang semakin ketat. Di satu pihak, pasar dunia lebih terbuka
dan memungkinkan produk-produk barang dan jasa Indonesia memasuki
negara-negara lain. Sebaliknya, pasar domestik juga akan dimasuki
komoditas luar negeri tanpa dapat dicegah lagi. Ini dimungkinkan karena
tidak ada lagi hambatan perdagangan baik yang berwujud tarif maupun non
 ISIP4310/MODUL 9 9.11

tarif. Di pasar domestik saja, produk lokal harus bersaing dengan produk luar
negeri. Konsumen yang rasional akan mengambil keputusan untuk
mengonsumsi produk dengan kualitas tinggi dan harga murah.
Keadaan pasar dunia juga tak banyak berbeda dengan pasar domestik.
Para eksportir Indonesia harus mampu bersaing dengan eksportir negara lain
dalam hal kualitas dan harga. Suseno (1996) menyebut beberapa langkah
penting yang merupakan tindakan antisipasi terhadap liberalisasi
perdagangan, yakni sebagai berikut.
Pertama, meningkatkan daya saing produk Indonesia, bukan hanya
komoditas ekspor saja, tetapi juga produk untuk pasar lokal. Peningkatan
daya saing ini bisa diupayakan melalui iklim usaha (faktor ekstern
perusahaan) yang kompetitif melalui penghapusan praktik monopoli dan
oligopoli. Penghapusan proteksi yang berlebihan pada struktur industri,
pengikisan praktik kartel, konglomerasi di sektor industri, pengurangan
birokrasi yang dapat menimbulkan biaya siluman, dan memberi perlindungan
hukum lewat undang-undang persaingan sehat. Pembenahan faktor-faktor
tersebut diharapkan akan memperbaiki faktor intern perusahaan berupa
efisiensi kerja sehingga harga jual produk relatif rendah.
Kedua, mengantisipasi perkembangan pasar dunia dengan mempelajari
perilaku konsumen luar negeri (sisi permintaan) dan juga mengikuti
perkembangan negara eksportir pesaing (sisi penawaran). Upaya ini
mencakup pula antisipasi terhadap kemungkinan negara lain melakukan
hambatan dalam bentuk lebih canggih (tindakan proteksi dengan wajah lain)
dengan memanfaatkan kelemahan perjanjian yang ada. Untuk memberi
respons pada sisi permintaan, perlu adanya diversifikasi produk dan
perluasan spektrum pasar ekspor.
Ketiga, meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pemain
utama dalam mengelola dan menghasilkan produk barang dan jasa yang
bermutu. Dalam era persaingan yang kian ketat, upaya mencari temuan-
temuan baru yang kreatif dan sesuai dengan selera atau keinginan konsumen
merupakan suatu keharusan. Ini berarti, peranan R&D (riset dan
pengembangan) dalam bidang teknologi dan informasi akan sangat
membantu peningkatan kualitas produk. Sudah tiba saatnya perusahaan-
perusahaan di Indonesia lebih memberi perhatian kepada kegiatan R&D ini
agar mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.
Keempat, kegiatan perekonomian akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan intensitas tinggi apabila didukung oleh iklim usaha yang baik dan
9.12 Sistem Ekonomi Indonesia 

sehat. Kebijakan ekonomi makro yang tepat, seperti deregulasi di berbagai


sektor untuk mengantisipasi era liberalisasi perdagangan, merupakan langkah
positif untuk mengondisikan masyarakat pelaku bisnis dan konsumen
Indonesia dalam memasuki babak baru.
Mengenai daya saing perekonomian Indonesia yang disyaratkan dalam
butir di atas, sayangnya data yang ada memperlihatkan kondisi yang kurang
menggembirakan. Sebuah survei yang dilakukan oleh Institute for
Management Development (IMD) menunjukkan daya saing perekonomian
Indonesia yang lemah. Survey yang melibatkan 49 negara tersebut
menempatkan Indonesia pada urutan paling belakang pada tahun 2001 dan
membaik menjadi peringkat 47 pada tahun 2002 (Erani Yustika,2002). Posisi
daya saing ini jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, Thailand dan bahkan Filipina. Sedangkan publikasi
yang dilakukan oleh IFC (International Finance Corporation), World Bank
dan ADB (Asian Development Bank) melaporkan bahwa peringkat daya
saing Indonesia dalam arena internasional melorot dari peringkat 131 (2005)
menjadi 135 (2006) dari 175 negara yang disurvei (Erani Yustika,2007).
Demikian pula dengan iklim investasi yang masih menunjukkan kinerja
yang buruk sehingga menyebabkan investasi Indonesia cenderung merosot
setiap tahunnya, baik investasi domestik maupun asing. Studi yang dilakukan
oleh Bank Dunia, misalnya, menempatkan Indonesia dalam golongan yang
iklim investasinya jelek, di mana hal itu dapat dilihat dari indikator-indikator
kemudahan mendirikan perusahaan, regulasi ketenagakerjaan, aspek
perpajakan, penyelesaian sengketa, dan penetapan kontrak. Dari beberapa
indikator tersebut, Indonesia dianggap tidak begitu ramah bagi tujuan
investasi, lebih-lebih bila dikaitkan dengan kepastian kebijakan ekonomi
pemerintah yang sering berubah-ubah. Faktor lainnya adalah soal
infrastruktur ekonomi yang kurang mendukung seperti listrik, jalan, dan
komunikasi.
Fakta-fakta di atas memberikan peringatan bahwa masih banyak yang
harus dibenahi oleh bangsa Indonesia untuk menghadapi tantangan
perekonomian global.
 ISIP4310/MODUL 9 9.13

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Pada dasawarsa 1980-an rata-rata pertumbuhan GDP negara-negara


ASEAN cenderung turun. Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
2) Jelaskan apa yang dapat dilakukan negara-negara berkembang, seperti
Indonesia dalam menghadapi kondisi masa mendatang yang penuh
persaingan!
3) Sebut dan jelaskan langkah-langkah penting yang merupakan tindakan
antisipasi terhadap liberalisme perdagangan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Pada dasawarsa itu terjadi resesi di negara maju yang kemudian


mempengaruhi negara berkembang. Selanjutnya diskusikan dengan
teman Anda!
2) Pada prinsipnya negara berkembang harus mampu memperbaiki kinerja
sistem ekonominya di samping tetap mewaspadai gejolak faktor
eksternal. Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda.
3) Jika Anda baca secara seksama, Anda akan mendapatkan jawabannya.

RA NG K UM A N

Dalam era milenium ketiga, perekonomian Indonesia menghadapi


tantangan besar. Tantangan tersebut adalah era perdagangan bebas dan
globalisasi ekonomi. Perdagangan bebas yang sudah dimulai tahun 2003
di tingkat regional ASEAN dan tahun 2020 di tingkat dunia ini
merupakan hasil Putaran Uruguay yang akhirnya melahirkan WTO.
Tantangan semakin terasa berat karena meskipun Indonesia
dikategorikan sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
tetapi pendapatan rata-ratanya terendah di ASEAN. Lebih-lebih karena
adanya krisis ekonomi di Asia Tenggara dan Asia Timur, perekonomian
Indonesia terpuruk dan mengalami krisis yang paling parah
dibandingkan dengan negara lain.
9.14 Sistem Ekonomi Indonesia 

Antisipasi yang dapat dilakukan Indonesia adalah:


1) mempersiapkan landasan ekonomi yang kuat karena kejatuhan
perekonomian Indonesia diakibatkan struktur ekonomi yang sangat
tergantung pada luar negeri; 2) mempersiapkan SDM karena di antara
anggota ASEAN, SDM Indonesia kemampuannya paling rendah;
3) meningkatkan daya saing produk; 4) mempersiapkan iklim usaha
yang sehat, termasuk iklim investasi serta pembenahan prasarana.

TE S F O RM AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Kesepakatan dalam APEC mengharuskan negara-negara berkembang
untuk….
A. memperbaiki struktur ekonomi negara
B. mengejar ketinggalan dari negara maju
C. meningkatkan Gross National Product
D. memasuki era perdagangan bebas dunia pada tahun 2020

2) Negara yang memiliki GNP tertinggi pada tahun 1992 adalah….


A. Amerika Serikat
B. Jepang
C. Singapura
D. Kanada

3) Pertikaian perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat disebabkan


karena….
A. persaingan tidak sehat dalam perdagangan otomotif
B. tindakan saling menjatuhkan dalam perdagangan bebas
C. industri otomotif Jepang lebih unggul dari Amerika Serikat
D. keinginan Amerika Serikat agar Jepang membuka pasar otomotifnya

4) Perundingan terakhir Putaran Uruguay menyatakan mengganti GATT


dengan….
A. WTO
B. NAFTA
C. AFTA
D. APEC
 ISIP4310/MODUL 9 9.15

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah:
A. Jika kedua pernyataan benar dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Peranan riset dan pengembangan sangat penting bagi perusahaan dalam


melangsungkan hidupnya
Sebab
Riset dan pengembangan dalam bidang teknologi dan informasi akan
membantu peningkatan kualitas produk.

6) Singapura merupakan satu negara di Asia yang memiliki tingkat GNP


tinggi
Sebab
Jumlah penduduk Singapura sedikit dibanding Negara ASEAN lainnya.

7) Tingkat GNP per kapita mencerminkan kemakmuran penduduk


Sebab
Salah satu komponen kemakmuran penduduk adalah tingkat pendapatan.

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1) dan (2) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika jawaban (1), (2), dan (3) semuanya benar

8) Negara Asia Pasifik yang termasuk dalam kelompok negara "high


income economies" adalah….
1) Hongkong
2) Korea Selatan
3) Selandia Baru

9) Program yang perlu dilakukan negara berkembang untuk meningkatkan


GNP adalah….
1) pembukaan lapangan kerja
2) pengendalian penduduk
3) peningkatan sumber daya manusia
9.16 Sistem Ekonomi Indonesia 

10) Peningkatan daya saing bisa dilakukan dengan cara :


1) penghapusan praktik monopoli dan oligopoli
2) pengurangan birokrasi pendirian usaha
3) penghapusan proteksi yang berlebihan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 9 9.17

Kegiatan Belajar 2

Sistem Perekonomian Indonesia


dalam Era Global

D alam modul-modul sebelumnya telah dibahas tentang konsep yang


dijabarkan dalam norma dan nilai yang terkandung dalam Sistem
Ekonomi Indonesia serta bagaimana implementasinya dalam kehidupan
perekonomian Indonesia. Meskipun di sana-sini terdapat perbedaan
pemikiran tentang Sistem Ekonomi Indonesia, tetapi semua pakar sepakat
bahwa sistem ekonomi yang berdasarkan pada filsafat dan pandangan hidup
Pancasila ini tetap dipertahankan sampai kapan pun. Yang menjadi
pertanyaan adalah: mampukah Sistem Ekonomi Indonesia melakukan
adaptasi dalam perekonomian global tanpa kehilangan identitasnya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa aspek yang harus
dicermati, yakni berikut ini.

A. SISTEM EKONOMI CAMPURAN

Sistem Ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi campuran yang


mengandung ciri-ciri positif dari kedua sistem ekstrem yang dikenal, yaitu
kapitalis-liberalis dan sosialis-komunis. Yang menjadi masalah adalah di
mana titik pertemuan yang ideal di antara kedua sistem ekstrem tersebut.
Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus mampu menempatkan peranan
negara pada posisi sedemikian rupa sehingga ia mampu mengendalikan
kegiatan ekonomi tanpa sampai pada posisi komando seperti dalam Ekonomi
Terpimpin pada periode 1959-1966. Mengutip pendapat Bruce Glasburner,
Mubyarto (1995) menunjukkan bukti bahwa upaya itu tidak mudah
dilaksanakan. Dikatakan, peranan pemerintah Orde Baru yang semula
diharapkan tidak lagi bersifat komando, tetapi pada kenyataannya peranan
pemerintah bahkan jauh lebih dominan dari periode sebelumnya.
Pendapat di atas barangkali benar, terutama bila dilakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan Repelita I sampai dengan Repelita IV. Tetapi sejak
Repelita V, para pengamat ekonomi menilai bahwa strategi pembangunan
nasional lebih cenderung pada kapitalisme-liberalisme. Hal ini terbukti
dengan lebih dominannya orientasi pembangunan pada pertumbuhan yang
9.18 Sistem Ekonomi Indonesia 

menjadi ciri kapitalisme yang berujung pada lahirnya konglomerasi.


Sebenarnya konglomerasi bukan barang tabu dalam Sistem Ekonomi
Indonesia. Tetapi karena pengaruh faktor fundamental ekonomi Indonesia
yang belum kuat, justru konglomerasi ini dituding sebagai biangnya krisis
ekonomi Indonesia yang mulai terasa sejak bulan Juli 1997 dan yang
menyebabkan ekonomi Indonesia terpuruk.
Satu hal lagi yang berkaitan dengan sistem ekonomi campuran ini adalah
timbulnya kesan adanya keragu-raguan bahwa dalam usaha pengembangan
potensi, inisiatif dan daya kreasi warga negara, harus ditetapkan batas-batas
yang tidak merugikan kepentingan umum. Menurut Mubyarto, apabila yang
dimaksudkan adalah membatasi keuntungan material sehingga tidak menjadi
terlalu berlebihan dan merugikan kepentingan umum, maka kiranya semua
orang akan setuju. Tetapi pembatasan tersebut harus disertai catatan bahwa
DPR bersama pemerintah harus membuat undang-undang yang dengan jelas
dan tegas yang mengatur batas-batas luas usaha yang dapat mengakibatkan
suatu kekuasaan mengarah ke monopoli.
Bertitik tolak dari sudut pandangan seperti tersebut di atas, penulis
berpendapat bahwa proses adaptasi Sistem Ekonomi Indonesia dalam era
global tidak perlu harus mengorbankan nilai-nilai dasar yang dimiliki.
Sebagai contoh adalah asas kebersamaan yang merupakan cermin
keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan sosial. Untuk
menghadapi pelaku-pelaku ekonomi global, justru sangat diperlukan adanya
kebersamaan di antara para pelaku ekonomi Indonesia. Pola kemitraan antara
usaha kecil dan menengah dengan usaha besar perlu dikembangkan. Koperasi
dan usaha kecil tidak perlu rendah diri menghadapi era global. Kenyataan
membuktikan bahwa di negara-negara maju, khususnya di negara-negara
Skandinavia, koperasi tumbuh kuat. Demikian pula di Taiwan, usaha kecil
dan menengah mampu memberikan kontribusi sebesar 60% dari nilai ekspor
negara tersebut.

B. EKONOMI KERAKYATAN

Seperti dikemukakan dalam Modul 7, yang dimaksud dengan Ekonomi


Kerakyatan adalah suatu perekonomian di mana pelaksanaan kegiatan,
pengawasan, maupun pemanfaatan hasilnya dilakukan oleh rakyat. Mengutip
pendapat Widjojo Nitisastro, Prijono Tjiptoherijanto (1997) mengemukakan
bahwa sistem perekonomian yang ideal bagi bangsa Indonesia adalah
 ISIP4310/MODUL 9 9.19

perekonomian yang berdasarkan pada usaha bersama dari masyarakat secara


keseluruhan, dengan tujuan utama meningkatkan taraf hidup masyarakat
(dengan meningkatkan pendapatan per kapita) dan pembagian yang seimbang
dari hasil yang berasal dari usaha bersama tersebut (pembagian pendapatan
yang merata), dengan negara memainkan peran aktif untuk mengarahkan dan
melaksanakan pembangunan ekonomi. Peranan rakyat dalam menggerakkan
ekonomi nasional tercermin dalam bentuk BUMN dan koperasi, di samping
sektor swasta yang memiliki peranan penting pula dalam menopang
perkembangan perekonomian nasional.
Pengembangan model Ekonomi Kerakyatan didasarkan pada pemikiran
bahwa sektor usaha swasta cenderung akan lebih mementingkan
kelompoknya dibandingkan dengan kepentingan rakyat banyak. Karena itu,
sektor swasta mungkin dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
Namun, kurang mampu mencapai sasaran pemerataan. Dalam hal
pemerataan, ekonomi rakyat berperan lebih besar dibandingkan dengan
swasta. Karena itu, dalam mencapai tujuan ekonomi nasional, yaitu
pertumbuhan dan pemerataan, peranan ekonomi rakyat dan swasta harus
berjalan secara seimbang, sehingga akhirnya tercapai masyarakat adil dan
makmur.
Sebenarnya sejak Pembangunan Jangka Panjang I (PJP-I) telah
diupayakan untuk memantapkan pembangunan ekonomi nasional melalui
suatu perekonomian yang digerakkan oleh rakyat dan untuk kepentingan
rakyat banyak. Tetapi "kemauan politik" tersebut belum dapat diwujudkan.
Hal ini terbukti bahwa aspek pertumbuhan jauh lebih menonjol daripada
aspek pemerataan. Pada PJP-II, keinginan tersebut lebih digalakkan.
Keberpihakan pemerintah kepada rakyat mulai diperlihatkan dengan serius.
Namun sayang, upaya tersebut terlambat karena keburu didahului oleh krisis
ekonomi yang mampu meluluhlantakkan hasil yang diperoleh selama PJP-I
dilaksanakan. Dalam situasi seperti itulah terlihat betapa kekuatan rakyat
(people power) mampu menumbangkan pemerintah Orde Baru yang sudah
bertahan 32 tahun lamanya. Orde Reformasi yang menggantikan Orde Baru
sejak 21 Mei 1998 nampaknya juga memiliki komitmen yang tegas dalam
memihak rakyat, khususnya dalam kaitannya dengan bidang ekonomi.
Namun, hal itu masih perlu dibuktikan hasilnya.
Menghadapi era global, perekonomian kerakyatan seperti diuraikan di
atas diharapkan akan lebih tahan terhadap gejolak yang terjadi, karena pada
dasarnya kekuatan tersebut berakar dari bawah. Untuk itu diperlukan suatu
9.20 Sistem Ekonomi Indonesia 

upaya pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan baik dari segi moral


maupun material, agar dapat bersaing dalam konstelasi global.

C. MEKANISME PASAR

Konsep perdagangan bebas yang merupakan salah satu gejala dalam era
global, didasarkan pada teori Klasik yang menyatakan bahwa bentuk
perdagangan yang terbaik adalah apabila semua produsen dibiarkan
menghasilkan apa yang terbaik dan kemudian menjual dalam iklim
persaingan yang bebas dan merdeka (Prijono Tiiptoherijanto, 1997). Karena
itu tingkat keberhasilan persaingan di pasar bebas bukan lagi tergantung pada
keunggulan komparatif barang/jasa, namun lebih tergantung pada daya saing
(competitiveness) suatu barang atau jasa. Dalam era perdagangan bebas,
pemikiran bagaimana menghasilkan barang/jasa yang murah dengan
menekan ongkos produksi, yang salah satu caranya adalah menekan upah
buruh, harus diganti dengan pemikiran bagaimana meningkatkan kualitas
barang/jasa yang dihasilkan agar tetap dapat bersaing walaupun dengan harga
jual yang relatif tinggi.
Paradigma baru dalam bidang perdagangan tersebut tidak dapat
dilepaskan pula dengan mekanisme pasar, yakni keseimbangan antara
permintaan dan penawaran. Meskipun teori ini berasal pula dari Mazhab
Klasik, namun perdagangan bebas tetap mengandalkan mekanisme pasar ini.
Bagaimana sistem Ekonomi Indonesia melakukan adaptasi terhadap
mekanisme pasar?
Dalam Modul 3 telah diuraikan bahwa salah satu ciri Sistem Ekonomi
Indonesia, menurut Mubyarto (1994), adalah adanya rangsangan ekonomi,
sosial, dan moral. Dari ciri tersebut dapat diketahui bahwa SEI mengakui
adanya mekanisme pasar, dengan sekali-kali ada pengawasan oleh
masyarakat serta berpedoman pada moral bangsa. Sementara itu ada pendapat
lain yang menyatakan bahwa dalam SEI, mekanisme pasar diperbolehkan
tetapi harus dikendalikan oleh perencanaan yang bekerja aktif dengan
mengarahkan perkembangan ekonomi sesuai dengan prioritas dalam
perencanaan. Perencanaan diwujudkan dalam bentuk rencana makro yang
berisi bidang-bidang yang perlu dikembangkan, misalnya laju pertumbuhan
masing-masing sektor. Sekali rencana makro disusun maka kegiatan ekonomi
dapat diserahkan kepada satuan ekonomi individual.
 ISIP4310/MODUL 9 9.21

Terhadap pendapat di atas, Mubyarto kurang sependapat karena


menyusun rencana makro bukan hal yang mudah. Rencana makro harus
menjadi pedoman arah yang efektif dan disusun berdasarkan realitas yang
ada di masyarakat. Dalam kenyataannya rencana makro seringkali tidak
menggambarkan keadaan nyata, sehingga sasaran yang hendak dicapai
kadang-kadang juga masih bersifat teoretis yang tidak mudah ditangkap oleh
satuan-satuan individu dalam masyarakat.
Sejalan dengan Mubyarto yang nampaknya lebih menekankan pada
perlunya mekanisme pasar, Prijono Tjiptoherijanto menyatakan bahwa
perekonomian Indonesia pada era global akan bertumpu pada ekonomi pasar
yang terkendali (guided market economy). Ciri utama dari sistem ini adalah
terdapatnya persaingan dan keterbukaan (transparency). Dengan sistem
semacam itu, maka peran pemerintah akan bersifat pelayanan dan pengaturan
atas barang-barang masyarakat (public goods) serta pembinaannya.

D. DEMOKRASI EKONOMI

Meskipun Sistem Ekonomi Indonesia menekankan pada mekanisme


pasar yang terkendali, akan tetapi demokrasi ekonomi harus tetap ditegakkan.
Dalam demokrasi ekonomi, semua pelaku ekonomi, baik negara, koperasi,
maupun swasta, harus dapat bergerak di semua bidang sesuai dengan peran
dan hakikatnya masing-masing. Peranan negara berangsur-angsur berkurang
dalam menangani kegiatan-kegiatan yang telah mampu dilakukan sendiri
oleh para pelaku ekonomi melalui mekanisme pasar. Terlebih lagi pada saat
harus memasuki era global, di mana tidak ada lagi batas ekonomi, batas
sosial, maupun batas politik, maka kekuasaan suatu negara sudah tentu
menjadi berkurang karena dibatasi oleh adanya suatu kesepakatan (konvensi)
internasional di berbagai bidang (Prijono Tjiptoherianto, 1997).
Dalam sistem demokrasi ekonomi Pancasila, aspek pertumbuhan,
pemerataan, dan keadilan, baik antar golongan, daerah, maupun sektor usaha,
menjadi landasan utama. Kesempatan yang sama pada setiap pelaku ekonomi
dalam mengejar pertumbuhan dan pemerataan ekonomi merupakan salah satu
landasan yang harus dianut. Meskipun sebenarnya petunjuk-petunjuk seperti
di atas sudah pernah diatur dalam GBHN pada masa lalu maupun kebijakan-
kebijakan pemerintah sekarang, namun kenyataannya sistem ekonomi
Indonesia masih belum mencerminkan sistem ekonomi Pancasila yang dicita-
citakan. Beberapa indikator mengenai hal itu dapat dilihat antara lain dari
9.22 Sistem Ekonomi Indonesia 

adanya ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemilikan kekayaan dalam


masyarakat, baik antar golongan, antar sektor usaha, maupun antar daerah. Di
samping itu adanya persaingan pasar yang kurang sehat yang ditunjukkan
dengan praktik monopoli dan monopsoni yang jelas-jelas dilarang oleh
undang-undang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghadapi
globalisasi ekonomi, secara konseptual Sistem Ekonomi Indonesia akan
mampu untuk melaksanakan adaptasi, karena secara prinsip tidak
bertentangan. Bahkan SEI memiliki kelebihan-kelebihan konsep, antara lain
aspek kerakyatan, kebebasan yang terkendali, demokrasi ekonomi, dan
sebagainya. Namun harus diakui bahwa pemikiran-pemikiran yang baik
tersebut baru sekedar konsep. Dalam kenyataan masih banyak penyimpangan
atas konsep tersebut. Inilah yang menjadi kendala utama untuk memasuki
ekonomi global, di samping kendala-kendala lain seperti: kualitas sumber
daya manusia, etos kerja, "high cost economy", budaya korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN) dan lain sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut di atas, terlihat bahwa agenda reformasi
bangsa Indonesia, khususnya reformasi ekonomi, masih dipenuhi dengan
"pekerjaan rumah" yang harus diselesaikan lebih dulu. Masalahnya pasar
bebas sudah diberlakukan sejak tahun 2003. Lebih-lebih lagi ekonomi
Indonesia saat ini masih dalam kondisi terpuruk dan harus kembali ke
fundamental ekonomi lagi.

LA TI HA N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Apa pendapat Saudara tentang peranan pemerintah Orde Baru khususnya
dalam perekonomian Indonesia'?
2) Aspek "pertumbuhan” ekonomi di Indonesia jauh lebih menonjol
daripada aspek “pemerataan". Berikan pendapat saudara tentang hal
tersebut!
3) Perekonomian Indonesia pada era global akan bertumpu pada ekonomi
pasar yang terkendali. Apa maksud dari pernyataan tersebut'?
4) Apakah Sistem Ekonomi Indonesia telah mencerminkan Sistem
Ekonomi Pancasila yang dicita-citakan? Jelaskan!
 ISIP4310/MODUL 9 9.23

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Arah dan peranan pemerintah Orde Baru (Orba) dalam perekonomian


nasional secara jelas dapat dilihat dalam Rencana Pembangunan Lima
tahun (Repelita) dan GBHN. Seterusnya diskusikan dengan teman Anda.
2) Memang benar pemerintah Orba lebih menekankan pada aspek
pertumbuhan dibanding pemerataan. Hal ini dibuktikan dari derajat GINI
yang timpang. Selanjutnya diskusikan dengan teman Anda.
3) Istilah ini dapat Anda temui dalam uraian Kegiatan Belajar 2.
4) Sebagai konsep yang filosofis, Sistem Ekonomi Pancasila merupakan
konsep yang idealis. Jadi untuk dapat 100% dapat diaplikasikan
membutuhkan waktu yang panjang dan yang terpenting adanya political
will dari semua pelaku bisnis. Seterusnya diskusikan dengan teman
Anda.

RA NG K UM A N
Meskipun terdapat perbedaan pemikiran tentang Sistem Ekonomi
Indonesia, tetapi semuanya sepakat bahwa sistem ekonomi Indonesia
harus berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Untuk dapat melakukan adaptasi pada era global, Sistem Ekonomi
Indonesia tidak perlu mengorbankan nilai-nilai dasar yang dimiliki,
karena sesungguhnya prinsip-prinsip yang dimiliki Sistem Ekonomi
Indonesia tidak bertentangan dengan prinsip globalisasi ekonomi, seperti
misalnya: mekanisme pasar dan demokrasi ekonomi. Malah Sistem
Ekonomi Indonesia memiliki kelebihan yakni adanya rangsangan sosial
dan moral sehingga dapat mengendalikan perilaku pelaku-pelaku
ekonomi.

TE S F O RM AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Ciri dari ekonomi kerakyatan adalah….


A. skala usahanya kecil
B. ditujukan untuk kepentingan rakyat dan negara
C. pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan hasil dilaksanakan
oleh rakyat
D. modal usahanya terbatas
9.24 Sistem Ekonomi Indonesia 

2) Pengembangan model ekonomi kerakyatan didasarkan pada pemikiran


bahwa….
A. swasta kurang tanggap terhadap program pembangunan ekonomi
B. kepentingan rakyat harus terpenuhi
C. mengurangi angka pengangguran dalam masyarakat
D. sebagian besar rakyat harus menikmati kesejahteraan ekonomi

3) Tingkat keberhasilan persaingan di pasar bebas tergantung pada….


A. jenis barang dan jasa
B. skala suatu usaha
C. daya saing suatu barang dan jasa
D. promosi kepada masyarakat

4) Sistem Ekonomi Indonesia menekankan pada….


A. pengembangan usaha kecil
B. mekanisme pasar yang terkendali
C. sistem persaingan bebas
D. sistem keterbukaan

Soal Tipe B (Hubungan Antar Hal)


Pilihlah
A. Jika kedua pernyataan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan
sebab akibat.
B. Jika pernyataan benar, alasan benar tetapi tidak menunjukkan
sebab akibat.
C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.
D. Jika kedua pernyataan salah.

5) Proses adaptasi Sistem Ekonomi Indonesia dalam era global tidak perlu
mengorbankan nilai dasar yang dimiliki
Sebab
Untuk menghadapi pelaku ekonomi global sangat diperlukan adanya
kebersamaan di antara para pelaku ekonomi Indonesia.

6) Perekonomian kerakyatan tahan terhadap gejolak yang terjadi


Sebab
Perekonomian kerakyatan didukung dan diarahkan oleh pemerintah.
 ISIP4310/MODUL 9 9.25

7) Sistem Ekonomi Indonesia telah mencerminkan Sistem Ekonomi


Pancasila
Sebab
Distribusi pendapatan dan pemilikan kekayaan dalam masyarakat sudah
merata.

Soal Tipe C (Pilihan Berganda)


Pilihlah:
A. Jika (1), (2), dan (3) benar
B. Jika (1) dan (3) benar
C. Jika (2) dan (3) benar
D. Jika jawaban (1), (2), dan (3) semuanya benar

8) Tujuan utama perekonomian yang berdasarkan pada usaha bersama dari


masyarakat adalah….
1) mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangan ekonomi
2) pembagian hasil usaha yang seimbang
3) meningkatkan taraf hidup masyarakat

9) Konsep perdagangan bebas didasarkan pada teori Klasik yang


menyatakan bahwa bentuk perdagangan terbaik adalah apabila….
1) produsen dibiarkan menghasilkan apa yang terbaik
2) konsumen memilih barang yang bermutu baik dan murah
3) produsen menjual barang dan jasa dalam iklim persaingan bebas

10) Ciri-ciri Sistem Ekonomi Indonesia antara lain adalah adanya….


1) rangsangan ekonomi
2) rangsangan moral
3) rangsangan sosial

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal
9.26 Sistem Ekonomi Indonesia 

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Selamat! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 ISIP4310/MODUL 9 9.27

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1) D 1) C
2) B 2) D
3) D 3) C
4) A 4) B
5) A 5) A
6) B 6) B
7) C 7) D
8) B 8) C
9) C 9) B
10) A 10) A
9.28 Sistem Ekonomi Indonesia 

Daftar Pustaka

Ahmad Erani Yustika. (2007). Perekonomian Indonesia. Malang: BP-FE


Unibraw

Dawam Rahardjo. (1994). Perekonomian Indonesia, Pertumbuhan dan


Krisis. Jakarta: LP3ES.

Mubyarto. (1994). Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Mubyarto. (1995). Ekonomi dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Aditya Media.

Kwik Kian Gie. (1988). Kemitraaan, Dagang, atau Sosial? Dalam Gonjang-
ganjing Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama &
STIE-IBII.

Prijono Tjiptoherijanto. (1997). Prospek Perekonomian Indonesia dalam


Rangka Globalisasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Suseno Triyanto Widodo. (1997). Ekonomi Indonesia, Fakta dan Tantangan


dalam Era Liberalisasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tim Kahmi Jaya (Editor). (1998). Indonesia di Simpang Jalan. Bandung:


Mizan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai